Layanan Logistik Malaysia TheLorry Ingin Fasilitasi Kebutuhan UKM Indonesia

Persoalan logistik hingga saat ini masih menjadi kendala yang banyak ditemui oleh kalangan bisnis konvensional, pelaku UKM hingga layanan e-commerce di Indonesia. Luasnya wilayah di pelosok kota Indonesia, menjadikan logistik sulit untuk dijangkau dan dibutuhkan biaya yang besar untuk melakukan pengiriman.

Salah satu layanan yang mencoba untuk mengatasi persoalan tersebut adalah TheLorry. Layanan logistik asal Malaysia ini mulai mengembangkan layanannya di seluruh Indonesia.

Kepada DailySocial, Business Development Executive TheLorry Indonesia Rendi Ferdiansyah mengungkapkan, TheLorry adalah jasa penyewaaan truk, van, dan mobil pick up melalui aplikasi secara cepat dan mudah. 

“Kami menyediakan jasa seperti transportasi mobil pick up untuk pindah rumah dan kantor. TheLorry juga menerima pelanggan individu dan bisnis untuk memesan kendaraan yang di butuhkan dengan harga transparan dan pasti dalam hitungan menit.”

Fasilitasi kebutuhan pelaku UKM

Berdiri sejak tahun 2014, layanan logistik TheLorry tahun ini mulai fokus untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Secara keseluruhan platform TheLorry telah memiliki lebih dari 6.000 mitra pengemudi di Asia Tenggara dengan berbagai jenis kendaraan. TheLorry mengklaim sebagai jasa logistik online yang tumbuh paling cepat di Asia Tenggara.

Dengan hadirnya TheLorry di Indonesia, diharapkan bisa membuat perbedaan dan mengubah kehidupan orang lain melalui layanan yang diberikan. Terutama untuk pelaku UKM, yang saat ini masih kesulitan untuk memesan truk untuk mengangkut barang mereka, dan di sisi lain, pengemudi truk merasa sulit untuk menjangkau pelanggan. 

“Kami ingin menjembatani kesenjangan antara pelanggan dan mitra pengemudi dengan menciptakan sistem otomatis yang membuat seluruh proses lebih efisien dan aman,” kata Rendi.

Cara kerja TheLorry

Pengguna yang ingin menyewa layanan logistik TheLorry bisa langsung mengakses aplikasi atau situs TheLorry. Menyesuaikan mitra pengemudi yang terbaik sesuai dengan wilayah terdekat, nantinya pilihan transportasi bisa dipesan langsung.

“Untuk strategi monetisasi kami menerapkan sharing profit kepada mitra pengemudi,” kata Rendi.

Disinggung apa yang membedakan TheLorry dengan layanan logistik serupa lainnya, Rendi menyebutkan TheLorry lebih unggul dari sisi harga juga pelayanan. Selain itu layanan TheLorry juga memungkinkan pengiriman barang ke seluruh Indonesia. Misalnya dari Jakarta ke Solo, Jakarta ke Bali dan kota besar lainnya. Selain itu pelanggan juga bisa memasukan lebih dari satu titik penjemputan atau pengantaran.

“Fokus kami di tahun 2018 ini adalah lebih kepada pengembangan produk dan menambah jumlah wilayah layanan di kota-kota besar di Indonesia,” tutup Rendi.

Application Information Will Show Up Here

Belajar Bagaimana Alibaba Mendorong Penetrasi E-Commerce ke Pelosok

Kondisi bisnis e-commerce di Indonesia sering disamakan dengan Tiongkok. Banyak yang bilang, Indonesia saat ini adalah kondisi Tiongkok pada 10 tahun lalu. Indonesia diprediksi bisa memangkas ketimpangan waktu tersebut dalam waktu singkat.

Pernyataan tersebut didukung fakta masih berlangsungnya berbagai upaya dari pemerintah untuk membangun infrastruktur pendukung. Pekerjaan rumah terbesar pemerintah Indonesia adalah menghubungkan seluruh wilayah dengan koneksi internet dan mengintegrasikan sistem logistik untuk menekan biaya pengiriman.

Sesungguhnya urusan ketimpangan berlaku juga untuk Tiongkok. Dilihat dari segi ekonomi makro, negara Tirai Bambu ini masih mengalami disparitas, pusat perekonomian negara didorong kawasan timur ketimbang barat.

Persoalannya bagaimana mengurangi tingkat urbanisasi tak hanya menjadi PR untuk pemerintah setempat, tapi perlu bantuan dari pihak swasta. Alibaba punya jawaban tersendiri untuk mengatasinya dengan menggelar proyek Rural Taobao.

Rural Taobao pertama kali meluncur di akhir 2014. Sebenarnya proyek ini berawal dari ide yang berbau CSR, namun sudah dimasukkan ke dalam unit bisnis Taobao. Kendati demikian, belum menjadi unit bisnis yang bisa dimonetisasi karena sifatnya jangka panjang dan belum sampai ke tahap tersebut.

Kantor pusat Alibaba, dinamai Alibaba Campus di Hangzhou, Tiongkok / DailySocial
Kantor pusat Alibaba, dinamai Alibaba Campus di Hangzhou, Tiongkok / DailySocial

Kepada sejumlah media asal Indonesia, termasuk DailySocial, yang diundang Alibaba ke markasnya, perwakilan perusahaan menyebut proyek ini adalah ajang mempromosikan transaksi dua arah antara Tiongkok kawasan pedesaan dan perkotaan.

