Orbi Prime Ialah Kamera 360 Derajat Berwujud Kacamata

Mainstream-nya video 360 ialah kontribusi dari banyak pihak: tersedianya headset VR yang terjangkau, munculnya dukungan platform video-sharing, lalu makin banyak pula kamera 360 dengan harga terjangkau. Evolusi kamera 360 pun sangatlah pesat. Solusi berupa rig berubah jadi lebih sederhana, dan saat ini pilihan action cam 360 derajat kian melimpah.

Terlepas dari semakin canggihnya device-device itu, cara pemakaiannya masih serupa, di mana Anda harus memegang perangkat layaknya kamera biasa atau mencantelkannya ke mount. Penyajian seperti ini sedikit merepotkan jika Anda ingin melakukan aktivitas outdoor. Kabar baiknya, hal itu tidak lagi jadi kendala berkat kreasi inovatif tim Orbi Inc. Mereka mengenalkan Orbi Prime, kamera 360 derajat pertama dengan wujud kacamata.

Orbi Prime 3

Tidak ada bagian menonjol yang canggung, Orbi Prime mempunyai penampilan layaknya kacamata biasa. Device didesain agar tampil stylish, kuat dan nyaman dikenakan dengan frame dari polikarbonat. Produsen menyediakan dua ukuran dan lima pilihan kombinasi warna (hitam, hitam-merah, hijau, putih-abu-abu, dan putih-oranye). Lalu ia kompatibel ke berbagai jenis helm olahraga, dan telah mendapatkan sertifikasi IP64 – artinya anti debu halus dan cipratan air.

Orbi Prime 4

Sebagaimana kacamata olahraga, developer memanfaatkan jenis lensa polarized yang dapat beradaptasi terhadap cahaya matahari dan tentu saja melindungi mata Anda dari bahaya sinar ultraviolet. Anda juga tidak perlu khawatir ketika membawa Orbi Prime dalam aktivitas-aktivitas yang sedikit ekstrem seperti memanjat tebing atau arung jeram, tinggal pasang strap pengaman di sana.

Orbi Prime 1

Orbi Prime merekam di resolusi empat kali full-HD, disulam menjadi 3840×2160 dengan 30 frame rate per detik, menyuguhkan field of view 160×110 derajat dalam orientasi portrait. File disimpan ke SDXC, mendukung hingga 128GB, Anda bahkan bisa mengakses tampilan live preview di smartphone via app companion (tersedia untuk Android dan iOS). Perangkat ini ditenagai dua baterai Li-Po, masing-masing 1.000mAh, menghidangkan waktu rekam sampai 90 menit.

Rahasia kemampuan Orbi Prime merekam video 360 derajat terdapat pada perangkat lunaknya. Device dibekali software stitching dan editing canggih, juga memungkinkan Anda mengunggahnya langsung ke jejaring sosial. Beberapa tugas dari software tersebut adalah memastikan hasilnya tetap natural, membuat gerakan dan putaran lebih mulus, serta mengurangi efek dari gerataran.

Orbi Prime bisa Anda pesan segera di platform crowdfunding  Indie Gogo. Di sana produk ditawarkan seharga US$ 230, lebih murah 65 persen dari harga retail – bundel sudah termasuk case charger, strap pengaman, serta kabel USB.

RetroEngine Sigma Ialah Console Game dan Media Player Sebesar Walkman Klasik

OnLive mungkin boleh dikatakan sebagai nama yang memperkenalkan konsep microconsole, tapi device ini baru betul-betul jadi populer setelah serbuan platform mobile di semua ranah. Console-console berukuran mini tersebut memanjakan penggunanya dengan ratusan ribu permainan, bahkan memungkinkan kita menikmati judul-judul lawas, seperti kreasi Doyodo ini.

Memang ada banyak pilihan produk microconsole tersedia sekarang, namun startup dari Santa Monica itu lebih fokus pada dua hal: penyajian retrogaming dan penggunaan yang sederhana. Termotivasi karena judul-judul permainan klasik mulai naik daun kembali, Doyodo juga bermaksud memberi kemudahan dalam mengaksesnya. Hasilnya adalah sebuah perangkat bernama RetroEngine Sigma.

