Ovo Jalin Kerja Sama Strategis dengan Hooq, Hadirkan Integrasi Layanan

Hooq dan Ovo mengumumkan kemitraan strategis. Pengguna Hooq kini bisa melakukan pembayaran biaya berlangganan menggunakan Ovo dan pengguna Ovo akan mendapatkan penawaran menarik untuk mengakses konten di Hooq.

Kemitraan yang dilakukan Hooq dan Ovo akan memperbesar peluang keduanya untuk mengakuisisi lebih banyak pengguna. Hooq saat ini menjadi salah satu layanan video dan film on demand yang cukup besar di Indonesia, ditinjau dari mulai banyaknya produksi film Indonesia yang didukung okeh Hooq.

Di sisi lain, Ovo menjadi penantang serius Go-Pay sebagai platform e-money terdepan. Beberapa strategi kemitraan Ovo di tahun 2018 terbilang sukses meningkatkan popularitas mereka dan mendongkrak jumlah pengguna. Salah satunya kemitraan strategis dengan Tokopedia yang menggantikan posisi TokoCash sebagai “uang digital” dan metode pembayaran instan.

Hooq dan Ovo sama-sama tengah berusaha menjadi pimpinan pasar di segmen masing-masing. Ovo saat ini tengah berusaha menjangkau lebih banyak pengguna dengan berbagai inovasi dan kerja sama straregis. Klaim dari pihak Ovo, saat ini mereka sudah memiliki 350.000 mitra merchant di 212 kota. Sementara Hooq, tengah berusaha menjadi pilihan utama dengan menghadirkan film-film pilihan dengan paket harga “sachet” atau harian seharga Rp3.900.

“Kami sangat senang mengumumkan kemitraan dengan Ovo. Kesepakatan unik ini adalah yang pertama di kawasan ini. Ini menyatukan dua merek terkemuka di industri masing-masing dengan tujuan bersama untuk memberdayakan pengguna dengan pengalaman seamless di mana mereka dapat menelusuri, membayar, dan menikmati hiburan,” terang CEO Hooq Peter Bithos.

Peter lebih jauh menjelaskan bahwa kemitraan dengan Ovo menunjukkan keunikan dari Hooq, sekaligus merupakan investasi inovatif di platform mereka untuk bisa terintegrasi dengan platform lain.

Dengan kemitraan ini pengguna Hooq bisa menggunakan saldo Ovo untuk melakukan membayar biaya berlangganan. Sementara bagi pengguna Ovo akan tersedia penawaran-penawaran menarik dari pihak Hooq. Dikombinasikan dengan harga yang miring memungkinkan kemitraan Hooq dan Ovo menjadi gerbang bagi banyak pengguna baru.

“Visi kami adalah untuk bisa diakses semua orang, dan dengan dengan demikian kami akan terus memperluas layanan kami dan mengembangkan kemitraan strategis sebagai bagian dari strategi open economy kami. Melalui kemitraan dengan Hooq ini kami bercita-cita menghadirkan pengalaman terbaik bagi 60 juta pelanggan kami denga memungkinkan mereka menelusuri, membayar, dan menonton hiburan dari platform kami,” ujar CEO Ovo Jason Thompson.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

OVO Resmi Jadi Opsi Pembayaran Tokopedia

Setelah sebelumnya diberitakan soal rencana implementasi teknologi OVO di layanan pembayaran Tokopedia, hari ini (31/10) keduanya mengumumkan secara resmi kerja sama strategis. Kerja sama yang diumumkan hari ini mengabarkan bahwa kini pengguna Tokopedia bisa memilih OVO sebagai opsi pembayaran dalam transaksi mereka.

Dari rilis yang kami terima belum disampaikan secara eksplisit mengenai rencana pemanfaatan teknologi OVO untuk mendukung sistem e-wallet Tokopedia. Kami sudah mencoba mengonfirmasi ke pihak OVO terkait ini, tapi belum mendapatkan jawaban.

Bagi OVO, kemitraan ini sebagai upaya untuk mematangkan strategi “tiga cabang” mereka, yakni melayani ritel offline (di gerai mall, warung dll melalui metode QR payment), online-to-offline (seperti kemitraan dengan Grab), dan e-commerce. Visinya untuk menegaskan OVO sebagai platform pembayaran terbuka dengan jangkauan transaksi yang luas.

“Setelah memantapkan diri sebagai platform pembayaran seluler nomor satu berdasarkan volume transaksi, kemitraan dengan Tokopedia akan lebih mempercepat pertumbuhan kami. Kami berharap adanya lonjakan pengguna baru dan transaksi tambahan dari e-commerce untuk mendorong kepemimpinan pasar secara menyeluruh,” sambut CEO OVO, Jason Thompson.