Warga desa menjadi sasaran empuk Alibaba, lantaran sekitar 600 juta dari 1,4 miliar penduduk Tiongkok tinggal di desa. Mereka bukan hanya menjadi sumber produk dan sumber daya yang dibutuhkan negara, namun juga memiliki daya beli yang besar.

Dikutip dari CNNIC (China Internet Network Information Center), tingkat penetrasi di kawasan pedesaan hanya 35,4% sedangkan kawasan urban mencapai 71% per Desember 2017. Kendati masih rendah, proporsi pengguna internet di desa terus meningkat.

Masih dikutip dari sumber yang sama, jumlah pengguna internet di area pedesaan meningkat 4% menjadi 209 juta sejak Desember 2016, mewakili 27% dari total pengguna internet di Tiongkok.

Secara kualitas jaringan, meski sangat terbatas namun sudah 4G. Ini masih menjadi PR karena rintangan geografis dan infrastruktur harga pendistribusian internet ke wilayah terpencil sangat mahal.

“Proyek ini sudah masuk ke versi 4.0 jadi kami lewati fase penetrasi internet lewat PC, melainkan langsung ke tahap smartphone. Jadi kami dorong warga desa untuk mengakses internet di smartphone dan berbelanja di sana dengan sinyal yang sudah 4G,” ucap pihak Alibaba.

Untuk melancarkan proyek ini, Alibaba bangun jaringan pusat pelayanan e-commerce di level kabupaten untuk menghilangkan keterbatasan logistik dan jalur masuknya informasi, serta kekurangan tenaga kerja dan pengetahuan seputar e-commerce.

Tempat tersebut dioperasikan oleh seorang agen yang direkrut dari komunitas lokal bernama “Perwakilan Rural Taobao”. Agen tersebut bertanggung jawab terhadap kabupaten masing-masing. Menerima upah melalui biaya pelatihan untuk memfasilitasi pesanan e-commerce dan menyediakan pelayanan lokal.

Di sana, pusat pelayanan sekaligus menjadi fasilitas penyortiran untuk paket yang masuk dari pesanan warga desa. Warga bisa langsung mengambil pesanan mereka atau dibantu pengirimannya oleh manager dengan radius maksimal pengiriman 3 km.

Lama pengiriman sejak order dikirim pun bervariasi tergantung provinsi. Bila masih dalam provinsi yang sama, barang akan sampai ke pusat pelayanan antara 1-3 hari, jika di luar provinsi bisa memakan waktu antara 4-5 hari. Rata-rata durasi pengiriman ini mirip dengan kondisi di Indonesia.

Hingga November 2017, Rural Taobao telah berdiri di lebih dari 30 ribu pusat pelayanan desa di 29 provinsi di Tiongkok. Diklaim lebih dari 10% dari populasi desa menjual produk online di Alibaba dengan pendapatan tahunan setidaknya RMB 10 juta (sekitar USD 1,6 juta).

Sejak pertama kali diluncurkan, Alibaba Group berkomitmen untuk berinvestasi sebanyak RMB 10 miliar (sekitar US$1,6 miliar) selama tiga sampai lima tahun untuk membangun 1.000 pusat operasi tingkat kabupaten dan 100 ribu pusat pelayanan desa di seluruh Tiongkok.

Selektif memilih agen

Dalam merekrut agennya, Alibaba menetapkan mereka harus bekerja penuh waktu, umumnya menargetkan penduduk muda yang paham akan internet dan pernah tinggal di perkotaan. Mereka juga harus bersedia kembali ke desanya masing-masing untuk mengembangkan pusat pelayanan Rural Taobao.

Tak sembarang Alibaba merekrut seorang agen. Para kandidat diharuskan mengikuti ujian untuk memastikan mereka memiliki kemampuan dan komitmen dalam melayani komunitas mereka. Selain menjadi agen berbelanja, mereka diharapkan dapat menawarkan sejumlah pelayanan yang bersangkutan dengan mata pencaharian penduduk desa dengan memanfaatkan ekosistem dari Alibaba Group.

Termasuk di dalam pelayanan ini adalah pelayanan berbelanja online, pengadaan pembelian kebutuhan bertani, pembayaran tagihan pemesanan tiket dan penginapan, membuat janji kunjungan medis, aplikasi simpanan bank, pelatihan pengusaha, dan berbagai tawaran budaya dan hiburan.

Berkunjung langsung ke lapangan

Tak hanya menjelaskan latar belakang dan informasi terbaru Rural Taobao, kami juga diajak menemui langsung dua pusat layanan di desa Leping dan Bainiu. Keduanya berlokasi di Kabupaten Qianchuan, Provinsi Zhejiang, Tiongkok.

Bainiu terkenal dengan produk kacang kenari. Warga desa memanfaatkan Taobao untuk memasarkan produk olahannya tersebut. Kami menemui Xu Bing Bing, pemasok kacang kenari. Kesehariannya, Xu membeli kacang dari para petani di desa sekitar, lalu memasoknya ke para pengolah, diberi rasa, dan dipasarkan melalui Taobao.

Xu mengenal Taobao sejak 2007, hasil ajakan teman-temannya yang sudah lebih dulu menggunakan. Dia menjadi salah satu dari 400 lebih warga yang telah merasakan dampak dari kehadiran layanan e-commerce terhadap lapangan pekerjaan, tanpa harus meninggalkan keluarga untuk bekerja di kota.

