Kantongi Pendanaan Baru, Berrybenka Perkuat Omni Channel dan Chat Commerce

Layanan fashion commerce Berrybenka, diam-diam pada kuartal keempat 2016 lalu telah mendapatkan pendanaan Seri C dari sejumlah investor lokal hingga asing. Sebelumnya Berrybenka memang tidak mengumumkan sedang melakukan penggalangan dana, namun Co-Founder dan CEO Jason Lamuda mengungkapkan proses funding ini telah direncanakan dengan melakukan pendekatan dengan investor seperti Maj Invest Private Equity, Asia Summit Capital, Softbank-Indosat Fund, dan beberapa investor lokal.

Maj Invest Private Equity dalam hal ini menjadi Lead Investor. Dari pendanaan tersebut Berrybenka mengantongi dana segar dengan nilai 8 digit dalam dolar Amerika Serikat (lebih dari $10 juta)

“Tahun ini kami memiliki beberapa fokus bisnis utama, yaitu memperkuat omni-channel (kombinasi online dan offline), chat commerce dan beberapa program lainnya,” kata CEO Berrybenka Jason Lamuda saat acara temu media hari ini.

Jason juga menambahkan pendanaan tersebut nantinya akan digunakan untuk pemasaran, menambah dan membina talenta yang telah dimiliki.

“Talenta merupakan aset terbesar yang dimiliki oleh sebuah startup, kami di Berrybenka juga ingin merekrut talenta terbaik sekaligus membina mereka agar bisa memberikan kontribusi untuk perusahaan,” kata Jason.

Membuka lebih banyak Pop up Store dan inovasi Chat Commerce

Selama ini Berrybenka termasuk fashion commerce pertama yang berhasil menerapkan skema online-to-offline (O2O) melalui toko fisik di beberapa mal terkemuka di tanah air. Sepanjang tahun 2016 Berrybenka telah berhasil menghadirkan 15 Pop up Store yang diklaim mampu meningkatkan jumlah pendapatan hingga pengguna baru.

Di tahun 2017 ini Pop up Store Berrybenka juga akan semakin banyak dibuka dengan menargetkan 20 Pop up Store baru, dan memfokuskan kota-kota di luar pulau Jawa.

“Kami cukup happy ternyata saat ini banyak pembeli produk fashion Berrybenka berasal dari Balikpapan hingga Makassar, membutikan bahwa peminat di luar pulau Jawa secara perlahan tapi pasti mulai mendominasi pembeli di Berrybenka,” kata Jason.

Selain melalui kanal offline, di tahun 2016 lalu Berrybenka juga telah mengembangkan layanan baru kepada pelanggan melalui inisiatif Chat Commerce. Layanan komunikasi yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan melalui Whatsapp, LINE, Facebook Messenger dan live chat.

“Kami juga merencanakan untuk menghadirkan In-App Message yang memudahkan pelanggan untuk melakukan komunikasi dengan Berrybenka, masih dalam proses pengembangan dan untuk sementara kami masih memanfaatkan channel chat umum yang ada,” kata Jason.

Asisten pribadi ‘Stella’ dan Berrybenka Curve

Untuk memberikan pelayanan lebih kepada loyal customer atau pelanggan yang secara rutin membeli produk di Berrybenka, akan dihadirkan layanan ‘Stella’ yaitu asisten pribadi pembeli yang ingin mendapatkan informasi, rekomendasi hingga detil terkini tentang status produk yang sudah dibeli. Saat ini target dari Stella adalah untuk pelanggan setia, namun kedepannya asisten pribadi ini juga akan dihadirkan untuk pelanggan baru Berrybenka.

“Saat ini kami sudah memiliki 2500 pelanggan setia Berrybenka yan telah melakukan komunikasi secara intens dengan tim internal kami melalui Stella, selain membantu layanan ini juga bisa meningkatkan repeat order kami di Berrybenka,” kata Jason.

Sementara itu melihat tren, demand dan peluang yang ada Berrybenka juga segera akan meluncurkan layanan baru khusus untuk pakaian plus size atau ukuran lebih besar. Dengan menggabungkan produk private label dan produk dari merchant yang ada, diharapkan Berrybenka Curve bisa menjadi pilihan baru para perempuan Indonesia.

“Sebelumnya kami sudah menerima banyak permintaan dari pembeli yang menginginkan produk plus size tersedia di Berrybenka, dengan alasan itulah maka pada kuartal ketiga 2017 nanti Berrybenka Curve akan kami luncurkan,” kata Jason.

