Setelah BRI, Giliran BRI Agro Masuk sebagai “Lender Institusi” di Modal Rakyat

Setelah BRI, kini BRI Agro masuk ke dalam jajaran lender institusi di Modal Rakyat dengan komitmen awal pembiayaan sebesar Rp50 miliar. Bagi BRI Agro, langkah strategis ini menjadi cara diversifikasi pembiayaan untuk mendukung UKM dari berbagai sektor bisnis.

Direktur Utama BRI Agro Ebeneser Girsang menerangkan, inisiatif yang sudah dijalankan perusahaan pada tahun ini menunjukkan hasil yang positif. Oleh karena itu, akan terus diperluas jangkauannya dengan beberapa fintech lainnya, termasuk Modal Rakyat.

“Sejalan dengan strategi perusahaan untuk melakukan kerja sama dengan pihak ketiga dalam rangka cross selling produk-produk BRI Agro, maka kami memilih fintech/p2p lending untuk mengembangkan bisnis selagi kami mempersiapkan model bisnis baru untuk menjadi digital attacker sesuai dengan aspirasi BRI Group,” ungkap dia dalam keterangan resmi, kemarin (5/11).

CEO Modal Rakyat Hendoko Kwik menambahkan, dukungan BRI Agro ini membuat mereka semakin mantap dan yakin pada model bisnisnya sebagai agregator modal kerja untuk para UKM yang membutuhkan.

“Bersama dengan dukungan bank sebagai institusi keuangan yang lebih dewasa, niscaya mimpi Modal Rakyat membantu terwujudnya inklusi keuangan di Indonesia yang semakin cepat tercapai,” ucapnya.

Pembiayaan yang diberikan BRI Agro akan diarahkan untuk membiayai pelaku UKM yang terdaftar di Modal Rakyat dengan nilai maksimal Rp2 miliar per pinjaman. Sektor bisnis tidak terbatas disalurkan ke agrikultur saja, namun juga bisa ke sektor lain seperti logistik, konstruksi, kesehatan, dan teknologi.

Sejak berdiri pada 2018, Modal Rakyat telah menyalurkan pembiayaan lebih dari Rp640 miliar kepada lebih dari 20 ribu pelaku UKM di seluruh Indonesia. Sektor dengan pembiayaan terbesar datang dari IT (47%) dan perdagangan (29%).

Pembiayaan ini dilakukan secara gotong royong, memadukan pendana dari individu dan institusi. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 45 ribu pendana individu dan sembilan pendana institusi di Modal Rakyat.

Bagian dari sinergi

Masuknya BRI dan BRI Agro, sebenarnya adalah lanjutan dari hasil investasi yang dilakukan oleh BRI Ventures ke Payfazz beberapa waktu lalu. Dikonfirmasi oleh pihak BRI Ventures, unit CVC tersebut hanya masuk ke dalam holding Fazz Financial. Sehingga kemitraan di bawahnya dijalankan di bawah holding.

Fazz Financial adalah perusahaan holding yang menaungi Payfazz dan perusahaan lainnya, termasuk Modal Rakyat, mengingat masing-masing pimpinan saling-silang menjadi komisaris.

Payfazz yang digawangi oleh Hendra Kwik, juga menjabat sebagai komsiaris di Modal Rakyat, perusahaan yang dipimpin oleh saudaranya Hendoko Kwik. Hendoko juga menjadi komisaris di Verihubs, startup e-KYC.

Pun Payfazz juga kini memiliki portofolio sendiri yang ia investasi sendiri untuk startup pencatat utang Credibook pada awal tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

BRI Is Now Listed as an Institutional Lender in Modal Rakyat

Modal Rakyat added BRI to the list of institutional lenders. BRI’s initial commitment was to channel funds of IDR 30 billion for micro-businesses through Modal Rakyat.

Modal Rakyat’s Co-Founder, Stanislaus MC Tandelilin explained that this is a form of collaboration between banking and p2p lending. All financing from BRI will be focused on micro-businesses with an average distribution value of IDR 250 million.

“We are very fortunate to have BRI’s trust. We hope this collaboration can accelerate financial inclusion, especially MSME players in the midst of a pandemic situation,” he explained in an official statement, Tuesday (13/10).

On a separate occasion, Stanis said to DailySocial that this collaboration was not part of the synergy between BRI and Payfazz. “Not related. PT Modal Rakyat collaborates independently with BRI.”