Desa ini hanya memiliki 500 keluarga dan memiliki 68 toko online di Taobao dan Tmall. Total penghasilannya mencapai RMB 350 juta (sekitar USD 55,7 juta) tahun lalu.

Selain Bainiu, kami juga mengunjungi desa Leping. Masih satu provinsi dengan Bainiu, namun jaraknya cukup jauh, sekitar 50 km. Di sana, kami menemui Zheng Weiling yang memilih kembali ke desa suaminya dan membuka pusat layanan di 2015. Sebelumnya ia bekerja di Shenzhen, namun memilih kembali ke desa demi menikmati lebih banyak waktu bersama keluarga.

Sebelum pusat layanan ini berdiri, warga desa Leping perlu menempuh jarak 20 km untuk mengambil barang yang mereka beli secara online. Kini 3 km saja. Zheng menceritakan ia banyak menghabiskan waktu untuk mengajarkan warga setempat tentang cara mengoperasikan komputer atau smartphone untuk membeli produk secara online.

Tempatnya tak hanya menjadi tempat parkir paket warga, namun juga menjual produk-produk populer bagi masyarakat setempat, seperti produk peralatan rumah tangga, material dekorasi, produk keperluan sehari-hari, serta bahan-bahan pertanian.

Zheng mengaku kini pendapatan bulanannya stabil di kisaran RMB 6 ribu (sekitar USD 955). “Sekitar 80-90 paket berdatangan setiap harinya, lalu kami pilah pilih kembali mana paket yang akan diantar, mana yang akan diambil langsung warga,” tutur Zheng.

Alibaba mengaku masih memiliki PR bagaimana bisa mengirim barang ke seluruh Tiongkok dalam waktu satu hari saja. Perusahaan mengerahkan berbagai inovasi dari lini unit usahanya untuk membantu mewujudkannya. Lewat Cainiao Network, contohnya. Sebagai perusahaan logistik, Cainiao kini memiliki 200 robot AGV (automated guided vehicles) yang ditempatkan dalam dalam salah satu gudang Alibaba di Huizhou.

Robot tersebut mampu memproses satu juta pengiriman dalam sehari atau tiga kali lebih efisien dari operasi manual. Robot bisa dipakai selama enam jam dan durasi charge hanya satu jam.

Indonesia bisa belajar

Indonesia memiliki banyak potensi produksi lokal yang layak dipasarkan. Upaya yang dilakukan Alibaba juga dilakukan perusahaan e-commerce di Indonesia dengan berbagai pendekatan.

Blanja menyediakan platform khusus UMKM, sementara Lazada secara bertahap mengedukasi mitra UMKM untuk go online dan berencana untuk mengajak mereka berdagang di platform global milik Lazada.

Ada juga Blibli yang memilih menggandeng Pos Indonesia dan memanfaatkan jaringan kantor dengan menempatkan kiosk Blibli InStore di Kantor Pos. Blibli ingin menyasar konsumen ke area rural tier dua dan tiga, yang terdiri dari pelanggan setia Kantor Pos, karyawan Pos Indonesia, sekaligus penduduk sekitarnya.

CEO Blibli Kusumo Martanto dan Direktur Utama Pos Indonesia Gilarsi W Setijono di depan kiosk Blibli InStore / DailySocial
CEO Blibli Kusumo Martanto dan Direktur Utama Pos Indonesia Gilarsi W Setijono di depan kiosk Blibli InStore / DailySocial

Mereka didorong bertransaksi lewat perangkat yang disediakan Blibli dan membayarnya secara tunai lewat Pospay. Setiap pesanan akan dikirim menggunakan Pos Kilat Khusus hingga retur barang secara gratis.

Ada banyak lagi inisiasi yang dilakukan perusahaan e-commerce untuk meningkatkan derajat UMKM lokal. Salah satu dampak yang diharapkan adalah berkurangnya tingkat urbanisasi dan naiknya ekonomi daerah.

 

Apakah Alibaba cocok untuk menjadi role model yang tepat? Meski tidak semuanya bisa diterapkan saat ini, kita bisa mencontoh bagaimana mengintegrasikan sistem terpadu yang dimiliki berbagai perusahaan logistik dan layanan e-commerce.

Yang Indonesia butuhkan adalah menekan ongkos logistik yang mahal dan memiliki jaringan internet yang stabil agar semakin banyak orang mau memanfaatkan platform online untuk berjualan ataupun membeli barang.

Inisiasi yang dilakukan antar perusahaan swasta dan BUMN sebenarnya sudah cukup nyata. Hanya saja butuh andil dari pemerintah di tengah-tengah untuk mengawal seluruh prosesnya.

Lalu hal-hal apa saja yang memerlukan kehadiran pemerintah? Jawabannya ada di peta jalan e-commerce. Semua sudah tertera jelas di sana, apa saja PR-nya, kapan tenggat waktunya selesai, dan sebagainya. Sejak diresmikan di tahun lalu, hingga sekarang belum ada langkah nyata implementasinya padahal peta jalan tersebut memiliki tenggat waktu sampai 2019. Itulah mengapa, baik Indonesia maupun Tiongkok, pada akhirnya memiliki PR masing-masing yang harus diselesaikan.