RetroEngine Sigma 1

Begitu melihatnya, wujud RetroEngine Sigma segera mengingatkan saya pada cassette player Sony Walkman jadul, apalagi dengan tubuh berwarna perak – berdimensi 110×8533,5mm. Fungsi dua tombol di depan dapat Anda konfigurasi, lalu Sigma juga dibekali dua port USB standar, satu microUSB, dan port HDMI. Device mendukung segala jenis gamepad wired misalnya controller Xbox, DualShock hingga keyboard dan mouse.

Tiap unit RetroEngine Sigma dibundel bersama 15 game, bisa segera dimainkan setelah perangkat dikeluarkan dari bungkus. Lalu lewat software installer di tablet atau smartphone, user diperkenankan membubuhkan lebih banyak permainan. Prosesnya sangat simpel, Anda tinggal menentukan ROM yang bisa diinstal dengan browser atau dicantumkan di adaptor kartu microSD.

RetroEngine Sigma 2

RetroEngine Sigma turut dilengkapi konektivitas Wi-Fi 11b/g/n, memudahkan kita mengelola konten dan menyambungkan perangkat ke network di rumah. Sebagai tambahan, Doyodo turut menawarkan dongle Bluetooth (akan menyusul) sehingga controller bisa terkoneksi tanpa kabel. Hebatnya lagi, RetroEngine Sigma juga dapat dijadikan komputer desktop berkat pemakaian Armbian OS dengan XFCE dan app Kodi Media Center.

Agar RetroEngine Sigma bisa menjalankan seluruh fungsinya, Doyodo membenamkan chip Allwinner H3 berisi prosesor quad-core Cortex A7 1,2GHz dan GPU Mali 400 MP2, RAM DDR3 512GB, lalu tenaganya dipasok oleh unit power supply internal 5V 2A. Untuk medium penyimpanan, produsen memanfaatkan kartu microSD 16 atau 32GB.

Doyodo menyampaikan bahwa mereka belum mempunyai agenda untuk menjual RetroEngine Sigma secara retail. Produk ini hanya dapat Anda beli melalui situs crowdfunding  Indie Gogo, dan selama masa pengumpulan dana berlangsung di sana, Sigma bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang sebesar US$ 70 (atau US$ 90 untuk paket lengkap berisi controller dan SD card 32GB).

Ubah Panas Tubuh Jadi Energi, Smartwatch Matrix PowerWatch Tak Perlu Anda Charge

Penutupan Pebble mungkin membuat orang mempertanyakan masa depan smartwatch, tapi kita sebetulnya tidak perlu khawatir. Para developer terlihat tak  lelah mengembangkan beragam device baru, umumnya diperkenalkan di situs crowdfunding, demi memperbaiki sejumlah kelemahan pada smartwatch. Dan bagi Matrix, sasaran mereka adalah kendala payahnya daya tahan baterai.

Baterai di produk-produk smartwatch populer saat ini biasanya butuh diisi ulang setidaknya satu atau dua hari sekali. Itu alasannya tim yang terdiri dari jebolan universitas Caltech, MIT, Harvard dan UCSD tersebut menggarap Matrix PowerWatch: smartwatch pertama di dunia yang tidak perlu di-charge. Betul, Anda tidak salah baca. Device ini mampu mengubah panas tubuh jadi energi untuk memasok unit baterainya.

Matrix PowerWatch 2

Matrix PowerWatch mengusung arahan desain sporty. Bingkainya melingkar seperti jam tangan klasik, dan Anda dipersilakan mengubah-ubah watch face-nya sesuka hati. Tubuhnya terbuat dari material aluminium kelas pesawat terbang, tahan air hingga kedalaman 50-meter. Penggunaannya juga sederhana: PowerWatch menyajikan satu tombol multi-fungsi, misalnya untuk memicu timer ataupun stopwatch.

