Microsoft HoloLens 2 Bakal Dibekali Prosesor Khusus untuk Artificial Intelligence

Sampai detik ini, HoloLens memang belum merambah konsumen secara umum, namun Microsoft rupanya sudah menyiapkan ide-ide jitu untuk menyempurnakan headset mixed reality tersebut lewat versi keduanya nanti. Microsoft baru-baru ini buka omongan mengenai pembaruan yang bakal diusung HoloLens 2, salah satunya adalah artificial intelligence (AI) terintegrasi.

Integrasi ini dimungkinkan berkat kehadiran AI coprocessor yang bakal mendampingi prosesor utama HoloLens. Tugasnya adalah menganalisa data secara lokal, tanpa perlu melibatkan komunikasi dengan jaringan cloud seperti yang ada pada versi pertama HoloLens sekarang.

Lalu apa manfaat yang bisa dirasakan konsumen dari integrasi AI ini? Yang paling utama adalah kinerja perangkat yang lebih cepat, sebab semua data akan diolah langsung di perangkat. Manfaat lain adalah peningkatan mobilitas karena perangkat jadi tidak harus online terus-menerus, plus privasi pengguna yang lebih terjaga sebab tidak ada data yang meninggalkan perangkat.

Untuk bisa mewujudkannya, Microsoft sendiri yang akan merancang AI coprocessor ini. Mereka rela menginvestasikan dana dan waktunya karena mereka percaya bahwa ini merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan potensi augmented reality dan mixed reality.

Tentu saja integrasi AI baru satu dari sederet pembaruan yang sudah disiapkan untuk HoloLens 2. Hal lain yang perlu dibenahi pastinya melibatkan display, dimana untuk sekarang banyak pihak yang menganggap ini sebagai kelemahan utama HoloLens, sebab sudut pandang konten yang ditampilkan tergolong sempit.

Sumber: TechCrunch dan Microsoft.

Mira Prism Ubah iPhone Anda Jadi AR Headset ala HoloLens

Tidak seperti VR headset, AR headset masih sangat terbatas pilihannya. Sejauh ini, dua yang bisa dikatakan paling potensial adalah Microsoft HoloLens dan Meta 2. Namun dengan banderol harga masing-masing $3.000 dan $950, yang bisa menikmatinya baru segelintir saja.

Hal ini menginspirasi sebuah startup bernama Mira untuk memikirkan bagaimana cara memboyong AR headset ke lebih banyak kalangan. Buah pemikiran mereka adalah Mira Prism, sebuah AR headset terjangkau berbasis mobile – cukup selipkan iPhone ke dalamnya, maka Anda sudah bisa menikmati konten AR secara lebih immersive.

Jelas sekali Mira Prism banyak terinspirasi oleh VR headset macam Samsung Gear VR atau Google Daydream View saat merancang mekanisme selip-menyelip itu. Selagi terpasang, apa yang ditampilkan di layar akan dipantulkan oleh sepasang cermin kecil dan diposisikan ulang di bagian depan lensa yang menutupi mata pengguna.

Mira Prism

Hasil akhirnya, pengguna dapat menikmati proyeksi objek virtual dalam sudut pandang seluas 60 derajat dan resolusi yang sama seperti layar iPhone itu sendiri (1334 x 750 pixel). Tidak hanya sekadar melihat saja, pengguna juga bisa berinteraksi dengan objek-objek tersebut dengan bantuan sebuah motion controller kecil yang sepintas kelihatan mirip seperti milik Daydream View.

Soal konten, mulai Agustus nanti para developer sudah bisa mengembangkan konten untuk Mira menggunakan SDK berbasis Unity-nya. Kehadiran ARKit di iOS 11 sudah pasti akan sangat membantu developer mempersiapkan deretan konten AR yang berkualitas.

