Razer Umumkan Project Valerie, Konsep Laptop Gaming dengan Tiga Monitor Sekaligus

Sejak pertama berdiri, Razer dikenal sangat berani bereksperimen dengan konsep-konsep perangkat gaming yang cukup radikal macam Project Christine. Meski memang tidak ada yang bisa memberikan kepastian terkait realisasi dari konsep-konsep ini, apa yang Razer lakukan setidaknya bisa memberikan gambaran mengenai masa depan industri gaming.

Dalam perhelatan CES 2017, Razer kembali tampil dengan konsep yang tidak kalah ekstrem. Didapuk Project Valerie, Razer merancang konsep ini sebagai laptop gaming pertama yang memiliki lebih dari satu monitor. Tiga buah tepatnya, yang masing-masing berukuran 17,3 inci dengan resolusi 4K dan dukungan teknologi Nvidia G-Sync.

Dua monitor tambahan tersebut tersembunyi di balik monitor utamanya saat sedang tidak digunakan. Begitu diaktifkan, keduanya akan keluar dari huniannya secara otomatis, menyesuaikan angle dengan sendirinya supaya pemain bisa menikmati konten seoptimal mungkin dalam sudut pandang seluas 180 derajat.

Project Valerie dalam posisi tertutup, dengan tebal bodi tak lebih dari 3,8 cm / Razer
Project Valerie dalam posisi tertutup, dengan tebal bodi tak lebih dari 3,8 cm / Razer

Secara fisik, Project Valerie mengambil Razer Blade Pro sebagai basisnya, lengkap hingga jeroan-jeroannya yang mencakup GPU Nvidia GTX 1080 – krusial untuk menenagai tiga monitor sekaligus dengan resolusi total 12K – plus keyboard mekanik berwujud tipis rancangan Razer sendiri.

Semuanya dikemas dalam sasis aluminium unibody dengan tebal tak lebih dari 3,8 cm dan bobot kurang dari 5,4 kg. Razer juga merancang power adapter-nya seringkas mungkin supaya aspek portable tetap bisa dikedepankan.

Razer Project Valerie memang baru sebatas konsep, tapi saya cukup optimis Razer sanggup merealisasikannya. Potensi pasarnya pun cukup kuat seandainya Razer bisa mematok harga yang masuk akal, bukan cuma di kalangan gamer saja, tapi juga para kreator dari berbagai bidang.

Sumber: Razer.

Samsung Luncurkan Laptop Gaming Perdananya, Notebook Odyssey

Lenovo rupanya bukan satu-satunya pabrikan yang mulai menunjukkan keseriusannya di ranah gaming pada ajang CES tahun ini. Tanpa ada yang menduga, Samsung baru-baru ini juga mengungkap laptop perdananya yang didedikasikan untuk para gamer.

Bernama Samsung Notebook Odyssey, laptop ini hadir dalam dua varian ukuran: 15,6 inci dan 17,3 inci, dengan desain yang banyak terinspirasi lini laptop buatan Samsung selama ini. Meski tidak sekeren Razer Blade Pro, Odyssey setidaknya masih tergolong ringkas jika mempertimbangkan spesifikasi yang diusungnya.

Samsung Notebook Odyssey mengusung spesifikasi kelas mainstream / Samsung
Samsung Notebook Odyssey mengusung spesifikasi kelas mainstream / Samsung

Spesifikasinya tersebut mencakup prosesor quad-core Intel Core i7 generasi ketujuh, GPU Nvidia GeForce GTX 1050 untuk varian 15,6 inci – varian 17,3 incinya belum disebutkan, tapi saya duga GTX 1060 – RAM DDR4 32 GB untuk varian 15,6 inci dan 64 GB untuk varian 17,3 inci, serta kombo SSD + HDD untuk kedua varian.

Keduanya menggunakan layar beresolusi 1920 x 1080 pixel. Sayang sekali belum 4K, tapi setidaknya daya tahan baterainya jadi lebih terjamin. Perihal konektivitas, varian 17,3 inci sedikit lebih unggul dengan kehadiran port Thunderbolt 3 dalam wujud USB-C.

Perbedaan kedua varian juga terpusat di keyboard-nya, dimana Odyssey 17,3 inci mengemas tuts yang sedikit lebih tebal, sedangkan Odyssey 15,6 inci akan mengompensasinya dengan tuts berpermukaan melengkung. Kedua varian juga punya tebal bodi dan bobot yang berbeda; Odyssey 17,3 inci setebal 37,7 mm dan berbobot 3,79 kg, sedangkan 15,6 inci setebal 28,2 mm dan berbobot 2,53 kg.

Varian 15,3 incinya juga hadir dalam balutan warna putih / Samsung
Varian 15,3 incinya juga hadir dalam balutan warna putih / Samsung

Yang unik dari Samsung Notebook Odyssey adalah sistem ventilasi sekaligus pendingin bertajuk HexaFlow Vent, yang diposisikan di bawah laptop. Tak cuma memastikan perangkat tidak kepanasan, komponen ini juga bisa dibuka tutupnya sehingga konsumen dapat meng-upgrade RAM dan media penyimpanan dengan mudah.

