Situs Pencari Kerja “Gawean” Meluncur, Fokus di Bidang F&B, Ritel, dan Perhotelan

Berawal dari pengalaman pribadi sang founder saat studi di Brisbane Australia, startup yang menghadirkan platform untuk pencari kerja di bidang food and beverage (F&B) hadir di Indonesia. Startup lokal bernama Gawean ini fokus kepada pencarian pekerjaan hingga tenaga kerja di restoran, hotel hingga bisnis ritel lainnya. Kepada DailySocial Founder & CEO Gawean Kevin Fami Anggara mengungkapkan, Gawean ingin menjembatani tenaga profesional yang fokus mencari kerja di bidang F&B.

“Pada saat itu saya mengalami masalah finansial sehingga mengharuskan saya untuk mencari pekerjaan part-time untuk mendapatkan uang. Saya print banyak sekali CV dan mendatangi restoran, cafe, dan convenience store di sana untuk melamar pekerjaan, dan itu sangat melelahkan. Dari sekian banyak CV yang saya berikan hanya satu restoran yang menghubungi saya. Dari situlah saya terinspirasi untuk mendirikan Gawean.”

Fitur penilaian dan rating pencari kerja

Untuk memastikan CV dari kandidat terlihat baik dan profesional, Gawean melakukan standardisasi CV dari para pelamar kerja. Hal ini dilakukan oleh Gawean, karena masih banyak dari para pelamar kerja terutama di bidang F&B yang tidak tahu membuat CV yg baik dan benar.

“Terkadang banyak informasi yang tidak penting yang dicantumkan di CV dan itu merupakan salah satu keluhan dari beberapa tempat kerja yang sudah menjadi partner kita,” kata Kevin.

Sementara dari sisi perusahaan, setelah membuat profil di situs Gawean, perusahaan bisa membuka lowongan pekerjaan secara langsung. Perusahaan juga bisa melihat CV dari kandidat yang diinginkan melalui rating atau nilai tertinggi yang sudah tercantum dalam CV kandidat. Hanya dengan satu klik perusahaan bisa memilih kandidat dengan nilai tertinggi dan melanjutkan sampai ke tahap wawancara.

Perusahaan juga bisa membuat profil yang terdaftar di Gawean, sehingga para pelamar kerja dapat mengetahui seperti apa kultur kerja dan kisaran gaji di tempat kerja di perusahaan.

“Yang membedakan Gawean dengan layanan serupa lainnya adalah kami mempunyai fitur GPA (Gawean Point Average) yang memberikan penilaian ke setiap pencari kerja, sehingga pemilik usaha tidak usah repot lagi menyortir CV para kandidat secara konvensional,” kata Kevin.

Masih dalam versi Beta, saat ini situs Gawean sudah bisa diakses, dan Gawean telah memiliki sekitar 90 pencari kerja dan 4 perusahaan yang sudah terdaftar di Gawean yang masih dalam tahap beta testing.

Rencana fundraising dan target Gawean

Selain menambah jumlah pengguna dan perusahaan untuk bergabung di Gawean, target dari Gawean selanjutnya adalah melakukan penggalangan dana untuk tahap Seed. Diharapkan melalui platform Gawean bisa membantu pencari kerja menemukan pekerjaan yang tepat sekaligus mengurangi jumlah pengangguran dan kesenjangan sosial di Indonesia.

“Kami sangat berharap dapat membantu pencari kerja mempertemukan mereka dengan pekerjaan yang sesuai dengan mereka dan membantu pemilik usaha mendapatkan pekerja yang kompeten,” tutup Kevin.

Mengenal Lanskap Industri Travel dan Pergerakan Digitalnya

Salah satu industri yang cukup berkembang pesat di era digital ini adalah perjalanan atau travel. Cakupannya cukup luas dengan segmentasi yang dimiliki. Mungkin beberapa dari pembaca mengenal beberapa istilah seperti Online Travel Agency (OTA), Hospitality dan lain sebagainya. Bahkan penguraiannya pun sekarang makin spesifik. Contoh saja soal kehadiran budget hotel, sebagai evolusi layanan penginapan yang mengakomodasi travellers.

Untuk mengulas tentang bisnis travel, kami berdiskusi dengan Larry Chua, Co-Founder Caption Hospitality. Pengalamannya di industri travel tidak diragukan lagi. Bersama Caption Hospitality saat ini ia mengembangkan sebuah solusi terpadu yang diperuntukkan pemilik hotel atau penginapan untuk memiliki sistem teknologi, untuk mengakselerasi bisnisnya di era digital.

Larry Chua - Co-Founder dan CEO Caption Hospitality / Caption
Larry Chua – Co-Founder Caption Hospitality / Caption Hospitality

Awal mula industri travel dan perkembangannya

Di awal perbincangan, kami membahas tentang industri travel online yang ada saat ini. Istilah seperti OTA cukup membingungkan bagi orang awam. Larry pun sepakat akan hal tersebut, ia mengungkapkan lanskap ini memiliki cakupan sangat luas. Industri travel pada mulanya ada untuk melengkapi kebutuhan bisnis, sehingga di awal kemunculannya banyak bermunculan istilah bisnis yang disebut dengan “corporate travel”.

