Bukan Sembarang Lensa Tambahan, Fishball Siap Mengubah iPhone Menjadi Kamera 360 Derajat

Masih ingat dengan Insta360 Nano? Perangkat tersebut pada dasarnya adalah sebuah kamera 360 derajat yang bisa dipasangkan ke iPhone, dan sejauh ini terkesan sebagai salah satu cara paling praktis untuk mulai menangkap gambar dan video 360 derajat.

Namun rupanya masih ada cara yang lebih praktis lagi, yang tidak melibatkan satu pun komponen elektronik, sehingga pengguna tak perlu dipusingkan soal charging, memory card, dan lain sebagainya. Namanya Fishball, dan ia tidak lebih dari sekadar sepasang lensa fisheye yang bisa dijepitkan ke bagian atas iPhone, menutupi lensa bawaannya.

Apa yang ada di dalam Fishball murni merupakan komponen optik. Tidak ada baterai, tidak ada slot microSD, tidak ada Bluetooth. Cukup jepitkan ke iPhone, lalu mulailah mengambil gambar atau video 360 derajat. Satu syarat lain yang harus dipenuhi adalah, gunakan aplikasi pendampingnya, yang bertugas menjalankan proses stitching gambar secara otomatis.

Fishball

Tentu saja, resolusi foto atau video yang dihasilkan bergantung pada model iPhone yang digunakan. Fishball sendiri kompatibel dengan iPhone 7, 7 Plus, 8, 8 Plus dan bahkan iPhone X. Dimensinya sangat mungil, hanya 4,4 x 3,6 x 3,4 cm, dengan bobot tak lebih dari 30 gram.

Hal lain yang membuat konsep lensa smartphone 360 derajat ini terdengar lebih menarik ketimbang produk macam Insta360 Nano adalah harganya. Fishball saat ini sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga $49 saja. Kendati demikian, harga retail-nya diestimasikan berkisar $127.

Pakai Bose Sleepbuds, Dijamin Anda Bisa Tidur Nyenyak Meski Pasangan Mendengkur Keras

Siapapun bisa tidur mendengkur, tapi tidak semua orang bisa tahan tidur di sebelahnya. Mengenakan penutup telinga kerap dijadikan solusi, namun ini tidak ada artinya apabila volume dengkuran sudah kelewatan. Di titik ini, Anda mungkin mau melirik penawaran terbaru Bose.

Sang raja headphone noise cancelling itu belum lama ini memperkenalkan Sleepbuds. Sepintas wujudnya kelihatan seperti true wireless earphone, akan tetapi ia sama sekali tak bisa dipakai untuk memutar musik. Fungsi utamanya adalah membantu penggunanya tidur nyenyak dengan mengganti suara di sekitar yang mengganggu dengan suara yang menenangkan.

Bose Sleepbuds

Teknik ini Bose sebut dengan istilah noise masking. Berbeda dari noise cancelling, noise masking bukannya memblokir suara di sekitar sepenuhnya, tapi menggantinya dengan suara lain pada frekuensi yang sama. Suara pasangan yang mendengkur misalnya, bisa digantikan dengan suara air terjun, hujan dan lain sebagainya.

Bose bilang bahwa noise masking sebenarnya bisa terjadi secara alami. Contohnya, suara dengkuran bisa kalah oleh suara kipas angin yang cukup keras. Masalahnya, suara kipas angin itu jauh dari kata menenangkan. Jadi, akan jauh lebih baik apabila suara penggantinya adalah suara-suara yang bisa menenangkan pikiran.

Bose Sleepbuds

Sleepbuds sendiri memiliki dimensi yang amat ringkas, krusial mengingat penggunaannya adalah saat tidur. Desainnya dirancang supaya pengguna bisa benar-benar merasa nyaman, bahkan ketika mereka tidur dengan kepala menghadap ke samping. Eartip-nya sendiri hadir dalam tiga varian ukuran.

Di dalamnya tersimpan baterai rechargeable yang sangat mungil, sanggup menyuplai daya sampai dua malam. Layaknya true wireless earphone, Sleepbuds juga datang bersama charging case yang dapat mengisi ulang baterainya sampai penuh sebanyak satu kali.

Bose Sleepbuds

Cara kerja Sleepbuds melibatkan aplikasi Bose Sleep di smartphone. Lewat aplikasi itulah pengguna bisa memilih suara penenang yang diinginkan, seberapa keras volumenya, dan selama apa suara itu akan terus diputar – pengguna juga bisa menyetel alarm lewat aplikasi ini.