Layaknya smartwatch spesialis olahraga, perangkat ini bertugas memantau jumlah pembakaran kalori, banyaknya langkah yang Anda tempuh dalam aktivitas sehari-hari, serta mampu menakar mutu tidur. PowerWatch tersambung ke smartphone Andorid ataupun Apple lewat Bluetooth, lalu segala informasinya disuguhkan melalui aplikasi mobile companion. App tersebut kabarnya juga akan kompatibel ke Apple Healthkit dan Google Fit, serta memungkinkan pengguna saling sharing pencapaian mereka.

Matrix PowerWatch 3

Tentu saja, fitur unggulan dari PowerWatch ialah kesanggupannya mengubah panas tubuh menjadi tenaga. Saat smartwatch dilepas, ia jadi nonaktif. Semua data Anda disimpan dalam memori lalu device masuk ke mode sleep. PowerWatch akan segera menyala kembali saat dikenakan di pergelangan tangan, dan perangkat ini menyediakan pula indikator yang menginformasikan besarnya energi dari panas tubuh Anda.

Rahasia dari kemampuan ajaib PowerWatch adalah teknologi thermoelectric, berbasis pada efek Seebeck. Metode ini dimanfaatkan oleh NASA di pesawat angkasa Voyager serta robot rover Curiosity. Lalu sebagai teknik menakar kalori, perangkat menghitung jumlah panas yang dibutuhkan buat menaikkan temperatur 1-gram air sebesar 1 derajat Celcius. Tim Matrix berpendapat, inilah cara paling akurat untuk mengukur pembakaran kalori.

Tertarik? Matrix PowerWatch bisa Anda pesan sekarang di situs Indie Gogo, dijajakan di harga yang cukup terjangkau, hanya US$ 130. Pengiriman untuk backer rencananya akan dilangsungkan di bulan Juli 2017.

Vixole Ialah Sepatu Sneaker Pintar Dengan LED Customizable Pertama di Dunia

Jika uang bukan masalah, maka keterbatasan jumlah merupakan alasan yang membatasi para pecinta sepatu untuk memiliki Nike Mags. Terinspirasi dari film Back to the Future, Mags bisa mengikat talinya sendiri, cuma tersedia sebanyak 89 pasang saja. Fitur itu Nike coba hadirkan ke lebih banyak konsumen lewat HyperAdapt, tapi ia belum bisa disebut sebagai ‘sepatu pintar’.

Alternatifnya, Anda dapat berpaling dari brand Nike dan melirik sepatu kreasi sekumpulan desainer dan teknisi asal New York ini. Mereka memperkenalkan Vixole, sepatu E-sneaker pertama di dunia dengan layar LED customizable. Lewat fitur ini, sang produsen menawarkan pengguna keleluasaan buat membubuhkan ribuan pola pencahayaan dan animasi di permukaan sepatu cukup lewat tap di layar smartphone.

Sekilas, Vixole tampil layaknya sneaker normal namun desainnya lebih ‘bersih’ karena tim perancangnya tidak memanfaatkan tali. Pendekatan ini sepertinya sengaja diambil agar pola, animasi dan gambar yang muncul di sana lebih menonjol. Desainer membekali Vixole dengan layar LED fleksibel dan menanamkan tidak kurang dari delapan buah sensor. Selanjutnya, mereka menghidangkan tiga pilihan model, yaitu Vixole Basic, Plus dan OLED.

Vixole 1

Vixole Basic menyimpan display LED monokromatik fleksibel di area tumit. Via aplikasi mobile, Anda bisa membuat sketsa atau memilih gambar-gambar yang sudah tersedia, menentukan pola serta menambahkan efek visual. Sneaker ini tahan air dan dibekali teknologi wireless charging – Anda tinggal meletakkannya di atas papan charger dan baterainya akan kembali terisi penuh dalam dua jam.

Vixole Plus-lah yang betul-betul mengusung titel pintar. Selain memiliki kapabilitas Basic, Plus mampu melacak aktivitas serta gerakan Anda secara real-time layaknya fitness tracker. Canggihnya lagi, developer turut membenamkan sensor suara sehingga desain/pola dapat merespons musik, menyediakan fitur notifikasi lewat getaran, dan tak lupa menyematkan NFC sehingga pengguna bisa saling bertukar info cukup dengan menyentuhkan sepatu mereka.