Apa yang dicakup dalam bisnis tersebut ada dua hal, pertama ialah moda transportasi (pesawat, kereta api, bus, hingga ojek) dan akomodasi (hotel, hostel, guest house, hingga kos). Ini adalah hal paling fundamental. Hingga pada akhirnya kini moda perjalanan makin terjangkau, pergeseran pun dimulai, banyak orang melakukan travelling untuk tujuan di luar perjalanan bisnis, yakni bersantai.

Di masa lalu pemasok akomodasi dan agen transportasi menggunakan sistem keagenan untuk menjual inventory mereka, merujuk pada proses distribusi. Proses itu berjalan bukan tanpa alasan, didominasi konsumen bisnis alur transaksinya didesain untuk mampu menyesuaikan kebutuhan perkantoran, misalnya ada cerdit term dengan jangka pembayaran tertentu dan lain sebagainya. Sistem ini juga untuk mencegah pemindahbukuan dan penanganan yang terlalu banyak oleh agen.

Jadi apa yang disebut OTA sebenarnya sebuah kanal distribusi baru untuk para pemasok. Nilai plus yang mereka berikan adalah saluran 24 jam untuk pemesanan moda transportasi dan akomodasi. Dengan keunggulan yang diberikan, mereka bertarung memasarkan dan mengarahkan lalu lintas pengguna ke situs web mereka. Dengan upaya ini, sebagian besar OTA mengenakan biaya dari 17% – 30% dari harga jual pemasok akomodasi. Contoh OTA populer saat ini seperti Traveloka, Pegipegi, Tiket, Rajakamar dan sebagainya.

Bagaimana OTA dan penyedia jasa bersinergi?

Larry memulai dengan sebuah pertanyaan, apakah hotel bisa bertahan tanpa OTA? Jawabannya iya. Sebaliknya, bisakah OTA bertahan tanpa hotel? Jawabannya tentu tidak. OTA hanya seperti sebuah marketplace, tanpa pemasok produk akomodasi atau travel maka bisnis mereka tidak akan jalan. Masalahnya mereka (hotel) sangat baik dalam menjalankan bisnisnya (akomodasi), namun banyak yang tidak mengerti tentang teknologi dan dunia digital.

Teknologi di sisi penyedia jasa hotel (hoteliers) tidak berkembang cukup pesat. Baru akhir-akhir ini saja penggunaan perangkat lunak berbasis komputasi awan atau sejenisnya mulai terlihat sebagai improvisasi layanan. Hal itu menurut Larry wajar, karena jika hoteliers memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ruang digital, mereka tidak memerlukan OTA untuk melakukan pemasaran.

Faktanya masih ada beberapa kelompok hotel yang tidak mencantumkan propertinya di OTA dan masih berjalan baik. Ini adalah contoh sisi lain dalam konteks ini. Namun gelombang ketiga evolusi online travel tampaknya juga akan segera hadir. Raksasa internet Google pun telah bereksperimen banyak dalam lini industri travel, perubahannya tentu akan banyak memberikan keuntungan untuk bisnis.

Persaingan industri travel yang ada saat ini

Menurut Larry, travel adalah salah satu vertikal bisnis yang paling menguntungkan untuk situs e-commmerce, deals atau semacamnya. Sebelum di Caption, Larry pernah memimpin sebuah travel department bisnis e-commerce, yakni Ensogo dan Deal.com. Ia lanjut menceritakan, pada satu titik pendapatan netto travel department menutupi seluruh biaya bulanan perusahaan.

Jadi apa yang terjadi saat ini dalam bisnis travel di Indonesia bukan “hal aneh” bagi Larry, misalnya akuisisi Tiket.com oleh Blibli. Perusahaan e-commerce seperti Bukalapak dan Tokopedia akan mulai bergerak penuh ke dalam ruang ini dan juga tidak akan mengejutkan jika nanti unicorn lain seperti Go-Jek akan mulai bermain di dalam ruang ini.

Turut ditekankan Larry bahwa ini adalah sebuah langkah bertahap ketika perusahaan mulai mengendalikan basis data pengguna dalam jumlah pesat. Mereka semua beroperasi sebagai pasar. Pertanyaan selanjutnya adalah model seperti apa yang bisa dijual kepada konsumen untuk menghasilkan keuntungan dan harga tiket tertinggi.

Gambaran umum lanskap industri travel / Caption Hospitality
Gambaran umum lanskap industri travel / Caption Hospitality

Hospitality untuk menggerakkan digitalisasi industri

Masih banyak masalah dan tantangan yang dihadapi pemilik properti. Pebisnis di Indonesia (secara umum) perlu belajar dari industri di daerah seperti Bali dan meniru tingkat layanan. Teknologi pasti sangat berperan dalam hal ini, membantu hoteliers menjadi lebih laku, serta membantu membuat biaya operasional menjadi lebih efisien. Namun demikian tetap ada masalah yang belum terselesaikan, misalnya untuk pengelolaan insentif ruang rapat, akomodasi perjalanan bisnis, hingga pengelolaan pemanfaatan fasilitas spesifik seperti kolam renang.

Untuk menguraikan kebutuhan digitalisasi, kebanyakan orang berpikir bahwa situs web adalah jawabannya. Namun dari pengamatan Larry, situs web hotel banyak yang perlu dipikirkan dan dirancang ulang sehingga dapat menginspirasi dan mengubah lalu lintas kunjungan menjadi pemesanan, bahkan traksi. Fakta penting lainnya adalah kebanyakan orang di Indonesia melihat informasi perjalanan dan bertransaksi di ponsel.

