Huawei P50 Pro Menempati Peringkat Pertama di DxOMark, Kamera Tele Memperoleh Nilai Tinggi

Smartphone flagship Huawei P50 dan P50 Pro secara resmi diperkenalkan pada tanggal 29 Juli lalu. Seperti pendahulunya, Huawei P50 Pro pun langsung bertengger di posisi teratas pada peringkat DxOMark dengan skor 144 poin dan menyalip Xiaomi Mi 11 Ultra dengan 143 poin.

Kamera Huawei P50 Pro ini masih mengusung label Leica dan menggunakan multispectral color temperature sensor untuk mengoptimalkan white balance dan color rendering. Skor 144 poin tersebut didapat setelah menguji empat unit kamera belakang Huawei P50 Pro, dengan kamera utama 50MP (output 12,5MP) menggunakan lensa 23mm f/1.8 dilengkapi OIS.

Tentu saja, tiga kamera sekunder yang menyertainya pun tak abal-abal. Ada 13MP dengan lensa ultrawide 13mm f/2.2, 64MP (output 16MP) dengan lensa telephoto 90mm f/3.5 dilengkapi OIS, dan sensor monochrome 40MP dengan lensa 26mm f/1.6.

Menurut DxOMark, kamera Huawei P50 Pro memiliki kualitas foto yang luar biasa di semua kondisi dengan nilai 149 poin. Untuk pengujian zoom, capaian 107 poin juga membuatnya menjadi tolak ukur dan menjadi smartphone dengan kemampuan zoom terbaik terutama tele yang meraih nilai 140 poin dengan kemampuan 4x optical zoom dan 200x digital zoom, sedangkan wide-nya hanya 57 poin.

Dalam hal perekaman video, sayangnya dengan nilai 116 poin Huawei P50 Pro tidak berhasil melampaui Xiaomi Mi 11 Ultra tetapi hanya selisih satu poin saja. Menurut DxOMark, sistem autofocus Huawei P50 Pro saat merekam video bekerja dengan sangat baik. Lebih detail mengenai kemampuan kamera Huawei P50 Pro dapat mengunjungi situs DxOMark.

Sumber: GSMArena

 

Huawei P50 dan P50 Pro Disingkap, Tawarkan Dua Pilihan Chipset tapi Tanpa Dukungan 5G

Setelah cukup lama dinantikan, Huawei akhirnya menyingkap lineup smartphone flagship terbarunya. Tidak seperti sebelumnya, Huawei kali ini hanya menghadirkan dua model saja, yakni P50 dan P50 Pro (tidak ada lagi model Pro+).

Absennya model Pro+ pada dasarnya membuat P50 dan P50 Pro jadi punya banyak kemiripan, utamanya dalam hal ukuran. Pada generasi sebelumnya, P40 dan P40 Pro punya perbedaan ukuran layar yang cukup signifikan.

Namun supaya tidak membingungkan, ada baiknya kita membahas fitur dan spesifikasi keduanya secara terpisah.

Spesifikasi Huawei P50

Dibandingkan P40, ukuran layar P50 jauh lebih besar di angka 6,5 inci. Panel yang digunakan berjenis OLED, dengan resolusi 2700 x 1224 pixel, refresh rate 90 Hz, dan touch sampling rate 300 Hz. Seperti yang bisa dilihat, lubang kameranya kini cuma satu di tengah.

P50 datang membawa chipset Qualcomm Snapdragon 888, RAM 8 GB, serta opsi storage 128 GB atau 256 GB. Baterainya tercatat punya kapasitas 4.100 mAh, serta mendukung fast charging 66 W via kabel. Tebal perangkat berkisar 7,92 mm, sedangkan bobotnya 181 gram. Secara keseluruhan, fisiknya tahan air dengan sertifikasi IP68.

Sesuai ekspektasi kita terhadap Huawei P Series, kamera selalu menjadi aspek unggulan. Huawei P50 mengandalkan tiga kamera belakang: kamera utama 50 megapixel f/1.8 dengan OIS, kamera ultra-wide 13 megapixel f/2.2, dan kamera periskop 12 megapixel f/3.4 dengan 5x optical zoom. Di depan, ada kamera selfie 13 megapixel f/2.4.

Spesifikasi Huawei P50 Pro

Layar OLED milik P50 Pro sedikit lebih luas di angka 6,6 inci, akan tetapi resolusinya pada dasarnya sama: 2700 x 1228 pixel. Yang berbeda adalah refresh rate-nya yang sudah 120 Hz, serta desain sisi kiri dan kanannya yang melengkung mengikuti kontur bodi.

Pada bagian dapur pacu, P50 Pro rupanya hadir dalam dua varian yang berbeda; satu dengan chipset Snapdragon 888, satu dengan Kirin 9000. Pilihan RAM 8 GB atau 12 GB juga tersedia, sementara penyimpanan internalnya bervariasi antara 128 GB, 256 GB, dan 512 GB.

P50 Pro mengemas baterai berkapasitas 4.360 mAh yang tak hanya mendukung fast charging 66 W via kabel, melainkan juga 50 W secara wireless. Sasisnya sedikit lebih tebal di angka 8,5 mm, dengan bobot 195 gram. Seperti adiknya, P50 Pro juga dibekali sertifikat ketahanan air IP68.

Namun perbedaan terbesarnya ada di sektor kamera. Bagian yang sama hanyalah kamera depan (13 megapixel), kamera utama (50 megapixel), dan kamera ultra-wide (13 megapixel). Selebihnya, P50 Pro dilengkapi kamera monokrom 40 megapixel f/1.6, serta kamera periskop 64 megapixel f/3.5 dengan 4x optical zoom dan 200x digital zoom.

Sebagai pelengkap, P50 Pro juga dibekali teknologi XD Fusion Pro, yang memungkinkan kameranya untuk menangkap dua kali lebih banyak cahaya jika dibandingkan dengan P40 Pro. Alhasil, dynamic range-nya pun dapat ditingkatkan hingga sekitar 28%.

Harga dan ketersediaan

Huawei berniat memasarkan P50 dan P50 Pro secara global, tapi untuk sekarang mereka baru punya informasi ketersediaan di pasar Tiongkok saja. Di sana, Huawei P50 dihargai 4.500 yuan (± 10,1 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/128 GB, atau 5.000 yuan (± 11,2 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/256 GB.