Yang sangat tidak biasa, Bose Sleepbuds saat ini sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo, dan status terbarunya tengah sold out. Bose bilang bahwa tujuannya adalah menguji Sleepbuds terlebih dulu bersama para early adopter guna menyempurnakan versi finalnya. Harga retail-nya diestimasikan berkisar di angka $249.

Skateboard Elektrik Ini Andalkan Pengoperasian Tanpa Remote dan Baterai yang Bisa Dilepas-pasang

Skateboard elektrik bukanlah barang baru lagi di tahun 2017 ini. Salah satu yang paling populer, Boosted Board, mengandalkan sebuah controller kecil yang berfungsi untuk mengatur kecepatan lajunya. Kecuali Anda punya jam terbang setinggi Casey Neistat, Anda bakal kesulitan berkendara menggunakan Boosted Board selagi melakukan aktivitas lain, seperti vlogging misalnya.

Alternatifnya, Anda bisa melirik perangkat bernama StarkBoard berikut ini. Dikembangkan oleh startup asal Jerman, StarkBoard dapat dikendalikan tanpa bantuan controller sama sekali. Cukup miringkan badan Anda sedikit ke depan, maka StarkBoard akan bergerak maju, kurang lebih sama seperti cara kerja hoverboard pada umumnya.

Pengembangnya mengklaim siapapun bisa menguasai pengoperasian StarkBoard hanya dalam waktu sekitar tiga menit saja. Empat sensor gerakan dan sensor berat serta gyroscope bertugas membaca gerakan tubuh pengguna guna menentukan arah dan kecepatan lajunya.

StarkBoard

StarkBoard dibekali sepasang motor elektrik yang dapat membawanya melaju dalam kecepatan maksimum 32 km/jam, bahkan di atas permukaan yang cukup terjal sekalipun. Pengembangnya juga yakin StarkBoard mampu mengatasi jalanan yang sedikit menanjak.

Miringkan tubuh ke belakang, maka StarkBoard akan mengerem atau malah bergerak mundur. Yang cukup istimewa, ketika pengguna turun, StarkBoard akan langsung berhenti seketika itu juga.

Tidak kalah istimewa adalah modul baterai yang dapat dilepas-pasang, sehingga pengguna dapat membawa baterai cadangan ketika sedang bepergian cukup jauh. Satu modul baterainya diperkirakan bisa menenagai StarkBoard hingga sejauh 20 kilometer dalam satu kali charge.

StarkBoard

Material yang digunakan StarkBoard meliputi kayu maple sebagai papannya, plastik ABS dan baja. Sederet lampu LED tidak lupa disematkan demi keselamatan penggunanya di petang hari. Bobotnya sendiri kurang lebih berkisar 7,7 kilogram.

StarkBoard memang bisa langsung digunakan tanpa controller maupun aplikasi pendamping. Kendati demikian, pengembangnya masih menyediakan aplikasi ponsel untuk mengecek sisa baterai, menetapkan mode berkendara maupun memonitor rute, jarak tempuh, kecepatan rata-rata dan lain sebagainya.

Perangkat ini sekarang sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo dengan harga early bird yang cukup menggiurkan, yakni $499, alias separuh dari estimasi harga retail-nya nanti.

Chuwi Kembali Luncurkan Tablet Windows 10 Mirip Surface Bernama CoreBook

Sampai di tahun 2017 ini, nama Chuwi mungkin masih terdengar asing di telinga Anda. Pabrikan asal Tiongkok ini sudah beberapa kali menelurkan kloningan perangkat-perangkat ternama, termasuk Chuwi SurBook, yang tanpa kita amati wujudnya saja sudah bisa diasumsikan sebagai pendompleng Microsoft Surface.

Namun mari kita lupakan sejenak hobi meniru Chuwi, lalu ganti membahas produk terbarunya, yakni CoreBook. Secara konsep, CoreBook memang masih seperti Surface, berwujud tablet dan datang bersama keyboard cover; hanya saja aksesori ini sekaligus berperan sebagai kickstand, dengan tingkat kemiringan maksimum 165 derajat.