Bukalapak Integrasi Layanan JNE Trucking untuk Pengiriman Barang Besar

Bukalapak menjadi platform marketplace pertama yang memanfaatkan layanan JNE Trucking (JTR) untuk memudahkan pengiriman barang berukuran di atas 10 kg. Melalui layanan ini, para pelapak dapat mengirim barang seperti mebel, furnitur, barang elektronik, dan lainnya dengan lebih leluasa.

JTR adalah layanan pengiriman yang khusus dihadirkan JNE untuk pengiriman barang dengan berat minimal di atas 10 kilogram. Pengiriman menggunakan armada truk melalui jalur darat dan laut dengan harga yang kompetitif.

Untuk sementara, JTR baru bisa dinikmati oleh pelapak yang berlokasi di wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali. Pada akhir Maret 2018 nanti ditargetkan JTR akan tersedia di seluruh Indonesia. Bila diakumulasi sejak diluncurkan pertama kali tiga tahun lalu, JNE mengklaim telah mengirim paket seberat 500 ton.

“Kami berkomitmen untuk terus perbaiki layanan. Selama ini memang masih lebih banyak pengiriman dalam jumlah kecil, namun pengiriman barang besar terus menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Pelapak banyak yang kurang nyaman karena biaya yang mahal dan tidak bisa di-track, masalah ini dapat diselesaikan lewat JTR,” ujar Co-Founder dan CFO Bukalapak Fajrin Rasyid, Kamis (22/2).

Menurut Fajrin, secara internal JTR sudah dipromosikan sejak awal Februari 2018. Terdapat sekitar 25 ribu pelapak yang sudah mengaktifkan layanan ini di toko online mereka, namun bila dilihat dari frekuensi pengirimannya belum tinggi. Meski Fajrin tidak memberikan angka detailnya, dia menggambarkan sekitar puluhan paket terkirim lewat JTR setiap harinya.

Vice President of Marketing JNE Eri Palgunadi menambahkan JTR adalah solusi yang dihadirkan perusahaan setelah memperhatikan potensi bisnis e-commerce yang terus berkembang.

Menurut Eri, tren orang mulai mencoba belanja online memang dimulai dari barang kecil terlebih dahulu. Ketika mereka sudah merasa percaya, intensitas belanja online akan terus meningkat. Barang yang dibeli pun makin besar ukurannya.

“Sejak dua tahun lalu, kami lihat di data kami ada pertumbuhan dari pengiriman barang berat. Artinya ada pasar di sini, ditambah lagi infrastruktur logistik yang terus membaik. Tentunya ini sejalan dengan visi kami,” terang Eri.

Dia mengklaim JTR lebih murah dibandingkan pengiriman dengan metode lainnya. Bila diilustrasikan, ketika pelapak ingin mengirim barang seberat 10 kilogram dari Jakarta Selatan ke Bekasi memakai REG atau YES, mereka akan dikenakan biaya sebesar Rp90 ribu dan Rp180 ribu. Sementara dengan JTR, mereka hanya perlu mengeluarkan biaya Rp25 ribu dengan estimasi waktu pengiriman antara 3-7 hari kerja tergantung kota tujuan.

Untuk mendukung JTR, JNE menyiapkan 10 armada truk ukuran besar untuk mengitari seluruh wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali setiap harinya. Sedangkan secara total, JNE memiliki sekitar 2 ribu armada berbagai ukuran, 56 kantor cabang, dan sekitar 6 ribu jaringan untuk permudah akses pengiriman.

Eri menuturkan komersialisasi layanan JTR ini memang pertama kali dimulai dengan Bukalapak. Kendati demikian, hal ini bukan kerja sama eksklusif. Pihaknya menerima pemain lain untuk mengintegrasikan platformnya dengan JTR.

“Tapi untuk sementara, bila ada pengusaha yang mau pakai JTR secara individu itu belum bisa. Harus jadi pelapaknya di Bukalapak terlebih dahulu karena cuma baru bisa di sana,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Pos Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Kioson untuk Perluas Layanan

Melalui kerja sama strategis yang baru diumumkan, Pos Indonesia berencana memanfaatkan jaringan kemitraan Kioson untuk menjadi perpanjangan layanan perseroan. Agen Kioson kini akan masuk dalam sistem logistik Pos Indonesia sehingga memudahkan konsumen e-commerce masuk ke daerah lapis kedua dan ketiga.

“Kami secara selektif memilih mitra terpercaya, mempunyai potensi bisnis jangka panjang dan tentunya memberi manfaat bagi masyarakat. Karenanya, kami senang bisa bekerja sama dengan Kioson yang telah memiliki 30 ribu mitra di seluruh Indonesia,” terang Direktur Informasi dan Teknologi Pos Indonesia Charles Sitorus, Selasa (13/2).

Direktur Utama Kioson Jasin Halim menambahkan kerja sama ini adalah upaya perseroan dalam menjembatani underserved market dengan dunia digital lewat bisnis O2O (Online to Offline). Logistik masih menjadi permasalahan di berbagai kota, karena kurangnya jangkauan dari penyelenggara bisnis.

“Bagi mitra Kioson, hal ini merupakan peluang bisnis tambahan bagi kiosnya,” kata Jasin.

Dalam implementasi kerja sama ini, sambung dia, kios mitra menjadi titik pembayaran, pengambilan-pengantaran barang dari layanan e-commerce. Ditambah, perluasan akses Kantor Pos sebagai tempat top up pulsa sehingga memudahkan mitra untuk berbisnis.