Vixole

Vixole OLED sendiri adalah varian paling high-end. Ia memiliki segala kemampuan Plus, namun gambar dan animasi monokromatiknya digantikan oleh output full-color beresolusi tinggi, secara teori bisa menampilkan video. Kendalanya, bahan pembuatannya sangat mahal dan produsen hanya menciptakan 300 pasang saja sebagai edisi terbatas.

Tiga model Vixole tersedia dalam pilihan warna hitam, beige dan putih, bisa Anda pesan di situs Indie Gogo. Di sana, Vixole Basic dijual seharga mulai dari US$ 150; Vixole Plus dibanderol US$ 225, dan Vixole OLED ditawarkan di harga US$ 300. Jika kampanye crowdfunding sukses, produk rencananya akan didistribusikan mulai bulan Juni 2017.

Cuma Berbekal Garam dan Baterai, MSR SE200 Siap Sediakan Air Bersih

WHO memperkirakan bahwa ada lebih dari 500 ribu jiwa meninggal tiap tahun akibat diare. Padahal hanya dengan memanfaatkan klorin, angka ini bisa dipangkas secara drastis.  Klorin sangat ampuh dalam menumpas bakteri-bakteri penyebab kolera, disentri dan tifus. Zat inilah yang dimanfaatkan oleh tim spesialis gear outdoor asal Seattle sebagai solusi penyediaan air bersih.

Di situs crowdfunding Indie Gogo, Mountain Safety Research memberikan jawaban atas masalah itu lewat MSR SE200 Community Chlorine Maker, sebuah perangkat yang dapat mengubah air kotor jadi air siap minum, ditujukan bagi para pemukim di daerah-daerah bersumber daya alam rendah di seluruh dunia. Meski mengusung titel ‘pintar’, penggunaan MSR SE200 sangat sederhana, cuma memerlukan garam serta sumber listrik.

MSR SE200 1

Seperti namanya, MSR SE200 Community Chlorine Maker berfungsi menciptakan zat klorin, dipakai untuk memurnikan air. Device disuguhkan dalam wujud kit berisi botol air garam, wadah penyimpanan klorin, alat takar, kabel power, serta lebar panduan; dikemas di boks portable. Walaupun botol dan wadahnya berukuran kecil, tak lebih besar dari gelas minum, kinerjanya terbilang istimewa.

MSR SE200 sanggup menghasilkan klorin untuk membersihkan air sebanyak 200-liter dalam waktu lima menit. Caranya? Pengguna hanya perlu mencampur air dengan garam, lalu sambungkan device ke sumber tenaga, bisa dari baterai 12-volt atau dari colokan listrik. Selanjutnya, Anda tinggal menekan satu tombol dan proses elektrolisis (penguraian senyawa berbentuk larutan via listrik) akan segera dimulai.

MSR SE200 2

Pengembangan MSR SE200 sudah berjalan cukup lama, dilakukan oleh Mountain Safety Research bersama sang partner, perusahaan kesehatan non-profit PATH. Dari 2010 hingga 2014, developer telah melangsungkan uji coba prototype alpha dan beta di berbagai negara, lalu MSR SE200 akhirnya diluncurkan resmi di Mali dan Kenya pada awal tahun ini.

Mountain Safety Research sedang menjalankan kampanye penggalangan dana agar bisa mendistribusikan paling tidak 2.500 unit MSR SE200 ke mereka yang membutuhkan sebelum akhir 2017 – diestimasi mampu memberikan penyelesaian kendala tidak tersedianya air bersih bagi 500 ribu orang. Agar tujuannya tercapai, developer membutuhkan modal sebesar US$ 50 ribu. Namun bahkan jika misi itu terpenuhi, jumlah tersebut masih sangat kecil, saat ini ada 1,8 miliar orang di Bumi yang terpaksa mengonsumsi air terkontaminasi.

Kemunculan MSR SE200 di Indie Gogo merupakan sebuah kampanye crowdfunding yang langka karena developer tidak bermaksud memperoleh keuntungan, melainkan bertujuan buat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di negara-negara berkembang.