Secara keseluruhan Berrybenka mencatat tahun 2016 merupakan tahun dimana Berrybenka melakukan uji coba untuk beberapa inovasi. Mulai dari Pop up Store hingga private label. Untuk private label sendiri tahun 2017 ini akan semakin dikembangkan melihat pertumbuhan sebelumnya yang mencapai diatas 40% dari total penjualan private label Berrybenka.

“Dari sisi traffic mobile web dan aplikasi menjadi penyumbang terbesar untuk Berrybenka, dengan 65% traffic yang datang dari mobile web dan aplikasi serta menyumbang sekitar 50% untuk penjualan. Kami optimis tahun 2017 ini dengan beragam layanan dan inovasi yang ada bakal meningkat jumlahnya,” tutup Jason.

Application Information Will Show Up Here

Ketika Pendiri Memutuskan Menjual Startup-nya

Akuisisi dan merger perusahaan pada dasarnya adalah hal yang lumrah terjadi dalam dunia bisnis. Pun begitu, terkadang terlewat juga pertanyaan mengapa keputusan untuk menjual startup diambil pendiri bahkan ketika startup yang dibangun berada di jalur yang tepat. Meski ada beragam pendapat, namun kami mencoba untuk melihat dari sudut pandang pemain lokal yang pernah menjual startup-nya seperti Jason Lamuda (Co-Founder Disdus), Andry Suhaili (Founder PriceArea), dan Michael Saputra (Co-Founder Klik-Eat).

Skema akusisi dan merger memang terlihat mudah untuk dilakukan di atas permukaan, namun pada kenyataanya ada banyak hal perlu dipertimbangkan oleh pendiri ketika akan mengambil keputusan ini. Bukan hanya sekedar memiliki kesamaan visi, ingin perusahaan terselamatkan, ada kata sepakat, dan selesai begitu saja.

Apa yang harus ditanyakan kepada diri sendiri sebelum menjual startup?

Jason, yang sebelumnya membangun Disdus dan kini membangun Berrybenka, mengatakan, “Di saat ada offer untuk diakuisisi, harus ada pertimbangan seorang founder sebagai ‘management of the company’ dan sebagai ‘shareholder of the company’. Ini adalah dua hal yang berbeda dan belum tentu objektifnya sama.”

[Baca juga: Keputusan Mengambil Uang Tunai atau Saham Ketika Menjual Startup]

Lebih jauh, Jason juga menyampaikan lima hal yang harus dipikirkan oleh pendiri disaat akan mengambil keputusan untuk menjual startup-nya, yaitu:

  1. Apakah lebih baik bagi perusahaan untuk stay independent atau diakuisisi sekarang? Jika stay independent, financial gain-nya apa? ROI (Return of Investment) untuk shareholder berapa?
  2. Berapa likuiditas / cashout untuk akuisisi?
  3. Berapa lama lock-up­ period untuk continue menjadi manajemen setelah akuisisi?
  4. Apakah pendiri mau / bersedia untuk bekerja sama untuk acquirer?
  5. Apakah shareholders lainnya akan setuju? Berapa ROI mereka?

Pertimbangan peluang pribadi dan perusahaan

Setali tiga uang, Andry yang kini tetap membangun PriceArea setelah diakusisi Yello juga menyuarakan hal yang tidak jauh berbeda. Andry mengatakan bahwa pada dasarnya kesepakan akuisisi dan merger bisa terjadi karena memang ada benefit untuk pribadi dan perusahaan.

“Dari sisi pribadi, ini seperti peluang emas untuk loncat ke pencapaian karier yang lebih tinggi. Bisa lebih cepat belajar dan juga mengalami dan memperluas networking. Faktor lainnya juga dari segi keuangan yang saya terima, karena mencairkan saham,” ujar Andry.

Andry menambahkan, “Dari sisi perusahaan, saya melihat peluang untuk mendapatkan direct access ke resource yang mungkin sulit saya capai jika [hanya] berjalan bersama investor. Resources yang saya maksud adalah, Know-how, Teknologi, Keuangan, Manajemen, dan lainnya. Waktu itu saya juga berpikir kalau bergabung dengan tim yang jauh lebih kuat pasti bisa mengakselerasi growth yang saya inginkan, lebih cepat ketimbang bila saya lakukan sendiri.”