Samsung sejauh ini masih bungkam soal ketersediaan dan banderol harga dari Notebook Odyssey. Spesifikasinya memang bukan yang paling istimewa, tapi masih cukup oke untuk kalangan gamer mainstream. Bagaimanapun juga, ini merupakan awal yang bagus bagi Samsung untuk terjun ke pasar yang selama ini dikuasai nama-nama seperti Alienware dan Asus ROG.

Sumber: Samsung.

Lenovo Legion Siap Tantang Alienware, Asus ROG dan Lainnya di Ranah Gaming

Setelah bertahun-tahun sukses berjualan laptop, Lenovo akhirnya memutuskan sudah waktunya bagi mereka untuk menyeriusi ranah gaming. Seperti halnya Dell Alienware, HP Omen, Asus ROG dan Acer Predator, Lenovo memilih untuk menggunakan branding baru bernama Legion untuk semua perangkat gaming-nya ke depan.

Dua anggota pertama Lenovo Legion adalah sepasang laptop 15,6 inci, yaitu Y720 dan Y520. Keduanya punya desain tipikal laptop gaming; Y720 yang dibanderol lebih mahal dihiasi oleh backlight RGB pada keyboard-nya, sedangkan Y520 hanya backlight berwarna merah.

Lenovo Legion Y720 / Lenovo
Lenovo Legion Y720 / Lenovo

Soal spesifikasi, keduanya mengusung prosesor Intel generasi ketujuh yang dikenal dengan nama Kaby Lake, dimana varian teratas Y720 mengemas proesor quad-core i7-7700HQ. Di sektor grafik, konsumen bisa memilih opsi tertinggi Nvidia GeForce GTX 1060 untuk Y720, dan GTX 1050 untuk Y520.

Meski ukuran layar keduanya sama persis, Y720 dapat dikonfigurasikan dengan resolusi 4K, sedangkan Y520 hanya mentok di 1080p. Keduanya memang bukan laptop gaming dengan spesifikasi terganas yang ada di pasaran saat ini, namun setidaknya bisa memikat perhatian kalangan gamer mainstream.

Lenovo Legion Y520 / Lenovo
Lenovo Legion Y520 / Lenovo

Baik Y720 dan Y520 juga disebut-sebut sebagai laptop pertama yang membawa dukungan audio Dolby Atmos, dimana suara dalam game akan terdengar sesuai dengan posisi asalnya ketika menggunakan headphone. Pun begitu, sejauh ini belum banyak game yang juga mendukung Dolby Atmos, satu-satunya barulah Overwatch.

Spesifikasinya bukan yang terbaik, desainnya juga bukan yang paling premium, lalu apa yang bisa menjadi daya tarik terkuat dari kedua laptop Lenovo Legion ini? Jawabannya adalah harga, seperti yang bisa kita prediksi dari Lenovo. Y520 akan dilepas lebih dulu pada bulan Februari dengan harga mulai $900, sedangkan Y720 menyusul di bulan April dengan banderol mulai $1.400.

Bersamaan dengan itu, Lenovo juga memanfaatkan panggung CES 2017 untuk mengungkap prototipe VR headset-nya yang dirancang untuk platform Windows Holographic. Headset ini bukan bertipe wireless, namun dimensinya lebih ringkas ketimbang Oculus Rift maupun HTC Vive, dengan bobot berkisar 350 gram pada versi finalnya nanti.

Prototipe VR headset Lenovo untuk platform Windows Holographic / The Verge
Prototipe VR headset Lenovo untuk platform Windows Holographic / The Verge

Walaupun berukuran lebih kecil, VR headset yang belum diberi nama ini mengusung display yang lebih superior, mengandalkan sepasang panel OLED yang masing-masing beresolusi 1440 x 1440 pixel. Sistem tracking secara penuh juga terintegrasi ke dalam headset, sehingga konsumen nantinya tidak perlu mengandalkan aksesori tamabahan seperti kamera eksternal.

Perangkat ini rencananya akan dirilis tahun ini juga, meski belum ada kepastian kapan. Harganya diperkirakan berada di kisaran $300 – $400.

Sumber: 1, 2, 3.

Acer Ungkap Strategi Mereka Untuk Perkuat Cengkeraman di Pasar Gaming Indonesia

Acer Predator lahir kurang lebih dua tahun setelah Asus memperkenalkan Republic of Gamers. Kebangkitan brand-brand gaming dari Taiwan itu boleh jadi merupakan respons dari merajalela-nya nama-nama barat seperti Alienware sampai Digital Storm. Tapi ketika kepopularitasan Asus ROG terus melesat, Predator seakan-akan terbungkam dalam hiruk-pikuknya rivalitas di sana.

Acer Predator Interview 10

Baru pada akhir 2015 Predator kembali muncul ke permukaan. Dengan sigap, Acer meluncurkan sederetan device gaming di Indonesia dan segera meresmikan Predator Store. Tapi tidak bisa disangkal, langkah tersebut terasa sedikit terlambat. Di tengah absennya Predator, para kompetitor besarnya bermanuver lincah. Lalu untuk mengejar ketinggalan mereka, hal spesial apa yang Acer tawarkan buat para gamer?