Dari statistik yang disampaikan, saat ini ada sekitar 60 juta pengguna aktif bulanan di platform OVO. Sementara di Tokopedia sudah mencapai 80 juta pengguna. Diharapkan keduanya dapat saling memperbesar pasar dari basis data pengguna yang ada.

“Kami sangat antusias bekerja sama dengan OVO dengan menawarkan kepada pengguna kami opsi pembayaran baru. Bersama OVO, kami tidak hanya memberikan pengalaman belanja lebih nyaman, tapi kami juga menampilkan opsi pembayaran yang memiliki kegunaan luas secara online dan offline serta membantu meningkatkan inklusi keuangan. Ini membawa kita satu langkah lebih dekat ke misi kita mendemokrasikan perdagangan melalui teknologi,” ujar COO Tokopedia, Melissa Siska Juminto.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Adrian Suherman tentang Latar Belakang dan Visi Bisnis OVO

OVO, layanan pembayaran yang dikembangkan Lippo Group, adalah salah satu perusahaan yang agresif menggarap pasar mobile payment. Meskipun merekrut sejumlah tenaga profesional asing, termasuk CEO Jason Thompson dari GrabPay, OVO mengaku pelokalan kultur perusahaan adalah hal penting untuk memahami pasar Indonesia.

Berbincang dengan DailySocial, Presiden Direktur OVO Adrian Suherman mengungkapkan, “Kita tidak ingin menerapkan apa yang mungkin berhasil diterapkan oleh perusahaan asing. Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing daerah memiliki kebiasaan hingga kultur yang berbeda.”

Semangat tersebut yang kemudian diterapkan di manajemen OVO. Kultur perusahaan yang baru tercipta, menyesuaikan kondisi dan kebiasaan yang sudah ada.

“Saya melihat masyarakat di Jakarta memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang tinggal di Medan, Palembang dan kota lainnya. Untuk itu kultur yang kita terapkan harus unik dan tentunya menyesuaikan kearifan lokal,” kata Adrian.

Tentang “dualisme” kepemimpinan di OVO, Adrian memastikan dia dan Jason memiliki peranan yang berbeda untuk mencapai tujuan yang sama.

“Kita masing-masing memiliki visi dan misi yang sama, yaitu memimpin perusahaan untuk berkembang dan tentunya mencapai target yang telah ditetapkan. Semua tugas dijalankan secara profesional, baik untuk saya dan Jason.”

Pentingnya strategi digital

Sebagai perusahaan yang menjadi bagian Lippo Group, visi menjadi perusahaan digital adalah hal penting. Lippo Group sendiri memiliki bisnis menggurita di sektor ritel dan properti.

“Jika kita membicarakan Lippo Digital, tidak ada PT yang namanya Lippo Digital. Dari Lippo Group sendiri kita melihat bahwa digital itu adalah strategi yang penting,” kata Adrian.

Simak rekaman wawancara DailySocial berikut bersama Adrian tentang latar belakang pendirian OVO, masa depan pembayaran menggunakan QR code, dan fokus strategi di sisi offline yang saat ini dijalankan OVO.

Application Information Will Show Up Here

OVO Perkenalkan Jajaran Manajemen Baru, Jason Thompson Jadi CEO

OVO memperkenalkan sejumlah jajaran manajemen baru. Highlight-nya adalah bergabungnya Managing Director GrabPay Jason Thompson sebagai CEO OVO. Sementara itu, Group CEO Lippo Digital Group Adrian Suherman menjadi Presiden Direktur.

OVO adalah platform pembayaran digital yang agresif menjadi tulang punggung Lippo Digital Group dan telah diterapkan di berbagai merchant offline dan online. Karena telah memiliki lisensi e-money di Indonesia, OVO juga digandeng menjadi mitra pembayaran digital GrabPay.

Dalam sambutannya, Jason Thompson mengatakan, “Kami tidak sabar ingin membangun platform pembayaran universal pertama di Indonesia yang diterima di mana saja, mulai dari mall dan rumah sakit hingga warung dan toko-toko milik keluarga. Kami akan terus bekerja dengan para mitra untuk menciptakan ekosistem pembayaran yang menguntungkan bagi masyarakat Indonesia.”