Tidak kalah menarik adalah semacam fitur multiplayer sehingga pengguna dapat menikmati konten AR bersama pengguna lainnya, bahkan yang tidak memiliki headset Mira Prism sekalipun. Tentu saja, mereka yang tidak memiliki headset ini harus melihat konten AR dengan cara tradisional, yakni mengarahkan kamera ponsel dan melihat objek virtual-nya di layar.

Mira Prism

Secara fisik, Mira Prism sekilas tampak seperti versi mini dari Meta 2. Lensa plastik di bagian depannya bisa dilepas-pasang dengan sambungan magnet agar perangkat lebih mudah dibawa-bawa. Perangkat yang kompatibel adalah iPhone 6, iPhone 6S dan iPhone 7.

Lalu yang paling penting, seberapa terjangkau Mira Prism memangnya? Harga retail-nya dipatok $149, tapi yang tertarik melakukan pre-order dari sekarang hanya akan ditagih $99 saja.

Sumber: New Atlas dan Engadget.

Inilah Headset Windows Mixed Reality Besutan Acer dan HP

Windows 10 Fall Creators Update yang akan dirilis pada musim semi mendatang bakal menjadi ‘pembuka jalan’ bagi konsumen untuk mulai menikmati pengalaman mixed reality. Namun yang paling penting, HoloLens sekarang bukan satu-satunya headset yang mendukung mixed reality, Acer dan HP (plus sejumlah brand lainnya) juga sedang menyiapkan perangkat serupa tapi dengan harga yang masuk akal.

Keunggulan utama headset Windows Mixed Reality besutan Acer dan HP ini adalah sistem tracking luar-dalam yang terintegrasi, yang berarti sama sekali tidak dibutuhkan perangkat eksternal untuk mendeteksi pergerakan pengguna, seperti yang konsumen jumpai pada Oculus Rift maupun HTC Vive selama ini.

Kedua headset ini sama-sama dibekali sepasang LCD beresolusi 1440 x 1440 pixel, dengan refresh rate 90 Hz dan field of view seluas 95 derajat. Perangkat menyambung ke PC via kabel HDMI 2.0 untuk display-nya, sedangkan USB 3.0 untuk datanya.

Akan tetapi seperti yang saya bilang di awal, harga adalah faktor penting lain dari kedua headset ini. Microsoft telah membuka pre-order seharga $299 untuk headset Acer, dan $329 untuk headset HP. Keduanya jauh lebih murah ketimbang development kit HoloLens yang harganya mencapai $3.000.

Acer Windows Mixed Reality headset bakal dibundel bersama sepasang motion controller / Microsoft
Acer Windows Mixed Reality headset bakal dibundel bersama sepasang motion controller / Microsoft

Untuk sekarang Microsoft memang menarget pihak developer supaya mereka bisa segera mengembangkan konten mixed reality selama musim panas ini. Buat konsumen, kita masih harus menunggu paling tidak sampai musim liburan akhir tahun tiba.

Kabar baiknya, pada masa itu Acer bakal membundel headset Windows Mixed Reality-nya ini bersama dengan sepasang motion controller canggih. Wujudnya sepintas mirip seperti Oculus Touch maupun controller bawaan Vive, dimana terdapat panel membulat berisikan sederet LED yang bakal di-track oleh sistem bawaan headset itu tadi.

Total ada empat tombol yang tersebar pada controller ini: trigger di belakang, kemudian satu lagi di bagian belakang gagangnya, tombol menu, dan tombol Windows di sisi depan gagang. Di sebelah analog stick-nya tampak trackpad berwujud membulat untuk menavigasikan menu.

Masih penasaran bagaimana cara kerjanya? Tonton saja video di bawah ini.

Sumber: 1, 2, 3, 4.

Avegant Kembangkan Prototipe Perangkat Mirip HoloLens dengan Teknologi Light Field

Meskipun belum dirilis untuk publik, Microsoft HoloLens telah menuai banyak pujian karena berhasil melebur objek-objek virtual dengan dunia nyata. Tidak hanya itu, kita pun dapat berinteraksi dengan objek-objek tersebut, seperti yang didemonstrasikan oleh Microsoft pada pertengahan tahun 2015 lalu.