Untuk P50 Pro, Huawei mematok harga paling murah 6.000 yuan (± 13,4 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/128 GB yang dibekali chipset Snapdragon 888. Varian termahalnya, yang dibekali chipset Kirin 9000, RAM 12 GB, dan storage internal 512 GB, dibanderol 8.400 yuan (± 18,8 jutaan rupiah.

Seperti yang sudah bisa ditebak, kedua ponsel flagship ini menjalankan HarmonyOS 2.0, tanpa dukungan Google Mobile Services (GMS). Namun yang mungkin bakal menjadi deal-breaker buat sebagian konsumen adalah absennya dukungan jaringan 5G, baik di P50 maupun P50 Pro.

Alasannya lagi-lagi karena sanksi yang diberikan Amerika Serikat kepada Huawei. Padahal seandainya tidak ada larangan itu, P50 dan P50 Pro pasti bakal mendukung 5G mengingat kedua jenis chipset yang digunakan sama-sama kompatibel dengan teknologi jaringan generasi kelima tersebut.

Sumber: GSM Arena.

Huawei Nova 8i Dirilis, Unggulkan Bezel yang Amat Tipis dan Dukungan Fast Charging 66W

Huawei menggelar acara APAC Summer Product Launch pada tanggal 6 Juli kemarin, dan di situ mereka menyingkap enam perangkat baru yang bakal segera mereka pasarkan di kawasan Asia Pasifik. Salah satu produk baru yang cukup mencuri perhatian adalah Huawei Nova 8i. Pasalnya, seperti yang kita tahu, seri Huawei Nova dulunya sempat cukup populer di Indonesia berkat keseimbangan antara harga dan spesifikasi yang ditawarkan, tidak ketinggalan pula hasil kameranya yang tergolong mengesankan.

Dari segi spesifikasi, Nova 8i mungkin bisa dibilang tidak terlalu menggugah selera. Perangkat mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 662, lengkap beserta RAM 8 GB dan penyimpanan internal sebesar 128 GB. Melihat spesifikasinya, performa Nova 8i semestinya tidak akan jauh berbeda dari Poco M3. Padahal, keduanya punya selisih harga yang cukup lumayan (sekitar dua jutaan rupiah).

Yang menarik dari Nova 8i justru adalah desainnya yang terkesan premium. Wajahnya nyaris dipenuhi layar, dengan rasio layar ke bodi sebesar 94,7%. Hal itu dapat diwujudkan berkat bezel setipis 1,3 mm di sisi kiri dan kanan, serta 1,35 mm di sisi atas. Alhasil, bezel bawahnya jadi kelihatan cukup tebal karena sisi-sisi lainnya begitu tipis.

Layarnya sendiri merupakan panel IPS 6,67 inci dengan resolusi FHD+. Entah apa alasannya, Huawei sama sekali tidak merincikan refresh rate yang dimiliki layarnya. Pada ujung kiri atas layar, kita bisa melihat lubang berbentuk kapsul yang dihuni oleh kamera 16 megapixel. Berhubung layarnya bukan AMOLED, sensor sidik jarinya terpaksa harus ditanamkan ke tombol power-nya.

Beralih ke belakang, pengguna akan berjumpa dengan empat kamera dalam modul yang membulat. Sistem kamera belakangnya ini terdiri dari kamera utama 64 megapixel f/1.9, kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.4, kamera macro 2 megapixel, dan kamera depth 2 megapixel.

Fitur unggulan Nova 8i yang terakhir adalah dukungan fast charging 66W. Dengan output sebesar ini, baterai 4.300 mAh miliknya dapat terisi penuh dalam waktu 38 menit saja. Andai pengguna terburu-buru, charging selama 17 menit saja sudah bisa mengisi sekitar 60% dari total kapasitasnya.

Sejauh ini belum ada informasi apakah Huawei Nova 8i bakal masuk ke pasar Indonesia atau tidak. Di Malaysia, ponsel ini bakal segera dijual dengan harga 1.299 ringgit, atau kurang lebih sekitar 4,5 jutaan rupiah.

Sumber: GSM Arena dan Huawei.

[Review] Huawei MateBook X Pro 2021: Tipis, Cantik, dan Kencang

Huawei saat ini sangat dikenal dengan produk smartphone dan juga aksesorisnya. Namun saat ini, Huawei sudah mulai terlihat untuk menunjukkan giginya di Indonesia pada perangkat laptopnya. Tidak tanggung-tanggung, mereka pun telah meluncurkan laptop premium yang bernama Huawei MateBook X Pro yang memiliki desain cantik dan tipis.

Laptop MateBook X Pro yang saya dapatkan memilki warna yang dinamakan Emerald Green. Laptop yang satu ini juga sudah ditenagai dengan prosesor Intel Tiger Lake Generasi ke 11, yaitu Core i7 1165G7. Pada prosesor ini pula, sudah disematkan kartu grafis terintegrasi yang dinamakan Intel Iris Xe yang saat ini masih menjadi grafis bawaan Intel yang paling kencang. Kartu grafis ini akan memberikan tampilan melalui layar MateBook X Pro yang touchscreen.

Huawei juga memberikan kapasitas baterai yang cukup besar pada laptop tipis ini. Huawei menjanjikan baterai dengan daya hidup 10 jam pada kapasitas 56 Wh. Tentunya hal ini akan membuatnya bisa dipakai seharian untuk bekerja di kantor mau pun di rumah.

Spesifikasi lengkap dari Huawei MateBook X Pro yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Prosesor Intel Core i7 1165G7 (4C8T) 2,8 GHz, Turbo 4,7 GHz
GPU Intel Iris Xe
RAM 16 GB LPDDR4 3733 MHz
Storage Toshiba M.2 NVMe PCI-e 1 TB
Layar LTPS 13,9 inci 3000×2000 touchscreen 3:2
WiFi 802.11 ax atau WiFi 6
Bobot 1,33 kg
Sistem operasi Windows 10 64 Bit
Dimensi 304 x 217 x 14,6 mm
Baterai 4 cell 56 Wh

Spesifikasi dari CPU-Z dan GPU-Z bisa dilihat dari gambar berikut ini:

Spesifikasi seperti ini tentu saja cocok untuk digunakan oleh para pebisnis dan juga pembuat konten. Dengan kinerja yang kencang, pelaku bisnis UMKM juga bisa menggunakannya untuk berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan kinerja usahanya. Lalu sekencang apa laptop yang satu ini?