Nantinya dalam aplikasi Kioson akan terdapat layanan Pos Indonesia yang sebelumnya diintegrasikan oleh anak usaha Kioson, Narindo Solusi Komunikasi. Layanan tersebut di antaranya layanan jasa kurir (pengiriman surat-paket), layanan jasa keuangan (Pospay), dan penjualan prangko dan materai.

Mitra Kioson secara bertahap akan dilatih untuk melayani berbagai layanan tersebut. Ini dimaksudkan agar pelayanan yang didapat konsumen tetap sama saat mengunjungi Kantor Pos. Sampai kuartal pertama ini, ditargetkan implementasi akan dimulai dari mitra yang berlokasi di pulau Jawa.

Menurut Jasin, untuk jangka waktu kerja sama ini akan dilakukan hingga lima tahun ke depan. Kendati demikian, pihaknya tidak menargetkan secara spesifik persentase pertumbuhan bisnis yang bisa dikontribusikan ke perusahaan. Tetapi lebih diarahkan untuk mitra Kioson itu sendiri yang diharapkan bisa mendapat penambahan pendapatan.

“Nanti investasi peralatan mitra akan ditanggung oleh Kioson seperti hardware untuk timbangan dan pelatihan. Untuk tahap pertama, hardware kita siapkan Rp1 miliar dari kas internal.”

Disebutkan Kioson memiliki 30 ribu mitra sampai akhir tahun lalu, sebagian besar tersebar di provinsi Jawa dan Sumatera. Kioson menargetkan sampai akhir tahun ini jumlah mitra dapat mencapai 50 ribu orang.

Kioson diklaim sudah melayani lebih dari 4 juta pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia. Produk yang dilayani mulai dari penjualan pulsa, paket data, penjualan produk e-commerce, loket pembayaran telepon, TV kabel, PDAM, asuransi, dan e-commerce.

Transformasi Pos Indonesia ke digital

Charles melanjutkan mulai tahun ini perseroan mulai mempersiapkan transformasi bisnis ke arah digital, setelah merekrut tim konsultan pada tahun lalu. Rencana ini dilakukan sebagai dengan amanat yang diberikan pemerintah dalam Paket Kebijakan Jilid 14 tentang Peta Jalan E-Commerce.

Dalam paket tersebut, menyebut Pos Indonesia mengemban misi untuk menjadi tulang punggung utama dalam hal logistik dan e-commerce nasional.

“Logistik itu adalah industri yang besar, ada gudang, transportasi, manajemennya. Kita sedang intens bicarakan dengan berbagai kementerian bagaimana positioning kita. Sebab ini menyangkut biaya investasi yang jumlahnya tidak sedikit.”

Sembari menunggu keputusan diambil, secara paralel perseroan juga mulai berbenah memperbaiki berbagai lini agar sejalan dengan perkembangan saat ini. Terlebih soal persaingan dengan perusahaan swasta, dia mengaku cukup tertantang. Lantaran kebutuhan pelanggan yang semakin dinamis, dan harus dijawab dengan cepat.

“Namun kami yakin dengan semangat transformasi ke digital, dengan bekal pengalaman dan jaringan yang sudah kami bangun akan lebih cepat [proses transformasinya].”

Dalam waktu dekat, Pos juga akan merilis aplikasi jasa keuangan Pospay agar bisa digunakan oleh semua orang. Selama ini, Pospay baru tersedia dalam sistem Pos Indonesia. Sehingga hanya bisa diakses ketika pengguna masuk ke dalam Kantor Pos.

“Inginnya dalam semester II 2018, aplikasinya sudah bisa diunduh. Sekarang kami masih berdiskusi dengan otoritas sistem pembayaran [Bank Indonesia],” tutup Charles.

Lion Parcel Umumkan Kemitraan dengan Perusahaan Optimasi Logistik LogiNext

Lion Parcel, anak usaha dari Lion Air Group, mengumumkan kemitraan dengan perusahaan optimasi logistik LogiNext untuk meningkatkan efisiensi manajemen jasa pengiriman e-commerce, sekaligus pemenuhan kebutuhan logistik di Indonesia.

LogiNext adalah perusahaan yang bergerak di solusi SaaS untuk optimasi logistik. Perusahaan ini memiliki produk andalan untuk last mile, field force, on-demand delivery, dan line haul express manajemen.

Alasan Lion Parcel menggandeng LogiNext, lantaran perusahaan ini piawai dalam effective last mile optimization. Selain itu, perusahaan memiliki banyak pengalaman membantu perusahaan e-commerce untuk menerapkan langkah optimasi logistik dalam pengerjaan berbagai pengiriman paket yang tepat waktu. Dengan optimasi jalur dan otentikasi pencatatan yang efektif.

LogiNext juga cukup inovatif dalam memfasilitasi proses pengiriman melalui penyempurnaan transaksi tunai. Hal ini dinilai cukup bermanfaat bagi Lion Parcel dalam memberikan layanan yang lengkap berorientasi pada pelanggan.

Dari kemitraan ini, Lion Parcel dapat mengotomasikan pengelolaan jasa pengiriman hingga mampu menciptakan rangkaian transaksi tunai yang sempurna lewat layanan cash-on-delivery (COD) untuk konsumen akhir hingga pelanggan, distributor maupun pengirim.