Pintar dan Ekonomis, Proyektor XGIMI H1 Simpan Speaker Harman/Kardon Build-In

Membangun home theater memang membutuhkan banyak biaya. Anda memerlukan TV raksasa, speaker, dan tentu saja ruang buat menampung itu semua. Proyektor bisa jadi alternatif, sayangnya sistem ini mengonsumsi banyak listrik, seringkali merepotkan dan umumnya tidak didukung audio. Itu alasannya XGIMI mencoba memberikan solusi dengan satu bundel lengkap.

Tim developer dari Chengdu itu menyingkap kreasi unik mereka lewat situs Indie Gogo. Di sana XGIMI memperkenalkan proyektor pintar all-in-one bernama H1, diklaim sebagai home theater masa depan. Dalam tubuh mungilnya, XGIMI H1 menyimpan speaker Harman/Kardon build-in, mampu menghidangkan ‘layar’ 300-inci di tingkat kecerahan 900-lumen, serta beroperasi di platform Android.

H1 didesain agar tidak memakan banyak tempat, mempunyai wujud balok berukuran 20x20x12,8-sentimeter dan dengan bobot 2,1-kilogram – bisa Anda taruh di atas meja atau dipasangkan ke stand. Konektivitasnya sangat lengkap, dapat tersambung ke TV serta console game via port HDMI, dan hard drive serta thumb drive lewat port USB. Device juga punya fitur mirror display, bisa menampilkan konten smartphone, PC/laptop dan tablet.

XGIMI H1 1

H1 menyajikan resolusi full-HD 1920×1080 sejati, ditopang optical zoom, serta konversi dari 2D ke 3D berkat teknologi DLP active shutter 3D imaging; mempunyai toleransi kemiringan 35 derajat vertikal dan 30 derajat horisontal. XGIMI memanfaatkan teknologi LED sehingga lampu lebih awet (dijanjikan bertahan 10 tahun dengan pemakaian delapan jam sehari) dan dimaksudkan agar panas yang dihasilkan tidak terlalu tinggi. Kecerahan 900-lumen juga tergolong lebih tinggi dibanding proyektor Pico lain.

Sebagai otak dari H1, XGIMI membubuhkan chip 6A928 dengan prosesor Cortex A17 quad-core 1,75GHz, GPU Mali T760 Mp4, dan RAM 3GB. Menurut developer, komposisi hardware ini memastikan proyektor sanggup memenuhi segala kebutuhan Anda – gaming, menjalankan video sampai app mobile. XGIMI menanamkan dua unit speaker 45mm Harman/Kardon, dibekali diafragma/pelat di sisi bawah buat mendongkrak efek bass.

Developer menyertai proyektor mereka bersama remote Bluetooth. Ia menyimpan sensor gravitasi, menyajikan Anda fitur cursor serta akses ke fungsi zoom. Pengguna juga bisa mengubah handset mereka jadi remote dengan mengunduh app XGIMI Assistant.

Faktor unggulan lain dari H1 adalah harganya. Anda tidak perlu mengeluarkan uang ribuan dolar untuk membeli proyektor all-in-one unik ini. H1 akan dijajakan di harga retail US$ 920, atau cuma US$ 700 melalui Indie Gogo.

iPhone 7 Tak Punya Port Audio? Jangan Dibor, Cukup Pasangkan Fuze

Apple memang tidak menyingkap jumlahnya secara rinci, tapi kabarnya permintaan terhadap iPhone 7 dan 7 Plus begitu besar, konsumen yang tidak melakukan pemesanan sebelumnya tidak bisa membeli device di hari pertama penjualan. Meski demikian, keputusan Apple menghilangkan jack headphone memang jadi kritik dan bahan candaan di kalangan pengguna maupun kompetitor.

Arahan baru Apple tersebut menunjukkan rasa percaya diri mereka terhadap teknologi audio wireless via Bluetooth dan Lightning. Tentu tak semua orang siap merangkul konsep ini. Belum lama mungkin Anda sudah mendengar atau menyaksikan sendiri video cara ‘membuka’ port audio dengan membor bagian bawah iPhone 7. Faktanya, hal ini bukanlah jalan keluar, malah menghancurkan handset mahal. Pemecahan sesungguhnya datang dari tim inventor asal Austin, Amerika Serikat.