Chuwi CoreBook

Kendati demikian, masih ada sejumlah perbedaan yang cukup mencolok. Utamanya lapisan luar layar kaca 2.5D yang melengkung di bagian ujung dan terlihat menyatu dengan bodi perangkat. Gaya desain semacam ini umum kita dapati di smartphone, tapi masih tergolong cukup langka untuk tablet.

Layarnya sendiri merupakan panel 13,3 inci beresolusi full-HD, dengan lapisan laminasi yang membantu mewujudkan display yang cerah sekaligus jernih karena tidak ada lagi celah di antara panel display dan lapisan kaca. Pemandangan yang tak kalah menarik adalah sebuah tombol di bagian bezel bawah layar.

Tombol ini rupanya juga berperan sebagai sensor sidik jari, yang lucunya, Chuwi sebut dengan istilah Touch ID. Mungkin penamaan ini didasari oleh keputusan Apple mengganti Touch ID dengan Face ID pada iPhone X. Kemungkinan lain, Chuwi masih belum bisa move on sepenuhnya dari hobi menirunya.

Chuwi CoreBook

Dibandingkan produk-produk Chuwi sebelumnya yang mengandalkan prosesor Intel seri Atom atau Celeron, CoreBook jauh lebih unggul karena mengemas prosesor Core m3-7Y30. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 6 GB dan kapasitas penyimpanan berbasis eMMC sebesar 128 GB.

Banderol harga dan jadwal perilisannya masih belum diketahui, sebab Chuwi berencana menawarkannya melalui situs crowdfunding Indiegogo dalam waktu dekat. Oh ya, perangkat ini sepertinya juga bakal datang bersama stylus dengan 1.024 tingkat pressure sensitivity.

Sumber: SlashGear dan Chuwi.

Nebula Capsule Adalah Proyektor Sekaligus Speaker Bluetooth Sebesar Minuman Kaleng

Awalnya hanya memproduksi power bank dan bermacam aksesori lainnya, Anker terus berkembang hingga menjadi perusahaan yang cukup disegani. Perusahaan asal Tiongkok itu telah melahirkan sejumlah brand baru: ada Zolo yang bermain di segmen audio, lalu Eufy di ranah smart home, dan yang paling baru adalah Nebula yang sejauh ini sudah memiliki dua produk.

Produk pertama mereka ialah Nebula Mars, yang pada dasarnya merupakan kombinasi proyektor dan speaker Bluetooth dalam wujud yang portable. Selain berdesain inovatif, Mars juga tergolong istimewa karena ditenagai oleh sistem operasi Android.

Nebula Capsule

Selang beberapa bulan saja, Anker sudah siap dengan produk baru dari lini Nebula. Dijuluki Capsule, ia sejatinya merupakan adik kecil dari Mars. Begitu kecilnya, ukurannya tidak lebih besar dari minuman kaleng, namun di saat yang sama masih merangkap fungsi sebagai proyektor sekaligus speaker Bluetooth.

Bentuk silindrisnya memastikan suara terdistribusi secara merata ke segala sudut melalui 9.000 lubang pada grille berbahan aluminiumnya. Tidak diketahui apakah komponen audionya juga merupakan racikan JBL seperti kasusnya pada Mars, tapi yang pasti Anker menjamin performa audionya bisa mengalahkan proyektor pico apapun.

Nebula Capsule

Sebagai proyektor, ia mengadopsi teknologi DLP dengan tingkat kecerahan 100 lumen, ukuran gambar maksimum 100 inci dan resolusi 854 x 480 pixel. Resolusinya memang bukan yang paling tajam, dan Anda masih perlu menempatkannya di ruangan yang gelap agar gambar bisa terlihat jelas. Namun semua ini tetap terdengar mengesankan jika melihat dimensi mungilnya.

Capsule menjalankan OS Android 7.0. Kinerjanya ditopang oleh prosesor quad-core, GPU Adreno 304 serta RAM sebesar 1 GB. Kapasitas penyimpanan sebesar 8 GB berarti Anda bisa mengisinya dengan aplikasi streaming macam Netflix, sehingga Anda bisa memutarnya langsung tanpa perlu menyambungkan smartphone terlebih dulu lewat Bluetooth atau Wi-Fi.

Nebula Capsule

Pengoperasiannya bisa mengandalkan remote control bawaannya atau dengan menyambungkan mouse dan keyboard Bluetooth. Capsule datang dengan baterai berkapasitas 5.200 mAh yang kira-kira sanggup bertahan selama 2,5 jam sebagai proyektor, atau 40 jam jika digunakan sebagai speaker saja.