Kenyataannya lainnya adalah sebagian besar hotel masih melibatkan beberapa perusahaan pengembangan situs web atau perancang freelance untuk mengembangkan situs web mereka. Parahnya pengembang tersebut tak sedikit yang memiliki pengetahuan minim tentang perilaku travelers. Sayangnya kita tidak lagi tinggal di tahun 1998, situs web tidak lagi hanya ditujukan untuk kebutuhan informatif.

Edukasi berkelanjutan sangat dibutuhkan di Indonesia tentang ruang digital dan teknologi. Menurut Larry, banyak pengelola hotel masih memiliki pola pikir tahun 1990-an. Kita masih bisa melihat properti menggunakan pena dan kertas manual untuk check-in, kita masih bisa menemukan hotel yang tidak memiliki website yang tepat. Di sini Hospitality berperan. Larry mendefinisikan Hospitality sebagai pemasok dan salah satu aspek inti dari perjalanan. Tanpa Hospitality dan hoteliers, tidak ada “bisnis travel“.

Perjalanan Pegipegi Menginjak Usia Lima Tahun

Pegipegi tahun ini menginjak usia lima tahun. Selama ini banyak kendala yang dihadapi sekaligus solusi yang dihadirkan untuk terus bertahan, bersaing dan memberikan yang terbaik bagi pelanggannya. Di usianya yang ke lima, Pegipegi masih terus berusaha memenuhi ambisi mereka menjadi Online Travel Agent (OTA) terbaik di Indonesia.

Mundur ke belakang, salah satu kendala awal yang dihadapi Pegipegi adalah mengedukasi masyarakat. Deputy CEO Pegipegi Ryan Kartawidjaja mengisahkan hal ini kepada DailySocial. Kendati demikian seiring berjalannya waktu masyarakat sudah terbiasa dengan pemesanan dan transaksi online. Hal ini juga salah satu dampak dari mulai banyaknya industri dan layanan digital yang mengharuskan bertransaksi online.

“Masyarakat yang dulunya harus mendatangi suatu tempat untuk membeli tiket, dengan banyaknya sarana pemesanan online memudahkan mereka untuk merencanakan perjalanan kapan pun dan di mana pun. Dengan adanya layanan pemesanan online ini, masyarakat bisa merencanakan perjalanan mereka sendiri, mulai dari jenis maskapai, hotel, harga, maupun tujuan wisata yang ingin didatangi,” ujar Ryan.

Industri OTA tumbuh juga dikarenakan meningkatnya masyarakat yang aktif melakukan traveling. Seolah traveling sekarang menjadi gaya hidup masyarakat. Dari data yang dihimpun pihak Pegipegi rata-rata pelanggannya melakukan pemesanan dua sampai tiga kali dalam satu tahun. Hal ini disinyalir juga karena adanya transportasi yang terjangkau seperti maskapai Low-cost carrier (LCC) yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai kalangan.

Transformasi Pegipegi dalam lima tahun

Pegipegi mengawali kiprahnya di industri OTA pada tahun 2012, tepatnya pada tanggal 7 Mei 2012. Di awal kemunculannya Pegipegi hanya menyediakan layanan pemesanan hotel. Kemudian pada tahun 2013 Pegipegi mulai melayani pemesanan tiket pesawat. Hingga pada akhirnya pada tahun 2016 silam Pegipegi meluncurkan pemesanan tiket kereta api untuk melengkapi kebutuhan para pelanggan mereka.

Laman situs website Pegipegi
Laman situs website Pegipegi

Dari segi teknologi, perjalanan Pegipegi juga bertahap. Di awal kemunculannya Pegipegi hanya bisa diakses melalui website. Dua tiga tahun berselang, pada tahun 2015 akhirnya mereka merilis aplikasi mobile, baik untuk Android maupun iOS. Selain itu cara pembayaran juga terus mengalami penambahan dan penyempurnaan. Yang mulanya hanya ada ATM transfer, Internet Banking, dan Kartu kredit, saat ini pelanggan Pegipegi juga bisa melakukan pembayaran secara tunai di Alfamart dan Indomaret.

“Saat ini kami sedang mempersiapkan untuk penambahan destinasi tujuan yang bukan hanya domestik, namun juga internasional untuk semakin melengkapi pilihan destinasi traveling masyarakat Indonesia,” ujar Ryan menjelaskan rencana Pegipegi ke depannya.

Bertahan di tengah persaingan

Tidak sedikit layanan OTA yang bermunculan dalam lima tahun terakhir. Hal ini tidak membuat Pegipegi gentar menghadapi persaingan. Dijelaskan Ryan salah satu yang membuat Pegipegi bertahan hingga saat ini adalah pihaknya berupaya memberikan layanan pemesanan online terbaik bagi para pelanggannya. Fokus pada kepuasan pelanggan.

“Selain itu kami juga memberikan tips traveling dan review yang dapat sangat membantu customer sebagai referensi untuk traveling. Didukung dengan banyaknya promo dan layanan Customer Service yang sangat membantu, kami yakin Pegipegi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia,” papar Ryan

Lebih lanjut, hadirnya pemain baru membuat Pegipegi semakin tertantang. Tinggi dan ketatnya persaingan dikonversi menjadi semangat untuk meningkatkan kualitas layanan, tampilan situs dan menambah inventori produk untuk memberikan kemudahan dan pilihan bagi pelanggan Pegipegi, baik pelanggan maupun pengguna baru.