Acer Predator Interview 3

Acer tentu saja sudah memikirkan hal tersebut, dan mengundang DailySocial ke kantor mereka di Jakarta untuk berbincang-bincang mengenai strategi mereka menginvasi kembali segmen gaming. Di sana, saya disambut oleh beberapa orang perwakilan dari tim Acer Indonesia. Obrolan saya mulai dengan pertanyaan: apa hal yang mendorong Acer menghadirkan lagi Predator di Indonesia?

Acer Predator Interview 1

Jawabannya tidak sulit ditebak. Menurut product manager Andreas Lesmana, pasar gaming di tanah air masih sangat menggiurkan. Kuantitasnya memang tidak setinggi produk mainstream, namun Acer melihat meningkatnya permintaan konsumen terhadap perangkat pendukung gaming secara konsisten.

Acer Predator Interview 10

Selanjutnya, untuk meningkatkan awareness gamer pada Predator sekaligus menyalip posisi para pesaingnya, Acer fokus pada sisi marketing. Sekarang mereka aktif dalam berbagai segmentasi gaming, contohnya adalah virtual reality, mengembangkan channel gaming, hingga melakukan kolaborasi bersama publisher game – setelah Riot Games, Acer kabarnya mulai melirik publisher lokal.

Acer Predator Interview 14

Device-device gaming Predator memang terkenal dengan performa tinggi dan harga yang premium, tersedia dalam berbagai pilihan: notebook, PC desktop, monitor, proyektor, gaming gear seperti keyboard dan mouse, bahkan hingga tas khusus gamer. Namun untuk 2017, Acer punya arahan baru, yaitu agenda buat membawa kapabilitas gaming mumpuni ke produk kelas menengah.

Acer Predator Interview 7

Acer Predator Interview 8

Lewat strategi tesrsebut, Predator tak lagi jadi satu-satunya brand gaming Acer di Indonesia. Laptop dan desktop Predator adalah produk buat hardcore gamer, yaitu perangkat-perangkat berspesifikasi sangat tinggi, umumnya dibanderol Rp 20 juta ke atas. Menariknya, ketersediaan teknologi Nvidia Pascal di notebook memungkinkan Acer meramu device non-Predator yang sanggup menangani game-game mainstream.

Acer Predator Interview 12

Membahas eSport, permainan-permainan multiplayer kompetitif merupakan judul terpopuler, tapi sebetulnya kita tidak membutuhkan komponen-komponen high-end untuk menjalankan mereka. Buat menunjang ranah eSport, Acer telah menyiapkan kejutan di tahun depan, sebuah konsep ‘Aspire rasa Predator’.

Acer Predator Interview 5

Mengkaji ranah hardcore gaming lebih rinci, product pre-sales manager Dimas Setyo bilang bahwa selain menghidangkan kinerja grafis dan olah data yang tinggi, perangkat di kelas ini juga harus memiliki kemampuan-kemampuan pendukung gaming: sistem pendingin andal, keyboard berfitur macro, monitor dengan teknologi Nvidia G-Sync, sampai keleluasaan upgrade RAM.

Acer Predator Interview 13

Sebagai contohnya, Dimas menunjukkan sejumlah pendekatan yang Acer implementasikan pada Predator 17. Untuk menyempurnakan pembuangan panas, notebook gaming ini dibekali Frostcore, yaitu pendingin tambahan yang bisa ditempatkan di slot optical disk drive. Lalu untuk casing-nya, Acer memilih bahan kombinasi plastik dan serat demi memastikan ia bisa bertahan dari sisi ’emosional’ para gamer.

“Jika memakai logam, laptop jadi lebih mudah bengkok dan baret,” kata Dimas.

Acer Predator Interview 11

Namun gamer tidak perlu memperlakukan perangkat Predator bak sepatu kaca. Dengan membelinya, user berhak memperoleh layanan after-sales premium, salah satunya adalah jasa servis on-site, berlaku di 79 kota dalam 34 provinsi. Jika terjadi apa-apa, teknisi – bukan consumer support biasa – akan siap membantu Anda.

Acer Predator Interview 4

Acer mengungkap hal menarik saat saya bertanya mengenai apa hero product di kelas Predator. Bukannya sekedar memasarkan perangkat yang berpotensi jadi best-selling, Acer fokus pada predikat VR Ready. Perlu Anda ketahui, kesiapan Acer suguhkan virtual reality tak sekedar pemenuhan sertifikasi kesanggupan menjalankan konten semata. Di bulan Mei 2015, tim asal Taiwan itu mengumumkan kerja sama dengan Starbreeze (developer The Cronicles of Riddick dan Payday 2) buat menggarap headset  StarVR.

Acer Predator Interview 6

Acer Predator Interview 9

Jadi itulah dia sejumlah strategi yang diterapkan Acer di momen invasi gelombang kedua mereka di pasar gaming Indonesia: menyajikan fitur lengkap dan performa tinggi di kelas hardcore serta jaminan gaming capable di level mainstream, menawarkan pilihan produk bervariasi demi memenuhi permintaan beragam kalangan gamer, serta tidak melupakan sisi layanan purna jual.

Saya pribadi sangat penasaran pada bagaimana Acer mengemas produk-produk gaming non-Predator setelah sebelumnya menyematkan titel ‘gaming‘ pada V Nitro. Selain Predator 21 X dan monitor berteknologi eye-tracking Z271T, Acer rencananya akan mengenalkan PC dan laptop gaming anyar di awal tahun 2017.