Andry juga menceritakan bahwa sebelum diakuisisi waktunya lebih banyak tersita untuk kegiatan fund raising ke VC demi mengangkat nilai perusahaan dan mencari modal kerja. Kini, setelah proses akuisisi, pihaknya bisa lebih fokus dalam membangun perusahaan (produk dan tim) bekerja sama secara langsung dengan tim internal dari parent company.

In the end, startup is a business that need return value

Pandangan yang tak jauh berbeda juga disampaikan oleh Michael yang sebelumnya membangun Klik-Eat dan kini membangun Black Garlic. Menurut Michael, sudah menjadi tugas seorang pendiri atau CEO untuk memberikan nilai balik terbaik kepada shareholder perusahaan, karena membangun startup adalah bisnis.

Michael mengatakan, “Startup itu bisnis, dan seperti bisnis lainnya, dia perlu menghasilkan pemasukan atau nilai balik investasi terbaik untuk para shareholder. Sebagai CEO [atau pendiri], sudah jadi tugas saya untuk memberikannya. Jadi ketika ini berkaitan dengan menjual startup, proses pengambilan keputusan utama harus diarahkan untuk menjawab pertanyaan itu. […] Jika penawaran tidak merefleksikan nilai perusahaan dan perusahaan bisa menghasilkan nilai yang lebih baik di masa depan, tidak perlu menjualnya.”

[Baca juga: 5 Kesalahan yang Kerap Dilakukan Entrepreneur Saat Menjual Startup]

“Tentu pada kenyataannya tidak akan sesederhana itu karena yang namanya buyout offer itu ada banyak macamnya, dari jenis buyout-nya (all cash, all stock, combination of them, etc) sampai terms lainnya seperti payout tranches, future performance based payment, etc. That’s where the water becomes muddy and experience is needed,” ujar Michael lebih jauh.

Ketika keputusan untuk menjual startup harus diambil, alasan ataupun latar belakangnya akan kembali kepada masing-masing individu pendiri. Ada yang menjual startup karena dia sudah merasa cukup dan ingin beristirahat, ada juga yang ingin mengakselerasi pertumbuhannya seperti Andry, dan tak jarang juga yang memulai sebuah lembaran baru seperti yang dilakukan oleh Jason dan Michael. Toh pada akhirnya startup adalah bisnis dengan merger dan akusisi yang menjadi bagian jalan ceritanya.

Berrybenka Klarifikasi Soal Pemberhentian Sejumlah Pegawai

Beredar kabar fashion e-commerce yang didirikan oleh Jason Lamuda Berrybenka mengurangi sejumlah karyawannya di berbagai divisi sebanyak 40 orang. Berita ini tentunya mengejutkan mengingat pertumbuhan Berrybenka yang terbilang cukup positif sebagai salah satu fashion e-commerce pertama di Indonesia.

Menanggapi perihal tersebut CEO Berrybenka Jason Lamuda kepada DailySocial membenarkan berita tersebut dan menambahkan untuk mengembangkan bisnis dari Berrybenka pengurangan beberapa pegawai menjadi wajib untuk dilakukan.

“Kita ada small minor layoff, tidak terlalu significant kok. Plan kita masih sama keep our healthy growth and further boost profitability,” kata Jason kepada DailySocial

Ketika ditanya selanjutnya apa rencana dari Berrybenka pasca pengurangan pegawai yang telah dilakukan, Jason enggan menanggapi namun tetap memastikan bahwa kondisi perusahaan Berrybenka masih tetap sehat dan memiliki rencana jangka panjang yang cukup menjanjikan.

Gemar menggelar kegiatan offline

Salah satu kegiatan yang kerap dilakukan oleh Berrybenka adalah menggelar kegiatan pop up store di beberapa kota besar di Indonesia. Hal ini sengaja dilancarkan untuk menjangkau lebih banyak pelanggan yang saat ini masih belum terbiasa melakukan pembelanjaan secara online.

Sementara itu dari sisi brand, Berrybenka yang saat ini telah memiliki in-house brand yang cukup populer dan kerap beredar di situs fashion commerce lainnya, juga makin eksis dengan desain, produk serta pemasaran yang mengedepankan talent Indonesia.Seperti apa sepak terjang dari Jason Lamuda dengan Berrybenka pasca pengurangan pegawainya, kita tunggu saja nanti.