Nebula Capsule saat ini sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga paling murah $249. Harga retail-nya nanti diperkirakan berkisar $349.

Clip & Talk Health Ialah Headset Bluetooth Sekaligus Alat untuk Memonitor Kesehatan

Masih ingat dengan headset Bluetooth dari beberapa tahun silam yang membuat kita terlihat seperti orang sok sibuk? Perangkat tersebut mungkin sudah jarang kelihatan sekarang, akan tetapi sebuah startup asal kota New York punya visi untuk menghidupkannya kembali dengan menambahkan fungsionalitas yang relevan dengan tren terkini, yakni health monitoring.

Dinamai Clip & Talk Health, wujudnya sepintas kelihatan tidak ada bedanya dengan headset Bluetooth pada umumnya. Namun sang pengembang rupanya telah menanamkan sensor laju jantung ke dalam earpiece-nya. Bukan sembarang sensor, melainkan racikan Valencell yang sudah dibuktikan akurasinya oleh sejumlah arloji GPS buatan Suunto.

Tidak hanya memonitor laju jantung secara konstan, Clip & Talk juga dapat membaca variabilitas laju jantung, VO2max (konsumsi oksigen maksimum), laju pernafasan sampai yang lebih umum seperti jumlah kalori yang terbakar. Menurut pengembangnya, memonitor lewat telinga jauh lebih akurat ketimbang lewat pergelangan tangan, dan klaim ini rupanya didukung oleh sejumlah studi dari MIT.

Clip & Talk Health

Nama Clip sendiri mengindikasikan sebuah penjepit pada bodinya yang dapat dimanfaatkan saat perangkat sedang tidak dibutuhkan. Mode standby otomatis memastikan baterai perangkat tidak terkuras dengan cepat, dan dengan satu klik saja perangkat dapat aktif dalam waktu 2 – 3 detik.

Untuk mengecas perangkat, Clip & Talk ternyata dibekali konektor USB-nya sendiri sehingga pengguna tak perlu repot menyambungkan kabel. Sebagai sebuah headset Bluetooth, mustahil Clip & Talk tidak dibekali kemampuan untuk berinteraksi dengan asisten virtual di tahun 2017 ini.

Saat ini Clip & Talk Health sedang dipasarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo. Harga paling murah selama masa kampanyenya berlangsung dipatok $149.

Aksesori Ini Mudahkan Anda Merekam Percakapan Telepon di iPhone

Merekam percakapan telepon di iPhone tidak semudah di smartphone Android. Beberapa aplikasi yang tersedia umumnya hanya bisa merekam percakapan telepon standar, dan tidak untuk yang melalui Skype, WhatsApp maupun aplikasi lainnya. Hal ini menginspirasi produsen aksesori asal Taiwan, PhotoFast, untuk menciptakan solusi yang lebih efektif.

Solusi tersebut datang dalam wujud hardware bernama Call Recorder. Call Recorder merupakan sebuah aksesori bersifat plug-and-play. Cukup pasangkan ke port Lightning milik iPhone, maka ia siap merekam percakapan telepon kapan pun Anda menekan tombol Record.

PhotoFast Call Recorder

Istimewanya, Call Recorder juga bisa merekam pembicaraan yang berlangsung via aplikasi pesan instan; entah itu Skype, WhatsApp, Facebook Messenger, Line, Viber atau WeChat. Saat ada panggilan telepon masuk, tinggal klik tombol Record maka perekaman akan berlangsung secara otomatis.

Call Recorder mengemas slot microSD, dan semua percakapan bakal disimpan di kartu ini. Anda bisa mengakses semuanya dalam format .m4a lewat aplikasi pendamping Call Recorder, termasuk mengedit dan membuang bagian-bagian tertentu yang dirasa tidak penting, plus mengamankan file tertentu dengan password.

PhotoFast Call Recorder

Kartu microSD ini juga bisa Anda isi dengan file lagu atau video untuk ditonton lewat aplikasi yang sama, meningkatkan kapasitas penyimpanan iPhone secara tidak langsung. Sebagai bonus, Call Recorder turut dilengkapi jack headphone 3,5 mm, sentuhan akhir yang bakal membuat tersenyum para pemilik iPhone 7 dan 7 Plus.

