Google for Entrepreneur Gaet Kibar Dirikan Google Lounge di Jakarta

Google resmikan kerja sama dengan tech-startup ecosystem builder Kibar dengan mendirikan Google Lounge yang berada di lantai 2 kantor baru Kibar di Jakarta. Tempat ini akan difokuskan sebagai wadah untuk membentuk komunitas dan memperkuat ekosistem startup di Indonesia.

Anggota Google Lounge Jakarta juga berkesempatan untuk mendapatkan akses ke program Google for Entrepreneurs Pasport yang berada di 20 tempat di seluruh dunia, mulai dari Seoul sampai San Francisco. Kibar pun akan bergabung dengan 50 organisasi yang lebih dulu berkarya dalam kancah global di lebih dari 135 negara, termasuk enam kampus yang dimiliki dan dioperasikan Google untuk para pengusaha.

“Kami sangat bangga dengan langkah awal ini karena bisa memberikan kesempatan pada startup lokal untuk berkembang bersama startup lainnya di seluruh dunia,” terang Managing Director Google Indonesia Tony Keusgen, Rabu (19/7).

Dalam peresmian, turut dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, APAC Partnership Manager Google for Entrepreneurs Michael Kim, dan Direktur ICT Infrastruktur Bekraf Neil EL Himam.

Menurut Keusgen, kehadiran Google Lounge turut memperkuat komitmen perusahaan terhadap pengembangan startup digital di Indonesia agar menjadi negara dengan perekonomian digital terbesar di Asia Tenggara. Di kancah global, Google for Entrepreneurs pernah membuat program Campus Exchange Fintech di Sao Paolo, Google Demo Day, pelajaran programming khusus pengusaha perempuan, dan lainnya.

Bersama Kibar, nantinya Google for Entrepreneurs akan mengadakan serangkaian program untuk para anggotanya di Indonesia. Salah satu program edukasi yang saat ini dijalankan Google adalah melatih 100 ribu pengembang seluler melalui tiga komponen. Yakni, kurikulum universitas offline untuk para mahasiswa jurusan ilmu komputer, menerjemahkan berbagai kursus online dalam bahasa Indonesia, dan kombinasi workshop coding online/offline yang dipandu oleh pengajar dengan nama Indonesia Android Kejar.

“Kami bersemangat lewat kemitraan bersama Google for Entrepreneurs. Kami yakin, kemitraan ini bisa menghasilkan generasi inovator, kreator, dan entrepreneur selanjutnya di Indonesia,” ujar CEO Kibar Yansen Kamto.

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Gelar Demo Day untuk 13 Startup Batch Pertama

Setelah mengikuti kegiatan bootcamp selama 3 bulan, hari ini batch pertama Gerakan Nasional 1000 Startup Digital mengadakan kegiatan Demo Day. Dari 16 startup asal Jogja, Surabaya dan Jakarta yang berhasil masuk ke tahap Bootcamp terpilih 13 startup yang berhak melakukan pitching kepada 5 dewan juri, yang terdiri dari Thomas Diong dari Sale Stock, Vishnu Mahmud dari Ogilvy, Steven Vanada dari CyberAgent Ventures, Widyawan dari UGM, dan Herbet Ang dari Acer Indonesia.

Selama 3 menit, masing-masing perwakilan dari startup wajib menyampaikan informasi lengkap seputar model bisnis hingga strategi monetisasi yang bakal dilancarkan.

Dalam sambutannya Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyampaikan apresiasinya kepada Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dan kepada 13 startup yang beruntung masuk dalam tahap Demo Day.

“Sesuai dengan harapan dari Presiden Jokowi, semoga startup yang berhasil masuk dalam tahap ini bisa memberikan produk dan layanan terbaik untuk mendukung ekonomi digital di Indonesia.”

Kegiatan Demo Day juga menjadi acara kelulusan bagi 13 startup yang telah mendapatkan mentoring intensif selama 3 bulan terakhir. Selanjutnya Gerakan Nasional 1000 Startup Digital gelombang kedua, akan dimulai kembali di Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta.

“Kami optimis mereka yang lulus mampu berperan sebagai role model bagi pendiri startup dari kota lainnya yang belum masuk ke tahap inkubasi,” kata Chief Executive Kibar Yansen Kamto.

Layanan on demand hingga event discovery

Dari 13 startup yang mendapatkan kesempatan untuk melakukan pitching di hadapan dewan juri, kebanyakan menawarkan layanan on demand yang saat ini masih menjadi favorit di Indonesia. Diantara mereka juga berusaha menghadirkan layanan edukasi, olahraga hingga tutoring untuk calon mahasiswa yang bersiap untuk memilih jurusan paling tepat di universitas. Berikut adalah 13 startup yang berhasil masuk ke tahap Demo Day:

Jahitin

Startup yang berasal dari Surabaya ini, mencoba untuk menghadirkan layanan on demand untuk masyarakat yang membutuhkan tenaga penjahit. Platform yang mengkhususkan kepada pakaian kebaya dan dress ini berupaya menghadirkan fahionpreneur yang mudah dengan harga yang terjangkau

Xparring

Startup yang berasal dari Jakarta ini, merupakan platform yang dapat mencari lawan tanding untuk berolahraga khususnya bulutangkis. Xparring ingin mempertemukan pecinta dan komunitas olahraga.

Karapan

Startup yang satu ini cukup agresif dalam penyampaian pitching-nya di hadapan dewan juri. Startup yang berasal dari Surabaya ini, merupakan online community dan partnership platform yang mempertemukan peternak sapi rakyat dalam pengelolaan manajemen peternakan, manajemen pemasaran sapi dan daging serta permodalan peternakan.