Selain Jason, OVO juga merekrut sejumlah petinggi yang memiliki latar belakang pekerjaan di bidang finansial dan teknologi. Mereka adalah:

  • Agustinus Risang Danurjati menjabat sebagai Director of HR, setelah sebelumnya bergabung dari Home Credit Indonesia.
  • Rajen Indrajana Sofiandi dari MoneyGram International bergabung dengan OVO sebagai Head of Risk & Compliance.
  • Harianto Gunawan juga ditunjuk sebagai Director of Enterprise Payments. Harianto bergabung dengan OVO setelah sebelumnya lebih dari 20 tahun menjabat sebagai Country Director untuk Visa, Lippo, dan Bank International Indonesia.
  • Yelly Siriwan Aramserewong ditunjuk sebagai Director of Financial Services OVO. Ia akan memanfaatkan keahliannya dari Fullerton Financial Holdings milik Temasek Group untuk memperluas layanan keuangan OVO.
  • Yukie Iskandar menjabat sebagai Head of Special Projects untuk tim manajemen OVO, memanfaatkan keahliannya dari Facebook.

OVO disebutkan telah tersedia di 30 ribu merchant di 211 kota Indonesia.

Adrian Suherman berkomentar, “Kami sangat senang menyambut Jason Thompson, Harianto Gunawan, dan Yelly Siriwan Aramserewong bergabung dengan tim OVO. Sekarang kami memiliki keahlian yang tepat untuk memimpin fase berikutnya dalam pertumbuhan OVO. Hubungan kami dengan berbagai lembaga keuangan dan mitra teknologi di Asia Tenggara akan membantu memperluas ekosistem kami dengan cepat. Yang terpenting, kami memiliki passion yang sama untuk membangun dompet elektronik yang dapat memberikan akses kepada masyarakat Indonesia akan layanan keuangan dan pembayaran non-tunai, di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara.”

Application Information Will Show Up Here

Grab Financial Resmi Diluncurkan di Indonesia, Bagian Inisiatif Pasca Akuisisi Bisnis Uber di Asia Tenggara

Grab Indonesia merilis pengumuman resmi seputar langkah selanjutnya yang akan dilakukan pasca akuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara per 26 Maret lalu. Secara umum akan dilakukan penguatan layanan yang telah ada memanfaatkan aset yang sebelumnya dimiliki Uber. Satu hal yang baru ialah peresmian program Grab Financial di Indonesia.

Grab Financial merupakan program ekonomi digital yang mencakup mobile payment, micro-financing, asuransi, dan layanan keuangan lainnya. Fitur teranyar Grab Indonesia ini menargetkan penciptaan peluang pendapatan bagi 100 juta wirausaha mikro di Indonesia hingga 2020 kelak. Di Singapura, Grab Financial sebenarnya sudah diluncurkan sejak pertengahan Maret lalu.

Head of GrabPay Jason Thompson dalam sebuah kesempatan menyampaikan bahwa visi utama Grab Financial memperluas inklusi keuangan bagi masyarakat di Asia Tenggara, khususnya untuk unbankable society.

Di sisi fitur ada beberapa model yang coba disuguhkan dalam Grab Financial. Pertama adalah layanan pembayaran, untuk membantu masyarakat melakukan pembayaran berbagai kebutuhan. Kedua ialah program reward and loyalty yang didesain agar menciptakan konsumen loyal di layanan finansial tersebut. Sistem keagenan diaplikasikan dalam distribusi layanan Grab Financial.

Untuk operasional bisnis di Indonesia, Grab Financial tetap memanfaatkan kemitraan strategis bersama anak usaha Lippo Group, dalam hal ini OVOm karena adanya kebutuhan penggunaan lisensi e-money dari Bank Indonesia yang belum bisa didapat Grab atau mitra bisnis lainnya.

Selain itu kemitraan yang dimiliki bersama Kudo dan PayTren diharapkan dapat mendukung persebaran (agen) layanan GrabFinancial. Untuk mendukung pembiayaan, secara khusus Grab Financial Services Asia juga telah menggandeng perusahaan asal Jepang Credit Saison. Untuk layanan asuransi, Grab telah bermitra dengan perusahaan asuransi Chubb.

“Dalam jangka panjang, kami memiliki ambisi yang lebih besar lagi. Grab akan menjadi mobile platform online to offline (O2O) nomor satu. Bagi masyarakat Indonesia, kami hadir di sini untuk ikut mengatasi berbagai tantangan terbesar, seperti kemacetan, inklusi keuangan, dan peningkatan penghasilan keluarga,” ujar Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata.

Untuk terus menumbuhkan pelayanan Grab Financial, perluasan layanan akan terus digenjot, termasuk memanfaatkan 75% dari seluruh mitra pengemudi Uber di Indonesia yang telah bergabung ke Grab.