BRI, through BRI Ventures, was involved in a Series B funding round at Payfazz worth $53 million in July 2020. Payfazz, led by Hendra Kwik, also serves as a commissioner at Modal Rakyat, a company led by his brother Hendoko Kwik.

Furthermore, Stanis admitted that he would continue to add other institutional lenders, the closest is to link up BPR. Currently, there are nine institutions that have channeled their funds through Modal Rakyat, they come from multi-finance, corporate, and fintech. Unfortunately, they can reveal these companies yet.

The focus shifting on seeking institutional lenders is reflected in the current condition, there has been a downward trend in individual lenders. However, Stanis did not elaborate on the cause. “However, institutional lenders are starting to rise and now the majority of Modal Rakyat funding is supported by institutions. We are also exploring collaboration with BPRs.”

The total lenders registered in Modal Rakyat has reached more than 45 thousand people. Since getting a license from OJK in June 2018, the company has channeled loans of more than IDR 550 billion to 4 thousand borrowers throughout Indonesia.

The company is engaged in a productive business with loan interest ranging from 12% – 30% per year and a nominal loan of between IDR 500 thousand to IDR 2 billion. Borrowers only need to include their personal identity (KTP and NPWP), company legality data (if not an individual business), and have a bank account.

The trend of making benefit from Institution fund

In fact, individual lenders have much heavier management efforts than institutions. The reason is, companies must carry out an educational process through customer service to help guide risks and consultations, especially if they are just starting out the investment industry in p2p lending.

Meanwhile, institutional lenders are more familiar with the risks in this sector. For fintech making benefit from this massive fund, they will have the flexibility for they can distribute loans faster according to the target customers by each lender.

With these various advantages and disadvantages, eventually encourage some p2p lending platforms to combine the two in order to realize the spirit of financial inclusion. In previous reports, UangTeman announced Bank Sampoerna as one of its lenders.

Also, there are several other companies, including KoinWorks, which collaborate with Bank BTN, Bank Sampoerna, and Bank CIMB Niaga. Investee in collaboration with BRI Agro, Bank Mandiri, Bank BRI, and seven other institutions from financial services and investors from abroad.

Next, Modalku in collaboration with Bank Varia, Bank Sinarmas, BPR Bekasi Binatanjung, and BPR Sukawati Pancakanti. Finally, Akseleran, which collaborated with Mandiri Tunas Finance, Bank Mandiri, and Bank J Trust.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BRI Kini Masuk Sebagai “Lender Institusi” di Modal Rakyat

Modal Rakyat menambah BRI ke dalam jajaran portofolio lender institusi yang terbaru. Komitmen awal BRI adalah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp30 miliar untuk usaha mikro melalui Modal Rakyat.

Co-Founder Modal Rakyat Stanislaus MC Tandelilin menerangkan, kolaborasi dari kedua perusahaan ini adalah wujud kolaborasi antara perbankan dengan p2p lending. Seluruh pembiayaan dari BRI ini akan difokuskan untuk usaha mikro dengan nilai penyaluran rata-rata Rp250 juta.

“Kami sangatlah beruntung bisa mendapat kepercayaan dari BRI. Kami berharap kerja sama ini bisa mengakselerasi inklusi keuangan, terutama para pelaku UMKM dalam menghadapi situasi pandemi,” terangnya dalam keterangan resmi, Selasa (13/10).

Secara terpisah, kepada DailySocial, Stanis menegaskan kerja sama ini bukanlah bagian dari sinergi antara BRI dengan Payfazz. “Tidak berkaitan. PT Modal Rakyat bekerja sama secara mandiri langsung dengan pihak BRI.”

BRI, melalui BRI Ventures, terlibat dalam putaran pendanaan Seri B di Payfazz senilai $53 juta pada Juli 2020. Payfazz yang digawangi oleh Hendra Kwik, juga menjabat sebagai komisaris di Modal Rakyat, perusahaan yang dipimpin oleh saudaranya Hendoko Kwik.

Setelah BRI, Stanis mengaku akan terus menambah lender institusi lainnya, yang terdekat adalah menggaet BPR. Saat ini ada sembilan institusi yang sudah menyalurkan dananya melalui Modal Rakyat, mereka datang dari multifinance, korporat, dan fintech. Sayangnya, nama-nama dari perusahaan ini tidak bisa disebutkan.

