KlikGazz Memperkenalkan Marketplace untuk Kebutuhan Gas Elpiji dan Galon

Berawal dari pemikiran sederhana di mana air minum galon dan tabung gas elpiji menjadi kebutuhan pokok di berbagai kalangan masyarakat, hadir sebuah online marketplace yang diperuntukkan bagi kebutuhan rumah tangga. Platform ini dikembangkan oleh Teguh Bayu Widodo (COO), Edward Hilman (CEO), dan David JM (CTO).

Berdiri sejak November 2017, PT. Klik Gas Indonesia (KlikGazz) merupakan hasil merger dari PT. Raja Rumah International (RAJA RUMAH) dengan YS Gass yang sudah berjalan sejak 10 Juni 2009. Perusahaan ini mengawali operasionalnya di Bandung, sebelum akhirnya menjadi bagian dari program inkubator milik PT. Sinar Mas Land, yakni Living Lab Ventures.

Teguh Bayu Widodo selaku COO KlikGazz melihat tingginya angka pertumbuhan penduduk di Indonesia tidak diimbangi dengan ketersediaan produk-produk kebutuhan rumah tangga, utamanya air galon dan gas elpiji yang memadai. Kehadiran KlikGazz diharapkan bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan lebih mudah, cepat, dan terjangkau.

Di samping itu, Bayu juga menemukan fakta bahwa banyak orang yang masih kesulitan untuk mendapatkan pasokan galon dan gas dengan cepat. Proses penjualan di sektor ini juga dinilai masih sangat manual. KlikGazz ingin menciptakan jalur distribusi yang lebih efisien juga pengalaman yang lebih seamless bagi pengguna dalam pemesanan air galon dan gas elpiji.

Selain menyediakan layanan untuk pelanggan atau end user, perusahaan juga membuka peluang untuk para pengusaha yang ingin menjadi merchant tanpa memungut biaya tambahan. Para mitra akan dilengkapi dengan aplikasi yang dapat menerima notifikasi dan mengingatkan pesanan. “Mereka hanya perlu modal untuk galon dan tabung saja,” tambah Bayu.

KlikGazz memiliki model bisnis sebagai platform-as-a-service yang menghubungkan distributor dengan pelanggan. Keunggulan yang ditawarkan adalah proses pemesanan yang mudah dan cepat sekaligus pemasangan gas dan galon gratis. Barang yang disediakan juga lengkap untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat.

Perusahaan juga telah bermitra dengan supplier gas elpiji terpercaya seperti Pertamina dan Himpunan Asosiasi Pengusaha Gas. Untuk produk-produk galon, KlikGazz sudah bekerja sama dengan Danone (Aqua, Amidis, Vit).

Bagi pengguna yang ingin menikmati layanan KlikGazz dapat langsung mengunduh aplikasinya (saat ini hanya tersedia di platform Android), melengkapi form registrasi, lalu melakukan pemesanan air galon atau gas elpiji tanpa minimal pemesanan. Pesanan akan segera diantarkan ke alamat tujuan dengan biaya pengiriman mulai dari Rp5.000.

Dari sisi pasar, KlikGazz bersaing langsung dengan toko-toko sembako konvensional atau minimarket yang juga menyediakan layanan yang sama. Selain itu juga ada jaringan Mitra Bukalapak yang semakin memperluas layanannya dan hingga kini telah menjangkau sekitar 8,7 juta mitra di seluruh Indonesia.

Target ke depan

Saat ini, KlikGazz masih menjalani masa inkubasi dalam program inkubator Living Lab Ventures di bawah Grup Sinarmas melalui Sinarmas Land Limited (bersama dengan anak perusahaan dan afiliasinya, “Sinar Mas Land”). Program ini memiliki tiga aspek teknologi utama, yakni Smart Technologies, Digital Life, dan Mobility untuk membangun ekosistem digital yang menyeluruh.

Sumber: KlikGazz

Menurut Bayu Seto selaku Partner dari Living Lab Ventures, perusahaan saat ini tengah mencari platform yang dapat memberikan dampak kepada problem statement yang dimiliki oleh penghuni kota. “Kita coba cari solusi yang city centric-driven. Di samping itu, kami juga melihat path to profitability dari startup tersebut, model bisnis, serta founder yang mumpuni.”