Terlepas dari kecanggihannya, HoloLens masih menuai sejumlah kritik. Utamanya adalah field of view yang sempit serta hilangnya objek virtual saat pengguna berada terlalu dekat dengannya. Ini jelas bertolak belakang dengan cara kerja indera penglihatan kita.

Apakah versi final HoloLens nantinya masih mengalami kendala seperti ini? Tidak ada yang tahu, akan tetapi sekarang setidaknya sudah ada perusahaan lain yang mencoba mencarikan solusinya. Perusahaan itu adalah Avegant, yang sebelum ini sudah meluncurkan sebuah HMD (head-mounted display) unik bernama Glyph.

Setelah cukup sukses dengan Glyph, Avegant kini memutuskan untuk mengembangkan mixed reality headset-nya sendiri. Fungsi perangkat ini sejatinya sangat mirip seperti HoloLens, akan tetapi berdasarkan demonstrasi prototipenya, racikan Avegant ini lebih superior dalam hal visual.

Visual yang dimaksud bukan desain perangkat, melainkan konten yang disajikannya. Merujuk pada problem HoloLens tadi dimana objek akan sirna ketika pengguna berada terlalu dekat, masalah itu tidak berlaku pada prototipe Avegant. Rahasianya terletak pada penerapan teknologi light field.

Berkat teknologi light field, objek virtual tetap bisa dilihat sedekat atau sejauh apapun dari posisi pengguna headset / Avegant
Berkat teknologi light field, objek virtual tetap bisa dilihat sedekat atau sejauh apapun dari posisi pengguna headset / Avegant

Light field sederhananya mampu menyimulasikan mekanisme fokus indera penglihatan manusia secara realistis. Jadi ketika headset menampilkan konten berupa sistem tata surya, planet yang ada di kejauhan akan tampak kabur ketika kita menatap planet yang berada di dekat kita, demikian pula sebaliknya.

Menurut pendapat The Verge, grafik yang disuguhkan juga lebih tajam sekaligus realistis ketimbang HoloLens. Prototipe Avegant bahkan tidak menjumpai masalah ketika harus me-render sebuah objek di atas telapak tangan, dan penggunanya tetap bisa melihatnya secara jelas.

Kekurangannya? Prototipe Avegant Light Field ini harus disambungkan ke PC via kabel, tidak seperti HoloLens yang benar-benar wireless. Lebih lanjut, prototipe Avegant juga masih mengandalkan tracker eksternal seperti yang dilakukan HTC dengan Vive. Ke depannya, Avegant berharap produk finalnya bisa menyuguhkan sistem tracking terintegrasi seperti HoloLens.

Pengguna pun juga tidak dapat berinteraksi dengan objek virtual yang ditampilkan. Ini semua merupakan tantangan-tantangan terbesar yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh Avegant. Mereka berharap bisa menyajikan produk final paling tidak dalam 12 atau 18 bulan ke depan.

Sumber: The Verge dan ZDNet.

Microsoft Patenkan Teknologi ala Holodeck di Star Trek

Dengan begitu banyak jumlah penggemarnya, Star Wars memang merupakan franchise fiksi ilmiah terbesar, tapi Star Trek-lah yang boleh dibilang sebagai sci-fi sejati. Alasannya sederhana: beberapa gadget di film itu terealisasi jadi perangkat yang biasa kita gunakan, contohnya seperti komputer tablet, penerjemah digital, communicator wearable, hingga virtual reality.

Salah satu teknologi fiksi ilmiah Star Trek yang paling terkenal ialah Holodeck, sebuah ruangan dengan fungsi mensimulasikan kondisi di tempat lain melalui teknik ‘manipulasi materi’. Penjelmaan paling dekat teknologi ini di dunia nyata adalah perangkat virtual serta augmented reality, meski implementasinya masih belum secanggih Holodeck. Begitu esensialnya ide ini, bahkan Microsoft menggunakan nama hampir sama untuk device mixed reality-nya.