Ryan sendiri merasa persaingan di sektor OTA masih tetap terbuka. Hal ini karena masyarakat tidak cenderung hanya menggunakan satu OTA. Kemudahan membandingkan harga dan kualitas layanan juga menjadi alasan tersendiri masyarakat belum begitu fanatik terhadap sebuah OTA. Pekerjaan rumah bagi bisnis OTA adalah bersaing dari segi kualitas untuk memuaskan pelanggan mereka.

Target selanjutnya

Kepada DailySocial Ryan menjelaskan bahwa berdasarkan data pemesanan di Pegipegi terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Dari tahun 2015 hingga 2016 misalnya, pemesanan naik hingga mencapai 250%. Kondisi ini yang membuat Pegipegi cukup yakin dengan mematok target untuk tahun ini, dua kali lipat pertumbuhan transaksi di banding tahun sebelumnya.

“Melihat pertumbuhan yang cukup pesat ini, Pegipegi optimis untuk menargetkan, setidaknya transaksi akan meningkat 2 kali lipat pada tahun berikutnya. Oleh karena itu, Pegipegi telah menyiapkan berbagai hal untuk mencapai target tersebut, di antaranya adalah mengembangkan layanan pemesanan yang lebih mudah; meningkatkan jumlah inventori, memperbanyak pilihan metode pembayaran; serta menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk menghadirkan beragam promo menarik demi menjamin kepuasan pelanggan. Dengan hal ini, kami optimis pada tahun 2017 ini transaction growth akan naik sebanyak 200% dibandingkan dari tahun sebelumnya,” pungkas Ryan.

Application Information Will Show Up Here

RedDoorz Hadirkan Ragam Sistem Pembayaran Baru untuk Memikat Pelanggan

Persaingan antar penyedia akomodasi budget hotel di Indonesia kian riuh. Dari tiga pemain terbesar saat ini, NIDA Rooms, ZEN Rooms dan RedDoorz, ketiganya sama-sama terus diperkuat dengan inovasi, terakhir ketiganya juga baru saja mendapatkan suntikan pendanaan seri A untuk perluasan cakupan bisnis. Maka dibutuhkan strategi lain yang berorientasi kepada pengguna untuk mendapatkan minat dari pasar.

Salah satu yang diupayakan oleh RedDoorz ialah dengan memberikan kenyamanan lebih dari sisi sistem pembayaran. Baru-baru ini pihaknya meluncurkan tiga mekanisme baru, yakni dengan transfer via ATM, Pay at Hotel (membayar di hotel saat check-in) dan menggunakan RedCash. Metode-metode pembayaran baru ini diperkenalkan agar pelanggan mendapatkan pengalaman yang lebih nyaman dari proses pemesanan hingga pembayaran akomodasi.

“Kami ingin menawarkan keuntungan lebih tidak hanya untuk tamu-tamu kami, tapi juga untuk semua partner bisnis kami. Salah satu dari komitmen kami adalah untuk menghadirkan metode-metode pembayaran yang akan mempermudah keseluruhan proses transaksi,” ujar Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal.

Salah satu yang menarik adalah RedCash. RedCash adalah fitur mata uang virtual yang didapatkan dalam bentuk loyalty points dari setiap pemesanan langsung melalui situs RedDoorz. Poin RedCash akan di kreditkan ke akun tamu saat proses check-in.

“Kami juga menyadari bahwa kebanyakan tamu-tamu kami adalah pelancong budget atau ekonomi yang memilih untuk membayar langsung di hotel atau melalui ATM. Sekarang, tamutamu RedDoorz akan bisa melakukan pemesanan terlebih dulu dan bayar kemudian. Hal ini diharapkan dapat menjadikan proses pembayaran, yang juga bisa dilakukan dengan RedCash, lebih nyaman,” jelas Amit.

Seiring meningkatnya kepuasan pelanggan dengan penambahan metode pembayaran ini, RedDoorz juga telah memperluas jaringan akomodasinya di Bogor dan Yogyakarta. Hingga saat ini RedDoorz mengklaim telah memiliki lebih dari 550 hotel di pulai Jawa dan Bali.

Application Information Will Show Up Here

RedDoorz Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai 13,3 Miliar Rupiah

Hari ini platform penyedia reservasi budget hotel RedDoorz mengumumkan keberhasilannya dalam meraih pendanaan sebesar $1 juta (atau senilai Rp13,3 miliar) dari InnoVen Capital yang merupakan joint venture dari Temasek Holding Singapura dan Bank UOB. Ini menjadi pendanaan lanjutan setelah sebelumnya RedDoorz membukukan pendanaan seri A tahun 2016 yang dipimpin oleh Asia Investment Fund, World Bank Group dan Jungle Ventures.

Di masa awal pendiriannya, pada tahun 2015, RedDoorz juga sempat mendapatkan pra-seri A dari 500 Startup. Misi perusahaan untuk menghadirkan rangkaian akomodasi budget dengan kualitas terjaga membawa pada kepercayaan investor tersebut. Saat ini RedDoorz mengklaim telah memiliki 500 kanal budget hotel yang tersebar di wilayah Jakarta, Bali, Bandung, dan Surabaya.