Fuze 1

Solusi mereka adalah menyediakan case bernama Fuze, disiapkan baik untuk iPhone 7 serta 7 Plus. Fungsinya tidak jauh berbeda dari aksesori sejenis, Fuze bertugas melindungi smartphone Anda dari baret dan benturan. Selain itu, casing juga dilengkapi baterai tambahan yang mampu menggandakan durasi pemakaian standar sekaligus menyempurnakan iPhone 7 dengan port audio 3.5mm. Berkatnya, Anda tidak perlu buru-buru mengucapkan selamat tinggal pada headphone/earphone kesayangan.

Fuze 2

Menariknya lagi, Fuze tidak menyebabkan volume iPhone 7 terlalu membengkak. Mengusung desain ‘ultra-slim‘, case tersebut cuma membuat iPhone lebih tebal 5mm dengan bobot tambahan 28-gram. Konstruksinya tangguh, memanfaatkan jenis plastik TPU dan ABS, material serupa casing baterai orisinil ciptaan Apple. Pengembang menyediakan lima pilihan warna, yakni putih, hitam, emas, rose gold dan biru.

Fuze 3

Fuze dijanjikan akan menyederhanakan konektivitas iPhone 7, sehingga Anda tidak perlu berkutat dengan dongle dan adaptor, memastikan kemudahan menikmati musik di manapun dan kapanpun. Aksesori itu juga memungkinkan device menyuguhkan lagu meski harus sambil di-charge. Berkat Fuze, Anda tidak perlu mengeluarkan ratusan dolar buat membeli AirPods karena headphone lama masih dapat digunakan.

Untuk baterai buld-in-nya, Fuze versi iPhone 7 menyimpan unit 2.400maH dan ada baterai 3.600mAh di dalam model 7 Plus. Aksesori tersebut tersambung ke smartphone melalui port Lightning.

Case Fuze sudah bisa Anda pesan di situs Indie Gogo. Selama masa kampanye crowdfunding berlangsung, produk dapat dibeli seharga US$ 60 khusus backerearly bird‘. Setelah periode tersebut usai, Fuze dijajakan di harga retail US$ 70. Distribusi diperkirakan akan berlangsung di bulan Desember 2016.

Sumber: FuzeCases.

Dua Earphone Wireless Baru Erato Audio Ini Suguhkan Audio 3D dan Baterai Mumpuni

Teknologi 3D audio memperoleh perhatian setelah banyak orang mulai memahami kecanggihan dan potensi virtual reality. Ia merupakan satu dari banyak faktor penunjang VR, dan dengan dukungannya, pengalaman menikmati konten jadi mengingkat. Tapi tentu suara tiga dimensi tidak eksklusif untuk VR saja, ia bisa diterapkan ke bidang penyajian musik secara wireless.

Beberapa bulan sesudah sukses melangsungkan kampanye penggalangan dana Apollo 7, tim Erato Audio asal Amerika Serikat kembali memperkenalkan kreasi baru mereka, yaitu dua buah produk bernama Muse 5 dan Rio 3. Rio 3 disiapkan buat menemani Anda berolahraga, sedangkan Muse 5 diklaim sebagai earphone wireless 3D sejati pertama. Dalam pembuatannya, Erato berupaya memastikan kedua earphone dapat tersuguh di harga terjangkau serta tak lupa melengkapinya dengan teknologi inovatif.

Muse 5

Desain Muse 5 berkiblat pada tipe Apollo 7 dan mempunyai karakteristik hampir serupa. Ia disiapkan sebagai jawaban atas kekurangan perangkat audio in-ear yang ada di pasat saat ini. Mayoritas, produk memiliki kelemahan di bagian segel lubang telinga, menyebabkan turunya level bass serta mutu suara secara keseluruhan. Buat mengatasinya, Muse 5 mengusung eartip FitSeal berbahan silikon. Berbeda dari earphone tradisional, eartip bisa dikustomisasi ke sembilan konfigurasi berbeda.