Ke depannya, perusahaan juga akan memperluas jangkauan layanan ke delapan wilayah baru selain Bandung dan BSD, termasuk Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, Medan, Makassar, dan Malang. Hingga saat ini, KlikGazz telah memiliki lebih dari 50 mitra di BSD dan Bandung. Targetnya, di tahun depan sudah bisa menjangkau 400 mitra untuk di BSD saja.

KlikGazz sendiri saat ini tengah dalam tahap penggalangan dana Seri A. “Harapannya, kita bisa segera close di Q1 2023,” ujar Teguh Bayu. Sebelumnya, KlikGazz juga telah disuntik seed funding oleh investor angel di tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Pashouses dan Strateginya Mempermudah Solusi Jual-Beli Rumah Seken

Meski platform listing properti sudah lama menjamur di Indonesia, tetapi proses jual-belinya hingga kini masih sengkarut karena belum terintegrasi satu sama lain. Pengalamannya tidak senyaman dan secepat ketika berbelanja di platform e-commerce.

Kondisi tersebut mendorong Junghans Tasani dan Bin Anindita untuk mulai merintis Pashouses di tengah pandemi Covid-19. Pashouses hadir untuk membantu masyarakat yang ingin menjual rumahnya dengan cepat.

Berbekal pengalaman di perusahaan sebelumnya dan latar pendidikannya di dunia real estat, keduanya memiliki visi besar untuk membuat dampak di lingkungan bahwa setiap orang harus memiliki rumah. Bin juga membawa berbagai ide cemerlang untuk mendukung Pashouses membuat proses bisnis menjadi lebih luar biasa dan terus berkembang.

Berbeda dengan proptech kebanyakan, Pashouses bermain di ranah jual-beli rumah tapak (landed house) seken di kota-kota besar, seperti di area Jabodetabek. Dengan dukungan teknologi termutakhir untuk menentukan harga sebuah rumah, memungkinkan Pashouses untuk memberikan penawaran harga dengan cepat bagi siapapun yang ingin menjual rumahnya.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, General Manager Pashouses Shirley Pranoto menjelaskan alasan perusahaan bermain di rumah seken, dikarenakan ada banyak sudut positif yang dilihat dari sisi konsumen ketika memutuskan untuk membeli rumah.

Pertama, konsumen itu membeli apa yang mereka lihat. Ketika membeli rumah seken, mereka dapat melihat bangunan dan merasakan suasana rumah daripada menebak apa yang mereka dapatkan dari pihak pengembang saat membeli rumah baru. Konsumen pun bisa langsung masuk dan menempati rumah begitu proses jual-beli telah selesai sesuai kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Kedua, properti yang ada mungkin berada di komunitas yang mapan dan lokasi yang lebih baik untuk fasilitas lokal, seperti sekolah, toko, tempat ibadah, dan rute komuter. Ketiga, harga rumah yang dibangun seringkali lebih tinggi dari rumah yang sudah ada dengan harga selisih lebih mahal sebesar 30% atau lebih, sebab konstruksi rumah baru lebih mahal daripada rumah seken.

“Mengutip dari Zillow, harga jual rata-rata rumah seken di Amerika Serikat sebesar $391.200 per April 2022, sementara harga rumah baru mencapai $450.600. Selisihnya hampir $60 ribu,” terang dia.

Solusi Pashouses

Pashouses menghadirkan layanan komprehensif, mulai dari pemasaran, penawaran, transaksi jual-beli, hingga pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dari hasil kemitraan dengan berbagai institusi perbankan. Perusahaan menargetkan para pembeli dari kalangan muda, kisaran harga jual Rp500 juta sampai Rp3 miliar dengan luas bangunan rumah tak lebih dari 200 meter persegi.

Lebih jauh dijelaskan, perusahaan bertindak sebagai investor yang membeli rumah dari penjual. Lalu merenovasinya sebelumnya dijual ke pembeli akhir. Rumah tersebut juga dijual atas nama penjual agar lebih menarik bagi pembeli tanpa harus khawatir.