“Kami bangga bekerja sama dengan InnoVen yang percaya dengan model bisnis kami karena perusahaan peminjaman modal hanya mencari perusahaan yang memiliki arus kas yang sehat dan kemampuan untuk membayar kredit. Anggaran untuk berwisata juga ikut meningkat seiring dengan pertumbuhan pendapatan per kapita dan kemampuan belanja masyarakat lokal, dan kami menjawab kebutuhan mereka dengan menyediakan akomodasi berkualitas,” tutur Founder & CEO RedDoorz Amit Saberwal.

Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnisnya dan mematangkan brand RedDoorz di pangsa pasar Asia Tenggara. Meningkatnya peminat layanan tren online travel agency (OTA) khususnya pada segmentasi budget hotel diklaim telah membawakan RedDoorz peningkatan pendapatan hingga 12 kali lipat hingga saat ini.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Google, pasar pemesanan kamar hotel online di Asia Tenggara akan meningkat dari $6,6 miliar di 2015 ke $36,4 miliar di 2025 dengan peningkatan 19 persen setiap tahunnya.

Sebelumnya dengan nilai lebih besar, pesing langsung RedDoorz yakni NIDA Rooms juga baru saja mendapatkan pendanaan seri A sejumlah $5,6 juta ari Shanda Group dan beberapa investor Asia Tenggara lainnya. Dengan tujuan sama, pendanaan tersebut juga difokuskan untuk mematangkan kehadiran NIDA Rooms sebagai spesialis buget hotel di Indonesia dan Asia Tenggara.

Sementara para pemain lain seperti Airy Rooms, ZUzu Hotels dan Zeen Rooms juga terus mencoba mengembangkan bisnis di Indonesia. Salah satu strategi yang digalakkan ialah dengan menggandeng OTA lokal, seperti yang dilakukan oleh AiriRooms dan Traveloka. Sedangkan Zen Rooms memiliki strategi yang sedikit berbeda, yakni mencoba memfokuskan pada konsumen korporasi dan konsumen jangka panjang. Beberapa kemitraan dengan online marketplace juga sempat dijalankan oleh beberapa pemain budget hotel online di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Di Balik Gerak Agresif RedDoorz Kuasai Pasar Hotel Budget di Indonesia

Potensi wilayah Indonesia yang cocok untuk melancong dan kawasan wisata menjadikan platform hotel budget asal Singapura Reddoorz kian agresif mengembangkan bisnisnya. Pihak Reddoorz menginfokan baru mendapatkan dana segar seri A untuk menjadi leading player hotel budget di Indonesia, hanya saja nominal pendanaan dan identitas investor tidak disebutkan.

Reddoorz meyakini investasi yang didapat ini akan membantu pihaknya dalam memperlancar ekspansinya ke dua kota baru yakni Yogyakarta dan Medan. Saat ini Reddoorz sudah beroperasi di tiga kota besar Jakarta, Bali dan Bandung. Totalnya lebih dari 500 hotel bintang tiga ke bawah, dengan total kamar mencapai 3 ribu.

Sekadar informasi, Reddoorz terakhir kali mendapatkan pendanaan pra-seri A dari 500 Startup sebesar US$ 1,4 juta pada Januari 2016. Sebelumnya, Reddoorz juga mendapatkan dana dari Jungle Ventures dengan nominal yang tidak disebutkan di September 2015.

“Apa kami lakukan di hadapan investor saat pitching adalah menambah jumlah kota. Ini cara yang paling logis bagi kami untuk meningkatkan investasi. Kami mengatakan akan fokus ke tiga kota pertama terlebih dahulu. Jika menemukan mode bisnis yang cocok di sana, maka kami bisa ekspansi ke kota lainnya, kemudian baru melangkah ke Asia Tenggara,” ucap Co-Founder Reddoorz Amit Saberwal seperti dikutip dari Web In Travel.

Menurutnya, perusahaan bakal lebih yakin dengan pedoman bisnis seperti ini dan peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih bertumbuh. Reddoorz akan banyak menghabiskan banyak waktu untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia sebelum akhirnya melancong ke negara lain.

“Orang Indonesia sangat sosialis, dinamis, so last minute, so mobile-driven, dan penuh spontanitas. Ini sangat cocok untuk profil bisnis kami.”

Terinspirasi dari OYO Rooms

Model bisnis Reddoorz sebenarnya terinspirasi dari pemain hotel budget terbesar di India, OYO Rooms. Perusahaan tersebut sudah berdiri sejak 2012 dan diklaim sebagai pemain terbesar dengan menguasai 200 kota di India dan Malaysia mengoperasikan 700 ribu kamar hotel. Malaysia adalah negara pertama yang disinggahi OYO Rooms pada awal tahun lalu.

Tingkat persaingan operator hotel budget dengan pemain Online Travel Agent (OTA) di India sudah cukup ketat. Pasalnya, pemain OTA memberikan subsidi diskon gila-gilaan kepada para mitranya sekitar 30%-40% dari harga tiket.

Kendati demikian, Saberwal percaya pasar hotel budget di Asia sangat terfragmentasi dan cukup besar, sehingga konsep “the winner takes all” tidak berlaku untuk bisnis ini.