Application Information Will Show Up Here

Grab Partners with PayTren

Grab announces a strategic partnership with Paytren. As initiation step on mid-January 2018, Grab will be using PayTren network to recruit new drivers through the app.

PayTren partners, currently reach 1.7 million people, will be trained on how to register new Grab driver. Partners are also open for being Grab drivers.

The strategic partnership will be valid for five years by continuous evaluation.

“This is a strong partnership, there is no investment or acquisition. We notice the partnership with local company will widen access for people who wants to join Grab,” said Jason Thompson, GrabPay Southeast Asia’s Managing Director on Wednesday (12/13).

With this strategic partnership, at least two angles targeted by three companies (Grab, Kudo and PayTren). For Grab, it is an effort to prepare GrabPay ecosystem. All PayTren partners are expected to be GrabPay customer due to their needs of its payment system they facilitate.

“It’ll end up at financial inclusion. We will not only take it to the big cities, but throughout Indonesia soon, for all 104 cities can use GrabPay immediately,” explained Ongki Kurniawan, GrabPay Indonesia’s Managing Director.

He said, due to this partnership, three companies have assets to be used as shared benefits.

Using Kudo’s technology for PayTren

The second angle is Kudo’s technology usage in supporting PayTren security system.  According to Yusuf Mansur, PayTren’s Founder & Owner, Kudo’s technology also supports company’s step to comply with Bank Indonesia’s rule, if PayTren obtains e-money license. Mansur optimist in getting the license.

“We are confident in getting the license, Insha Allah. When there is a license, the task is system and technology strengthening. We are not joking in saying this, afraid of fraud, a partnership with well-back-up technology company is needed,” said Mansur.

On BI rules, company applying for permits need to comply for several requirements, such as data center and disaster recovery center located in Indonesia while in contact with customer transaction’s protection. Both requirements mentioned are fullfilled by Kudo.

“In rules, Kudo has complied with BI rules. Also, we and PayTren are both local companies,” said Albert Lucius, Kudo’s CEO and Co-Founder.

For the collaboration development between Kudo and PayTren, Lucius said there will be Kudo’s or PayTren’s products in each platform. This is intended to encourage entrepreneurs to sell, to ultimately improve the welfare.

Grab and Kudo’s apps merger

Asked about Grab and Kudo’s merger, Lucius explained the merger process can be seen from Grab app starting to provide top-up balance in Grab Rewards. Nonetheless this is just a mere service.

In fact, Grab has two different apps, one for drivers and one for customers. Meanwhile Kudo only has one for business partners. He thought, application merger will be done slowly.

“It will not be suddenly merged [Grab and Kudo]. However, Kudo’s service connected to Grab is already started now. All Kudo’s services will be connected to Grab later.” said Lucius.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Using OVO’s E-Money License, GrabPay is Now Back in Service

Grab is making use of OVO’s e-money license to get GrabPay back in service. It’s fully available per (12/14), after being temporarily frozen by Bank Central since October 16th, 2017.

“Starting today, Grab customer can top-up GrabPay credits and using it,” said GrabPay Southeast Asia’s Managing Director Jason Thompson, quoted from Katadata.

The return of GrabPay cannot be separated from company collaboration under Lippo Group. OVO is already has e-money license from Bank Indonesia since August 22, 2017 with PT Visionet International as legal entity. Before the collaboration with OVO, Grab also provided delivery logistic for MatahariMall.

Following GrabPay’s return (with new branding “GrabPay, powered by OVO”), Grab customer can now top-up in many ways, by driver, supermarket, local bank and ATM, also credit card.

Besides providing online payment options, Grab and OVO will collaborate in using their partnership technology and network to develop a finest and safest mobile payment platform following customer’s demand.

OVO is not only capable of various financial transaction such as merchant payment, top-up and check balance. It also provides loyalty program in every transaction with partnered merchants.

“E-money license given to OVO provides a great opportunity for us in creating
various financial solution to get involved in Indonesia’s National Cashless
Movement (GNNT) development. We will continue to approach customers, merchants and regulators, to provide innovative e-money products and services following customer’s dynamic needs,” OVO’s CEO, Adrian Suherman, said a while ago.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Gandeng PayTren Sebagai Mitra Strategis [UPDATED]

Grab resmi menggandeng PayTren sebagai mitra strategis yang diumumkan lewat penandatanganan perjanjian kerja sama. Sebagai langkah awal, pada pertengahan Januari 2018, Grab akan memanfaatkan jaringan PayTren untuk merekrut mitra pengemudi baru melalui aplikasi PayTren.