Kooliah

Startup asal Yogyakarta ini merupakan platform terpadu yang bisa membantu calon mahasiswa menentukan jurusan yang ideal dan sesuai minat. Aplikasi ini memungkinkan calon mahasiswa belajar mata kuliah sesuai jurusan secara online dan bimbingan mendapatkan beasiswa.

Panggilin

Startup yang berasal dari Jakarta. Panggilin adalah marketplace jasa on-demand (C2C) yang mempertemukan antara pengguna dan penyedia jasa di sekitar (location based).

Fataway

Startup asal Jogjakarta ini ingin menghadirkan pilihan menu sehat sekaligus katering yang bisa disesuaikan untuk memantau program diet pengguna.

Goodjob

Layanan marketplace jasa khusus untuk perbaikan AC, dengan target pasar B2B. Goodjob memastikan harga serta kualitas dari mitra yang ada bisa dijamin hanya yang terbaik. Goodjob berasal dari Jakarta.

Adsiconic

Startup yang berasal dari Jogja ini merupakan sebuah platform interaktif dalam periklanan kendaraan dengan memanfaatkan teknologi QR Code dan tracking untuk kampanye iklan.

Agenda kota

Startup asal Surabaya yang menghadirkan discovery event untuk acara di seluruh Indonesia. Agenda Kota juga platform yang mempertemukan penyelenggara event dengan pengguna untuk berbagi informasi.

Qtaaruf

Startup asal Surabaya yang merupakan platform pencarian pasangan dengan cara taaruf sesuai dengan ajaran agama islam. Selain memanfaatkan kecocokan antar pengguna, Qtaaruf juga menggunakan ustadz untuk menentukan pilihan yang tepat.

Sweep

Startup asal Jogjakarta yang merupakan aplikasi last-minute-deals untuk promo instan yang menghubungkan bisnis F&B dengan calon pelanggan secara real time.

Roo

Aplikasi monitoring kesehatan untuk anak di bawah usia enam tahun. Aplikasi ini diciptakan untuk orang tua agar dapat terus memantau tumbuh kembang anak. Roo adalah startup asal Jakarta.

Ajarin

Startup yang berasal dari Jakarta yang menghadirkan layanan aplikasi mobile untuk membantu orang tua dalam menemukan, mengembangkan, dan menyalurkan bakat anak umur 4 – 15 tahun.

Dorong Pertumbuhan Layanan Fintech, Bank Bukopin Hadirkan BNV Labs

Sektor perbankan saat ini mulai bergerak untuk mengadopsi teknologi, salah satunya adalah dengan membuka kemitraan lebih luas dengan pelaku startup financial technology (Fintech). Setelah Bank Mandiri dan BCA, hari ini Bank Bukopin bersama dengan Kibar meluncurkan BNV Labs. Nantinya secara khusus BNV Labs akan fokus kepada tiga elemen utama, yaitu pembentukan tim yang terbaik, melancarkan program inkubasi dan yang terakhir mendirikan coworking space yang berfungsi sebagai wadah bagi pelaku startup berinovasi.

“Jika dulunya kami melihat fintech sebagai kompetitor, namun saat ini sudah waktunya untuk membuka kemitraan dengan layanan fintech di Indonesia. Dengan harapan bisa memperluas peluang bisnis dengan mengadopsi teknologi,” kata Direktur Utama Bank Bukopin Glen Glenardi kepada media hari ini.

Untuk membantu rencana tersebut bank Bukopin menggandeng Kibar sebagai mitra agar dapat bersinergi untuk memberikan kontribusi kepada ekonomi digtal Indonesia. Di sisi lain, Bukopin juga ingin mendukung program Gerakan Nasional 1000 Startup Digital yang digagas oleh Chief Executive KIBAR, Yansen Kamto.

“Kerja sama ini merupakan langkah strategis untuk membantu startup digital khususnya di bidang fintech agar dapat tumbuh subur. Saya berharap melalui kolaborasi ini bisa memberikan kontribusi untuk mewujudkan Indonesia menjadi kekuatan ekonomi terbear di Asia,” kata Yansen.

Proses perekrutan ke universitas di 10 kota besar

Untuk langkah pertama, BNV Labs akan melakukan road show atau sosialisasi sekaligus perekrutan talenta muda di 10 kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Surabaya, Malang, Semarang, Bali, Medan, Makassar, Pontianak dan lainnya. Talenta baru yang berhasil direkrut akan dilakukan proses penyaringan secara ketat, hingga akhirnya beberapa calon pelaku startup yang terpilih sesuai dengan skill dan kemampuan yang ada. Mereka akan dipertemukan untuk bisa menciptakan inovasi baru yang menyentuh teknologi fintech dan layanan startup secara umum.

“Sebagai bank yang sudah berdiri selama 47 tahun, kami akan memberikan mentoring hingga konsultasi kepada mereka yang nantinya terpilih, terutama dalam hal regulasi hingga hal-hal krusial yang wajib diketahui oleh startup,” kata Direktur Pengembangan Bisnis & Teknologi Informasi Bank Bukopin Adhi Brahmantya.

Rangkaian program yang nantinya akan diterapkan oleh BNV Labs kepada calon pelaku startup diantaranya adalah, initiate, ignite, ideate, create, validate dan yang terakhir adalah incubate atau inkubasi. BNV Labs akan mendirikan sebuah coworking space yang nantinya bisa digunakan semua calon pelaku startup binaan BNV Labs dan pelaku startup lainnya. Selain mentoring dan konsultasi dari tim khusus Bank Bukopin, talenta yang terpilih nantinya juga akan diberikan akses pasar dari Bank Bukopin.