“Ini bukan kompetisi antara Uber dengan Lyft. Lihat jaringan hotel yang ada sekarang, seperti Accor, Marriott, dan Hilton, perbedaannya adalah kami itu tech-enabled.”

Terlebih domisili Saberwal di Singapura, dia melihat adanya potensi yang besar untuk mengembangkan bisnis hotel budget di Indonesia dan Asia Tenggara.

Reddoorz menganut model bisnis bekerja sama dengan properti yang bersifat kecil dan independen, misalnya Ibis dan Holiday Inn Express, yang memiliki standar penginapan. Jumlah kamar yang diakuisisi tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Hotel pun harus menawarkan layanan 24 jam dan Reddoorz memiliki program loyalitas berbentuk koin, disebut Red Cash.

Akan segera ekspansi bila sudah menguasai Indonesia

Saberwal percaya, ketika Reddoorz sudah terbukti jadi pemain leading di Indonesia. Maka dari itu, pihaknya akan menggunakan pedoman yang sama ketika akan ekspansi ke Vietnam, Thailand, dan Filipina. Sebab, bagi dia bisnis hotel budget itu mengenai bisnis per kota bukan per negara.

Dia melihat ada banyak kemiripan antara India dan Indonesia. Akan tetapi, Saberwal menilai Indonesia lebih maju dalam hal keterlibatan mobile daripada konsumen di India.

Secara profil konsumen Reddoorz di Indonesia, kebanyakan berusia 24-29 tahun, 50% di antaranya adalah laki-laki, dan last minute decision maker. Adapun secara transaksi rata-ratanya sekitar US$35 sampai US$38.

Saat ini, jumlah tim lokal Reddoorz di Indonesia mencapai 110 orang berlokasi di Jakarta. Mayoritas di antara mereka sebelumnya sudah pernah bekerja di hotel.

“Tim kami terdiri dari orang-orang muda yang penuh aspirasi ingin mengedepankan hospitality sekaligus mencari pertumbuhan bisnis yang cepat.” pungkas dia.

Pengembang Sistem Aplikasi Perhotelan Caption Hospitality Jalin Kerja Sama dengan eRevMax Perluas Mitra Distribusi

Caption Hospitality sebuah startup pengembang sistem aplikasi perhotelan asal Yogyakarta dan Singapura baru saja meresmikan kerja samanya dengan eRevMax. Kerja sama ini  bertujuan untuk mengintegrasikan layanan end-to-end CRONO milik Caption dengan teknologi distribusi online perhotelan yang dimiliki eRevMax. Integrasi dua sistem ini menawarkan channel management dan pengaturan reservasi yang dapat diautomasi bagi properti independen di seluruh kawasan Asia Pasifik.

Integrasi ini memungkinkan para penyedia jasa akomodasi yang tergabung dalam Property Manegement System (PMS) milik Caption untuk mendistribusikan ketersediaan kamar dan harga properti mereka ke situs distribusi pihak ketiga secara langsung dari PMS mereka dan menerima pemesanan langsung dari RTConnect dan LIVE OS milik RateTiger. Harga online dan ketersediaan kamar akan diperbarui secara otomatis di semua saluran penjualan yang terhubung termasuk Sistem Distribusi Global, Online Travel Agent (OTA), Meta-search, dan situs e-commerce lainnya.

“Akomodasi dengan tingkat lebih rendah di negara berkembang saat ini sedang menghadapi tantangan untuk terus mempertahankan bisnisnya di dunia online. Melalui kerja sama ini, kami menyelesaikan masalah yang dihadapi properti dan pemilik hotel dengan teknologi yang simpel dan mudah untuk dioperasikan, hanya dengan panel kontrol tunggal pada CRONO milik Caption Hospitality, mereka akan terhubung dengan lebih dari 700 OTA dan 4 GDS (Global Distribution System) di seluruh dunia dengan bantuan eRevMax.” ujar Co-Founder Caption Hospitality Larry Chua.

CRONO sendiri merupakan ‘single software untuk hotel’ yang menyediakan layanan terskala dan dapat diandalkan untuk semua tipe dan ukuran hotel, terutama hotel independen dan butik. Kerja sama strategis antara kedua spesialis industri teknologi hospitalitas ini akan membantu hotel mengefektifkan penjualan mereka melalui satu aplikasi untuk semua manajemen pendapatan dan distribusi.

eRevMax terus mengembangkan jaringan mitranya untuk menawarkan solusi yang terhubung secara langsung dan real-time untuk pengalaman distribusi yang lancar dan tanpa gangguan. Ini termasuk solusi bagi pasar independen dan skala atas melalui perusahaan grup hotel. Ekosistem channel milik eRevMax memfasilitasi layanan konektivitas dan relationship management yang bersertifikat kualitas untuk menunjang strategi yang kompleks untuk meningkatkan pendapatan.

“Hubungan antara software kami dengan PMS milik Caption Hospitality menyediakan pilihan bagi hotel atau properti independen untuk mengelola saluran distribusi online dengan biaya yang efektif tanpa perlu khawatir untuk mengatur ketersediaan kamar secara manual di setiap website pemesanan. Lebih banyak hotel akan dapat menggunakan keuntungan dari ekosistem channel kami sembari menyederhanakan upaya distribusi mereka. Koneksi XML yang aman akan memastikan pembaruan harga dan ketersediaan secara langsung, dan juga pengambilan data booking, sehingga menjaga PMS milik hotel akan selalu diperbarui,” ujar SVP Project Management eRevMax Ashis Saha.