Terima kasih banyak pada tim Acer Indonesia atas kesempatan ini.

Teknologi Eye-Tracking dan Layar Curved Jadi Andalan Dua Produk Gaming Next-Gen Acer

Sempat hibernasi selama beberapa tahun, Acer akhirnya memutuskan buat ‘membangunkan’ Predator di penghujung 2015. Absennya perusahaan Taiwan ini dari segmen gaming nusantara membuat mereka sedikit tertinggal dari kompetitornya. Karena alasan itu, Acer perlu melakukan sebuah manuver besar demi memperlihatkan keseriusannya dalam kembali berkirprah di ranah ini.

Pertama-tama, mereka hadirkan lagi produk-produk hardcore gamer tahun lalu. Selanjutnya, Acer meresmikan Predator Store pertama di Indonesia di pertengahan 2016. Setelah pelan-pelan menyusul para rival, mungkin Anda sudah mendengar soal ‘gebrakan‘ yang Acer lakukan di IFA 2016 silam. Dan di minggu ini, Acer mengundang sejumlah media untuk menjajal dua produk next-gen mereka.

Predator Z271T 1

Kemampuan eye-tracking dan layar curved merupakan kesamaan dari dua perangkat tersebut, meski sebetulnya mereka sangat berbeda.

Predator Z271T

MSI tidak lagi jadi satu-satunya produsen gaming device di Indonesia yang memanfaatkan kecanggihan fitur eye-tracking Tobii. Acer membawa teknologi tersebut ke kelas DIY lewat monitor unik bernama Predator Z271T, mengombinasikannya bersama Nvidia G-Sync dalam konfigurasi teroptimal buat gamer PC.

Predator Z271T 4

Predator Z271T memang tidak mengusung desain ramping ber-frame tipis, namun setup-nya memberikan keunggulan bagi user. Monitor curved seluas 27-inci tersebut ditopang oleh stand fleksibel, memudahkan Anda menyesuaikan sudut agar permainan nyaman dipandang. Lalu di bagian bawah, Acer menyematkan modul pelacak gerakan mata besutan developer asal Swedia itu.

Predator Z271T 8

Di awal acara gathering tersebut, presales manager Acer Indonesia Dimas Setyo segera mengajak saya menjajal langsung kapabilitas eye-tracking Predator Z271T via mini game berjudul Blind Love. Permainan menantang Anda membantu petualangan singkat seekor tikus tanah dengan menyingkirkan penghalang serta hewan-hewan berbahaya menggunakan fokus mata.

Predator Z271T 3

Pengalamannya jauh lebih istimewa dari yang bisa saya ceritakan secara tertulis. Modul Tobii eye-tracking Z271T mampu membaca arah mata secara presisi, padahal saya tidak melakukan konfigurasi terlebih dulu. Mengenakan kacamata sama sekali tidak mengurangi tingkat keakuratannya, lalu monitor sanggup mendeteksi titik fokus di lokasi yang berdekatan – misalnya buat memutar sebuah objek.

Predator Z271T 7

Tanpa mengaktifkan fitur eye-tracking, Predator Z271T tetap merupakan monitor gaming mumpuni, mengusung tipe IPS LED 1920×1080 dengan tingkat kelengkungan 1800R dan color gamut sRGB 100 persen. Waktu responsnya sangat cepat, yakni 4ms GTG dan menyajikan refresh rate 144Hz. Viewing angle-nya luas (178 derajat), lalu pemakaiannya di waktu yang lama tidak membuat mata Anda cepat lelah karena monitor menyimpan fitur Bluelight Shield.

Predator Z271T 5

Selain itu, Nvidia G-Sync bertugas menyinkronkan GPU dengan refresh rate montor demi memastikan game Anda berjalan mulus: meminimalisir stutter dan keterlambatan input.

Predator Z271T 2

Predator 21 X

Acara ini juga merupakan tempat dipamerkannya Predator 21 X secara perdana di Indonesia, sebuah notebook gaming monster yang berada di batasan antara desktop replacement dan perangkat eksperimental. Di sana, Acer membubuhkan layar melengkung, keyboard mekanik, sepasang kartu grafis high-end Nvidia, prosesor Intel terbaru dan tak lupa eye-tracking Tobii Technology.

Predator 21 X 5

Predator 21 X 1

Walaupun sudah beroperasi, Predator 21 X tersebut merupakan unit prototype. Device belum mempunyai software Predator Sense, dan Acer juga belum menginstal permainan apapun sehingga performanya belum bisa ditakar. Laptop ini menghidangkan layar G-Sync melengkung seluas 21-inci beresolusi 2560×1920. Wujudnya sangat besar, dengan desain simetris berbumbu garis dan bidang bersudut tajam. Konon, bobotnya mencapai 8-kilogram.

Predator 21 X 4

Predator 21 X 2

Seperti MSI GT80 Titan, Acer menggunakan switch Cherry MX Brown di keyboard mekanik berpencayahaan RGB. Bedanya, ada lima tombol macro lagi di sebelah kiri papan ketik – profile-nya dapat Anda konfigurasi sendiri. Kemudian, solusi Acer untuk menyuguhkan keypad dan mousepad adalah lewat modul flip detachable, tersambung ke laptop via connector bermagnet. Baik sisi keypad dan mousepad turut dibekali LED RGB.