“Kami ingin mendidik semua talenta baru yang tertarik untuk menciptakan inovasi yang nantinya bisa diintegrasikan dengan Bank Bukopin, dalam hal ini yang menyasar sektor fintech,” kata Adhi.

Diluncurkannya BNV Labs Bank Bukopin diharapkan ikut serta mendorong pertumbuhan layanan fintech di tanah air untuk menciptakan solusi kolaboratif bersama dengan para pelaku industri keuangan dan perbankan.

“Kini sudah saatnya perbankan mulai mengadopsi teknologi dan mulai membuka kemitraan kepada pelaku fintech, mulai dari yang sudah eksis hingga yang baru tumbuh. Bukan lagi menganggap mereka sebagai kompetitor tapi menjadi partner,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

FemaleDev Adakan Program Inkubasi Serupa Gerakan Nasional 1000 Startup Digital

FemaleDev, platform edukasi informal khusus perempuan yang juga terafiliasi dengan tech-startup ecosystem builder PT Kibar Kreasi Indonesia (Kibar) kini mengadakan program inkubasi yang bertujuan untuk mendorong dan memberdayakan lebih banyak generasi pemimpin perempuan dengan memanfaatkan teknologi.

Alamanda Shantika, Chief Activist FemaleDev, menjelaskan program inkubasi ini sama halnya seperti Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. Di dalamnya akan ada diskusi, workshop, hacksprint, bootcamp, dan inkubasi yang akan diadakan di enam kota, yaitu Jakarta, Denpasar, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.

“Jadi dalam setahun mendatang, FemaleDev akan menggelar program intensif. Arahnya ingin menciptakan female leader dari dunia IT. Tapi perbedaannya dengan Gerakan Nasional adalah adanya pelatihan soft skill untuk leadership,” ujarnya seusai acara FemaleDev Breakthrough Summit di Bali, pekan lalu.

[Baca juga: FemaleDev dan Harapannya Mencetak Lebih Banyak Pengembang Perempuan Indonesia]

Sampai akhir tahun ini, Roadmap FemaleDev bekerja sama dengan Google Developers menyelenggarakan Women Techmakers Study Groups untuk Indonesia Android Kejar Batch 2. Kemudian, tahun depan FemaleDev akan meresmikan program inkubasi.

Program ini dimulai dengan Talks sampai Februari 2017, kemudian Workshop sampai April 2017. Soft skill camp diselenggarakan dari Maret hingga April. Hacksprint dimulai Maret hingga April, kemudian menyusul Bootcamp dari April sampai Mei. Terakhir, Incubation diselenggarakan dari April hingga Agustus.

“Target peserta inkubasi baru akan ditentukan setelah acara Women Techmakers Study Groups selesai. Kami perlu lihat dahulu bagaimana antusiasmenya.”

FemaleDev pertama kali diinisiasikan oleh Kibar pada Februari 2013. Hingga kini, FemaleDev telah menjaring sekitar 3.000 perempuan muda yang mempunyai misi untuk berkarya dengan memanfaatkan teknologi. Kampanye ini elah lebih dari 60 kali menyelenggarakan workshop di 10 kota besar.

Update Gerakan Nasional 1000 Startup Digital

Alamanda fokus ingin meningkatkan kepemimpinan perempuan di dunia TI / DailySocial
Alamanda fokus ingin meningkatkan kepemimpinan perempuan di dunia TI / DailySocial

Kini sudah berjalan tiga bulan semenjak Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital diresmikan beberapa waktu lalu. Tiga kota pertama yang sudah disinggahi adalah Jakarta, Surabaya, dan Yogyakarta. Dari ketiga kota tersebut, menurut Alamanda, yang paling menarik adalah inovasi yang diajukan oleh peserta dari luar Jakarta.

Menurutnya, pemecahan masalah yang mereka tawarkan terbilang lebih mengakar ke sumber permasalahan. Jadinya ide mereka tidak itu-itu saja.

“Saat mentoring session sangat terasa sekali ide yang ditawarkan oleh peserta dari Jakarta masih itu-itu saja. Problem yang mereka tawarkan belum mendalam, beda halnya dengan peserta dari luar Jakarta sangat menarik sekali.”

Dia mencontohkan, ide yang menarik itu akan menarik bila dilakukan lewat kolaborasi. Ambil contoh, untuk mengatasi masalah di logistik, tidak perlu membuat Go-Send seperti apa yang sudah dilakukan Go-Jek. Lebih baik fokus ke akar permasalahannya, misalnya dari sistem tracking dari perusahaan logistik yang belum berskala besar masih jelek.

“Berangkat dari masalah itu, bisa menjadi ide startup yang menarik. Soalnya mereka harus memperhatikan bagaimana caranya perusahaan yang dibangun jadi support perusahaan lainnya, tidak bersaing satu sama lain. Hal-hal kecil bisa jadi besar saat kolaborasi dilakukan.”

Dari total ketiga kota tersebut, total partisipan mencapai 14.318 ide. Lalu, disaring dalam tahapan Ignition tersisa 1.515. Di tahap selanjutnya, Workshop total peserta tersaring jadi 759. Kemudian, dalam tahap Hacksprint menipis jadi 367.

Secara garis besar, berdasarkan jenis kelamin partisipan laki-laki sekitar 83% dan 17% adalah perempuan. Dari segi umur, 86% diikuti oleh orang-orang dengan range umur 18-30 tahun, sisanya berasal dari kalangan umur 30-40 tahun. Adapun untuk fokus masalah yang ingin dipecahkan kebanyakan untuk mengatasi pertanian di Indonesia.