Meneruskan pengembangan HoloLens, Microsoft belakangan ini diketahui telah mengajukan paten untuk menggarap solusi mirip Holodeck. Pengajuannya sendiri sebetulnya dilakukan pada bulan Juni silam dan baru dipublikasi tanggal 22 Desember kemarin. Langkah ini merupakan upaya Microsoft menanggulangi satu kekurangan pada HoloLens, yaitu keterbatasan pada field of view. Desain optik yang ada saat ini menyekat FOV di 40 derajat, padahal penglihatan manusia hampir mendekati 180 derajat.

Metodenya memang tidak mengatasi kendala itu secara langsung di unit headset, melainkan dengan memproyeksikan gambar-gambar ke objek di sekeliling pengguna buat memperluas jangkauan pandangan head-mounted display. Ruangan mirip Holodeck tersebut dilengkapi rangkaian sensor dan proyektor, beberapa di antaranya mengusung teknologi 3D. Mereka bekerja serempak dan terus-menerus untuk mendongkrak FOV.

Penerapannya memang cukup kompleks. Di beberapa skenario, konten tambahan di-render dari perspektif berbeda, kadang proyeksi akan saling menyempurnakan, dan bisa mengubah penampilan objek sesungguhnya. Lalu posisi dan gerakan headset dilacak oleh sensor di sana. Microsoft percaya, pendekatan augmented reality ini juga akan menciptakan pengalaman penggunaan baru, baik untuk gaming sampai fungsi instruktif ataupun demonstrasi.

Tak sekedar paten, upaya pengerjaan teknologi ini telah dilakukan oleh Microsoft Research. Agar mudah dimengerti, tim mendemonstrasikan cara kerjanya dalam sebuah video:

Layaknya pengajuan paten lain, tidak ada jaminan Microsoft akan betul-betul memanfaatkan solusi tersebut. Menariknya, ini bukanlah satu-satunya upaya sang produsen menggarap versi asli ruangan hologram di Star Trek itu. Di bulan Oktober kemarin, Microsoft sempat bilang mereka berhasil menciptakan Holodeck yang dapat mereproduksi objek tanpa memerlukan kacamata/headset, berlokasi di kantor pusatnya.

Sumber: MS Power User. Gambar header: Memory Alpha wikia.

Samsung Sedang Siapkan Penerus Gear VR dan Headset Macam Microsoft HoloLens

Melihat kesuksesan Gear VR, sudah bisa dipastikan bahwa Samsung tengah sibuk menyiapkan suksesornya yang lebih canggih lagi. Namun kira-kira perubahan seperti apa yang bakal diterima oleh konsumen?

Berbicara di panggung Virtual Reality Summit, Dr. Sung-Hoon Hong yang menjabat sebagai Vice President Samsung Electronics mengungkap sedikit mengenai apa yang sedang timnya kerjakan untuk segmen VR. Yang cukup mengejutkan, Samsung rupanya tengah mengembangkan dua headset sekaligus.

Yang pertama adalah penerus Gear VR dengan teknologi rendering engine baru. Detailnya sejauh ini masih samar-samar, tapi pastinya engine baru ini akan meningkatkan kualitas grafik yang tersaji saat konsumen menggunakan headset. Dan kalau belajar dari pengalaman sebelumnya, Samsung pastinya juga akan menyempurnakan desain Gear VR baru ini supaya bisa lebih nyaman lagi saat dikenakan.

Akan tetapi yang justru sangat menarik perhatian adalah headset kedua yang Dr. Hong bicarakan. Headset ini pada dasarnya mengedepankan teknologi augmented reality seperti yang ditawarkan Microsoft HoloLens. Pada kenyataannya, Dr. Hong mengakui kalau timnya banyak belajar dari prototipe HoloLens sekaligus Magic Leap.