Charger

Charger yang diberikan pada perangkat yang satu ini memang cukup menyenangkan. Perangkat ini menggunakan charger USB-C to USB-C dengan daya 65 watt. Uniknya, MateBook X Pro juga bisa diisi baterainya dengan menggunakan sebuah charger smartphone yang menggunakan USB-C.

Desain

Mungkin konsumen akan bosan dengan warna hitam atau perak saat membeli sebuah laptop. Hal tersebut mungkin berbeda dengan MateBook X Pro yang sudah menggunakan badan dari aluminium ini. Dengan warna hijau zamrud, laptop yang satu ini memang terasa kokoh. Selain itu, desainnya juga membuat perangkat ini tidak mudah kotor dari bekas sidik jari.

Layar yang digunakan pada Huawei MateBook X Pro adalah jenis LTPS dengan model glossy. Resolusinya adalah 3000×2000 dengan dimensi 13,9 inci dan rasio 3:2. Layarnya sendiri sangat nyaman digunakan untuk menonton video dengan resolusi full HD dan mudah dioperasikan karena mendukung sentuhan (touchscreen). Bingkai tipis pada bagian atas, kanan dan kirinya juga membuat laptop yang satu ini menjadi lebih cantik.

Berbicara mengenai bingkai tipis, maka akan berdampak pada penempatan webcam. Untungnya, Huawei cukup cerdas dengan menaruh kameranya di antara tombol F6 dan F7. Keyboard-nya sendiri juga cukup nyaman dengan respon sentuhan yang pendek. Desain antar tombol juga cukup dekat sehingga nyaman dipakai untuk mengetik.

Untuk touchpad, Huawei menggunakan bahan kaca yang kuat. Huawei menamakannya sebagai Free Touch, yang akan mengenali respon klik di mana pun pada area touchpad-nya. Sensitivitas klik pada Free Touch juga bisa diatur pada aplikasi bawaannya. Karena dimensinya yang cukup besar, kadang cukup mengganggu saat mengetik pada Huawei MateBook X Pro.

Dengan desain yang tipis, tidak banyak port yang disediakan oleh Huawei pada MateBook X Pro-nya. Pada sisi sebelah kiri hanya akan ditemukan audio 3.5 mm serta dua buah port USB-C. Untuk sisi sebelah kanannya hanya ditemukan sebuah port USB 3.2 saja. Jadi, pengguna harus membeli sebuah external reader jika ingin membaca kartu microSD atau SD.

Pengujian

Laptop tipis ini menggunakan prosesor Core i7-1165G7 atau sering dikenal dengan Tiger Lake dan memiliki kartu grafis terintegrasi yang bernama Iris Xe. Iris Xe yang digunakan pada Core i7-1165G7 ini sendiri memiliki 96 Execution Unit yang membuatnya kencang. Prosesornya sendiri memiliki 4 core dengan 8 threads dengan kecepatan 2,8 GHz yang beroperasi pada TDP 12 watt hingga 28 watt. Tiger Lake sendiri sudah menggunakan litografi 10 nm SuperFin.

Untuk membandingkan kinerjanya, saya memasangkan prosesor Intel Core i7 1185G7 dan juga AMD Ryzen 4700U. Semua itu untuk mengetahui seberapa kencang laptop Huawei MateBook X Pro 2021 ini. Benchmark-nya juga terbagi atas dua jenis, produktivitas dan juga grafis untuk gaming.

Berikut adalah benchmark grafis yang bisa dijadikan tolok ukur untuk bermain game serta beberapa aplikasi yang menggunakan hardware acceleration

Dengan nilai yang didapat, Intel Iris Xe akan bisa menjalankan hampir semua game dengan setting rendah sampai medium. Selain itu, kecepatan seperti ini juga bisa membuat beberapa aplikasi yang menggunakan hardware acceleration seperti Photoshop dan Office terbantu kinerjanya.

Untuk produktivitas sendiri, saya sudah mencobanya pada beberapa software benchmarking. Laptop seperti Huawei MateBook X Pro juga sering kali digunakan untuk melakukan editing video dan gambar. Tentunya, pembuatan konten tidak luput dari kebutuhan akan kinerja prosesor dan GPU. Berikut adalah hasilnya.

Kinerja dari laptop Huawei MateBook X Pro yang menggunakan Intel Core i7-1165G7 memang terbukti kencang.  Hal ini cukup membuktikan bahwa Huawei MateBook X Pro cocok untuk digunakan dalam bekerja menggunakan software Office mau pun membuat konten video. Para pelaku UMKM juga cocok untuk menggunakan perangkat yang satu ini dan akan terbantu pekerjaannya karena kinerja yang dihasilkan laptop ini.

Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p dengan container file MP4. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop.

Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata bisa bertahan selama 10 jam 11 menit. Tentu saja saat digunakan dalam menggunakan Office ringan, hasilnya bisa jadi lebih lama. Tetapi jika digunakan untuk melakukan rendering video dan bermain game, sepertinya akan lebih cepat habis.

Yang saya cukup suka dari laptop ini adalah kemampuannya untuk diisi ulang dengan sebuah charger smartphone. Asalkan memiliki kabel USB-C, laptop ini bisa diisi baterainya walaupun hanya dengan daya 10 watt saja. Jika terdesak, gunakan saja charger smartphone yang ada. Bahkan, laptop ini juga bisa diisi baterainya dengan menggunakan sebuah powerbank.

Verdict

Untuk memilih sebuah laptop yang dapat digunakan oleh para pebisnis, pelaku UMKM, dan pembuat konten memang cukup sulit karena terlalu banyak pilihan. Apalagi, saat ini sebagian laptop yang ditujukan pada pangsa pasar tersebut memiliki dimensi yang cukup ramping. Namun, laptop yang disajikan oleh Huawei dengan MateBook X Pro-nya patut dipertimbangkan sebagai salah satu pilihan.