Jakarta Great Online Sales Keempat Resmi Dimulai

Jakarta Great Online Sales (JGOS) keempat yang digelar sebagai bagian dari rangkaian perayaan ulang tahun DKI Jakarta ke-489 hari ini (20/6) resmi dimulai. Di tahun keempatnya JGOS diikuti lebih dari 100 pemain e-commerce dan marketplace yang memberikan potongan harga hingga 95 persen. Program yang turut didukung oleh Pemprov DKI Jakarta ini akan berlangsung dari tanggal 20-26 Juni 2016.

Jakarta Great Online Sales (JGOS) adalah festival belanja online tahunan yang menghimpun pelaku e-commerce, khususnya yang berbasis di Jakarta, guna mendukung program Festival Jakarta Great Sale (FGJS) sebagai bagian dari rangkaian perayaan HUT DKI Jakarta lewat promosi wisata belanja dan layanan berbasis online.

JGOS pertama kali digelar pada tahun 2013 diprakasi oleh Berrybenka dan Bilna (sekarang Orami) dengan menghimpun 11 pemain e-commerce. Di tahun keduanya (2014), JGOS berhasil menambah pemain e-commerce yang berpartisipasi hingga mencapai 23 pemain. Tahun lalu, ada 63 e-commerce yang bergabung dan terjalin kemitraan dengan Pemprov DKI Jakarta melalui UPT Smart City.

CEO Berrybenka Jason Lamuda mewakili panitia JGOS 2016 mengatakan, “Sejak diadakan pertama kali, JGOS diinisiasi […] untuk mempromosikan wisata belanja dan layanan berbasis online demi kemajuan industri e-commerce dengan mengambil momentum perayaan  ulang tahun DKI Jakarta. […] Kami juga berkomitmen untuk membantu memberdayakan para pelaku UMKM yang sudah maupun hendak memasarkan produk-produknya via online melalui gelaran ini.”

JGOS 2016 yang diikuti lebih dari 100 pemain e-commerce akan memberikan promo potongan harga hingga 95 persen / DailySocial
JGOS 2016 yang diikuti lebih dari 100 pemain e-commerce akan memberikan promo potongan harga hingga 95 persen / DailySocial

Tahun ini, JGOS 2016 didukung oleh Bank Mandiri, Telkomsel, Veritrans, Ninja Xpress, RTB House, LINE, Adways Indonesia, SMDV, dan EV Hive. Kementerian Perdagangan RI juga turut memberikan dukungan dalam festival belanja online ini di tahun keempatnya.

Sebagi informasi, pihak panitia telah menggelar tiga rangkaian pre-event pada tanggal 27 Mei, 8 Juni, dan 15 Juni 2016 yang didukung oleh SMDV dan EV Hive sebelum JGOS 2016 dimulai. Dalam rangkaian acara tersebut, JGOS mencoba mengupas topik-topik seputar e-commerce dan Kementrian Perdagangan mendapat kesempatan untuk mensosialisasikan RPP Transaksi Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (RPP TPMSE) kepada pelaku UMKM.

“Kementerian Perdagangan menyambut baik rangkaian acara dan inisiatif JGOS 2016 sebagai sarana untuk memfasilitasi dan mengedukasi para UMKM yang kami himpun supaya lebih siap memasuki dunia digital. […] Kami juga sangat antusias bisa mensosialisasikan RPP TPMSE kepada para pelaku usaha,” ujar Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kementerian Perdagangan RI Fetnayeti.

Di tahun 2016 ini Jakarta Great Online Salses akan menghadirkan promo diskon hingga 95 persen dan diskon tambahan untuk nasabah Bank Mandiri, pengguna Telkomsel, dan LINE. Di sisi lain, JGOS mengklaim berhasil mencatat kenaikan trafik hingga delapan kali lipat serta kenaikan transaksi hingga lima kali lipat selama promo digelar dengan menawarkan potongan harga hingga 95 persen pda tahun lalu.

“Tahun ini, Pemprov DKI melalui beberapa Dinas dan Biro terkait membantu pelaksanaan dan promo JGOS 2016. Kami berharap kolaborasi ini dapat memacu perkembangan industri e-commerce di Indonesia dan pertumbuhan transaksi digital di Jakarta dan sekitarnya demi peningkatan ekonomi Indonesia menuju Indonesia Digital tahun 2020,“ tandas Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Industri, Perdagangan, dan Transportasi Sutanto Soehodho.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Jakarta Great Online Sale 2016

DStour #10: Gaya Elegan dan Fashionable di Kantor Berrybenka

DStour kali ini mengunjungi kantor fashion e-commerce Berrybenka. Mengusung konsep ‘work hard play harder’ ruangan kerja di Berrybenka memanfaatkan sepenuhnya rungan kantor yang sudah ada, diwarnai dengan dekorasi berwarna dan cerah di seluruh ruangan. Sekilas kantor Berrybenka mirip dengan kantor majalah fashion yang ternyata memang konsep yang diusung oleh Berrybenka. CEO Berrybenka Jason lamuda turut memandu DStour edisi kali ini.