Alamanda Shantika: Kibar Bantu Saya Mewujudkan Mimpi Terbesar Untuk Bangun Indonesia

Setelah dua tahun menjabat sebagai Vice President of Technology Product Go-Jek, per 1 Oktober 2016 kemarin Alamanda Shantika resmi bergabung dengan PT Kibar Kreasi Indonesia (Kibar), tech startup ecosystem builder di Tanah Air untuk mewujudkan mimpinya membantu anak-anak muda Indonesia lewat FemaleDev dan Program Nasional 1.000 Startup Digital. Keduanya adalah program dari Kibar.

Perlu diketahui, Alamanda bergabung di Go-Jek sejak 2014. Dia adalah orang di balik lahirnya aplikasi Go-Jek yang kini beredar di 10 kota besar Indonesia. Kini Go-Jek dikenal sebagai role model startup di Tanah Air yang banyak dicontoh oleh banyak founder mengenai peranannya membantu perekonomian masyarakat Indonesia.

Selama perjalanannya di Go-Jek, sudah beberapa kali dirinya menjadi pembicara untuk acara workshop, mentoring, atau lainnya. Akhirnya hal ini membuat Ala, panggilan Alamanda, kembali mengingat mimpinya sejak awal. Ia ingin membantu orang Indonesia lebih banyak lagi.

Lewat wawancara eksklusif bersama dengan DailySocial di kantor Kibar, dia menceritakan sejak awal sebelum dia bergabung di Go-Jek ingin menjadi seorang dosen dengan mengambil program PhD sebagai langkah awal untuk menuju Menteri Pendidikan. Namun akhirnya pupus, karena bujukan dari Nadiem Makarim (Founder Go-Jek) untuk membantu dirinya mengembangkan Go-Jek demi mengangkat perekonomian supir ojek lebih baik lagi.

“Meninggalkan Go-Jek itu adalah hal yang berat. Tapi ini adalah masalah waktu karena saya ninggalin Go-Jek demi capai cita-cita saya lebih tinggi lagi, kan saya mau jadi Menteri Pendidikan jadi gak bisa selama-lamanya di Go-Jek. Anak-anak di Go-Jek sudah dapat bekal yang cukup dari saya, sekarang saatnya saya beri bekal lagi untuk anak-anak lainnya,” ujarnya, Rabu (5/10).

Pipeline kerja bersama Kibar

Kini, Ala fokus menjadi mentor untuk dua program yang dibuat oleh Kibar yakni FemaleDev sebagai Chief Activist dan Program Nasional 1.000 Startup Digital sebagai mentor. Di FemaleDev, ia ingin membantu perempuan Indonesia yang berkecimpung sebagai developer dan programmer, mengarahkan mereka untuk menjadi founder dan leader untuk startup.

Menurut Ala, jumlah founder perempuan di startup Indonesia masih sedikit. Padahal, mereka sama-sama memiliki potensi dan kemampuan yang sama dengan laki-laki. Banyak mindset yang terus memojoki kemampuan perempuan yang terbatas, terkesan pekerjaan programmer itu sangat “high tech” dan tidak semua orang bisa menguasainya. Padahal, dalam kenyataannya tidak demikian. Itu semua hanya sebatas mindset saja yang perlu dirubah.

Untuk itu, dalam waktu dekat akan ada inisiasi baru dari FemaleDev yang akan diresmikan pada 29 Oktober 2016 mendatang di Bali, bekerja sama dengan Google Developer. Arahnya, dari inisiasi tersebut dapat membawa isu female developer ke ranah global karena permasalahan ini dinilai merata terjadi di seluruh dunia. Inisiasi ini akan dihadirkan kegiatan workshop, mentoring khusus untuk perempuan.

Female leader di startup masih sangat sedikit. Saya mau menggerakkan wanita juga mampu di teknologi dan menjadi leader. Dari FemaleDev akan melahirkan bibit-bibit female programmer dan developer dari dunia teknologi untuk menjadi leader startup.”

Kemudian untuk Program Nasional 1.000 Startup Digital, Ala akan menempatkan dirinya sebagai mentor. Dari kacamata sebagai orang yang pernah mendirikan startup, Ala akan membawa seluruh ilmunya dari Go-Jek untuk disampaikan ke anak-anak muda Indonesia.

“Program ini sekarang ada ditahap networking dan hackaton, dari perspektif saya yang sudah pernah mendirikan startup. Masukan dari saya beberapa diantaranya, kebutuhan ideal engineer untuk satu produk itu perlu tiga orang. Masih banyak bantuan yang siap saya berikan untuk menciptakan ekosistem teknologi yang baik di Indonesia.”

Banyak pihak ingin membajak

Sebagai salah satu orang penting di Go-Jek, tentunya aura Ala kian deras dimata para berbagai pihak, tak terkecuali konglomerat besar di Indonesia. Ala mengaku sebelum dirinya memutuskan untuk bergabung ke Kibar, banyak perusahaan besar yang berusaha membujuk dirinya beralih ke tempat mereka hingga pendekatan yang paling ekstrem.

Namun, hal itu tidak membuat Ala gentar sebab mereka tidak memiliki kesamaan visi. Justru dengan Kibar dia merasa ada kesamaan visi, sama-sama ingin membangun ekosistem teknologi yang baik dan ramah untuk Indonesia.

Ala mulai mengenal Yansen Kamto (CEO Kibar) saat mereka ditunjuk menjadi juri untuk ajang kompetisi NextDev diadakan oleh Telkomsel pada tahun lalu. Sejak itu, Ala mulai banyak berbincang mengenai Kibar dan visi misinya.