Caption Ingin Mudahkan Bisnis Perhotelan Digitalkan Proses Operasional dan Akomodasi

Startup digital memang identik dengan upayanya dalam memecahkan masalah dengan cara-cara yang efisien. Pun demikian dengan Caption (atau sering disebut dengan Caption Hospitality/Hotel), sebuah startup berbasis di Yogyakarta yang berinovasi mengembangkan solusi digital untuk bisnis perhotelan. Misi Caption adalah memudahkan hotel atau penginapan di berbagai kelas untuk memiliki pendekatan digital yang baik dengan investasi yang paling efisien.

Caption didirikan oleh dua orang Co-Founder lulusan Founder Institute, Larry Chua dan Budi Santoso. Keduanya dihubungkan oleh seorang Founding Partner dari Goldern Gate Ventures. Larry yang telah berpengalaman lebih dari satu dekade di industri travel memegang tanggung jawab untuk mengembangkan proses bisnis dari Caption. Sedangkan Budi lebih banyak mengakomodasi kebutuhan pengembangan teknologi.

Ide startup dimulai ketika menemukan keterbatasan dari target pasar

Pada awalnya Caption mencoba membangun sebuah OTA (Online Travel Agencies) di Asia Tenggara yang fokus pada hotel butik (hotel kecil dengan fasilitas mewah). Kala itu pengembangan pelanggan dan bisnis awal dilakukan di Singapura. Namun ketika tim menguji model bisnis tersebut di pasar negara berkembang, seperti Indonesia dan Thailand, mereka menemukan kendala di sisi pengelola hotel, yakni mereka (hotel butik) tidak memiliki teknologi yang memungkinkan untuk terintegrasi dengan layanan OTA.

Melihat fakta tersebut, yang cukup berat untuk melancarkan sebuah OTA dengan segmentasi spesifik di hotel butik, akhirnya Caption sempat melakukan pivot, yakni dengan beralih mengembangkan mesin Meta-Search yang berfokus di pasar Thailand. Sayangnya keterbatasan justru ada pada pemahaman bahasa dan karakter pengguna. Akhirnya Caption mencoba memikirkan tentang langkah terbaik untuk merangkul industri tersebut dengan cara lain. Caption ingin mencoba menyelesaikan akar permasalahannya untuk mendigitalkan kegiatan operasional di hotel-hotel tersebut.

“Sebenarnya ada banyak solusi yang mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi bisnis properti. Lalu mengapa tidak menggunakannya? Setelah menghabiskan waktu hampir 4 bulan untuk survei dan melakukan wawancara dengan beberapa properti, kami menyimpulkan beberapa hal, (1) karena solusi tersebut terlalu mahal, (2) hanya cocok digunakan untuk keadaan ideal dari sisi infrastruktur, (3) terlalu rumit untuk staf hotel dan (4) keterbatasan pemasaran online,” ujar tim Caption menjelaskan tentang hasil temuannya.

Dari temuan tersebut maka lahirlah sebuah solusi end-to-end bernama CRONO. Sebuah solusi yang siap mengakomodasi kebutuhan wisata yang tidak memerlukan modul-modul rumit, seperti kebutuhan operasional F&B, spa, bar dan lainnya. Selain solusi berupa perangkat lunak untuk membantu kegiatan operasional, Caption juga menyediakan layanan manajemen hotel online yang bekerja sebagai perpanjangan tangan pihak pengelola hotel.

Caption memberikan layanan pengelolaan SEO, SEM, media sosial, dan kampanye online lainnya untuk meningkatkan peminat layanan hotel tersebut. Dalam hal ini, Caption sangat percaya bahwa teknologi adalah satu-satunya kendaraan yang dapat mengakselerasi bisnis tersebut. Namun penggunaannya pun harus tepat untuk memberikan keuntungan yang optimal, sehingga Caption memilih mendampingi pelanggannya secara lebih intend guna mencapai target optimal tersebut.

“Kami telah melaksanakan pendekatan pasar dengan metode bottom up, kami menginvestasikan waktu dan sumber daya kami bagi umpan balik dan pengembangan konsumen secara terus-menerus, yang memungkinkan kami untuk merancang sebuah produk yang user-friendly yang benar-benar dapat membantu staf hotel untuk bekerja dengan cara yang efisien dalam melakukan pekerjaan inti mereka,” ungkap tim Caption.

Akomodasi tingkat rendah untuk wisatawan modern

Saat ini Caption sedang menguji coba secara intensif solusi yang ditawarkan di 5 bisnis properti di beberapa kota di Indonesia. Selain itu Caption juga telah berhasil menjalin kemitraan eksklusif dengan salah satu Channel Manager terbesar di dunia, yang memungkinkan setiap properti untuk dihubungkan ke 3.700 OTA di dunia. Caption juga dalam tahap akhir dari penandatanganan kontrak manajemen selama 5 tahun dengan beberapa properti di Indonesia.