Langkah tersebut juga dianggap sebagai nilai tambah bagi penjual, lantaran para pembeli yang datang dari kalangan muda ini adalah generasi praktis yang membeli rumah dan ingin langsung pindah, tanpa harus repot dengan renovasi yang harus dilakukan sebelum rumah ditempati.

“Kami menjual rumah dengan harga all-in, sudah termasuk biaya administrasi yang diperlukan terkait transaksi properti, termasuk pajak, notaris, hingga biaya administrasi lembaga keuangan. Mereka tidak perlu khawatir tentang biaya ‘tersembunyi’ yang terlibat dalam transaksi properti karena semuanya sudah termasuk dalam harga listing,” tuturnya.

Di samping itu terdapat program Booster Sell, memungkinkan penjual rumah bisa mendapatkan fasilitas dana renovasi rumah sampai dengan Rp20 juta. Proses renovasi dan seluruh aktivitas pemasaran hingga rumah terjual ditangani oleh tim Pashouses.

Dalam waktu kurang dari dua tahun, Pashouses telah menerima lebih dari 10 ribu kiriman penjual yang dianalisis untuk dijual. Diklaim, dari angka tersebut telah membantu menjual ratusan rumah. “Untuk menjual rumah-rumah itu, setidaknya 10 ribu pembeli telah menghubungi kami dengan minat untuk membeli.”

Perusahaan juga melakukan kemitraan bisnis dengan Sinar Mas Land, melalui Living Lab X (Divisi Incubation & Partnership dari Living Lab Ventures), untuk membuat proyek Rumalaku.id. Kerja sama ini diarahkan untuk menyerap pasar rumah tapak seken yang terletak di area BSD City dan sekitarnya.

Di sana, para penjual bisa berinteraksi langsung dengan calon pembeli. Pun dari calon pembeli juga dimudahkan dengan ragam pilihan rumah tapak siap huni. Tim Pashouses akan membantu seluruh transaksi di dalam Rumalaku, termasuk pemasaran dan mendapatkan KPR.

Misi Pashouses itu sendiri berhasil membawa keyakinan bagi para investor untuk menanamkan dananya di perusahaan. Sebulan lalu, perusahaan mengantongi pendanaan pra-seri B senilai $5 juta (lebih dari 78 miliar Rupiah) dari QED Investors. Investasi juga ini menandai debut QED di Indonesia.

Dana segar tersebut bakal dimanfaatkan perusahaan untuk bangun teknologi dan tim agar Pashouses semakin dipercaya masyarakat. QED itu sendiri telah berinvestasi untuk 12 startup protech di seluruh di dunia. Secara keseluruhan, QED memiliki lebih dari 200 portofolio perusahaan di lintas 18 negara.

“Saat ini sebagian besar transaksi properti di Indonesia masih sama dengan sebelum era internet. Prosesnya buram, dan dengan digitalisasi yang telah kami bangun, berpotensi menghilangkan banyak gesekan ini. Dengan visi besar menjadi pusat kepercayaan untuk kepemilikan rumah, kami ingin memungkinkan transaksi jual beli rumah yang nyaman dan transparan di Indonesia.” Pungkas Shirley.

[Video] Fokus Living Lab Ventures Perkuat Ekosistem Sinar Mas Land

Melalui wawancara bersama DailySocial, Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani memperkenalkan apa itu Living Lab Ventures dan seperti apa ekosistem startup yang dikembangkan.

Sebagai kendaraan investasi baru yang dibentuk Grup Sinar Mas Land, Gani  menjelaskan tentang tren sektor proptech yang saat ini berkembang di Indonesia.

Gani mengatakan, meski Sinar Mas Land adalah pemain utama di sektor property, Living Lab Ventures tetap menggunakan pendekatan sektor agnostik yang terbuka untuk menjangkau jaringan investasi yang lebih luas.

Dukungan Living Lab Ventures terhadap inovasi teknologi melalui percepatan dan pendanaan startup potensial di Indonesia semakin solid usai Sinar Mas Land meluncurkan Urban Getaway Fund.

Seperti apa startup-startup yang menjadi target Living Lab Ventures? Bagaimana strategi pendanaaan Living Lab Ventures dalam mendukung ekosistem startup di Indonesia?

Simak pembahasan tentang Living Lab Ventures yang terangkum di video wawancara berikut.