“Saat ini potensi anak Indonesia sudah luas, mimpinya sudah terbentuk. Hanya akan sekedar jadi potensi saja bila tidak ada orang yang membantu mengembangkan mereka. Dengan menjadi pembimbing, saya yakin Kibar akan bantu mencapai mimpi terbesar saya. Tujuan akhir saya di Kibar ingin bersama-sama menciptakan startup yang punya hati untuk membantu banyak orang.”

Yansen Kamto, CEO Kibar, menambahkan bergabungnya Ala menunjukkan adanya salah satu kemenangan untuk menyukseskan Program Nasional 1.000 Startup Digital menjadi realita. Yansen memastikan, hubungan Kibar dengan Go-Jek justru tidak jadi keruh karena perpindahan Ala.

“Kami jadi yakin bergabungnya Ala akan membuat program nasional bisa sukses karena di belakang layarnya ada orang yang berpengalaman dan peduli. Nadiem pun sangat dorong orang-orang dari Go-Jek berkontribusi untuk negara. No hard feeling.”

Mengutip kata-kata dari Nadiem untuknya, Ala mengatakan. “I let you fly.”

Program Inkubasi Trailblazers, Dorong Mahasiswa Jadi Wirausahawan Berbasis Teknologi

KIBAR, tech startup ecosystem builder, berkolaborasi dengan London School of Public Relations (LSPR) mengembangkan program inkubasi bisnis teknologi digital bernama Trailblazers bertujuan untuk mengembangkan potensi mahasiswa dan mahasiswi LSPR untuk menciptakan startup yang mampu memberikan kontribusi dan perubahan baik untuk Indonesia.

Dalam program ini, ada beberapa tahapan yang akan dilalui oleh peserta. Pertama mulai dari Ignition, yaitu seminar untuk menanamkan pola pikir entrepreneurship dengan target 200 peserta setiap batch-nya. Peserta Ignition yang layak dapat melanjutkan ke tahap Workshop untuk diberikan pembekalan keahlian yang mereka butuhkan dalam membuat sebuah startup digital.

Setelah itu, peserta yang lolos akan lanjut ke tahap kedua yaitu Hackathon. Dalam tahap ini peserta diharapkan dapat menghasilkan prototype produk dari ide solusi aplikasi. Di tahap ini, founder akan ditemukan dengan calon founder lainnya dari tiga bidang berbeda yaitu bisnis, teknologi, dan desain.

Tahap selanjutnya Bootcamp, yang merupakan sesi mentoring mendalam untuk menyapkan strategi peluncuran produk. Terakhir, 10 tim terpilih akan diinkubasi selama kurang lebih tiga bulan untuk dibina dan dibukakan akses ke berbagai pihak untuk memajukan startup mereka.

“LSPR sedang mempersiapkan para mahasiswa dan lulusan untuk siap menjadi entrepreneur. Mereka belajar ilmu komunikasi di mana ilmu ini sangat dibutuhkan oleh semua entrepreneur. Jadi seharusnya lulusan LSPR bisa menjadi wiraswasta yang terampil dan komunikatif dalam hal memasarkan, mempromosikan, dan mem-PR0kan dan bisa bersaing di kancah internasional,” terang Prita Kemal Gani, Direktur dan Founder LSPR Jakarta.

Dalam peresmiannya, ada tiga sesi diskusi membahas tentang startup, diisi oleh berbagai narasumber dari startup ternama. Pada sesi pertama, membahas How to Start a Startup dengan narasumber Alamanda Shantika, VP Product Go-Jek. Alamanda berbagai pengalaman mulai dari asal mula Go-Jek berdiri, bagaimana visinya, hingga latar belakang orang-orang di Go-Jek tidak harus berlatar pendidikan programmer.

Menurutnya, pada awal Go-Jek berdiri di 2010 masih berupa call center untuk memanggil ojek. Awalnya butuh waktu 30 menit untuk mendapatkan pengemudi, kemudian pada 2014 setelah diluncurkan aplikasinya proses mendapat pengemudi jadi lebih singkat.

“Startup itu muncul dari masalah yang sudah ada, lalu selesaikan. Go-Jek itu muncul karena ada misi social impact ingin menghidupi keluarga Indonesia lewat pekerjaan jadi ojek, jadinya masalah lebih mengerucut dan solusi yang bisa dihadirkan lebih tepat sasaran,” ujarnya.

Dia juga menjelaskan, dalam jajaran direksi dalam Go-Jek tidak harus melulu dilatarbelakangi oleh orang-orang dari lulusan programmer saja. Ada dari lulusan marketing, teknis, keuangan, dan lainnya. “Yang terpenting, kami memiliki satu visi yang sama.”

Kemudian, pada sesi kedua membahas Outside the Comfort Zone. Pembicaranya adalah Hanifa Ambadar (CEO Female Daily), Yuka Harlanda (CEO Brodo), dan dimoderatori oleh Tommy Herdiansyah (Founder Code Margonda). Di sesi ini, Hani menerangkan comfort zone dalam setiap stage berbeda-beda tergantung startup itu sendiri. Menurutnya, dari hasil riset, sekitar 70%-80% gagalnya startup terjadi karena faktor internal.

Baginya, untuk keluar dari zona nyaman butuh target yang ingin dicapai. Untuk Female Daily, sambungnya, ia ingin posisinya bisa menyamakan dengan media ternama untuk perempuan seperti Femina Grup. “Perlu visualisasi mimpi, kami ingin sebesar Femina Grup, memiliki media print terbesar untuk perempuan dan ada gedung sendiri.”

Senada, menurut Yuka, cara paling mudah untuk bisa keluar dari comfort zone yakni dengan melihat kompetitor, mulai dari pencapaian bisnis mereka dan strategi-strateginya. “Dari total populasi laki-laki di Indonesia, sekitar 100 juta laki-laki butuh sepatu. Itu target penjualan kami yang ingin dicapai.”