Berrybenka Hadirkan Pop Up Store di Kota Medan

Salah satu komitmen dari Berrybenka tahun 2016 ini adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang bertujuan untuk menjangkau penetrasi yang lebih luas, mendukung dan menjadikan Berrybenka sebagai fashion brand lokal terbesar dan menjadi fashion e-commerce yang customer focus. Rencana tersebut sebelumnya disampaikan secara langsung oleh CEO Berrybenka Jason Lamuda.

“Pelanggan adalah inspirasi terbesar dan alasan di balik semua hal yang kami lakukan. Tiga komitmen kami untuk tahun 2016 di antaranya adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang terintegrasi,” kata Jason.

Dalam kesempatan tersebut Jason juga memaparkan rencananya untuk menggelar pop up store di kota-kota besar Indonesia.

Setelah sebelumnya menggelar pop up store di Bandung, akhir bulan Januari ini, Berrybenka membuka pop up store di kota Medan, tepatnya mulai tanggal 29 Januari hingga 28 Februari 2016 di Mal Centre Point lantai dasar. Dalam kegiatan kali ini, Berrybenka bermitra dengan Bank Mandiri dan Indosat Ooredoo.

“Sebagai salah satu pelopor fashion e-commerce yang membawa pengalaman belanja online di Indonesia, Berrybenka terus bertumbuh dan menjadi destinasi belanja favorit bagi semakin banyak pelanggan kami. Tahun ini salah satu komitmen kami adalah menghadirkan pengalaman online-to-offline (O2O) yang terintegrasi demi menjangkau lebih banyak pelanggan di seluruh nusantara, salah satunya lewat pop up store di kota Medan ini,” kata  Managing Director PT Berrybenka Danu Wicaksana dalam rilisnya hari ini.

Berrybenka Pop Up Store menghadirkan kemudahan pengambilan produk di Pop Up Store via “COD (Cash On Delivery) Station” khusus untuk pelanggan di Medan dan sekitarnya, serta free wrapping box dengan kotak kemasan spesial Berrybenka edisi Valentine untuk pembelanjaan tertentu.

Workshop Hari Pertama “Road to Harbolnas 2015” Berbagi Wawasan Soal Bisnis, Logistik, dan Strategi Pemasaran (UPDATED)

Kemarin (2/12), bagian dari rangkaian workshop Road to Harbolnas 2015 hari pertama yang membawa tema “Eliminate Obstacle Through Collaboration” telah digelar. Dengan mengambil tempat di Agro Plaza, Jakarta Selatan, para pelaku industri e-commerce tanah air saling berbagi wawasan terkait bisnis, logistik, dan strategi pemasaran dengan peserta di hari pertama workshop ini.

Tiga tahun sudah sejak event pertama Hari Belanja Online Nasional, atau yang lebih akrab disebut Harbolnas, berjalan. Event tahunan yang tak jauh berbeda dengan Black Friday di Amerika Serikat ini pada dasarnya  memiliki konsep yang sama yakni untuk memberikan diskon besar-besaran buat seluruh konsumen tanpa terkecuali.

Di awal berjalannya Harbolnas, yang direalisasikan tanpa sengaja, hanya ada tujuh pemain e-commerce yang turut berpartisipasi dengan ide ini. Tapi, kini ada hampir 140 pemain  di industri e-commerce Indonesia yang ikut mendukung jalannya Harbolnas 2015.

CEO Berrybenka Jason Lamuda menyampaikan, “Melihat dua atau tiga tahun lalu, kini masyarakat sudah jauh lebih nyaman berbelanja online. [Artinya] Trust itu sudah bukan jadi kendala utama lagi. […] Semakin banyak pemain [yang berpartisipasi dalam Harbolnas] bukan berarti kuenya semakin kecil untuk semuanya [pemain e-commerce – red], justru kuenya semakin besar.”

Sementara itu CEO Lazada Indonesia Magnus Ekbom mengatakan, “Kami ingin mengajak sebanyak mungkin perusahaan [e-commerce] untuk bergabung di event Harbolnas ini. […] Tidak ada satu pun perusahaan yang dapat membangun [ekosistem] sendiri.”