Buat yang tertarik, Call Recorder saat ini sudah bisa dipesan melalui Indiegogo seharga $125. Tidak seperti proyek crowdfunding pada umumnya, Call Recorder sudah siap diproduksi dan dipasarkan ke konsumen sekarang juga.

Lunar Pro Adalah Replika Bulan yang Sangat Presisi dengan Bumbu Augmented Reality

21 Juli 1969, Neil Armstrong menjadi manusia pertama yang menjejakkan kaki di permukaan Bulan. Namun tentu saja Neil bersama koleganya, Buzz Aldrin, hanya sempat menelusuri sebagian kecil Bulan saja, sebab sekecil-kecilnya Bulan, ukurannya masih sekitar seperempat dari planet yang kita tinggali.

Berkat kemajuan teknologi digital, Anda tak perlu bersusah payah menempuh jarak sejauh 350 ribu sekian kilometer untuk bisa menelusuri Bulan secara langsung. Tidak, Anda sekarang bisa mengamati Bulan secara mendetail di kepalan tangan Anda.

Lunar Pro

Perangkat bernama Lunar Pro ini bukan sembarang replika Bulan. Diameternya memang cuma 12 inci, akan tetapi ia sangatlah presisi sampai-sampai semua kawah maupun fitur topografi Bulan lainnya ada padanya tanpa terkecuali, berkat data yang berasal dari Lunar Reconnaissance Orbiter kepunyaan NASA. Juga tidak main-main, 3D printer yang membuatnya bekerja dalam resolusi 4.000 DPI, atau sekitar 0,006 milimeter per pixel-nya.

Setiap unitnya yang terbuat dari material poly resin kemudian dicat menggunakan tangan, dan hasilnya benar-benar sangat mirip dengan Bulan yang mengorbit Bumi kita sebenarnya. Namun yang lebih menarik lagi justru adalah elemen interaktif dengan memanfaatkan teknologi augmented reality.

Lunar Pro

Menggunakan aplikasi pendamping di ponsel, pengguna dapat menelusuri berbagai fakta menarik soal Bulan, seperti misalnya titik pendaratan Apollo 11 yang membawa Neil Armstrong dan Buzz Aldrin itu tadi. Semuanya cukup dengan mengarahkan kamera ponsel ke bagian-bagian Lunar Pro.

Kombinasi replika yang super-presisi dan aplikasi AR gratis ini sejatinya bisa sangat menarik perhatian para penggemar astronomi yang kesulitan mendapatkan akses ke teleskop. Lebih lanjut, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah pun juga bisa belajar banyak mengenai Bulan dengan Lunar Pro.

Saat ini Lunar Pro sedang ditawarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga $179, sedangkan harga retail-nya diperkirakan berkisar $219. AstroReality juga menyediakan versi yang lebih kecil, yakni Lunar Regular dan Lunar Mini, akan tetapi pengalaman AR-nya jauh lebih terbatas.

Sumber: Mashable.

Eve V Adalah Kloningan Surface Pro dengan Spesifikasi dan Harga yang Lebih Menarik

Apa jadinya jika Surface Pro tidak dirancang oleh Microsoft, melainkan oleh sebuah startup asal Finlandia yang menerima masukan dari ribuan backer di Indiegogo? Jawabannya adalah Eve V, yang tidak lain merupakan kloningan Surface Pro, namun dengan spesifikasi dan harga yang lebih menarik.

Desainnya memang mirip, tapi saya yakin Anda bisa membedakan keduanya saat diposisikan bersebelahan sebab sisi-sisi Eve V lebih melengkung dan tidak selancip Surface Pro. Bodinya terbuat dari aluminium utuh, dengan tebal cuma 0,89 cm.

Terlepas dari dimensinya yang sangat ringkas itu, pengembangnya tak cuma berhasil menjejalkan spesifikasi yang mumpuni, tetapi juga konektivitas yang jauh lebih komplet ketimbang apa yang Microsoft lakukan. Tak hanya sepasang port USB standar, Eve V turut mengemas sepasang port USB-C – satu di antaranya kompatibel dengan Thunderbolt 3 – lalu ada juga jack audio 3,5 mm dan slot kartu microSD.