Dengan menggunakan Core i7 1165G7, kinerja dari laptop yang satu ini memang tidak perlu dipertanyakan lagi. Saat menggunakannya, saya tidak menemukan masalah panas walaupun prosesornya masih menggunakan pabrikasi 10 nm. Oleh karena itu, penggunaan untuk pembuatan konten akan lebih nyaman karena akan selesai dengan cepat dan tanpa panas. Selain itu, laptop ini juga masih bisa digunakan untuk bermain game.

Laptop ini memiliki daya tahan baterai yang cukup baik dan dapat mencapai sekitar 10 jam pada pengujian yang saya lakukan. Namun jika ingin menggunakannya dan tidak membawa charger, gunakan saja charger smartphone. Jika charger smartphone tidak ada, sebuah powerbank juga mampu mengisi baterai laptop ini. Jadi, Anda tidak lagi perlu bersusah payah mencari sebuah stop kontak.

Huawei menjual MateBook X Pro dengan harga Rp. 30.999.000 melalui beberapa jalur distribusinya. Harga tersebut memang tergolong mahal untuk sebuah laptop yang menggunakan Core i7-1165G7 tanpa discrete GPU. Namun pada harga tersebut, Anda bisa mendapatkan laptop dengan rasio 3:2 yang akan sangat jarang ditemukan di pasaran.

Sparks

  • Kinerja kencang dengan Intel Core i7-1165G7
  • Daya tahan baterai yang mencapai 10 jam
  • Menggunakan layar sentuh dengan warna akurat
  • Pengisian baterai menggunakan USB-C dan bisa dengan berbagai macam charger
  • Badan yang ramping dan juga ringan

Slacks

  • Harga jualnya mahal, hampir 31 juta untuk Core i7-1165G7
  • Walaupun pintar, webcam pada bagian bawah akan terlihat aneh pada layar
  • Tanpa card reader dan Kensington Lock

Honor X20 SE Merupakan Smartphone 5G dengan Chipset MediaTek Dimensity 700

Honor telah memperkenalkan smartphone 5G terbarunya, yakni Honor X20 SE di Tiongkok yang ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 700. SoC ini menawarkan performa flagship-level, namun tetap mempertahankan konsumsi daya rendah untuk masa pakai baterai yang lama berkat teknologi pemrosesan 7nm.

Mari bahas dari segi desain, Honor X20 SE tampil sangat menawan dalam opsi warna Black, Green, Rose Gold, dan Silver. Bagian muka terpampang full-view display 6,6 inci beresolusi Full HD+ dan mengemas single punch-hole di tengah atas yang ditempatkan secara simetris untuk kamera depan 16MP.

Beralih ke belakang, tersusun konfigurasi triple camera dengan kamera utama beresolusi 64MP. Sayangnya dua kamera sekunder yang menemaninya masing-masing sebatas 2MP, untuk mengambil bidikan portrait dan macro.

Lebih lanjut, Honor X20 SE menjalankan sistem operasi Magic UI 4.1 berbasis Android 11. Bertenaga chipset MediaTek Dimensity 700 yang membawa CPU octa-core yang terdiri dari 2x Cortex-A76 2.2 GHz, 6x Cortex-A55 2.0 GHz, dan GPU Mali-G57 MC2.

Chipset Dimensity 700 punya modem 5G terintegrasi, karena dirancang untuk menghadirkan kemampuan dan pengalaman 5G tingkat lanjut ke khalayak luas. Honor X20 SE pun mendukung dual SIM 5G standby, yang mana koneksi 5G akan selalu aktif tanpa perlu menukar kartu SIM secara fisik. Adapun performanya didorong RAM 6GB atau 8GB dan penyimpanannya 128GB tanpa slot microSD.

Sorotan lain yang menjadi andalan Honor X20 SE dibekali baterai berkapasitas 4.000 mAh dengan dukungan pengisian daya cepat 22,5W. Soal harga, di Tiongkok Honor X20 SE varian RAM 6GB dibanderol CNY1.799 (Rp4 jutaan) atau CNY1.999 (Rp4,4 jutaan) untuk RAM 6GB. Untuk ketersediaannya secara global, Honor masih belum mengungkap detailnya.

Sebagai pengingat, Honor tadinya merupakan sub-brand dari Huawei, namun akibat embargo dari pemerintah Amerika Serikat, Huawei terpaksa melepas seluruh aset bisnis Honor. Setelah beroperasi sebagai perusahaan independen, smartphone baru Honor versi globalnya dipastikan kembali mendukung Google Mobile Services (GMS).

Sumber: GSMArena

Huawei Matepad 11 Diperkenalkan: Tablet Pertama dengan HarmonyOS 2

Perseteruan dengan pemerintah Amerika ternyata tidak membuat Huawei patah semangat. Hal ini ditandai dengan munculnya perangkat tablet baru dari Huawei yang akan dijual di Indonesia. Tablet tersebut diberi nama Huawei MatePad 11 dan sudah menggunakan sistem operasi terbaru besutan mereka sendiri, yaitu HarmonyOS 2.

Patrick Ru, Country Head Huawei CBG Indonesia menjelaskan, “Kita sudah menjadi semakin mobile dalam melakukan pekerjaan, terutama di situasi pandemi. Bekerja tidak lagi dikaitkan dengan berada di meja kantor. Sekarang, bekerja sudah bisa dilakukan di mana saja, baik dari rumah atau pun cafe favorit Anda. Itulah mengapa memiliki gadget tepat yang dapat mendukung produktivitas sangat penting saat ini dan kami dapat mengatakan bahwa Huawei MatePad 11 adalah jawabannya. Konsumen di Indonesia dapat menantikan tablet yang tidak hanya dilengkapi dengan fitur terbaik tetapi juga HarmonyOS 2 baru kami.”

Huawei MatePad 11 juga merupakan tablet Huawei pertama yang mendukung kecepatan refresh rate 120 Hz. MatePad 11 menghadirkan Multi-screen Collaboration PC-Tablet baru, termasuk tiga mode, yaitu Mirror Mode, Extend Mode, dan Collaborate Mode. Jadi, tablet ini nantinya bakal berfungsi sebagai monitor ke 2 jika dihubungkan dengan laptop Huawei.