Dr. Hong tak lupa menjelaskan kalau teknologi hologram yang diaplikasikan pada headset ini nantinya akan terkesan begitu realistis berkat penerapan light field engine hasil pengembangan mereka sendiri. Tidak ketinggalan, Samsung juga punya visi untuk mengintegrasikan artificial intelligence dalam wujud asisten virtual.

Skenario yang dibayangkan adalah dimana pengguna bisa berbelanja perabot maupun produk lain, melihat wujud virtual-nya secara nyata dan melakukan pemesanan secara langsung dari headset, semuanya dengan bantuan sang asisten virtual.

Samsung juga tidak menutup kesempatan untuk bekerja sama dengan pihak lain yang ahli di bidang ini, baik startup kecil maupun perusahaan yang terkesan misterius seperti Magic Leap – Gear VR sendiri merupakan hasil kolaborasi Samsung dengan Oculus. Rencananya, suksesor Gear VR dan AR headset baru ini akan diperkenalkan pada ajang Mobile World Congress tahun depan.

Sumber: WearableZone.

ZapBox Ialah Mixed Reality Headset Seharga $30 Saja

Lewat HoloLens, Microsoft mencoba menawarkan sesuatu yang berbeda kepada dunia yang tengah dilanda demam virtual reality dan augmented reality. Bersamanya, kita diperkenalkan dengan konsep mixed reality, dimana pada dasarnya batas antara dunia nyata dan virtual jadi memudar.

Masalahnya, HoloLens sampai sekarang masih belum siap dijual secara massal. Harganya kemungkinan besar juga jauh dari kata terjangkau, mengingat versi developer-nya saja dijajakan seharga $3.000.

Selagi kita menunggu mixed reality dan HoloLens terealisasi, sebuah perusahaan bernama Zappar ingin kita bisa mencobanya lebih dulu tanpa harus merogoh kocek terlalu dalam. Mereka memperkenalkan ZapBox, sebuah mixed reality headset berbasis perangkat mobile.

Meski fungsinya berbeda, ZapBox banyak terinspirasi oleh Google Cardboard / Zappar
Meski fungsinya berbeda, ZapBox banyak terinspirasi oleh Google Cardboard / Zappar

ZapBox banyak terinspirasi oleh Google Cardboard, dimana headset hanya bisa bekerja ketika Anda menyelipkan smartphone ke dalamnya. Memanfaatkan kamera ponsel, Anda masih bisa melihat semua objek yang ada di sekitar Anda, tapi di saat yang sama aplikasi pendamping ZapBox juga akan menampilkan objek-objek virtual di atasnya.

ZapBox bekerja dengan cara mendeteksi pointcode yang Anda tempatkan di atas lantai, meja atau Anda tempel di tembok. Metode semacam ini memungkinkan ZapBox untuk mengenali posisi Anda di dalam ruangan, sehingga pada akhirnya Anda bisa berinteraksi dengan objek-objek virtual tadi menggunakan sepasang controller – yang juga mengemas gambar serupa dengan di pointcode agar bisa dideteksi oleh ZapBox.

Bermain Xylophone menggunakan ZapBox, meski pada kenyataannya meja tersebut kosong / Zappar
Bermain Xylophone menggunakan ZapBox, meski pada kenyataannya meja tersebut kosong / Zappar

Sejauh ini Zappar sudah menyediakan sejumlah konten untuk ZapBox. Di antaranya adalah ZapBrush untuk melukis secara tiga dimensi dalam ruangan, mini-golf maupun xylophone virtual untuk memamerkan bakat bermusik Anda. Ke depannya dipastikan akan ada lebih banyak konten, mengingat Zappar telah membuka aksesnya ke developer.

Namun yang paling menarik, semua ini bisa dinikmati konsumen dengan modal sebesar $30 saja. Kalau tertarik, silakan menjadi backer pada laman Kickstarter-nya.

Microsoft Umumkan Windows 10 Creators Update, Bisa Didapat Gratis Mulai Awal Tahun Depan

Ada filosofi tersendiri di balik lahirnya AIO perdana Microsoft, Surface Studio: Microsoft percaya bahwa semua orang bisa berkarya, dan teknologi dapat membantu mewujudkan peran mereka sebagai kreator. Untuk mengimbangi hardware baru tersebut, Microsoft telah menyiapkan update Windows 10 yang berfokus pada kemudahan berkreasi.