Untuk video menarik lainnya seputar program akselerasi dan ekosistem pendukung startup Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi Let’s Accelerate.

Living Lab Ventures dan Pashouses Kolaborasi Membangun Proyek Rumalaku.id

Living Lab Ventures melalui divisi inkubasi Living Lab X berkolaborasi dengan startup proptech Pashouses untuk membangun Rumalaku.id. Melalui proyek ini, keduanya ingin memfasilitasi penjualan rumah tapak secondary di area BSD City dan sekitarnya.

Untuk menyerap pasar rumah tapak secondary di kawasan tersebut, Rumalaku bekerja sama dengan pengembang properti Sinar Mas Land. Nantinya, Rumalaku.id akan dikelola bersama oleh Pashouses dan Sinar Mas Land. Sementara, Pashouses dapat membantu pemilik rumah untuk melakukan renovasi ringan sehingga rumah dapat siap jual dengan harga terbaik. Pashouses juga memfasilitasi pengajuan KPR sesuai kebutuhan calon pembeli.

Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani mengungkap kolaborasi ini merupakan langkah untuk mengakselerasi transformasi pada seluruh proyek milik perusahaan. “Kami melayani pemilik rumah yang ada di proyek Sinar Mas Land melalui platform yang dapat memfasilitasi penjualan rumah secondary dengan informasi akurat,” ungkapnya.

Sementara itu, Partner di Living Lab Ventures Bayu Seto menuturkan, Pashouses dan mitra Living Lab Ventures dapat langsung menjalankan pengembangan proyek dengan mengimplementasikannya di sejumlah ekosistem offline yang telah bekerja sama dengannya. Adapun, keberhasilan Pashouses mengoptimalkan jual-beli properti secondary nanti dapat diperluas hingga skala nasional.

Co-founder dan CEO Pashouses Junghans Tasani menambahkan, “Kerja sama strategis ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan para investor untuk mendapatkan properti dengan mudah di BSD City melalui platform digital,” ucapnya.

Living Lab Ventures

Living Lab Ventures merupakan kendaraan investasi baru milik Sinarmas Land Limited (Sinar Mas Land) untuk sektor agnostik di Asia Tenggara. Living Lab Ventures memfasilitasi startup secara berkelanjutan melalui tiga pilar utama, yakni investasi, inkubasi dan integrasi, serta venture building.

Melalui Living Lab Ventures, Sinar Mas Land berupaya mengembangkan ekosistem digital, terutama untuk menambah aspek digital pada pengembangan township secara keseluruhan. Salah satu tesisnya adalah mencari startup yang dapat memberikan dampak terhadap masalah yang dimiliki penghuni kota dan solusi berbasis city centric-driven.

Baru-baru ini, Living Lab Ventures juga memberikan pendanaan pra-awal (pre-seed) sebesar Rp57 miliar kepada startup proptech IDEAL. Startup ini menghadirkan platform yang dapat menyederhanakan dan mendigitalkan proses administrasi pada pengajuan KPR hunian.

Adapun, solusi-solusi ini diharapkan mampu tantangan besar pada masalah pembelian rumah di Indonesia. Pasalnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa literasi masyarakat terhadap pengajuan KPR masih rendah sehingga mereka belum sepenuhnya memahami seluruh proses di dalamnya. Belum lagi tantangan klasik lainnya, seperti administrasi dokumen yang masih manual hingga keamanan data.

Lebih lanjut, data BI mencatat industri KPR lokal di 2021 mencapai $39 miliar dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 17% dalam lima tahun ke depan. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan populasi Gen Y dan Gen Z dalam sepuluh tahun ke depan yang akan menjadi target utama pasar properti.

Mengenal “Living Lab Ventures”, Kendaraan Investasi Startup Sinar Mas Land

Grup Sinarmas melalui Sinarmas Land Limited (bersama dengan anak perusahaan dan afiliasinya, “Sinar Mas Land”) mengumumkan kendaraan investasi baru yang diberi nama Living Lab Ventures. Inisiatif ini dibentuk untuk mendukung inovasi teknologi melalui percepatan dan pendanaan startup yang potensial di Indonesia.