Huawei MatePad 11 juga dapat dilengkapi dengan sebuah stylus yang memiliki nama M-Pencil. M-Pencil yang disematkan pada tablet terbarunya ini ternyata sudah merupakan generasi ke 2 dan memiliki latensi serendah 2 ms, sehingga ssaat menggambar akan menjadi lebih cepat. Huawei Smart Magnetic Keyboard dan mouse juga sudah didukung pada tablet ini sehingga nantinya akan beroperasi layaknya sebuah PC.

Berbeda dengan perangkat Huawei lainnya, MatePad 11 tidak menggunakan SoC buatan Kirin. MatePad 11 yang akan diluncurkan menggunakan Snapdragon 865 buatan Qualcomm. Namun, sepertinya tablet ini hanya menggunakan WiFi 6 saja dan tidak menggunakan jaringan seluler.

Ada alasan tersendiri mengapa MatePad 11 tidak menggunakan Kirin. Saat ditanyakan, pihak Huawei mengatakan bahwa terdapat masalah pada pasokan chipset dari Kirin. Hal tersebut lah yang membuat Huawei menggunakan SoC buatan Qualcomm.

Tablet ini nantinya juga akan diluncurkan di Indonesia. Namun, Huawei Indonesia belum memberikan informasi mengenai kapan perangkat yang satu ini datang ke Indonesia. Harganya pun juga belum bisa diberikan oleh cabangnya di Indonesia ini. Oleh karena itu, mari kita tunggu peluncuran dari tablet terbaru dari Huawei yang satu ini.

Huawei Resmi Hadirkan MatePad T10 Kids Edition, Tablet untuk Anak PAUD hingga SD

Generasi alpha telah terbiasa bermain dan belajar menggunakan gadget sejak mereka usia dini. Didorong pandemi dan sistem pembelajaran jarak jauh, kebutuhan gadget anak-anak pun meningkat drastis selama setahun terakhir.

Namun meskipun permintaan gadget untuk anak-anak sangat tinggi, akan tetapi variasi yang tersedia untuk anak-anak masih sangat terbatas. Anak kerap kali menggunakan gadget orang tuanya yang menimbulkan kekhawatiran terkait akses konten dan screen-time.

Memahami bahwa anak-anak membutuhkan gadget untuk memenuhi kreativitas mereka saat belajar, Huawei menghadirkan solusi lewat MatePad T10 Kids Edition. Sebuah tablet khusus untuk anak-anak usia PAUD hingga SD yang dikemas dengan berbagai fitur untuk menjamin pengalaman digital anak yang aman dan sehat.

Untuk kenyamanan cengkeraman anak-anak, tablet ini dilengkapi dengan casing yang terbuat dari material food grade sehingga aman jika digigit anak-anak. Juga terdapat pena stylus berwarna biru cerah untuk mendorong kreativitas dengan menggambar dan mewarnai.

Berbekal layar besar 9,7 inci, anak-anak dapat menjalani kegiatan harian dengan nyaman. Seperti mengikuti kelas virtual melalui aplikasi konferensi video, membaca eBook, menonton video, mengambil gambar, dan bermain game yang sesuai dengan usia mereka.

Huawei telah melengkapi rangkaian fitur untuk menjawab kekhawatiran orang tua tentang anak dan gadget. Sebut saja Parental Control, di mana orang tua dapat memantau penggunaan aplikasi dan menetapkan batas waktu penggunaan tablet dan memiliki ekosistem digital yang aman dengan bekerjasama dengan BabyBus. Sementara, untuk melindungi resiko kerusakan mata dampak dari penggunaan tablet, Huawei mengandalkan Multi-layered Eye Protection dengan sertifikat cahaya biru rendah TÜV Rheinland.

Bila Anda tertarik, Huawei MatePad T10 Kids Edition dibanderol dengan harga Rp2.899.000. Pre-order sudah dibuka dari tanggal 16-25 Juni. Selama masa pre-order, konsumen akan akan mendapatkan keuntungan senilai Rp3.400.000 dengan gift box eksklusif untuk anak-anak yang berisi kids case untuk tablet, pena stylus, dan mainan panda eksklusif. Serta, mendapatkan cashback hingga Rp250.000, VIP BabyPanda World gratis selama 3 bulan, gratis 1 tahun keanggotaan Azoomee, dan voucher diskon Ruangguru.

Selain MatePad T10 Kids Edition, Huawei juga meluncurkan tiga produk lainnya. Laptop MateBook D15 yang ditenagai prosesor Intel i3 Generasi ke-10 seharga Rp9.499.000 yang hadir dalam warna Mystic Silver, promo sale pertamanya digelar dari periode 16-25 Juni 2021 di HUAWEI online flagship store. Dua produk lainnya berupa router, Huawei WiFi AX3 yang kecepatannya dapat mencapai 3000 Mbps (574 Mbps pada 2,4 GHz band dan 2402 Mbps pada 5 GHz band) dan Huawei Wifi WS5200 yang memungkinkan menikmati kecepatan Wi-Fi dual-band (maks 400 Mbps pada 2,4 GHz + maks 867 Mbps pada 5 GHz).

 

Tablet Huawei Khusus Anak, MatePad T10 Kids Edition Dijadwalkan Meluncur 16 Juni

Anak-anak sekarang butuh perangkat yang dapat menunjang kegiatan belajar mereka, namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membekali anak dengan gadget. Pentingnya pengawasan orang tua, serta mencari perangkat dengan fitur yang sesuai usianya.

Kabar baik bagi orang tua, karena pada pertengahan bulan Juni ini Huawei akan memperkenalkan tablet yang didesain secara khusus untuk anak-anak. Adalah MatePad T10 Kids Edition, yang hadir dengan case berbahan dasar silikon yang nyaman dan aman digenggam oleh anak-anak dan juga stylus pen yang akan mendukung kreativitas anak.