Erato Muse 5 1

Untuk performa suara, Erato membekali Muse 5 dengan teknologi EratoSurround, sehingga suara bukan hanya datang dari kiri, kanan, atas dan bawah; namun memberi efek spasial (jarak). Device sanggup menghidangkan musik hingga empat jam, juga dilengkapi case charger dengan baterai cadangan berkapasitas tiga kali baterai build-in Muse 5.

Erato Muse 5 2

 

Rio 3

Rio 3 sendiri merupakan jawaban atas terbatasnya durasi playback earphone wireless. Ia menyimpan unit baterai lithium raksasa di dalam, menjanjikan kemampuan menghidangkan lagu non-stop hingga enam jam tanpa membuat perangkat jadi berat: Rio 3 cuma berbobot 14-gram saja. Wujudnya cukup berbeda dari Muse 5, ia memanfaatkan rancangan kait, mampu mencengkram telinga dengan mantap tanpa menyebabkannya jadi tidak nyaman – cocok dipakai ketika berolahraga.

Erato Rio 3 1

Earphone ini dipersenjatai Comply Diaphragm Driver 14,2mm serta sistem antena canggih, kompatibel ke semua perangkat Bluetooth 4.0. Hebatnya lagi, tiap bagian Rio 3 dapat berfungsi secara individual. Perlu Anda ketahui, Rio 3 tidak menyimpan teknologi EratoSurround, dan ia tidak mempunyai kapabilitas audio 3D.

Erato Rio 3

Muse 5 dan Rio 3 bisa Anda pesan sekarang melalui situs crowdfunding Indie Gogo. Di sana produk mendapatkan diskon, masing-masing dijual seharga US$ 100 dan US$ 70. Proses pengiriman diestimasi akan berlangsung di bulan Desember 2016

Case Megaverse Beri Kemampuan ala Spider-Man Pada Smartphone Anda

Hal apa saja yang sudah Anda lakukan demi mendapatkan hasil selfie terbaik di smartphone? Tak heran jika ada banyak orang menimbun monopod, tripod, sampai remote Bluetooth; tapi tidak sedikit yang tetap merasa tak puas pada kualitas jepretan sendiri. Kabar baiknya, Mega Tiny Corp punya teknik alternatif pendukung self-portrait secara optimal dalam produk baru mereka.

Lewat Indie Gogo, tim asal Los Angeles itu memperkenalkan Megaverse, sebuah case modular ‘anti-gravitasi’, mampu memberikan kemampuan ala Spider-Man pada smartphone Anda. Dengan memasangkan aksesori ini, kita bisa menempelkan handset di hampir semua permukaan, misalnya kayu, kaca, whiteboard, pintu kulkas, layar komputer, sampai lantai keramik. Dan pastinya, kapabilitas ini sama sekali tidak melibatkan laba-laba.

Megaverse 2

Layaknya aksesori case sejenis, Megaverse mengusung struktur keras, dibuat untuk melindungi sisi samping dan belakang handset kesayangan Anda dari benturan – menyisakan bagian depan dan mengekspos kamera. Dari sisi penampilan, Megaverse terlihat normal, tidak menyebabkan smartphone jadi tebal, bahkan tidak lengket di tangan. Keistimewaannya baru terlihat ketika Anda menyematkan case di tembok atau jendela.

Rahasia Megaverse terletak pada struktur nano-suction di punggung case, metodenya mirip suction cup, namun berukuran sangat kecil. Dengan bahan unik ini, Anda tinggal menempelkan handset di permukaan yang datar dan halus tanpa memerlukan tambahan perakat. Tentu saja debu dan lemak akan mengotori nano-suction seiring pemakaian, tapi Megaverse dapat mudah dibersihkan menggunakan air.

Megaverse 3

Kemampuan Megaverse buat merekat di segala objek juga memungkinkan developer membekalinya dengan fitur esensial lain. Megaverse turut dilengkapi MegaBack, yaitu komponen backplate modular, menyuguhkan fungsi dan warna berbeda (hitam, abu-abu, emas, dan rose gold). Pelat MegaBack berperan sebagai penutup struktur nano-suction, hadir berupa cermin, pembuka botol, serta dompet.