Eve V

Spesifikasinya sendiri meliputi prosesor Intel Core i7 seri Y generasi ketujuh, SSD 512 GB, dan RAM 16 GB DDR3 pada konfigurasi termahalnya. Layarnya cukup identik dengan Surface Pro: 12,3 inci IGZO LCD beresolusi 2736 x 1824 pixel, dengan tingkat kecerahan maksimum 450 nit, rasio kontras 1:1400 dan lapisan anti-reflektif.

Sebagai sebuah tablet, ia tentunya sangat ideal untuk keperluan multimedia. Untuk itu, pengembangnya telah menjejalkan total empat speaker beserta sebuah headphone amplifier. Bagaimana dengan baterainya? Kapasitas 48 Wh siap menemani Anda selama 10 – 12 jam; atau kalau menurut klaim pengembangnya, Anda bisa menonton seluruh episode Game of Thrones season keenam secara nonstop.

Eve V

Kemiripan Eve V dengan Surface Pro terus berlanjut hingga ke sektor peripheral. Keyboard-nya juga berlapis Alcantara, dan Eve V juga datang bersama sebuah stylus dengan spesifikasi yang identik seperti milik Surface Pro 4 – bukan yang terbaru – lengkap dengan dukungan Windows Ink. Yang unik dari Eve V, tombol power-nya merangkap tugas sebagai sensor sidik jari.

Sejauh ini Anda mungkin berpikiran bahwa Microsoft bakal menuntut pengembang Eve V, namun kenyataannya malah sebaliknya; Microsoft berencana untuk memamerkannya di booth mereka di Computex 2017. Fakta lain yang juga perlu diperhatikan adalah, Intel merupakan salah satu investor terbesar di balik Eve V, sehingga bisa dipastikan perangkat ini bakal berlanjut sampai ke tangan konsumen meski mengambil jalur crowdfunding.

Eve V

Crowdfunding? Ya, Eve V sempat menjalani kampanye di Indiegogo tahun lalu, dan berhasil mengumpulkan dana jauh melebihi target yang mereka tetapkan. Dalam beberapa minggu ke depan, mereka sudah siap untuk mulai mengirimkan Eve V ke para backer.

Lalu memangnya seberapa terjangkau perangkat ini jika dibandingkan dengan Surface Pro? Well, Eve V juga dibanderol mulai $800, akan tetapi varian tersebut sudah mencakup RAM 8 GB, keyboard dan stylus; sedangkan Surface Pro di harga tersebut cuma mengemas RAM 4 GB saja dan tanpa keyboard ataupun stylus.

Sumber: MSPoweruser, The Verge dan Eve Tech.

Kini Berbekal USB-C, Lifepowr A3 Siap Jadi Power Bank untuk Laptop Anda

Masih ingat dengan Lifepowr A2, power bank istimewa yang sanggup mengisi ulang baterai laptop? Tim pengembang di baliknya kembali memperkenalkan produk baru, namun kali ini yang sudah mengikuti standar terbaru dan mengemas sambungan USB Type-C.

Dimensi Lifepowr A3 yang dibalut casing aluminium ini jauh lebih besar ketimbang power bank pada umumnya, wajar mengingat kapasitasnya mencapai 27.000 mAh. Akan tetapi yang menjadi fitur unggulan bukanlah kapasitas besar ini, melainkan kemampuannya menyalurkan daya ke lima perangkat sekaligus.

A3 mengemas dua port USB-C/Thunderbolt 3 yang mendukung Quick Charge 3.0, dua port USB standar yang juga mendukung Quick Charge 3.0, serta sebuah colokan listrik biasa. Lima port ini bisa digunakan secara bersamaan, dan Anda tidak perlu khawatir perangkat bakal kepanasan karena ia akan mati sendiri ketika suhunya mencapai 60 derajat Celsius.

Amplifier maupun turntable pun siap dipasoki daya oleh Lifepowr A3 / Lifepowr
Amplifier maupun turntable pun siap dipasoki daya oleh Lifepowr A3 / Lifepowr

Dengan kapasitas sebesar itu, berapa lama A3 harus di-charge? Tidak lama. Menggunakan charger dengan output 60W, Anda bisa mengisi separuh dayanya dalam waktu satu jam, atau sampai penuh dalam waktu kurang dari 3 jam. Lifepowr juga menawarkan aksesori opsional berupa panel surya untuk mengisi daya A3 saat Anda jauh dari peradaban.

Lifepowr A3 saat ini sudah bisa dipesan melalui situs crowdfunding Indiegogo seharga $159 selama masa kampanyenya berlangsung.