MatePad T10 Kids Edition menjadi perangkat Huawei pertama di segmen anak yang diluncurkan di regional Asia Pasifik. Tablet berlayar besar 9,7 inci ini mengemas konten dan ekosistem yang diperuntukkan bagi anak-anak. Serta, dilengkapi dengan akses eksklusif berbagai konten berkualitas dari BabyBus dan Azoomee yang dapat mendukung proses belajar dan bermain anak.

Orang tua tidak perlu khawatir akan ketergantungan anak terhadap gadget, MatePad T10 Kids Edition menawarkan banyak fitur keamanan. Melalui profil anak, orang tua dapat memperoleh akses ke catatan penggunaan anak-anak, mencatat waktu penggunaan, dan aplikasi yang digunakan selama periode tertentu. Juga dapat mengatur interval batas waktu penggunaan tablet, aplikasi yang digunakan, dan konten lain yang dapat dilihat lewat aplikasi Kids Corner.

Hadirnya tablet khusus anak adalah bentuk komitmen Huawei untuk memberikan perangkat yang nyaman dan tepat bagi anak. Tablet ini dikembangkan oleh Laboratorium Huawei untuk menciptakan tablet yang paling cocok bagi anak-anak dan orang tua. Bukan hanya aman dan tepat bagi anak-anak, tetapi orangtua pun akan nyaman ketika memberikan tablet tersebut bagi anaknya,” ujar Patrick Ru, Country Head Huawei Consumer Business Group (CBG) Indonesia.

Patrick menambahkan bahwa tim dari Laboratorium Huawei telah melakukan riset mendalam guna menghadirkan tablet khusus anak-anak. Bukan hanya dari aplikasi atau fitur yang ada di dalamnya, namun juga dari sisi material telah disesuaikan untuk anak-anak. Ini merupakan komitmen Huawei untuk menciptakan ekosistem digital yang terhubung untuk setiap anggota keluarga termasuk anak-anak.

Selain itu, Li Xi selaku APAC Product Expert, Huawei Consumer Business Group menjelaskan, ada tiga manfaat dan kebutuhan dari produk elektronik. Dan, itu menjadi landasan bagi Huawei terus berinovasi. Pertama meningkatnya kebutuhan anak-anak akan pendidikan online, kedua produk elektronik yang mendukung terobosan teknologi, dan ketiga semakin cerdasnya produk teknologi.

Rencananya tablet untuk anak dari Huawei ini akan diluncurkan pada tanggal 16 Juni 2021 mendatang. Bagi orang tua yang ingin mengetahui lebih lanjut dapat menyaksikan secara langsung peluncurannya pada platform Vidio, YouTube Huawei Mobile Indonesia, atau Instagram Huawei Mobile Indonesia pada pukul 7 malam.

Acara peluncuran MatePad T10 Kids Edition juga akan menghadirkan talkshow bersama Nucha Bachri dan Ario Pratomo sebagai orang tua milenial yang membesarkan anak-anak mereka dari dekat dengan gadget. Serta, psikolog anak Roslina Verauli untuk berbicara tentang bagaimana teknologi dapat memunculkan potensi terbaik anak-anak yang melek teknologi.

Huawei Perkenalkan Monitor MateView dan MateView GT: Produktivitas dan Curved Gaming

Huawei kembali meluncurkan sebuah lini produk baru yang bakal dijual di Indonesia. Produk yang mereka luncurkan masuk ke dalam angka 8 pada strategi 1+8+N yang selalu digaungkan oleh Huawei. Produsen asal Tiongkok ini meluncurkan produk monitor yang diberi nama Huawei MateView dan Huawei MateView GT.

Huawei pun mengundang para jurnalis untuk menyaksikan penjelasan dari  Loic Lee, Huawei CBG APAC Region Senior Product Expert. Produk ini akan ditujukan untuk mereka yang suka membuat konten video serta pada gamer. Khusus untuk gamer, Huawei mendesainnya dengan bentuk yang melengkung.

Monitor pertama yang diperkenalkan adalah Huawei MateView. MateView merupakan monitor dengan LCD IPS berdimensi 28,2″ dan memiliki aspect ration 3:2. Resolusi yang dimiliki adalah 3840×2560 piksel dengan 500 nits yang lebih terang, namun rasio kontrasnya hanya 1200:1 saja. Monitor ini memiliki dukungan warna 10bit yang mencakup 98% DCI-P3 dan juga 100% sRGB.

Huawei MateView memiliki beberapa port untuk ditancapkan. Yang cukup mengesankan adalah monitor ini memiliki dukungan terhadap USB-C. Selain itu, ada pula HDMI 2.0, mini Display Port 1.2, dua buah USB 3.0 tipe A, dan juga audio 3,55 mm. Jadi, pengguna juga bisa langsung menancapkan keyboard dan mouse langsung pada monitor yang satu ini.

Port USB-C yang ada pada MateView juga bisa ditancapkan ke sebuah smartphone dan dapat mengisi daya hingga 65 watt. Jika sebuah laptop memiliki spesifikasi pengisian yang sama, tentu saja bisa juga diisi dayanya melalui monitor ini.  Selain itu, MateView juga memiliki dua buah speaker 5W dan dua buah mikrofon, sehingga cocok untuk melakukan percakapan melalui aplikasi konferensi seperti Zoom.

MateView ternyata juga mendukung Wireless Projection langsung tanpa bantuan alat lain. Apalagi, saat ini smartphone Huawei dengan EMUI 12 sudah memiliki fitur Wireless Projection dan bisa langsung melakukan mirroring ke layar monitor yang satu ini secara nirkabel.

Monitor kedua yang diperkenalkan adalah Huawei MatView GT. Ini adalah pertama kali Huawei memiliki monitor yang khusus ditujukan untuk para gamer. Monitor dengan dimensi 34 inci ini memiliki aspect ratio 21:9 dengan resolusi 3440 x 1440 dan kelengkungan 1500R. Jadi monitor ini terlihat cukup menjulang dari sisi kiri ke kanannya.

Monitor yang satu ini juga memiliki kecerahan hingga 350 nits dengan contrast ratio 4000:1 (lebih baik dari MateView). MateView GT juga memiliki refresh rate 165 Hz, namun sayangnya belum dapat dipastikan apakah mendukung G-Sync dari NVIDIA dan FreeSync dari AMD atau tidak. Hal ini tentunya hanya bisa diaplikasikan saat menggunakan DisplayPort 1.4 saja.