Perubahan fokus mencari lender institusi ini terefleksi dari kondisi saat ini, terjadi tren penurunan lender individu. Namun Stanis tidak merinci lebih jauh penyebab penurunan tersebut. “Namun lender institusi mulai naik dan kini mayoritas pendanaan Modal Rakyat didukung oleh institusi. Kami juga sedang menjajaki kerja sama dengan BPR.”

Adapun total lender yang terdaftar di Modal Rakyat berjumlah lebih dari 45 ribu orang. Sejak terdaftar di OJK pada Juni 2018, perusahaan telah menyalurkan pinjaman lebih dari Rp550 miliar kepada 4 ribu peminjam di seluruh Indonesia.

Perusahaan bermain di usaha produktif dengan bunga pinjaman mulai dari 12% – 30% per tahun dan nominal pinjaman antara Rp500 ribu sampai Rp2 miliar. Peminjam cukup mencantumkan identitas diri (KTP dan NPWP), data legalitas perusahaan (bila bukan usaha perorangan), dan memiliki rekening bank.

Tren manfaatkan dana institusi

Lender individu memang di satu sisi effort pengelolaannya jauh lebih berat daripada institusi. Pasalnya, perusahaan harus melakukan proses edukasi lewat customer service untuk membantu pengarahan risiko dan konsultasi, apalagi bila mereka baru terjun ke dunia investasi di p2p lending.

Sementara itu, lender institusi sudah lebih paham dengan risiko di sektor tersebut. Bagi fintech yang memanfaatkan dana jumbo ini mereka akan mendapat keleluasaan karena dapat lebih cepat menyalurkan pinjaman sesuai dengan target nasabah yang dibidik oleh tiap lender.

Dengan beragam kelebihan dan kekurangan ini, akhirnya membuat sebagian platform p2p lending memutuskan untuk memadukan antara keduanya agar semangat inklusi keuangan tetap terwujud. Dalam pemberitaan sebelumnya, ada UangTeman yang mengumumkan Bank Sampoerna sebagai salah satu lender-nya.

Lalu, beberapa perusahaan lainnya, ada KoinWorks yang gandeng Bank BTN, Bank Sampoerna, dan Bank CIMB Niaga. Investree yang bekerja sama dengan BRI Agro, Bank Mandiri, Bank BRI, dan tujuh institusi lainnya dari jasa keuangan dan investor dari luar negeri.

Berikutnya, Modalku yang bekerja sama dengan Bank Varia, Bank Sinarmas, BPR Bekasi Binatanjung, dan BPR Sukawati Pancakanti. Terakhir, Akseleran yang menggandeng Mandiri Tunas Finance, Bank Mandiri, dan Bank J Trust.

Application Information Will Show Up Here

Makin Gencar Berikan Pinjaman Produktif, UangTeman Tambah Lender Institusi

UangTeman mengumumkan Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) sebagai lender institusi. Komitmen dana yang disalurkan dirahasiakan, namun dianggap signifikan untuk membantu pengusaha mikro.

VP Corporate Finance & Investor Relations UangTeman Irfan Sidik menerangkan, nominal dana tersebut cukup signifikan dan diharapkan mampu membantu masyarakat yang akan memulai usaha kecilnya untuk mendapatkan pendanaan dengan cepat dan bertanggung jawab.

Dia melanjutkan, kerja sama ini menjadi salah satu bukti kolaborasi yang saling bermanfaat antara fintech lending dan perbankan untuk menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat. Inisiatif ini juga sejalan dengan komitmen industri keuangan dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Menurutnya, peran fintech lending di masa pandemi masih menjadi peluang yang baik karena teknologi digital yang mereka gunakan dapat menyasar masyarakat luas dengan akurat dan cepat. “Kegiatan ini juga menjadi strategi jangka panjang kami untuk memberikan fasilitas pembiayaan yang mudah dan cepat,” kata dia dalam keterangan resmi, kemarin (7/10).

Berkaitan dengan itu, UangTeman merilis dua produk baru untuk membantu pelaku usaha mikro yang terkena dampak pandemi. Kedua produk itu adalah Installment dan Lite Installment.

Peminjam memiliki durasi pengembalian yang lebih panjang dari produk sebelumnya sekitar 10 hari-30 hari. Installment memberikan pinjaman dengan tenor tiga bulan, sementara Lite Installment maksimal hingga enam bulan.

Untuk nominal pinjaman meningkat jadi Rp20 juta dari produk sebelumnya yaitu mulai dari Rp1 juta hingga Rp8 juta. UangTeman mulai masuk ke kredit produktif dan membiayai usaha mikro, saat mereka baru berdiri di 2015 aktif membiayai kredit konsumtif.