Terkait rencana pendanaan ke startup, sebelumnya Sinar Mas Land juga telah mengumumkan Urban Gateway Fund pada Mei 2022 lalu, melibatkan sejumlah pemodal ventura sebagai mitra strategis, yakni East Ventures, Redbadge Pacific, dan Prasetia Dwidharma

Sementara itu, peluncuran Living Lab Ventures menunjukkan konsistensi mereka untuk mengembangkan ekosistem digital yang menjadi fokus perusahaan saat ini, terutama untuk menambah aspek digital dalam pengembangan township secara keseluruhan. Perusahaan kian mendekati ambisinya dalam membangun ekosistem digital yang menyeluruh di kawasan kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten.

Living Lab Ventures dinakhodai oleh Mulyawan Gani sebagai Managing Partner dan Bayu Seto sebagai Partner. Diketahui keduanya telah memiliki pengalaman kerja sebagai jajaran eksekutif di beberapa startup unicorn dan transformasi bisnis ke ranah digital.

Mulyawan Gani menyatakan, “Potensi pertumbuhan eksponensial smart city di Indonesia semakin diperhatikan. Untuk menciptakan digital lifestyle yang kondusif, kami perlu memberdayakan masyarakat dengan teknologi yang inovatif dan adaptif sejalan dengan kebutuhan dinamis masyarakat itu sendiri. Living Lab Ventures ingin mendukung perusahaan rintisan lokal untuk membuka potensi mereka dan menjadi game-changer dengan mengintegrasikan inovasi dan solusi teknologi mereka ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.”

Hipotesis investasi

Dalam melakukan investasi, Living Lab Ventures menggunakan pendekatan sektor agnostik yang terbuka untuk menjangkau jaringan investasi yang lebih luas. Untuk ukuran pendanaan, timnya menyebutkan bahwa tidak ada angka spesifik untuk masing-masing startup, tergantung stage-nya. Mengenai tahapan, perusahaan mengaku berinvestasi mulai dari di semua tahapan. “Umumnya kita ikut pendanaan dari mulai startup tersebut masih early stage sampai menembus later stage,” tambah Mulyawan.

Living Lab Ventures berfokus pada tiga aspek teknologi utama yakni Smart Technologies, Digital Life, dan Mobility. Smart Technologies merupakan aspek yang berfokus pada teknologi inovatif yang mendukung kehidupan perkotaan pintar. Teknologi ini berkaitan erat dengan aspek Digital Life yang berfokus pada teknologi terkait e-commerce dan social networking yang berdampak dalam kehidupan bermasyarakat. Lalu Mobility berfokus pada teknologi pintar dalam pergerakan manusia dan barang di dalam kota.

Salah satu yang menjadi nilai unik dari Living Lab Ventures ini adalah memiliki Living Lab X sebagai laboratorium untuk menginkubasi dan mengembangkan perusahaan rintisan lokal, sehingga memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan masyarakat. Laboratorium ini memungkinkan kerja sama dengan perusahaan terkait lainnya, serta menyediakan pilot testing untuk percobaan implementasi awal.

Selain itu, Living Lab juga akan mendukung kolaborasi dan memberikan mentoring bagi pemimpin perusahaan rintisan dalam setiap proses perkembangan perusahaannya. Living Lab Venture sendiri sudah melakukan beberapa investasi dari berbagai sektor. Investasi perdana mereka adalah kepada SWAP Energy. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu fokus perusahaan ada pada sektor ESG.

Bayu Seto menambahkan, “Ide kami dalam mendirikan Living Lab Ventures tidak hanya memfasilitasi startup dari segi pendanaan, namun juga melalui Living Lab X menyiapkan sebuah proses inkubasi yang berjalan beriringan dengan inovasi dan solusi teknologi mereka. Ke depannya, keberhasilan terapan teknologi digital ini akan membantu pengembangan smart society tidak hanya di BSD City, tetapi juga di Indonesia.”