Monitor ini juga bisa menghadirkan fitur Dark Field Control di mana akan membantu penggunanya untuk melihat tempat yang terlalu gelap dan terlalu terang. Huawei MateView GT juga mendukung HDR10 serta memiliki cakupan warna DCI-P3 90% serta sRGB 121%. Panel yang digunakan pada MateView GT juga masih menggunakan LCD IPS.

Selain memiliki desain lengkung, ada satu lagi keunikan yang ditawarkan Huawei pada monitor yang satu ini. Monitor ini ternyata memiliki soundbar dengan speaker stereo. Speaker yang terpasang didalam soundbar tersebut ada dua untuk suara stereo dengan daya 2,5 watt dan sebuah kontrol sentuh RGB untuk menaikkan dan menurunkan volume serta efek pencahayaan. Selain itu, terdapat dua buah mikrofon juga agar pengguna dapat langsung berkomunikasi dengan teman main saat online.

Untuk konektivitas, monitor ini memiliki dua buah port USB-C di mana yang satu untuk daya dan yang satu dapat digunakan secara penuh. Selain itu terdapat dua port HDMI serta sebuah DisplayPort. Untuk menancapkan headphone, tersedia pula sebuah audio port pada monitor ini.

Sayangnya, harga untuk kedua monitor masih belum diinformasikan. Rencananya, monitor ini akan masuk Indonesia pada bulan Juli 2021. Jadi, mari kita tunggu saja kehadiran dari kedua monitor ini serta update harganya.

[Review] Huawei Watch Fit Elegant: Supaya Berolah Raga Bisa Terlihat Elegan

Huawei sepertinya memiliki kebiasaan untuk menghadirkan sebuah perangkat yang kemudian diperbarui desain dan fiturnya. Hal tersebut dapat dilihat pada smartwatch mereka yang pada tahun 2020 lalu diperkenalkan, yaitu Huawei Watch Fit. Pada tahun 2021, Huawei mengubah desain dan namanya menjadi Huawei Watch Fit Elegant.

Jam tangan pintar ini ditujukan untuk kegiatan berolah raga dan merupakan seri yang pertama dari Huawei yang memiliki layar persegi. Versi Elegant Edition dihadirkan untuk menampilkan sisi estetika yang berbeda dari pendahulunya. Jadi, bagi pengguna yang sudah memiliki Huawei Watch Fit sepertinya tidak perlu lagi membeli yang edisi elegan karena dari sisi fitur sama saja.

Huawei Watch Fit memiliki spesifikasi sebagai berikut ini

Layar AMOLED 1.64 inci 280 x 456 touch
Baterai Tahan hingga 10 hari, Li-Poly
Konektivitas Bluetooth 5.0 BLE
Dimensi 46 x 30 x 10.7 mm
Bobot 27 gram tanpa strap
Sensor Accelerometer, heart rate, SpO2, Gyroscope
OS LiteOS
Sertifikasi 5 ATM
Bahan strap Karet silikon

Sekali lagi, sangat disayangkan bahwa Huawei tidak memberikan informasi mengenai prosesor yang mereka gunakan. Informasi yang saya dapatkan adalah prosesor yang digunakan pada jam tangan pintar ini memang dikembangkan oleh Huawei sendiri. Walaupun begitu, pihak Huawei sendiri sepertinya tidak memberikan nama untuk prosesor yang mereka gunakan.

Charger

Perangkat ini datang dengan sebuah kabel pengisi daya pada paket penjualannya. Desainnya persis sama dengan yang digunakan pada Huawei Band 6 yang sudah saya ulas, yaitu menggunakan sistem magnet untuk menempelkan konektornya. Saya bahkan juga sudah mencoba mengisi daya dengan menggunakan kabel dari Huawei Band 6 dan Watch Fit, keduanya bisa mengisi daya dengan baik.

Desain

Jika Anda sudah melihat Huawei Band 6, maka desain dari Watch Fit sudah tidak akan asing lagi. Watch Fit merupakan sebuah jam tangan pintar pertama yang dibuat dengan desain persegi dari Huawei. Hal tersebut tentunya mengingat tren dimensi persegi yang sedang naik daun belakangan ini. Huawei menggunakan bahan polished stainless steel pada Watch Fit Elegant Edition.

Layar sentuh dari Huawei Watch Fit menggunakan tipe AMOLED (Active Matrix Organic Light Emitting Diode). Dimensi dari layar tersebut adalah 1,64 inci dengan resolusi 280 × 456 piksel. Walaupun bukan terbuat dari Gorilla Glass atau Sapphire, layarnya sendiri cukup tahan terhadap benturan-benturan ringan. Namun, hindarkan layar tersebut dari debu dan pasir karena pasti akan membuatnya tergores dan sebisa mungkin gunakan lapisan anti gores.

Pada bagian kanannya terdapat sebuah tombol yang memiliki multifungsi. Saat perangkat mati, tombol ini berguna untuk menyalakan dan mematikan perangkat. Saat perangkat sedang menyala, tombol ini berfungsi sebagai tombol pembuka app drawer dan home. Di atas tombol tersebut terdapat sebuah lubang untuk sirkulasi udara dari dalam perangkatnya.

Di bagian bawah dari perangkat ini juga terdapat beberapa sensor. Hal tersebut seperti sensor pendeteksi detak jantung serta kadar oksigen dalam darah. Selain itu, terdapat dua konektor untuk mengisi ulang baterainya. Huawei Watch Fit juga memiliki sensor akselerometer dan juga gyroscope.

Strap pada jam tangan pintar ini juga bisa diganti, sehingga pengguna tidak bosan saat menggunakannya. Mengganti strap-nya juga cukup mudah, tinggal mencongkel bagian ujung strap yang tersambung dengan band-nya. Setelah itu, geser strap tersebut ke atas dengan pelan dan akan segera terlepas. Strap ini memang dibuat khusus untuk Watch Fit, namun Anda sudah bisa menemukannya pada toko-toko online.