Predator 21 X 7

Predator 21 X 9

Predator 21 X 10

Di tubuh bongsornya, Acer menanamkan CPU Intel Core i7 generasi ke-7 ‘Kaby Lake’, dua buah GPU Nvidia GeForce 1080 via SLI, dan konfigurasi RAM hingga 64-gigabyte. Untuk ruang penyimpanan, Predator 21 X mendukung empat buah SSD ditambah satu hard disk. Demi memastikan komponen internal tetap sejuk, produsen memanfaatkan tiga kipas AeroBlade dipadu lima fan lagi dan delapan pipa pendingin.

Predator 21 X 8

Predator 21 X 11

Predator 21 X 6

Oh satu hal lagi: agar Predator 21 X dapat mengeluarkan seluruh kemampuannya, ia harus tersambung ke dua unit adaptor rakasa – lagi-lagi mengurangi level mobilitasnya.

Predator 21 X 3

Harga & ketersediaan

Rencananya Predator 21 X dan Predator Z271T baru akan tiba di Indonesia pada triwulan pertama 2017. Acer belum mengungkap info harga kedua produk, tapi dari rumor yang beredar, harga Predator 21 X boleh jadi mencapai Rp 100 juta. Lebih tinggi lagi dari Asus ROG GX700.

Predator

Multitasking Bukan Mustahil dengan Lenovo Laptop Gaming Seri IdeaPad Y900

Hiburan adalah salah satu kebutuhan yang, di dalam kemajuan zaman Internet, terus dibanjiri perkembangan-perkembangan produk. Dan, gaming masih menjadi aktivitas pilihan masyarakat–terkhusus kaum urban–dalam melepas penat dan memanjakan kebutuhan yang satu ini.

Demi menunjang hobi para gamer sekaligus tetap bertahan di era yang serba super sibuk ini, spesifikasi mumpuni pun tak pelak diperlukan. Ya, sebut saja kebutuhan gamer dari mulai Graphics Card Nvidia GeForce GTX 960M, resolusi 1980 x 1080, sampai kapasitas 1 TB. Semua itu tak jarang menjadi mimpi liar para penikmat game masa kini, agar hobi dan pekerjaan tetap berimbang.

Lenovo kini bisa mewujudkan mimpi liar tersebut, dengan seri laptop gaming teranyar Lenovo IdeaPad Y900. Spesifikasi perangkat gaming yang disebutkan di atas sepertinya terjawab sudah dengan Lenovo laptop gaming yang sudah diumumkan sejak Januari 2016 silam ini.

Ideapad_Y900_Body

Lenovo masih mempertahankan nilai-nilai keberhasilan dari seri IdeaPad Y700, seperti misalnya penggunaan Intel Core i7-6700HQ sebagai otak dari perangkat hiburan ini. Lalu, Anda juga masih bisa melihat game kesayangan Anda dengan resolusi 1920 x 1080 di layar yang lebih besar dari pendahulu Lenovo laptop gaming ini, yakni 17,3 inch.

Kemajuan perangkat juga bisa dirasakan di Lenovo IdeaPad Y700, terutama dalam performa dan tampilan. Di sini, Anda akan merasakan overclocking dengan graphics card NVIDIA GTX 980M yang bisa memanjakan mata dan merasa berada di dalam game–khususnya di first person shooter.

Ideapad_Y900_Hero_Shot_Win10_Mini_Star_Cortana_Product

Sering terganggu saat harus live streaming dan melihat strategi musuh saat gaming di waktu yang bersamaan? Atau, harus sesekali memeriksa pekerjaan saat sedang menunggu teman bergabung di sesi coop online game? Lenovo mendengarkan keluhan Anda ini dan hadir dengan solusi terbaik. Bila Anda merasa Intel Core i7-6700HQ masih kurang untuk mendorong performa, maka tekan saja tombol “Turbo” di ujung keyboard, dan rasakan kenikmatan gameplay yang menyegarkan.

Ideapad_Y900_Turbo Button

Semua fitur performa ini didukung sistem audio 3W Bass Subwoofer dan 2 x 2W JBL Speakers yang menghidupkan permainan Anda. Jadi, dengan seri terbaru IdeaPad Y900, sensasi Lenovo gaming laptop yang satu ini akan mengajak Anda untuk menjadi profesional dalam pekerjaan dan di arena permainan.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Lenovo.

Cuma Setebal 2,2 Cm, Razer Blade Pro Usung GPU GTX 1080 dan Keyboard Mekanik

Setelah mengakuisisi THX, Razer sepertinya masih belum mau berhenti jadi buah bibir. Mereka baru saja memperkenalkan Razer Blade Pro generasi teranyar, yang tidak lain merupakan laptop tercanggih yang pernah Razer buat sejauh ini. Jarak tiga tahun dengan pendahulunya sudah pasti berarti perubahan yang dibawa sangat signifikan.

Seperti versi tahun 2013, Razer Blade Pro baru ini juga sama-sama bongsor. Tidak heran, mengingat layarnya berukuran 17,3 inci. Bicara soal layar, Razer memakai panel IGZO beresolusi 4K yang didukung teknologi Nvidia G-Sync, plus sanggup menyajikan spektrum warna Adobe RGB dengan akurasi 100 persen.