Sesi terakhir membahas Don’t Just Start a Business, Solve a Problem yang oleh Leonika Sari (CEO Redblood), Dennis Adhiswara (CEO Layaria), dan Dhini Hidayati (Co-Founder Gandeng Tangan). Kesimpulan dari diskusi ini, seluruh pembicara sepakat bahwa dasar utama mendirikan startup perlu didasari oleh masalah yang terjadi di lingkungan sekitar dan sesuai dengan minat dan kemampuan.

Leonika menerangkan permasalahan yang mendasari pendirian Redblood adalah minimnya stock ketersediaan darah di rumah sakit. Dalam setahun dibutuhkan 5 juta kantong darah, tetapi hanya tersedia setengahnya saja. Setelah diriset, rupanya banyak pendonor yang berminat untuk mendonorkan darahnya, tetapi banyak permasalahan yang mereka hadapi, misalnya, tidak adanya waktu untuk ke kantor PMI karena lokasinya yang terlalu jauh. Malah persentase keberhasilan pendonor tidak selalu 100%. Lebih dari 50% dari total peserta banyak yang ditolak karena ketidaktahuannya tentang persyaratan menjadi pendonor, seperti kurang tidur, sedang mengkonsumsi obat, dan lain-lain.

“Dari aplikasi Redblood, ada event donor terdekat sesuai dengan lokasi pendonor berada. Selain itu, karena kita berbentuk lifestyle ada reward berbentuk poin yang bisa didapat pendonor bila berhasil mendonorkan darahnya.”

Dennis menambahkan, meski sudah mengerucutkan masalah, persentase kegagalan di startup sangat tinggi. Namun, semakin banyak kegagalan, semakin kaya dengan pengalaman agar tidak mengulanginya kembali.

“Kegagalan itu justru jadi romantika dari proses pendirian startup. Jadilah orang yang ada di proses sejarah itu,” pungkasnya.

Happy Testing Menangkan Kompetisi Startup Weekend Jakarta 2016

Happy Testing terpilih menjadi juara pertama dalam kompetisi Startup Weekend Jakarta 2016. Selain Happy Testing, juga terpilih tiga startup lainnya yaitu Artology (juara kedua), CS Hourly (juara ketiga), dan Echoducation (juara favorit).

Acara yang diinisiasikan KIBAR diadakan di Conclave, Jakarta Selatan pada tanggal 2-4 September 2016. Dihadiri oleh 60 peserta dan belasan mentor yang berasal dari praktisi dan pelaku ekosistem startup di Indonesia. Di antaranya, Alamanda Shantika (VP of Product Go-Jek), Ivan Chen (CEO Antarupa), Mario Nicolas (Product Manager Path), Pantu Truhandito (Client Solution Manager Facebook), Raditya Pramana (Investment Manager Venturra Capital), dan Thomas Diong (Chief Product & Data Officer Sale Stock).

Saat sesi mentoring, Alamanda menuturkan dalam membangun startup hal terpenting adalah memvalidasi ide, bagaimana ide bisa bekerja di lapangan. “Bagaimana respons masyarakat terhadap ide kita. Jika memang ada sambutan baik, saatnya tugas para founder untuk menciptakan aplikasi yang bisa menjalankan flow secara otomatis,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Selasa (6/9).

Selama 54 jam, peserta Startup Weekend Jakarta menjalani berbagai pelatihan dan konsultasi dengan mentor seputar product development, validasi ide, business model, strategi marketing, hingga pengembangan prototipe produk.

Di hari pertama, peserta membentuk 12 untuk melakukan pitching final pada hari terakhir. Ide dan prototipe produk dipresentasikan di hadapan dewan juri, terdiri dari Budi Setyarso (Redaktur Pelaksana Tempo), Herbet Ang (President Director Acer Indonesia), Jaka Susanta (Senior Business Expert Telkomsel), Prami Rachmiadi (CMO Online, Emtek & KMK), dan Shinto Nugroho (Head of Public Policy and Government Relations Google).

Kompetisi ini adalah sebuah program selama akhir pekan di mana pengusaha dan calon pengusaha dapat mengetahui kelayakan ide startup mereka. Umumnya, setengah dari peserta sudah memiliki latar belakang teknis atau desain dan setengah lainnya berlatar belakang bisnis.

Pada hari Jumat, peserta mempresentasikan ide masing-masing dan membentuk tim. Esok harinya hingga Minggu, tim yang sudah terbentuk fokus pada pengembangan user, validasi ide, mempraktikkan metodologi LEAN Startup, dan membangun prototipe produk. Kemudian pada Minggu malam, semua tim mendemokan produk di hadapan para juri, sekaligus mendapatkan masukan dari mereka.

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai para pemenang, berikut ringkasannya:

Happy Testing, merupakan platform yang menjembatani perusahaan dengan konsumen untuk menguji aplikasi dan mendapat feedback secara instan.

Artology, merupakan marketplace yang mempertemukan pelukis dan pembeli dengan mudah. Pembeli bisa mencari pelukis sesuai dengan kualifikasi dan kriteria.

CS Hourly, merupakan penyedia talent poll ke perusahaan yang membutuhkan tenaga costumer service pada jam-jam tertentu.

Echoducation, merupakan platform penghubung orang tua dan murid dengan institusi pendidikan formal dan informal, agar orang tua bisa menapatkan lembaga pendidikan yang tepat untuk buah hati.