Sayang sekali, Megaverse saat ini hanya kompatibel dengan handset iPhone 6, 7, 6 Plus dan 7 Plus. Dukungan buat perangkat Android belum dikonfirmasi, namun Mega Tiny Corp tak lupa menawarkan alternatif, yakni Anti-Gravity Space. Metodenya mirip Megaverse, sama-sama mengusung nano-suction, tapi Space tersaji berupa bantalan (pad). Ia mempunyai ukuran 3,81×7,62-sentimeter dan bisa Anda bubuhkan di case smartphone Android.

Di periode crowdfunding via Indie Gogo ini, Megaverse ditawarkan seharga mulai dari US$ 24 (belum termasuk MegaBack), dan Space sendiri dibanderol US$ 12. Kemampuan Megaverse terdengar cukup familier? Itu karena tahun lalu, Mega Tiny Corp pernah meluncurkan produk sejenis buat iPhone 6.

Xpider Ialah Robot Laba-Laba Lucu yang Bisa Mengenali Pemiliknya

Laba-laba bukanlah hewan favorit banyak orang. Di negara barat, 55 persen wanita dan 18 persen pria takut pada artropoda berkaki delapan ini. Meski demikian, inventor sudah lama mengadopsi bentuk tubuhnya ke ranah robotik, khususnya dalam menciptakan robot quadrupedal. Dan kreasi tim Roboeve mungkin bisa mengubah pandangan para penderita arachnophobia.

Pakar robot dan desainer industri muda itu memperkenalkan Xpider, robot laba-laba yang mungil dan lucu, terinspirasi dari karakter Mike Wazowski di film Monsters Inc. Tentu saja developer tidak langsung mengadopsi wujud tokoh itu. Awalnya mereka menuangkan ide tersebut dalam robot bernama Hexbug, sebelum akhirnya menyempurnakan rancangannya dan menyingkap Xpider.

Xpider 1

Xpider mempunyai tubuh bulat kecil dan enam buah kaki, berdiri setinggi 85-milimeter dengan berat hanya 150-gram. Robot memiliki sebuah ‘mata’ berupa kamera, dan Anda bisa melihat apa yang Xpider lihat serta mengambil alih kendali menggunakan smartphone ataupun controller game. Salah satu keunggulan utama dari robot laba-laba ini adalah kemudahan dalam memprogramnya – cukup melalui teknik drag and drop via software SmartNode.

Karya Roboeve ini bukanlah sekedar mainan. Ia mampu ‘melihat’ dan mengetahui keadaan lingkungan di sekitarnya, bahkan mengenal wajah seseorang, tercapai berkat teknologi computer vision. Dengan kapabilitas ini, Xpider dapat dibebaskan berkeliaran dan Anda tidak perlu cemas robot akan tersangkut. Selain itu, robot bisa menari saat melihat pemiliknya serta memberi tahu jika sesorang mendekati Anda.

Xpider 2

Segala kapabilitas tersebut dapat Xpider lakukan berkat kehadiran modul Intel Edison serta Intel Curie, sebuah komputer low-power seukuran kancing baju. Roboeve menghabiskan waktu selama delapan bulan buat menciptakan Xpider, dan hingga kini proses pengerjaannya masih terus berlangsung. Robot laba-laba itu sendiri telah mengalami beberapa kali perubahan desain, dari mulai penambahan bagian ‘armor‘, sampai revisi pada ukuran tubuh serta struktur kaki.

Akhirnya di awal tahun 2016, aspek desainnya mulai matang. Developer memutuskan buat memadatkan tubuh dan platform, menurunkan pusat bobot, memperkokoh kaki, serta memastikan Xpider ‘tampil lebih tampan’. Mereka turut menambahkan sensor postur di board Edison, sehingga robot bisa bergerak dan memanjat secara lebih anggun.

Selanjutnya, developer berencana untuk melangsungkan program crowdfunding di Indie Gogo serta menawarkan sejumlah desain custom khusus bagi backer. Kampanye kabarnya akan dimulai di bulan Agustus, tapi saat artikel ini ditulis, Xpider masih belum muncul di situs tersebut.

Sumber: Xpider.me.