“Kami percaya lewat otomasi mekanisme cash-on-delivery yang efektif dan tangkas dapat mempersingkat, dan lebih tepat dalam mengarahkan pembayaran COD kepada vendor hingga pelanggan kami tanpa ada kesalahan,” terang Direktur Lion Parcel Farian Kirana dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

CEO LogiNext Dhruvil Sanghvi menambahkan perpaduan teknologi optimasi logistik dan pembayaran digital merupakan solusi besar baru yang akan semakin mendunia. Menurutnya, ada dua bagian penting di dalam logistik, yakni barang dan uang. Perusahaan menciptakan bagian ketiga sebagai tambahan, kemampuan analisa dan informasi secara real time.

“Kami telah mengoptimasi barang dan pengiriman di berbagai negara. Kini dengan keberhasilan Lion Parcel menerapkan digital wallet, lengkaplah perjalanan kami di dalam optimasi dan otomasi logistik,” kata Dhruvil.

Sejauh ini, Lion Parcel telah bekerja sama dengan lebih dari 3 ribu rekanan pengiriman sebagai POS (point of sales), sub console, dan consolidator di seluruh Indonesia. Dengan total pesawat sebanyak 219 unit yang dioperasikan oleh maskapai di bawah Lion Air Group, Lion Parcel percaya akan dapat mempermudah semua orang dalam pengiriman barang.

Sedangkan LogiNext itu sendiri, telah bermitra dengan lebih dari 200 perusahaan yang tersebar di Amerika Utara, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.

Bukalapak dan TIKI Hadirkan Layanan Pick-Up untuk Pelapak

Guna memberikan pilihan lebih serta fasilitas tambahan kepada para penjual di Bukalapak, atau yang dikenal dengan sebutan Pelapak, Bukalapak mengumumkan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan jasa layanan pengiriman barang PT Citra Van Titipan Kilat (TIKI).

Melalui kerja sama ini, Bukalapak dan TIKI akan mengoptimalkan jasa layanan pengiriman barang yang mudah dan efektif untuk para pengguna Bukalapak khususnya para pelapak. Sebelumnya elevenia bersama dengan JNE juga telah menghadirkan Layanan JNE Pick Up.

Saat ini Bukalapak telah memiliki lebih dari 1,7 juta Pelapak dan dengan lebih dari 38 juta produk dan barang yang ditawarkan di Bukalapak, menjadikan Bukalapak salah satu pasar online terbesar di Indonesia.

“Lewat misi untuk membantu para pelaku UKM di Indonesia menjadi pemenang di era ekonomi digital, para pelaku UKM harus terus terhubung dan terdukung, termasuk dari sisi logistik agar pendistribusian barang bisa menyebar secara luas di berbagai daerah-daerah dan desa di luar Pulau Jawa yang belum mendapat layanan pengiriman barang yang mudah dan terjangkau,” kata Co-Founder dan CFO Bukalapak Muhammad Fajrin Rasyid.

Fajrin menambahkan dengan kerja sama ini Bukalapak dan TIKI akan bersama-sama mendukung para UKM untuk bisa “naik kelas” dan memberikan layanan pengiriman untuk para konsumen dan pembelinya secara baik dan tepat waktu.

Layanan pick-up khusus dan promosi

Saat ini, ada sekitar 500 ribu Pelapak yang menggunakan jasa TIKI di Bukalapak. Melalui kerja sama ini, para Pelapak bisa menikmati beberapa layanan terbaru untuk para Pelapak Bukalapak. Sederet layanan tersebut adalah adanya penyediaan layanan pickup, promo diskon khusus untuk para Pelapak yang menjadi member TOOZ TIKI dan fitur kode booking. Fitur kode booking ini akan memudahkan Pelapak dalam melakukan pengiriman barang dalam jumlah banyak ke berbagai penerima.

Selanjutnya layanan ini akan bisa digunakan oleh para Pelapak dan menjadi bagian dari layanan Bukalapak kepada para penjual. Memasuki akhir bulan Ramadan, diperkirakan jumlah pengiriman barang dari para Pelapak kepada pembeli bakal meningkat, tentunya layanan khusus ini bisa membantu proses tersebut lebih cepat.

Application Information Will Show Up Here

elevenia dan JNE Hadirkan Fasilitas Layanan JNE Pick-Up untuk Mitra Penjual

Tingginya permintaan dari pembeli kepada mitra seller atau penjual di elevenia, menjadi salah satu alasan mengapa elevenia memberikan fasilitas layanan JNE Pick-Up kepada 50 ribu mitra seller-nya selama ramadhan.

Dengan mengedepankan layanan pengambilan langsung ke tempat mitra elevenia, penjual tidak perlu lagi melakukan kegiatan pengiriman sendiri, yang selama ini menjadi rutinitas dan pekerjaan yang cukup melelahkan dari proses yang ada. Elevenia mengklaim merupakan e-commerce pertama yang mengintegrasi layanan ini dengan sistem Seller Office-nya.

“Melalui fasilitas ini, kurir JNE akan langsung menjemput barang ke lokasi yang telah ditentukan. Mitra seller juga tidak perlu membayarkan ongkos kirim kepada kurir JNE karena ongkos kirim akan ditagihkan secara otomatis ke elevenia.” kata GM Customer Sevice elevenia Juan Almer.