20151202_141451

Sebagai informasi, workshop di hari pertama yang menjadi rangkaian Road to Harbolnas ini lebih menitik beratkan berbagi wawasan seputar lansekap bisnis, strategi marketing, hingga logistik industri e-commerce tanah air.

Pembicara yang hadir di antaranya adalah Chris Yio (Director of SMB SalesForce), Magnus Ekbom (CEO Lazada Indonesia), Joel Leong (Founder of Shopback), Jason Lamuda (CEO Berrybenka), Edwin Chayadi (Client Solutions Manager e-Commerce Facebook Indonesia), Brian Li (Product Operation Manager Baidu Indonesia), dan Kiki Rizky (Head of Marketing GrabTaxi Indonesia).

Ada data yang cukup menarik yang disampaikan Edwin mengenai perilaku berbelanja online yang berkaitan dengan event Harbolnas ini. Edwin mengungkap bahwa ada peningkatan mencapai 160 persen berkaitan dengan kegiatan belanja online pada tanggal 12 Desember tahun lalu. Itu menjadi hari dengan kunjungan situs tertinggi di tanah air yang juga berujung pada peningkatan 30 persen kegiatan belanja online di bulan Januari.

Selain itu ditemukan juga bahwa e-commerce merupakan industri vertikal yang menduduki peringkat teratas di Indonesia, diikuti travel dan gaming.

20151202_152018

Setelah tiga tahun diselanggarakan berturut-turut, Harbolnas memang terus menunjukan peningkatan, baik itu dari sisi jumlah partisipan maupun konsumen, yang ditunjukkan dengan lonjakan trafik. Adalah hal yang masuk akal bila berbagai pihak terkait mempersiapkan diri demi kelancaran event Harbolnas itu sendiri.

Dari sisi logistik yang diwakili oleh pihak JNE dan GrabTaxi, keduanya berjanji akan menambah jumlah armada demi mengantisipasi ramainya event Harbolnas ini. Seperti yang diketahui, GrabTaxi Indonesia baru-baru ini sudah mulai masuk ke ranah logistik dengan meluncurkan layanan GrabExpress.

Tak dapat dipungkiri bahwa industri e-commerce Indonesia sudah jauh lebih berkembang saat ini. Namun, para pemain industri pun sadar bahwa e-commerce tanah air masih jauh dari kata matang ekosistemnya. Harbolnas sendiri memiliki visi untuk memperkuat ekosistem industri e-commerce.

Dengan melibatkan berbagai pihak di tahun 2015 ini, mulai dari perusahaan telekomunikasi, bank, logistik dan payment gateway, harapan yang ingin dicapai hanya satu. Bersama-sama mendorong industri e-commerce tanah air ke titik terbaiknya.

The Third Jakarta Great Online Sale is Officially On

Jakarta Great Online Sale (JGOS) 2015 is e-commerce players’ token of contribution to the industry’s development. Being held on the same date as the Festival Jakarta Great Sale (FGJS) to commemorate Jakarta’s 488th anniversary, the program is supported by the local government of DKI Jakarta who regards it as a collective attempt to materialize Jakarta Smart City. Continue reading The Third Jakarta Great Online Sale is Officially On

Jakarta Great Online Sale Ketiga Resmi Digelar

Jakarta Great Online Sale 2015 resmi dibuka / DailySocial

Jakarta Great Online Sale (JGOS) 2015 menjadi bukti kontribusi para pemegang kepentingan e-commerce atas kemajuan ekosistem industri ini. Diselenggarakan bertepatan dengan Festival Jakarta Great Sale (FGJS) untuk memeriahkan ulang tahun kota Jakarta yang ke-488, program ini turut didukung Pemprov DKI Jakarta yang menilai sebagai upaya kolektif mensukseskan Jakarta Smart City.

Continue reading Jakarta Great Online Sale Ketiga Resmi Digelar

E-Commerce Players’ Responses toward the Elimination of Negative Investment Fund

Despite the fact that foreign investors start flooding Indonesia, the local e-commerce industry is still considerably infant, in the sense that it still needs tons of supports to move forward. One of them is to protect it from taxes. Furthermore, the local e-commerce players also suggest the government to eliminate the NIF (Negative Investment Fund) regulation which restricts foreign investors to enter Indonesian e-commerce to allow further growth. Continue reading E-Commerce Players’ Responses toward the Elimination of Negative Investment Fund