Terkait target pendanaan di tahun ini, Mulyani mengungkapkan bahwa fokus perusahaan bukan kepada berapa startup, namun solusi seperti apa yang bisa diberikan. “Saat ini kami mencari platform yang memberikan dampak kepada problem statement yang dimiliki oleh penghuni kota, jadi kita coba cari solusi yang city centric driven. Di samping itu, kami juga melihat scalability dari startup tersebut, model bisnis, serta founder yang mumpuni,” tambahnya

Kejora-SBI Orbit Fund Kembali Pimpin Pendanaan ke SWAP Energy

Setelah sebelumnya telah menerima pendanaan awal tahun 2021 lalu, SWAP Energy perusahaan teknologi yang membangun infrastruktur pertukaran baterai di Indonesia, kembali menerima pendanaan tahapan pra-seri A yang kembali dipimpin oleh Kejora-SBI Orbit. Di putaran ini sejumlah pemodal ventura turut partisipasi, di antaranya Baramulti Group, Living Lab Ventures (afiliasi dari Sinar Mas Group), New Energy Nexus Indonesia, dan beberapa investor lainnya.

Memanfaatkan dana segar ini, SWAP akan mempercepat adopsi kendaraan listrik dan mendukung pemerintah Indonesia untuk mencapai target 13 juta sepeda motor listrik di jalan pada tahun 2030. Saat ini SWAP telah bermitra dengan Lazada Logistics, Pos Indonesia, Alfamart, Circle K, dan akan terus mengembangkan kerja sama dengan banyak pihak.

“Terima kasih kepada para investor untuk kepercayaannya pada SWAP. Melalui pendanaan pra-seri A yang oversubscribed ini, kami dapat memperluas jangkauan SWAP Station dan mengakselerasi adopsi motor listrik di kota-kota besar, ” kata Co-Founder & CEO SWAP Energy Irwan Tjahaja.

Tercatat saat ini SWAP telah memiliki lebih dari 400 swap station yang ditempatkan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), dan Bali. Sampai akhir tahun 2022, mereka berencana menempatkan lebih dari 1500 stasiun pengisian baterai di beberapa kota besar di Indonesia. Selain itu pihaknya juga akan menjadi teknologi pertukaran baterai pilihan untuk SMOOT dan merek motor listrik lainnya di Indonesia.

“Dengan prinsip tukar baterai, para pengusaha tidak perlu khawatir akan downtime akibat pengisian baterai hingga berjam-jam. Proses kilat ‘Swap and Go’ 9 detik ini akan sangat menguntungkan operasional perusahaan, mitra logistik, dan juga para penggunanya. Melalui pendanaan ini, kami percaya SWAP dan ekosistemnya dapat menjadi pemain kunci di infrastruktur tukar baterai dan mempercepat adopsi motor listrik di Indonesia” kata Fund Director Kejora-SBI Orbit Billy Boen.

Kembangkan ekosistem SWAP

Teknologi IoT milik SWAP menghubungkan motor listrik dengan baterai dan SWAP Station sehingga memberikan banyak manfaat bagi pengendaranya, memudahkan dalam melihat status sepeda motor listriknya, melakukan top-up kilometer, bahkan untuk tujuan keamanan, motor listrik dapat dimatikan dari jarak jauh hanya melalui aplikasi SWAP.

Secara khusus terdapat tiga hal yang menjadi prioritas utama SWAP Energy saat ini. Di antaranya adalah infrastruktur yang kuat, pengalaman berkendara yang menyenangkan, dan aftersales service yang terbaik. Keberhasilan konsep ini sebelumnya telah diuji melalui SMOOT – merek motor listrik pertama di Indonesia yang menggunakan sistem tukar baterai dari SWAP.

“Kami terus mengembangkan ekosistem SWAP dan keseluruhan asetnya; mulai dari baterai, SWAP Station, dan aplikasi SWAP sehingga merek motor listrik lainnya dapat segera menggunakan infrastruktur kami. Saat ini pun kami sedang berdiskusi dengan beberapa merek motor listrik lainnya untuk mengadopsi ekosistem SWAP,” kata Irwan.

Terkait motor listrik, sejumlah inisiatif mulai dikenalkan. Di antaranya oleh ION Mobility dengan inovasi kendaraan listrik — mereka akan memiliki pusat produksi di Jakarta. Kemudian NFC dan SiCepat juga telah buat infrastruktur untuk distribusi motor listrik lokal Volta. Tak mau kalah, Gojek juga jalin kemitraan strategis dengan sejumlah inovator motor listrik, di antaranya Gogoro dan TBS.

Application Information Will Show Up Here