Huawei masih menggunakan aplikasi Health untuk melakukan sinkonisasi data. Aplikasi ini juga bakal melakukan update firmware saat ada pembaruan-pembaruan serta bug fix. Berbagai macam koleksi watch face, serta setting lainnya juga akan ditemukan pada aplikasi yang satu ini.

Pengalaman Menggunakan

Oleh karena jam tangan yang saya dapatkan ini memiliki warna putih, membuatnya cocok digunakan untuk tangan wanita. Oleh karena itu, saat pengujian berlangsung Huawei Watch Fit selalu digunakan oleh istri dan ibu saya. Jam tangan ini juga tidak terlalu sering digunakan karena saya masih lebih banyak di rumah saja dan belum mendapatkan vaksin COVID. Namun, fiturnya ternyata sama saja dengan Huawei Band 6.

Huawei Watch Fit saya nyalakan pertama kali sekitar dua minggu sebelum artikel ini diterbitkan. Saat memulai pengujian, saya terlebih dahulu mengisi baterainya hingga 100%. Oleh karena kabel charger-nya sama dengan bawaan Huawei Band 6 yang saya ulas sebelumnya, jam tangan pintar ini diisi baterainya dengan menggunakan kabel tersebut. Simpanlah kabel pengisi daya ini dengan benar, karena cukup pendek sehingga mudah terselip dan hilang.

Setelah baterai penuh, saya langsung menghubungkannya ke aplikasi Huawei Health. Sebagai informasi, aplikasi yang satu ini harus langsung di-download dari toko aplikasi selain Google Play agar mendapatkan versi yang paling baru, seperti Huawei App Gallery. Saat aplikasi ini dinyalakan, saya langsung mendapatkan notifikasi bahwa ada firmware terbaru yang bisa di-download.

Fitur yang dibawa oleh Huawei Watch Fit memang cukup baik untuk sebuah jam tangan pintar dengan dimensi yang mungil. Watch Fit memiliki fitur-fitur seperti pemantauan detak jantung, pemantauan tidur, SpO2, pernapasan, notifikasi, cuaca, jam, alarm, senter, dan kontrol musik. SpO2 saat ini memang lagi menjadi fitur yang cukup dicari oleh beberapa orang karena dianggap mampu mendeteksi kadar oksigen yang berkurang akibat COVID. Walaupun begitu, Huawei sudah memberikan penjelasan bahwa fitur-fitur ini tidak boleh dijadikan patokan dalam hal kesehatan.

Watch face yang disediakan oleh Huawei pada perangkat Watch Fit-nya sendiri tersedia sekitar 14 buah. Namun, pengguna bisa langsung menambahkannya dari aplikasi Huawei Health. Pada aplikasi tersebut, pengguna bahkan bisa melakukan download untuk menambahkan koleksi watch face menjadi lebih banyak.

Notifikasi juga sudah didukung oleh Huawei Watch Fit. Semua pesan bisa langsung dilihat jika kita menggeser layarnya ke atas. Sama seperti Huawei Band 6, perangkat ini juga memiliki bug di mana sebuah notifikasi pesan Whatsapp bisa terkirim dua kali. Selain itu, pengiriman notifikasi juga sering kali telat muncul pada jam tangan pintar ini.

Lalu bagaimana dengan notifikasi panggilan suara dan video dari Whatsapp dan Telegram? Semua notifikasi tersebut akan muncul di layar Huawei Watch Fit hanya pada saat smartwatch-nya terpasang di tangan. Hal ini tentu membuat baterai yang ada pada smartwatch tersebut akan menjadi lebih irit. Dan pengguna tidak akan melewatkan satu pun panggilan baik dari seluler mau pun dari aplikasi pihak ketiga.

Jam tangan ini mendukung 12 fitness course, dilengkapi demonstrasi dengan animasi latihan, dan 44 gerakan yang berbeda. Juga terdapat 96 mode latihan dan 11 mode profesional dan 85 mode custom.  Jadi dengan menggunakan gelang pintar ini, hampir semua olah raga yang kita lakukan sudah bisa terdeteksi dengan baik. Semuanya bakal tersinkronisasi pada aplikasi Huawei Health.

Huawei mengklaim bahwa perangkat ini bisa bertahan hingga 10 hari pemakaian. Hal tersebut tentu jika digunakan setiap hari. Pada saat saya uji, setelah jam tangan menyala selama 9 hari dengan empat kali pemakaian, baterainya masih tersisa 45%. Hal ini cukup menggembirakan di mana kita tidak harus mengisi baterainya setiap hari seperti beberapa jam tangan pintar yang beredar di pasaran.

Verdict

Strategi 1+8+N dari Huawei saat ini sedang benar-benar gencar dilaksanakan. Hal tersebut terlihat dari upaya Huawei dalam mendorong “8” dari strategi tersebut. Salah satu perangkat AIoT yang sedang didorong penjualannya adalah smartwatch Huawei Watch Fit.

Jam tangan pintar ini memiliki kinerja yang cukup baik saat saya uji selama dua minggu. Saya tidak merasakan adanya lag saat menggunakannya serta bernavigasi pada menu yang ada. Semua fungsi yang ada bisa diakses dan dijalankan tanpa adanya masalah. Hanya saja, sebuah bug serta pengiriman notifikasi yang cukup lambat agak sedikit mengganggu untuk mereka yang menyalakan bluetooth-nya.

Huawei Watch Fit Elegant Edition dijual pada harga resmi Rp. 1.699.000, lebih mahal sekitar Rp. 300.000 dari versi standarnya. Dengan menggunakan jam tangan ini, konsumen akan mendapatkan semua fungsi-fungsi canggih seperti perekaman olah raga, detak jantung, serta pengukuran SpO2 dengan desain yang lebih elegan. Smartwatch ini tentu saja akan terlihat lebih fashionable saat dipakai oleh wanita.

Sparks

  • Antarmuka yang responsif
  • Fitur yang cukup lengkap, seperti SpO2, detak jantung, dll
  • Daya tahan baterai yang cukup baik
  • 5 ATM
  • Bahan stainless steel yang kokoh
  • 5 ATM

Slacks

  • Masih terdapat bug notifikasi ganda pada sebuah pesan teks
  • Harganya lebih tinggi dari versi standar dengan fitur yang sama saja