Makna Semangat Kemerdekaan bagi Penggiat Startup Indonesia

Banyak hal yang dapat diupayakan sebagai langkah untuk mengisi kemerdekaan. Memajukan bangsa dengan semangat berkreasi dan berinovasi adalah salah satunya. Semangat tersebut juga yang ingin ditunjukkan oleh para pelaku di ekosistem startup Indonesia. Melalu kreasi digitalnya, mereka bersama-sama memantapkan ekonomi digital guna mengimbangi perkembangan dan persaingan global yang kian menantang.

Di hari peringatan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke 71 ini, tentu menjadi momen yang pas untuk terus meningkatkan semangat kebangsaan, semangat untuk turut serta memajukan kesejahteraan bangsa. Lalu seperti apa arti semangat kemerdekaan bagi para penggiat industri startup Indonesia?

“Merdeka itu bebas, bebas dalam berpikir dan berkarya. Anak muda harus berkarya dengan menciptakan solusi berbasis teknologi digital. Setelah merdeka 71 tahun, kita harus berhenti membahas potensi dan mimpi. Kini saatnya mencetak sejarah baru di era ekonomi digital. Indonesia harus jadi bangsa pemenang,” ujar Yansen Kamto selaku CEO Kibar sekaligus salah satu penggagas gerakan 1000 startup nasional.

Seperti yang telah kita ketahui dan rasakan, bahwa saat ini banyak hal sudah bergeser, dalam bentuk digitalisasi. Berbagai industri dan kegiatan ekonomi banyak ditopang penuh oleh peranan teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai penggiat ekosistem digital, langkah nyata untuk menumbuhkan kekuatan digital nasional sangat diperlukan. Karena pilihannya hanya bekerja keras atau tergerus dinamika persaingan yang begitu kuat.

“Bagi saya arti kemerdekaan adalah kebebasan untuk mendapatkan akses kesehatan dan pendidikan yang baik, kehidupan yang layak, serta kebebasan dalam memilih pasangan hidup tanpa melihat perbedaan suku dan ras tertentu. Generasi muda dapat mengisi kemerdekaan dengan kreativitas tanpa batas. Bagaimana kita sebagai penerus bangsa, dapat menghasilkan gagasan jitu dan memiliki nilai ekonomi,” ujar Founder dan CEO Bridestory Kevin Mintaraga.

Kevin menambahkan, bahwa di era seperti sekarang ini, platform digital mampu memberikan banyak hal, termasuk meningkatkan potensi ekonomi yang sudah ada. Ini tentang bagaimana kita mampu menciptakan berbagai kesempatan baru, termasuk lapangan kerja hingga memperluas cakupan pasar secara digital. Untuk itu bagi Kevin, akses internet yang merata menjadi salah satu faktor penting untuk kesejahteraan bangsa.

Ketuka ADITIF (Asosiasi Digital Kreatif) Saga Iqranegara turut menyampaikan pendapatnya seputar semangat kebangsaan. Baginya, momentum ini adalah saatnya berintrospeksi apakah kita sudah berdaulat secara digital. Nyatanya, masih banyak permasalahan bangsa ini yang bisa diselesaikan dengan pendekatan teknologi. Ini perlu uluran tangan pemuda Indonesia.

Berjuang untuk aspek teknologi dan digital secara tidak langsung juga memperjuangkan perbaikan aspek lain yang beririsan. Sebut saja pendidikan, kemiskinan, dan masalah lapangan pekerjaan. Semua masalah tersebut perlahan-lahan mulai disentuh dan diselesaikan dengan munculnya perusahaan rintisan yang industrinya terus tumbuh di Indonesia.

“Dengan peluang yang terbuka lebar di dunia digital, seharusnya tidak ada lagi yang namanya pengangguran terpelajar. Bukan masanya anak muda menyerah pada keadaan. Mereka bisa ambil bagian dalam gelombang kemajuan zaman ini. Mereka harus bisa menemukan peruntungannya sendiri dari dunia digital ini,” ungkap Saga.

Tak ada cara lain kecuali keberanian untuk memulai, kegigihan untuk selalu bangkit ketika gagal dan harapan, visi, misi dan mimpi yang realistis untuk menghasilkan karya yang membanggakan. Hal tersebut yang turut menjadi keyakinan William Tanuwijaya Co-Founder dan CEO Tokopedia dalam semangat untuk memberikan sumbangsih terbaik untuk bangsa.

“Kami di Tokopedia merasa bersyukur karena kami diberikan keberanian untuk memulai, kegigihan untuk bangkit dalam setiap kegagalan kami, karena kami selalu menjaga harapan untuk mimpi kami membangun Indonesia lebih baik lewat internet. Jadi bagi kami makna kemerdekaan itu, adalah ketika setiap individu di Indonesia bisa terus memiliki kebebasan untuk mengejar impian mereka, setinggi apa pun itu,” pungkas William.

Prayogo Ryza berkontribusi dalam penyusunan artikel ini.

Kibar dan GSVlabs akan Buka Akselerator Startup

Kibar Kreasi Indonesia, perusahaan yang terkenal aktif berkecimpung dalam ekosistem startup Indonesia, mengumumkan kerja sama dengan akselerator startup Silicon Valley GSVlabs dalam rangka akselerasi pembinaan startup digital. Seperti diungkapkan CEO Kibar Kreasi Indonesia Yansen Kamto, kerja sama ini merupakan lanjutan dari pertemuan Presiden Joko Widodo dengan beberapa inkubator dan akselerator di Silicon Valley beberapa waktu lalu.

Dalam rilisnya, Kibar juga menjelaskan bahwa kerja sama dengan GSVlabs ini merupakan bagian dari langkah penting mereka untuk turut menyukseskan program seribu startup yang telah dicanangkan pemerintah beberapa waktu lalu.