Mitra PayTren, yang kini sudah menyentuh angka 1,7 juta orang, akan diberikan pelatihan bagaimana cara mendaftarkan mitra pengemudi Grab yang baru. Mitra juga terbuka untuk digandeng sebagai mitra pengemudi Grab.

Kemitraan strategis ini berlaku selama lima tahun dengan evaluasi secara berkelanjutan.

“Ini adalah kemitraan yang kuat, tidak ada investasi atau akuisisi. Kami melihat dengan kolaborasi bersama perusahaan lokal akan memperlebar akses untuk orang-orang yang ingin bergabung ke Grab,” terang Managing Director GrabPay Southeast Asia Jason Thompson, Rabu (13/12).

Dari kemitraan strategis ini, setidaknya ada dua angle yang dibidik ketiga perusahaan (Grab, Kudo, dan PayTren). Pertama, bagi Grab jadi salah satu upaya untuk mempersiapkan ekosistem GrabPay. Diharapkan setiap mitra PayTren berpotensi menjadi nasabah GrabPay karena mereka akan membutuhkan sistem pembayaran yang bisa difasilitasi GrabPay.

“Ujung-ujungnya ke arah inklusi keuangan. Kita enggak akan bawa ini ke kota besar saja, secepatnya ke seluruh Indonesia, di mana kita berada tersebar di 104 kota bisa pakai GrabPay,” jelas Managing Director GrabPay Indonesia Ongki Kurniawan.

Menurut Ongki, berkat kemitraan ini ketiga perusahaan memiliki aset yang bisa digunakan untuk keuntungan bersama.

Manfaatkan teknologi Kudo untuk PayTren

Angle kedua adalah pemanfaatan teknologi Kudo untuk dukung sistem keamanan di PayTren. Menurut Founder dan Owner PayTren Yusuf Mansur, teknologi yang dihadirkan Kudo juga mendukung langkah perusahaan agar tetap selaras dengan aturan Bank Indonesia, apabila PayTren berhasil mengantongi lisensi uang elektronik. Yusuf Mansur optimis pihaknya yakin akan mendapat lisensi tersebut.

“Kami yakin pasti dapat, Insya Allah. Ketika sudah dapat itu, PR-nya adalah penguatan sistem dan teknologi. Kami enggak becanda ketika bicara ini, takut ada fraud makanya perlu kerja sama dengan perusahaan teknologi yang di-back-up dengan baik,” kata Yusuf Mansur.

Secara aturan yang ditetapkan BI, perusahaan yang mengajukan izin harus memiliki persyaratan, salah satunya data center dan disaster recovery center berlokasi di Indonesia ketika bersinggungan dengan perlindungan data transaksi nasabah. Kedua syarat ini disebutkan sudah dipenuhi Kudo.

“Secara aturan Kudo sudah comply dengan aturan di BI. Terlebih kami dan PayTren adalah sama-sama perusahaan lokal,” kata CEO dan Co-Founder Kudo Albert Lucius.

Untuk pengembangan kolaborasi antara Kudo dengan PayTren, menurut Albert, nantinya akan ada produk Kudo maupun PayTren yang hadir di masing-masing platform. Hal ini dimaksudkan agar mendorong para pengusaha untuk berjualan, hingga pada akhirnya dapat meningkatkan taraf kesejahteraan.

“Ini kan kerja sama, jadi lebih ke pengembangan servis saling melengkapi. Saat ini pembahasannya masih di sana dan belum ada pembicaraan untuk dilebur.”

Peleburan aplikasi Grab dan Kudo

Saat ditanya mengenai proses peleburan Grab dengan Kudo, Albert menjelaskan proses peleburan sudah dimulai terlihat dari aplikasi Grab yang kini mulai menyediakan jasa pembelian pulsa di Grab Rewards. Meskipun demikian ini baru sekadar layanannya.

Pasalnya, Grab memiliki dua aplikasi yang berbeda, satu untuk mitra pengemudi, satu lagi untuk pengguna. Sementara Kudo hanya memiliki satu aplikasi untuk mitra pengusaha. Menurutnya, peleburan aplikasi akan dilakukan secara perlahan-lahan.

“Jadi enggak mungkin tiba-tiba di-merge [aplikasi Grab dan Kudo]. Tapi kalau servisnya Kudo yang di-plug ke Grab itu sudah bisa dan sudah dimulai dari sekarang. Nanti semua servis Kudo bisa masuk ke Grab,” pungkas Albert.

Update: Kami menambahkan kutipan dari tiga perwakilan perusahaan