OJK menerbitkan aturan yang mewajibkan penyelenggara fintech lending menyalurkan 20% portofolionya ke sektor produktif. Namun, dalam data OJK terpampang mayoritas penyaluran kredit lari ke sektor konsumtif sebanyak 66% dari Rp113,46 triliun per Juni 2020.

Oleh karenanya, OJK mendorong fintech lending berkolaborasi dengan perbankan dan pemerintah untuk meningkatkan kontribusinya.

Manfaatkan dana dari institusi

Tak hanya UangTeman, memanfaatkan dana dari institusi sebagai lender (Super lender) kini menjadi suatu strategi yang cukup penting buat fintech lending. Beberapa perusahaan lainnya, ada KoinWorks yang gandeng Bank BTN, Bank Sampoerna, dan Bank CIMB Niaga.

Disebutkan portofolio lender institusi di KoinWorks kini memegang 30% dari total penyaluran keseluruhan. Kebanyakan institusi yang bergabung berasal dari perbankan dan multifinance.

Selanjutnya, ada Investree yang bekerja sama dengan BRI Agro, Bank Mandiri, Bank BRI, dan tujuh institusi lainnya dari jasa keuangan dan investor dari luar negeri. Berikutnya, Modalku yang bekerja sama dengan Bank Varia, Bank Sinarmas, BPR Bekasi Binatanjung, dan BPR Sukawati Pancakanti. Terakhir, Akseleran yang menggandeng Mandiri Tunas Finance, Bank Mandiri, dan Bank J Trust.

Bagi fintech yang memanfaatkan lender institusi ini mereka akan mendapat keleluasaan karena dana jumbo tersebut dapat lebih cepat menyalurkan pinjaman sesuai dengan target nasabah yang dibidik oleh tiap lender. Sementara bagi institusi, mereka dapat meminimalisir risiko gagal bayar dan mendapat calon nasabah baru lewat fintech.

Application Information Will Show Up Here

Lendable Officially Connects as KoinWorks’ Institutional Lenders, Pouring 149 Billion Rupiah

KoinWorks has scored another funding in a loan form (debt fund) worth $10 million (equivalent to 149 billion Rupiah) from UK-based institution-lender for developing countries, Lendable. This also adds Lendable to the list of institutional lenders invested on the KoinWorks platform.

KoinWorks Co-Founder & CEO Benedicto Haryono said this funding is to be used to build strong businesses of Indonesian digital SMEs.

“In fact, through the support of thousands of retail lenders and other financial institutions that have been together to encourage the growth of digital SME businesses, especially in the pandemic situation,” he said as quoted from an official statement on Monday (5/18).

Thanks to this additional capital, KoinWorks CFO Mark Bruny said that he was confident because he has succeeded in proving that even though the industry is facing the hard times by Covid-19, the company’s capital is still going strong.

Lendable’s CEO Daniel Goldfarb revealed this funding was his debut in Asia, KoinWorks was his first portfolio. “In the current turbulent times, Lendable continues to support the unbanked and underbanked segments of society by providing funding through fintech companies that provide valuable services to them.”

As history speaks, Lendable was founded in 2015, providing commercial financing to fintech companies in Africa and Asia, including off-grid energy companies, SME lenders, consumer loans, and corporate asset financing. It is claimed they have funded more than $ 50 million for fintech which encourages financial inclusion.

Prior to Lendable, KoinWorks recently received funding under two schemes, loans and equity with a total value of $20 million (316 billion Rupiah). In terms of lenders, it’s coming from two financial institutions from Europe, one of them is global banking from the Netherlands, Triodos Bank.

In a previous interview with DailySocial, KoinWorks confirmed that they would announce new global institutional lenders at the end of last year. Currently, there were only local financial institutions, including Sampoerna and Bank CIMB Niaga.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Lendable Bergabung Jadi “Institutional Lender” KoinWorks, Beri Pendanaan 149 Miliar Rupiah

KoinWorks kembali mengumumkan pendanaan berbentuk pinjaman (debt fund) senilai $10 juta (setara 149 miliar Rupiah) dari institusi penyedia pinjaman untuk negara berkembang asal Inggris, Lendable. Pengumuman ini sekaligus menambah Lendable ke dalam daftar institutional lender yang menaruh dananya ke platform KoinWorks.

Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono mengatakan, pendanaan ini akan digunakan untuk memperkuat bisnis yang dijalankan pelaku UKM digital Indonesia.