“Sementara Oracle telah mendominasi pasar akomodasi tingkat atas, kami memiliki tujuan untuk menjadi sistem operasi pilihan utama untuk akomodasi wisata dengan tingkat yang lebih rendah, serta memungkinkan dan memberdayakan akomodasi dengan tingkat yang lebih rendah untuk siap melayani wisatawan modern,” pungkas tim Caption.

Caption sendiri saat ini telah menutup angel round pada awal tahun 2016, dan berencana untuk menggalang dana pada awal tahun 2017 untuk mengakselerasi bisnisnya.

Peran Serta Big Data dalam Menumbuhkan Traksi Bisnis Perhotelan

Industri perhotelan sekarang sedang digoyang lahan bisnisnya oleh startup-startup yang menawarkan tempat menginap seperti AirBnB dan layanan sejenis. Industri hotel mulai berbenah dengan menerapkan teknologi di sistem mereka, salah satunya untuk pemasaran dan pemesanan. Bahkan tak jarang mereka menggandeng mitra-mitra startup untuk membantu memasarkan ruang-ruang kosong milik mereka. Untuk masalah perhotelan ini sebenarnya big data menawarkan sesuatu yang baru. Sebuah analisis big data sebenarnya mampu memberikan dampak positif untuk pemasukan bisnis perhotelan.

Skenario utamanya adalah mempelajari setiap detil pemesanan yang dilakukan oleh pelanggan. Mulai dari keperluan mereka menginap, siapa yang membayarnya, dan kapan dan berapa lama terakhir menginap di hotel tersebut. Ini memberikan gambaran sehingga pihak hotel bisa mengatur tinggi rendahnya tarif untuk memberikan kesan lebih murah atau lebih terjangkau meski dengan pelayanan yang sama.

Detil data-data pelanggan yang dimaksud bisa bercabang dan memuat banyak variabel. Seperti dari mana mereka tahu hotel tersebut, bagaimana tanggapan mereka terhadap pelayanan hotel sebelumnya dan setelah mereka tinggal di hotel, dan dengan siapa saja mereka menginap di hotel, apakah keluarga atau dengan rekan-rekan bisnis mereka.

Data-data lainnya juga bisa bernilai, sebut saja seperti transportasi apa yang mereka pakai, maskapai apa, apakah tiket ekonomi atau bisnis, dan berapa uang yang mereka habiskan selama liburan atau tinggal di hotel tersebut di periode lampau dan data-data sejenis lainnya.

Grafik analisis data pelanggan hotel
Grafik analisis data pelanggan hotel

Data-data tersebut nantinya bisa diolah dan akan menghasilkan sebuah keputusan, dan sekarang bisa juga digunakan untuk menetapkan harga kamar, atau mungkin jumlah potongan harga yang didapat.

Penetapan harga atau potongan harga dari hasil analisis tersebut akan membuat kesan bahwa harga kamar bisa lebih terjangkau, ini yang dimaksud dengan mengoptimalkan RevPAR (Revenue Per Available Room) dengan memanfaatkan analisis big data.

Tak hanya itu data-data tersebut seharusnya juga berguna untuk bagaimana hotel menjalin kerja sama dengan industri-industri terkait lainnya. Seperti transportasi, bank, perusahaan dan lainnya.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

[Panduan Pemula] Cara Booking Hotel Menggunakan Aplikasi Traveloka

Di panduan pemula sebelumnya, saya sudah berikan tutorial lengkap cara memesan tiket pesawat menggunakan aplikasi Traveloka. Sebagai lanjutannya, hari ini kita akan coba memesan tempat penginapan atau hotel, masih dari aplikasi Traveloka.

  • Langsung saja, saya asumsikan Anda sudah mengunduh aplikasi dari Google Play Store.
  • Jalankan aplikasi kemudian pilih menu Search Hotel.
Cara Booking Hotel Menggunakan Aplikasi Traveloka_1
Selain tiket pesawat, di Traveloka Anda juga bisa memesan kamar hotel
  • Tentukan lokasi pencarian hotel di kota di mana Anda akan menginap, atau tetap gunakan opsi Hotels near you yang artinya pencarian akan difokuskan di lokasi sekitar Anda.
Cara Booking Hotel Menggunakan Aplikasi Traveloka_2
Ada ribuan hotel seluruh Indonesia yang bisa dibooking menggunakan Traveloka
  • Pilih satu dari sekian pilihan yang ditampilkan.
Cara Booking Hotel Menggunakan Aplikasi Traveloka_3
Memesan hotel di Traveloka selalu update real-time
  • Lalu pilih kamar dengan men-tap Select Room.
  • Tap Continue setelah data Anda benar.
Cara Booking Hotel Menggunakan Aplikasi Traveloka_4
Pesanan melalui Traveloka terhubung ke hotel, sehingga Anda tidak perlu berhubungan dengan pihak hotel
  • Sekali lagi tap Continue.
Cara Booking Hotel Menggunakan Aplikasi Traveloka_5
Pembayaran via melalui ATM, transfer, kartu kredit, alfamart dan indomaret
  • Lalu pilih metode pembayaran. Lakukan pembayaran sesuai jumlah tagihan dan selesai, e-ticket akan dikirimkan ke Anda melalui email. Berikutnya Anda tinggal check-in ke hotel yang dipilih dengan menunjukkan kode booking.

Selamat mencoba dan enjoy your rest!

Application Information Will Show Up Here