Akan tetapi besar bukan berarti harus tebal. Entah bagaimana caranya, tebal bodi Razer Blade Pro generasi teranyar ini cuma sekitar 2,2 cm, padahal spesifikasinya bahkan jauh lebih sangar ketimbang desktop PC saya. Bobotnya pun tidak lebih dari 3,54 kg, dan sasis perangkat masih terbuat dari material aluminium unibody.

Tebal keseluruhan Razer Blade Pro tidak lebih dari 2,2 cm / Razer
Tebal keseluruhan Razer Blade Pro tidak lebih dari 2,2 cm / Razer

Terlepas dari keterbatasan ruang tersebut, Razer berhasil menjejalkan sederet komponen gaming kelas atas, dimulai oleh processor Intel Core i7-6700HQ, GPU Nvidia GeForce GTX 1080, RAM 32 GB DDR4, dan PCI M.2 SSD berkapasitas 2 TB. Singkat cerita, 4K gaming maupun VR gaming siap ia lahap tanpa kesulitan.

Lebih menarik lagi, Razer juga sukses menanamkan keyboard mekanik di dalam Blade Pro. Tentu saja desainnya berbeda dari keyboard mekanik standar, dimana tiap-tiap tuts-nya punya ukuran lebih tipis, tapi masih bisa memberikan efek tactile yang gamer suka dari keyboard mekanik.

Touchpad yang cukup lapang diposisikan di sebelah kanan keyboard. Tepat di atasnya, terdapat sebuah scroll wheel yang menurut saya sangat cerdas implementasinya. Sebagai pemanis, baik keyboard dan touchpad-nya bisa menyala dalam jutaan variasi warna berkat integrasi teknologi Razer Chroma.

Touchpad-nya ditempatkan di sisi kanan, lengkap beserta tombol multimedia dan scroll wheel / Razer
Touchpad-nya ditempatkan di sisi kanan, lengkap beserta tombol multimedia dan scroll wheel / Razer

Razer Blade Pro juga tidak pelit soal konektivitas. Di sisi kiri dan kanannya, Anda akan menjumpai tiga buah port USB 3.0, sebuah port Thunderbolt 3 yang juga merupakan port USB-C, HDMI 3.0, Ethernet dan slot SD card. Tidak berlebihan rasanya jika ia disebut sebagai pengganti desktop PC yang gampang dibawa-bawa.

Ada rupa ada harga; Anda butuh budget $3.699 untuk menebus laptop gaming kwalitet super ini. Pemasarannya dijadwalkan akan dimulai pada bulan November untuk kawasan Amerika Serikat dan Eropa.

Sumber: Razer.

Apakah Hanya Gamer yang Tertarik Pada Notebook Gaming? Ini Kata MSI

Keterbatasan ruang buat menampung hardware canggih membuat banyak orang beranggapan bahwa performa notebook gaming sulit menyaingi sepupunya yang lebih besar. Persepsi ini pelan-pelan berubah seiring tersedianya GPU mobile Nvidia GTX seri 900M, namun titik balik dari evolusi tersebut belum lama terjadi dengan kehadiran arsitektur Pascal di laptop gaming.

Semakin mainstream-nya kegiatan gaming, sebagian terbantu berkat meroketnya kepopularitasan eSport, mendorong semua pemain – besar dan kecil, brand baru maupun veteran – memberikan perhatian besar ke segmen tersebut. Tapi berbeda dari PC DIY dan home console, hingga sekarang mayoritas konsumen menganggap notebook gaming sebagai produk niche: mewah, mahal, dengan aspek fleksibilitas yang dipertanyakan.

MSI Notebook Gaming 8

Dari sana, kami di DailySocial mulai berdiskusi, mempertanyakan beberapa hal dasar seperti siapa saja orang yang memilih bermain di notebook gaming dan apakah hanya gamer kelas antusias yang tertarik pada produk itu? Mencoba mencari penjelasan dari pakarnya, saya menghubungi tim spesialis gaming yang belum lama ini merebut gelar produsen gaming notebook nomor satu di dunia, MSI.

Marketing manager Chien Kai Tseng dengan senang hati meluangkan waktu dan menyambut saya di kantor MSI Indonesia. Buat membuka bincang-bincang ini, saya bertanya bagaimana MSI melihat naiknya minat konsumen terhadap gaming notebook. Hanya ada segelintir gamer yang betul-betul dikaruniai modal besar, dan sebagai pemain utama di ranah itu, produk tentu bukan cuma difungsikan untuk ber-gaming saja bukan?

MSI Notebook Gaming 9

“Buat gambaran umumnya, kami di MSI Notebook menyediakan tiga kategori produk, yaitu Gaming Series, Workstation dan Prestige,” tutur pria dengan panggilan akrab Marcos itu. “Mereka mempunyai banyak fitur, dan mayoritas dihadirkan di perangkat gaming, yaitu fokus utama kami. Walaupun begitu, Workstation dan Prestige memang kami arahkan ke konsumen non-gamer. Misalnya jika menginginkan produk untuk desain profesional, jelas Anda membutuhkan tipe kartu grafis berbeda.”