Didapuk Windows 10 Creators Update, update ini menghadirkan sederet fitur baru yang cukup menarik. Yang pertama berkaitan dengan proses kreasi objek tiga dimensi, yakni melalui aplikasi baru bernama Paint 3D, yang sempat beredar bocorannya beberapa saat lalu.

Microsoft sejatinya memproyeksikan versi baru MS Paint ini sebagai studio 3D para kreator. Guna memperkuat visi tersebut, mereka juga memperkenalkan Remix3D.com, sebuah komunitas online dimana pengguna bisa saling berbagi kreasi 3D-nya. Pengguna bahkan diberi kemudahan untuk menyambungkan 3D printer dan mencetak karya-karya favoritnya secara langsung.

Browser Microsoft Edge pun juga dibekali dengan dukungan 3D secara penuh, sehingga pengguna perangkat HoloLens dapat memaksimalkan kapabilitas yang ditawarkan konsep mixed reality. Salah satu contohnya, pengguna bisa melihat preview furniture langsung di hadapannya di dalam rumah sebelum membelinya secara online.

Yang kedua adalah fitur bertajuk MyPeople, yang pada dasarnya memungkinkan pengguna Windows 10 untuk saling berkomunikasi satu sama lain via beberapa medium sekaligus; bisa video call, email atau sekadar pesan instan.

Jadi dalam Windows 10 Creators Update nanti, Anda akan menjumpai deretan icon bergambar foto kontak penting Anda di sisi kanan taskbar. Dari situ Anda bisa berinteraksi dengan masing-masing kontak tanpa perlu membuka aplikasi lain; bahkan drag-and-drop foto maupun video pun juga dimungkinkan.

Tampilan fitur MyPeople dalam Windows 10 Creators Update / Microsoft
Tampilan fitur MyPeople dalam Windows 10 Creators Update / Microsoft

Terakhir, Microsoft tidak melupakan aspek yang paling dikenal dari Windows, yaitu gaming. Lewat Creators Update, Microsoft ingin semua gamer bisa menjadi broadcaster lewat integrasi layanan live streaming interaktif Beam yang telah diakuisisi Microsoft bulan Agustus lalu.

Tentu saja masih ada sejumlah pembaruan dan penyempurnaan lain, tapi tiga ini adalah yang paling diutamakan. Windows 10 Creators Update akan dirilis pada awal tahun 2017, dan semua pengguna Windows 10 bisa mendapatkannya tanpa dipungut biaya.

Sumber: Microsoft dan Windows Blog.

Aplikasi Pengolah Kata Sandi 1Password Bakal Tersedia di Microsoft HoloLens

Sejak awal mengumumkan HoloLens, Microsoft menjelaskan bahwa perangkat mixed reality tersebut tidak hanya ditujukan untuk keperluan hiburan saja seperti VR yang sejauh ini fokusnya ada pada gaming. Perpaduan AR dan VR yang diusung HoloLens membuatnya ideal untuk diaplikasikan dalam berbagai konteks, termasuk halnya dalam dunia kerja.

Maka dari itu, jenis aplikasi yang dikembangkan untuk HoloLens pun lebih bervariasi ketimbang VR headset macam Oculus Rift dan HTC Vive. Salah satu developer ternama yang sudah siap memamerkan preview aplikasinya untuk HoloLens adalah AgileBits, yang merupakan tim di balik aplikasi pengolah kata sandi populer 1Password.

Lewat Twitter, mereka menunjukkan bagaimana nantinya pengguna bisa memakai 1Password di HoloLens. Seperti yang sudah kita lihat dari beberapa demonstrasi HoloLens, perangkat ini juga cocok digunakan untuk menjelajahi web sekaligus menggunakan berbagai layanan berbasis internet. Hal ini pun membuat kehadiran aplikasi macam 1Password jadi relevan.