“Tentunya, juga melalui dukungan dari ribuan pendana ritel dan institusi keuangan lain yang selama ini telah bersama mendorong pertumbuhan bisnis UKM digital, terutama di masa pandemi,” katanya mengutip dari keterangan resmi, Senin (18/5).

Berkat tambahan modal ini, CFO KoinWorks Mark Bruny menuturkan pihaknya percaya diri karena berhasil membuktikan, meskipun dunia dilanda Covid-19, modal perusahaan masih terjaga kuat.

CEO Lendable Daniel Goldfarb mengungkapkan, pendanaan ini merupakan debutnya di Asia, KoinWorks adalah portofolio pertamanya. “Di masa yang bergejolak saat ini, Lendable terus mendukung segmen masyarakat unbanked dan underbanked dengan menyediakan pendanaan melalui perusahaan fintech yang memberikan layanan berharga untuk mereka.”

Dalam kiprahnya, Lendable berdiri sejak 2015, memberikan pembiayaan komersial kepada perusahaan fintech di Afrika dan Asia, termasuk perusahaan energi off-grid, pemberi pinjaman UKM, pinjaman konsumen, dan pembiayaan aset perusahaan. Diklaim mereka telah mendanai lebih dari $50 juta untuk fintech yang mendorong inklusi keuangan.

Sebelum Lendable, KoinWorks baru-baru ini menerima pendanaan dalam dua skema, yakni pinjaman dan ekuitas dengan nilai total $20 juta (316 miliar Rupiah). Untuk pemberi pinjaman, datang dari dua institusi finansial asal Eropa, salah satunya adalah Triodos Bank, perbankan global asal Belanda.

Dalam wawancara bersama DailySocial sebelumnya, pihak KoinWorks mengonfirmasi bahwa mereka akan menambah deretan institutional lender dari luar negeri pada akhir tahun lalu. Sebelumnya baru ada institusi finansial lokal, termasuk Sampoerna dan Bank CIMB Niaga.

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Segera Tambah Lender Institusi dari Luar Negeri Tahun Depan

KoinWorks mengungkapkan segera menambah portofolio lender institusi dari luar negeri mulai tahun depan. Disebutkan ada dua calon lender potensial yang segera diumumkan paling lambat kuartal pertama tahun 2020.

Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono masih enggan mendetailkan identitas calon lender-nya tersebut. Namun, penambahan lender ini menjadi strategi perusahaan dalam meningkatkan angka penyaluran pinjaman kepada para borrower.

Dia menjelaskan perusahaan sudah menarik lender institusi sejak awal 2018, ditandai dengan masuknya Saison Modern Finance. Lalu pada pertengahan tahun bergabung Bank Mandiri.

“Tahun ini ada Sampoerna dan Bank CIMB Niaga. Kita sudah ada lagi yang [lender institusi] internasional. Realisasi mungkin kuartal pertama 2020,” katanya kepada DailySocial, Jumat (20/12).

Benedicto enggan menyebut total fasilitas kredit yang didapat dari lender institusinya tersebut. Akan tetapi, bila ditotal untuk selurahnya sudah lebih dari Rp100 miliar.

Kontribusinya terhadap penyaluran pembiayaan masih terbilang belum mendominasi, sekitar 30% dibandingkan lender ritel 70%. Akan tetapi, perusahaan justru tidak ingin mengubah komposisi lender institusi lebih dominan karena ada perbedaan dari sisi perilaku dan preferensi produk.

“Justru kami lihat [lender] ritel dan institusi akan saling melengkapi karena behaviour dan product preference berbeda.”

Hingga November 2019, pertumbuhan penyaluran pinjaman di KoinWorks mencapai 317% secara year on year, dengan nominal rata-rata per bulannya Rp250 miliar. Dari sisi pengguna (borrower) meningkat 178%. Persebaran borrower mayoritas tersebar di Jawa (59,44%), Sumatera (21,30%), dan Kalimantan (7,75%).

Melihat besarnya antusias pengguna di Jawa yang cukup besar, perusahaan membuka tiga kantor cabang di Yogyakarta, Surabaya, dan Bandung. Total karyawan mencapai lebih dari 230 orang.

Kabar terakhir, perusahaan mengantongi izin usaha dari OJK sebagai perusahaan p2p lending. Secara total ada 25 perusahaan yang memiliki izin dari OJK, dari total 144 perusahaan yang mengantongi status terdaftar.

Application Information Will Show Up Here