MSI Notebook Gaming 2

Arahan ini membuat Prestige berada di posisi yang unik. Saya penasaran, setelah mengubah haluan branding, menggesernya agar condong ke gaming, apakah MSI akan terus memperkuat lineup Prestige? Perusahaan Taiwan ini malah melihat Prestige sebagai alternatif, khususnya jika Anda tidak menyukai warna hitam Gaming Series atau tidak memerlukan terlalu banyak fitur-fitur spesifik gaming. Target market dari Prestige malah lebih luas, meliputi profesional sampai gamer mainstream.

MSI Notebook Gaming 4

“Anda mungkin penasaran, mengapa ada banyak fitur yang mirip di ketiga kategori,” kata Marcos. “Itu karena kemampuan-kemampuan tersebut kami pilih seksama untuk menghidangkan pengalaman penggunaan terbaik. Hampir semua bisa ditemukan di Gaming Series, beberapa hadir di Prestige buat mendukung fungsi komersial dan hiburan multimedia – contohnya aspek visual, audio, sampai sistem kendali. Semuanya kami kembalikan ke kebutuhan konsumen.”

MSI Notebook Gaming 6

Lalu apakah hanya gamer yang tertarik pada MSI Gaming Series?

Marcos menyampaikan memang betul sebagian besar pembeli Gaming Series adalah para penikmat video game akut, namun ada sejumlah pekerja kreatif yang mengadopsi seri gaming untuk keperluan desain. Contohnya adalah keluarga GS, termasuk GS30 dan GS40. Para desainer memilih device karena ramping, ringan dan mudah dibawa-bawa, tetapi perangkat menyimpan performa sangat tinggi.

“Ada pula konsumen yang tiba-tiba datang. Ia bukanlah seorang gamer hardcore, tapi kemudian meminta model tercanggih dan termahal. Dan akhirnya ia membeli GT80 Titan,” kenang Marcos.

MSI Notebook Gaming 7

Meski gaming merupakan fokus utama MSI, apalagi dengan meningkatnya ketertarikan konsumen non-gamer terhadap laptop gaming, tidak berarti MSI meninggalkan Prestige di belakang. Karena jadi primadona, upgrade GPU GTX seri 10 diterapkan terlebih dahulu ke Gaming Series, namun Marcos menekankan, pembaruan juga akan diterapkan ke laptop non-gaming/multimedia demi mengikuti tren yang terjadi saat ini.

MSI Notebook Gaming 1

“Terlepas dari hal itu, Gaming Series kami sendiri menyediakan pilihan paling komprehensif, dari yang termahal sampai paling terjangkau. Seri GL kami jajakan di harga mulai dari Rp 9,99 juta,” jelas Marcos. “Semuanya terbuka untuk pasar, baik buat gamer, non-gamer, seluruh pengguna.”

MSI Notebook Gaming 10

Namun hingga saat ini, keluarga GE Series masih menjadi model terlaris MSI. Alasannya sederhana: karena tipe tersebut mempunyai konfigurasi produk terbanyak, dari mulai salah satu model jangkau bertenaga GTX 960M, edisi terbatas Heroes of the Storm, sampai tipe teranyar yang siap menyajikan konten virutal reality dengan berbekal GTX 1060-nya; disuguhkan bersama bersama dua opsi layar terfavorit, yaitu 15- dan 17-inci.

MSI Notebook Gaming 3

Saya mendapatkan sebuah perspektif menarik dari cara Micro-Star International menghidangkan produk: mereka menganggap gaming sebagai sebuah standar paling tinggi; jadi jika kriteria di kelas tersebut bisa tercapai, maka semua hal di bawah level itu dapat terpenuhi.

Terima kasih pada Marcos Tseng dan seluruh tim MSI Indonesia atas waktunya.

MSI Notebook Gaming 5

Asus Perkenalkan Laptop Gaming ROG Strix 17-Inci yang Ramping, Stylish dan Bertenaga

Sudah satu dekade berlalu setelah Asus memperkenalkan Republic of Gamers, dan kini ia diakui sebagai salah satu nama terbesar di segmen gaming. Tapi ROG bukanlah satu-satunya brand gaming sang produsen Taiwan, mereka juga mempunyai Strix, produknya meliputi periferal sampai kartu grafis. Dan di bulan April, muncullah notebook yang mengusung kedua brand.

Notebook ROG Strix berpedoman pada arahan desain keluarga Strix. Ketika pada ROG biasa, Asus sama sekali tidak segan-segan bereksperimen, ROG Strix dirancang dalam wujud ramping dan stylish tanpa mengorbankan performa. Bulan Agustus lalu mungkin Anda telah mendengar rencana Asus meng-upgrade deretan laptop gaming mereka dengan Nvidia GTX seri 10, salah satunya ialah ROG Strix GL502. Dan kali ini, Asus menyingkap varian 17-incinya, dinamai ROG Strix GL702VM.

Asus ROG Strix GL702VM 3

Dari perspektif desain, ROG Strix GL702VM hampir identik dengan GL502, namun dibekali panel lebih luas. Efeknya adalah device terlihat tipis karena Asus mampu menjaga ketebalannya di angka 24.7-milimeter. Tambahan lebar memang mengurangi level mobilitas GL702VM, tapi Asus mengklaim notebook ini tetap ultra-portable, mudah diselipkan dalam tas, serta tidak terlalu membebani punggung karena bobotnya hanya 2.7kg – sempurna untuk event LAN party.