Mermudah mitra penjual

Untuk menggunakan fitur layanan baru ini, mitra seller dapat menggunakan dan mengaktifkan layanan JNE Pick Up melalui sistem Seller Office elevenia dengan memilih JNE Regular untuk perusahaan pengiriman dan “Dibayarkan Langsung ke Kurir” untuk pilihan biaya pengiriman. Dengan adanya fasilitas ini tidak perlu repot untuk memasukkan nomor resi secara manual karena dengan sistem yang sudah terintegrasi, sangat memudahkannya melakukan input nomor resi.

Layanan JNE Pick Up saat ini dapat digunakan oleh mitra seller, dengan pilihan waktu pick-up maksimal 2 hari kerja setelah menerima pesanan. Mitra seller juga dapat memilih tipe kendaraan yang sesuai dengan volume, dimensi, dan kuantitas barang yang akan dijemput yaitu motor, van, atau truk, tanpa batas minimal pick-up.

Dengan dihadirkannya layanan JNE Pick-up, diharapkan bisa mempermudah mitra seller untuk melakukan pengiriman, seiring dengan meningkatnya jumlah permintaan dari pelanggan selama ramadhan.

“Sejak didirikan pada tahun 2014, elevenia terus berinovasi untuk memberikan fasilitas bagi para seller. Mulai pertengahan tahun ini, elevenia bekerja sama dengan JNE dengan menyediakan fasilitas JNE Pick-Up. Dengan demikian, fasilitas ini bisa digunakan oleh semua mitra seller elevenia,” kata Juan.

Application Information Will Show Up Here

Fokuskan Akselerasi Ekonomi Digital, IESE 2017 Kembali Digelar

Tahun 2017 Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) bakal menggelar kegiatan Indonesia E-Commerce Summit dan Expo (IESE) pada bulan Mei mendatang. Perhelatan rutin yang telah digelar kedua kalinya nanti, akan memfokuskan kepada penerapan serta implementasi dari roadmap plan e-commerce yang lahir dari kegiatan IESE 2016 silam.

Kepada media hari ini, CEO Blanja yang juga menjabat sebagai ketua umum idEA Aulia Marinto menyebutkan, IESE 2017 yang akan digelar pada tanggal 9-11 Mei 2017 di ICE BSD, diharapkan bisa merangkul lebih banyak pelaku pelaku UKM, penggiat startup, stakeholder hingga regulator untuk bersama menemukan solusi dari semua permasalah yang ada.

“idEA sebagai satu-satunya asosiasi e-commerce di Indonesia tentunya berharap bisa menjadi kegiatan positif yang bisa membantu ekosistem e-commerce di Indonesia.”

Memajukan ekosistem digital ekonomi Indonesia

Terdapat 5 pilar yang akan dibahas secara tuntas oleh idEA dalam kegiatan IESE 2017 mendatang. Masing-masing poin tersebut memiliki impact dan tentunya berkaitan satu dan lainnya. Di antaranya adalah akselerasi growth digital ekonomi, merangkul lebih banyak penjual offline ke online, mempromosikan usaha lokal menjadi global, perhatian khusus terkait logistik hingga pembahasan yang cukup sensitif saat ini, yaitu talenta.

“Semua permasalahan yang ada akan di bahas tuntas bersama semua pihak terkait. Kita juga akan mengundang regulator dan Bekraf untuk mempercepat proses akselerasi serta mengimplementasikan hasil dari kegiatan selama tiga hari tersebut,” kata Aulia.

Saat ini idEA mengklaim telah memiliki sekitar 300 perusahaan dari kategori online ritel, marketplace, daily deals, classified ads, price comparison, travel, sistem pembayaran, logistik dan beberapa partner strategis terkait.

“Diharapkan nantinya produk yang masih offline bisa bekerja sama dengan perusahaan online, sehingga bisa memperbesar kemungkinan memperoleh pembeli lebih luas lagi. Sebaliknya online retailer yang memiliki inventory online juga bisa memanfaatkan kehadiran toko offline untuk memperbanyak produk yang dijual. Inilah kerja sama yang saling menguntungkan yang akan memajukan ekosistem digital ekonomi Indonesia di masa depan,” tutup Aulia.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner pagelaran Indonesia E-Commerce Summit dan Expo (IESE) 2017.

Platform CariTruk Bantu Temukan Kebutuhan Armada Truk

Perusahaan logistik IMS Logistik memperkenalkan layanan logistik digital bernama CariTruk. Ide dasarnya menjembatani antara perusahaan yang membutuhkan armada truk dengan perusahaan yang menyewakan armada truk (trucker). Platform ini menawarkan sejumlah keuntungan khas layanan digital, yakni kemudahan, harga yang terjangkau, percepatan proses pengiriman, dan transparansi.

Menurut penjelasan Chief Everything Officer Fabianto, saat ini CariTruk tengah mengembangkan bisnisnya untuk bisa menjangkau beberapa target pengguna mereka, yakni perusahaan logistik / distributor skala menengah ke atas dengan volume pengiriman yang reguler dan perusahaan penyewaan truk skala kecil hingga besar.

Bayangkan Go-Box, tapi dengan skala armada dan jangkauan area yang lebih besar. Mulai beroperasi sejak tahun 2016, CariTruk saat ini fokus pada jumlah trucker yang bergabung, utamanya trucker skala UKM. Selain itu CariTruk juga fokus pada perluasan formula perhitungan harga hingga keluar wilayah Jawa, implementasi sistem real time tracking, dan aplikasi mobile.