1Password untuk HoloLens

Fungsi 1Password untuk HoloLens sama seperti aplikasinya di mobile dan desktop, yaitu menyimpan seluruh kata sandi maupun informasi sensitif pengguna lainnya dalam ‘brankas’ virtual terenkripsi. Pengguna hanya membutuhkan satu kata sandi utama saja untuk membuka brankas tersebut, lalu mengakses kata sandi untuk berbagai layanan dengan mudah.

Sejauh ini pihak AgileBits belum mengungkapkan kapan pastinya 1Password untuk HoloLens akan tersedia. HoloLens sendiri sampai saat ini baru bisa dinikmati oleh kalangan developer saja.

Sumber: WinBeta.

Terkait Rumor PlayStation 4.5, Microsoft: Tak Ada Xbox ‘1.5’

Setelah berita dari Kotaku, laporan Digital Foundry dan Wall Street Journal kembali menguatkan rumor soal keberadaan PlayStation 4.5, sebuah console yang kabarnya diramu untuk menangani VR dan 4K. Sony memang sama sekali belum berkomentar, tapi perhatian mulai tertuju pada Microsoft: jika kabar itu benar, apa langkah sang pencipta Xbox sebagai rival utamanya?

Selepas acara Build 2016 di San Francisco yang dilangsungkan Microsoft minggu lalu, beberapa jurnalis berkesempatan mewawancarai Phil Spencer selaku head of Xbox. Mereka mencoba menggali informasi lebih lanjut mengenai HoloLens serta mencari tahu apa respons Microsoft terkait rumor PlayStation ‘4.5’. Apakah Microsoft akan mengikuti langkah Sony dan mencoba menyainginya dengan meramu Xbox 1.5?

Spencer mengekspresikan keraguannya. Sang bos Xbox itu bilang, ia ‘bukanlah penggemar angka satu setengah’. Ia berkata, “Jika saya melangkah ke depan, saya ingin bergerak secara besar-besaran.”

Meski demikian, Spencer turut menyampaikan bahwa ia sama sekali tidak tahu-menahu soal rumor yang sedang beredar tersebut. Jika benar, Spencer memahami motivasi di belakang strategi itu dan alasan mengapa Sony melakukannya. Bagi Microsoft, Xbox One masih sangat sukses. Penjualannya signifikan, console dapat diandalkan, dan layanannya terus berjalan. Jika mereka harus melangkah maju, Spencer ingin timnya memberikan suatu perubahan besar.

Menariknya lagi, Microsoft juga terlihat tidak terlalu heboh dengan virtual reality. Berdasarkan laporan narasumber anonim, VR merupakan salah satu aspek yang mendorong Sony meramu PS4.5. Raksasa gaming asal Jepang itu rencananya akan meluncurkan PlayStation VR di bulan Oktober 2016, dan sampai saat ini Microsoft belum mengumumkan perangkat baru buat menandinginya. Mereka hanya punya headset HoloLens.

Walaupun sempat didemonstrasikan untuk menjalan beberapa game seperti Fragments, Young Conker serta Minecraft versi mixed-reality, buat sekarang HoloLens belum dianggap sebagai platform hiburan sejati. Permainan-permainan ‘demo’ itu memang dibundel dalam development kit, tapi Anda perlu memerlukan dana sebesar US$ 3.000 buat memiliki satu unit HoloLens.

“Sebagai platform game – takaran idealnya adalah harga beberapa ratus dolar. Kisaran inilah yang bisa diterima oleh konsumen, tidak dimulai dari angka US$ 3.000,” tutur Spencer. “[HoloLens] ialah sebuah teknologi awal. Augmented reality dan hologram akan menjadi platform permainan, namun saat ini masih terlalu dini. Saya tidak akan mencoba menggembar-gemborkannya dan bilang bahwa semua orang sebaiknya memainkan game-game HoloLens.

Sumber: Venture Beat.