Kerja sama ini akan mewujudkan sebuah akselerator startup yang berbasis di Indonesia. Targetnya akan ada 20 startup Indonesia yang mengikuti program akselerasi selama kurun waktu tiga bulan.

“Bulan pertama program itu akan diadakan di Indonesia, bulan kedua di GSVlabs, Silicon Valley, dan lanjut bulan ketiga kembali di Indonesia,” ungkap Yansen.

Ia juga menjelaskan bahwa nantinya program tersebut akan menggandeng rekanan dari pihak korporasi yang memiliki visi dan misi untuk memajukan entrepreneurship di Indonesia. Sementara itu pihak GSVlabs, melalui Director of Global Business Development, Bobby Amiri, mengatakan kegembiraannya menjalin kerja sama dengan Kibar.

“Kami sangat bersemangat untuk menjadi rekanan Kibar dan menantikan kerja sama untuk membantu Indonesia mencapai target seribu teknopreneur di 2020,” ujar Bobby.

GSVlabs sejauh ini telah menginkubasi lebih dari 150 perusahaan. GSVlabs juga merupakan rekanan Google, melalui program Pioneer Accelarator bersama Google Launchpad yang tiap tahunnya mengakselerasi sekitar 60 perusahaan startup.

GSVlabs sendiri merupakan bagian dari Global Silicon Valley, yang mencakup perusahaan bernama GSV Asset Management yang berinvestasi di Lyft, Spotify, Facebook dan Snapchat.

“Indonesia adalah negara yang sedang menuju puncak perwujudan potensinya dan melalui hubungan kami bersama Kibar, kami yakin bisa bersama-­sama mengembangkan ekosistemnya menjadi salah satu yang terkuat di dunia,”  imbuh Bobby

Yansen juga menambahkan melalui kerja sama ini startup Indonesia telah dibukakan akses atau jalan menuju global. Tinggal bagaimana startup lokal menyiapkan kualitas mereka untuk bersaing secara global.

“Melalui kerja sama ini, startup Indonesia telah dibukakan akses untuk menjadi pemain global. Pokoknya, jalan tolnya sudah kami siapkan. Tapi pertanyaannya, apakah startup lokal kita sudah merasa pantas jadi pemain global?” pungkas Yansen.

ProSehat Siap Melenggang ke Swiss Sebagai Wakil Indonesia di Ajang Seedstars Summit

Setelah berhasil merebut tiket Regional Winner Tiket dalam ajang Seedstars World Jakarta pada September 2015 silam, aplikasi kesehatan ProSehat kini tengah bersiap untuk kembali berlaga dalam Seedstars Summit di Switzerland. ProSehat akan jadi wakil Indonesia dan bersaing dengan 53 startups lain dari seluruh dunia untuk mendapatkan gelar Seedstars World Global Winner. Pemenang global edisi ini akan diganjar hadiah sampai dengan $500.000 dalam bentuk investasi ekuitas.

ProSehat sendiri adalah startup asal Indonesia dengan fokus sebagai layanan marketplace untuk membantu konsumen dalam menemukan dan membeli obat asli lewat e-Resep dan auto refill subs. Selain melalui desktop, ProSehat juga dapat diakses melalui aplikasi mobile untuk perangkat Android.

Seedstars Summit sendiri adalah kompetisi global bagi startup yang tengah tumbuh cepat di negara berkembang. Total hadiah yang disediakan dalam kompetisi tersebut mencapai $500.000 dalam bentuk investasi ekuitas dari Seedstars World.

Pada September silam, Seedstars menyambangi Indonesia untuk menggelar Seedstars World Jakarta. Dari kompetisi inilah ProSehat berhasil merebut Regional Winner Ticket dan mendapatkan kesempatan untuk mewakili Indonesia dalam panggung yang lebih tinggi, yaitu Seedstars Summit di Switzerland (Swiss).

CEO dan Founder ProSehat Gregorius Bimantoro, / DailySocial

Melalui keterangan yang kami terima, CEO Kibar dan penyelenggara Seedstars World Jakarta Yansen Kamto mengatakan, “Kita mau ada lebih banyak startup seperti ProSehat yang merepresentasikan anak muda yang menyelesaikan masalah, memberi nilai tambah pada masyarakat, dan menggunakan teknologi untuk memperbesar dampak.”

[Baca juga: Swalayan Kesehatan Online ProSehat Hadirkan Aplikasi Mobile]

Tepatnya pada tanggal 3 Maret, ProSehat akan mewakili Indonesia dan bersaing dengan 53 startup lain dari seluruh dunia untuk mendapatkan gelar Seedstars World Global Winner. Dalam edisi kali ini, pemenang global akan mendapatkan hadiah sampai dengan $ 500.000 investasi ekuitas dari Seedstars World. Startup terbaik di sektor lain, seperti wisata, juga akan mendapatkan hadiah dalam bentuk investasi ekuitas dan hibah hingga $550.000.

Sebagai perwakilan dari Indonesia, ProSehat akan berpatisipasi dalam bootcamp yang akan digelar selama dua hari, mengikuti forum investor, dan Grand Final Seedstars World.

Seedstars adalah sebuah organisasi global yang mencari startup-startup terbaik dari seluruh penjuru dunia. Tahun ini, Seedstar mengklaim ada lebih dari 3.000 startup dari Eropa Timur dan Tengah, Afrika, Timur Tengah, Asia dan Amerika Latin yang berpartisipasi dalam Seedstars World. Selain itu ada sekitar 1.000 pengusaha, pemodal ventura, eksekutif perusahaan, angel investor, pejabat pemerintah, wartawan, dan penggemar startup juga diklaim akan bergabung dalam kompetisi yang dibuka untuk umum ini.

Application Information Will Show Up Here