Tentu saja Asus mendandai GL702VM dengan penampilan khas ROG Strix: warna oranye terang menggantikan merah, diterapkan pada LED di punggung laptop, huruf-huruf di keyboard, sampai key-cap WASD.

Asus ROG Strix GL702VM 2

Anda dihidangkan layar 17-3-inci anti-glare dengan teknologi Nvidia G-Sync dan NTSC 72 persen. Panel tersebut merupakan salah satu keunggulan laptop karena berapapun frame rate yang Anda dapatkan, G-Sync memastikan visual game tetap terhidang nyaman, tanpa tearing maupun stuttering. Seperti model GL702, konsumen ditawarkan pilihan display beresolusi 3840X2160 atau full-HD 1920×1080.

Asus ROG Strix GL702VM 1

ROG Strix GL702VM dipersenjatai dua tipe prosesor, yakni Intel Core i5-6300HQ atau i7-6700HQ, dengan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1060, RAM DDR4 32GB, penyimpanan SSD 128GB/256GB/512GB plus hard drive 1TB, dan ada baterai 76WHrs build-in di dalam. Terdapat tiga kipas dan dua heat pipe demi menjaga sistem selalu sejuk – satu unit ‘boost‘ diletakkan di atas GTX 1060 agar tetap berjalan optimal meski dibebani tugas berat.

Produk sudah bisa dipesan melalui Amazon dan Newegg. Versi i7 dengan RAM 16GB-nya dibanderol seharga mulai dari US$ 1.400. Kabarnya, proses distribusi Asus ROG Strix GL702VM akan dilakukan di akhir minggu ini.

Sumber: Asus.

 

Resmi ‘VR Ready’, Nvidia GeForce GTX Seri 10 Hadir di Tiga Notebook Alienware Baru

Saat ini merupakan masa-masa terbaik bagi ‘PC master race‘; beragam teknologi baru bermunculan, memungkinkan device yang dahulu sering diremehkan sanggup menopang VR. Para produsen notebook gaming Taiwan telah lebih dulu menyematkan GPU anyar Nvidia, dan kali ini giliran sang pionir asal Amerika, bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-20.

Di ajang PAX East 2016, Alienware menyingkap penjelmaan terkini dari tiga laptop andalan mereka, yakni Alienware 17, 15 dan 13. Anak perusahaan Dell spesialis gaming itu membekali produk dengan sejumlah fitur baru, dan tak lupa membubuhkan kartu grafis berarsitektur Pascal milik Nvidia di dalam, memastikan perangkat-perangkat tersebut siap tangani HTC Vive dan Oculus Rift.

Alienware 2

Dari ketiga perangkat tersebut, versi baru Alienware 13 ialah yang paling misterius. Di situs Dell, laptop gaming 13-inci ini masih dipersenjatai GTX 960M, sedangkan di press release, produsen menjanjikan GTX seri 10 (kemungkinan besar GTX 1060). Ia masih menjadi notebook berukuran termungil racikan Alienware, dipadu ‘rancangan agresif’, ‘kemampuan sajikan game di resolusi tinggi’, dan sistem pencahayaan LED berisi ‘triliunan kombinasi’.

Alienware 1

Alienware 15 berada satu tingkat di atasnya, mengusung layar seluas 15,6-inci dengan dukungan refresh rate 120Hz dan Nvidia G-Sync. Anda bisa memilih tipe panel full-HD atau 4K IGZO (mirip Razer Blade Stealth). Rencananya, Alienware berniat mencantumkan GeForce GTX 1060, tetapi berdasarkan info dari The Verge, terdapat pula opsi GTX 1070. Menariknya lagi, ada alternatif kartu grafis dari AMD – merupakan bagian dari kerja sama kedua perusahaan.

Alienware 4

Primadona dari keluarga laptop gaming Dell adalah Alienware 17. Produk memang tidak ‘se-gila’ Predator 21 X, namun Alienware tak lupa mempersenjatainya dengan teknologi-teknologi mutakhir, salah satunya ialah hasil kolaborasi eksklusif bersama tim pencipta Tobii eye-tracking. Device tak hanya mampu melacak gerakan dan arah mata, tapi diracik agar terintegrasi ke sistem pencahayaan AlienFX: warna-warni dan pola LED akan berubah tergantung dari ke mana Anda melihat, lalu device dapat diaktifkan cukup dengan menatap logo Alienware.

Alienware 3

Di dalam Alienware 17, Anda akan menemukan GPU GeForce GTX 1070 atau 1080, dipadu prosesor Intel Core seri K yang di-overclock (boleh jadi Intel Kaby Lake) dan memori RAM DDR4 2667MHz. Paket penjualan Alieware 17 juga disertai satu kopi permainan Watch Dogs 2 dari Ubisoft. Beberapa game besutan Ubisoft sebelumnya (The Division, Assassin’s Creed Syndicate) sudah mendukung Tobii, jadi tidak aneh jika fitur eye-tracking juga ditemui di sana.

Alienware belum mengumumkan harga dari masing-masing produk, namun kabarnya, ketiga notebook gaming tersebut akan mulai tersedia di akhir bulan September.

Sumber tambahan: Guru 3D.