CariTruk sendiri berangkat dari pengalaman yang dihadapi IMS Logistik menjalankan bisnis. Salah satu faktor yang menghambat pengiriman barang adalahwaktu yang dihabiskan untuk mencari harga sewa truk dan ketersediaan secara konvensional. Pencarian posisi dan status pengiriman barang juga dirasa menyulitkan. Masalah-masalah tersebut yang coba diminimalisir CariTruk.

CariTruk mengajak para trucker untuk bekerja sama meningkatkan pendapatan. Untuk menjaga kualitas layanan, CariTruk akan memvalidasi legalitas para trucker. Dijelaskan Fabianto, CariTruk saat ini juga mempunyai formula perhitungan penyewaan truk berdasarkan jarak dan area. Marginlah yang akan menjadi sumber pendapatan CariTruk.

Fabianto mengatakan, “Penyewa truk memesan truk melalui website berdasarkan formula dan membayarnya. Pesanan akan ditawarkan kepada para trucker melalui aplikasi mobile dengan harga patokan penawaran yaitu harga penyewaan dikurangi margin keuntungan. Para trucker yang berminat bisa mengambil pesanan dan merevisi harga penawaran jika bisa memberikan harga lebih rendah untuk meningkatkan peluang mendapatkan pesanan karena Caritruk memakai sistem bidding untuk menentukan trucker yang akan mendapatkan pesanan tersebut.”

Trucker akan menjemput dan mengirim barang, mengupdate status pengiriman barang, serta mengembalikan bukti pengiriman (POD) ke CariTruk. CariTruk akan mengirimkan bukti pengiriman kepada penyewa dan membayar trucker,” pungkas Fabianto.

Berkenalan dengan Perusahaan E-Logistik Iruna, Khusus Layani Industri E-Commerce

Menyambut geliat industri e-commerce Tanah Air yang makin berkembang pesat, perlu dibantu oleh kematangan ekosistem di sekitarnya. Di antaranya e-payment dan e-logistik. Penyedia layanan e-payment diklaim sudah ramai di pasaran, sementara belum bagi logistik.

Perusahaan logistik yang selama ini beredar, dinilai belum bisa disebut sebagai solusi utama untuk industri e-commerce. Dikarenakan teknologi yang ditawarkan belum dapat mengakomodasi akselerasi bisnis e-commerce. Untuk mengatasi hal tersebut, hadirlah PT Jasa Digital Nusantara dengan produk Iruna, perusahaan yang bergerak di bisnis e-logistik.

Sementara ini, baik situs maupun aplikasi Iruna belum terbuka untuk publik.

Founder Iruna Yan Hendry Jauwena menjelaskan, Iruna hadir untuk membantu industri e-commerce dengan solusi teknologi yang dapat diintegrasikan dengan situs dagang mereka, dilengkapi dengan sistem inventaris yang bisa diakses secara online.

“Iruna baru akan tersedia pada 31 Januari 2017. Layanannya bisa diakses lewat situs dan aplikasi, sebelum resmi diluncurkan bakal ada produknya yang versi beta,” ucapnya kepada DailySocial, Selasa (27/12).

Yan melanjutkan, Iruna menyediakan gudang dengan luas sekitar 3 ribu hingga 10 ribu m2 di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Palembang, Balikpapan, Makassar, Manado dan Ambon. Gudang tersebut dipergunakan untuk menyimpan barang stok dan mengirimnya ke pembeli.

“Jadi sistemnya, penjual tinggal menyimpan barang dagangannya di gudang Iruna. Nantinya pihak Iruna yang akan melakukan pengiriman barangnya. Bakal ada laporan secara real time dari Iruna, baik untuk penjual maupun pembeli.”

Dengan sistem seperti, sambung Yan, diharapkan bisa memudahkan penjual UKM baik yang berjualan lewat situsnya sendiri atau lewat layanan marketplace untuk bisa fokus memaksimalkan pendapatannya. Tanpa harus memikirkan inventarisnya, pengepakan, hingga pengiriman barang ke pihak logistik.

“Mereka [penjual] hanya tinggal fokus ke front end untuk peningkatan penjualannya saja lewat berbagai channel e-commerce. Kami yang akan urus bagian back end-nya hingga barang bisa sampai ke tangan pembeli.”

Kompetisi kian ketat

Kehadiran Iruna, otomatis meramaikan kondisi persaingan perusahaan logistik di Tanah Air. Sebelum Iruna, sudah ada beberapa penguasa di antaranya JNE, Tiki, 21Express, Pos Logistik Indonesia, aCommerce, Deliveree hingga Ninja Xpress.

[Baca juga: Sektor E-Commerce Baru Sumbang 7 Persen Bisnis Logistik Indonesia]

JNE dan Tiki adalah contoh perusahaan logistik dengan jaringan yang sudah merambah ke seluruh Indonesia, bahkan luar negeri. Beda halnya dengan Deliveree ataupun Ninja Xpress yang masih bermain di kawasan Pulau Jawa, Bali, dan sebagian Sumatera.

Iruna sendiri, dalam langkah pertama berbisnisnya mulai agresif membuka gudang di sembilan titik di kota besar di Indonesia. Ke depannya, bakal ada gudang lainnya di kota-kota kecil segera menyusul untuk mendukung pengusaha UKM yang di sana.

Yan berharap, salah satu upayanya ini dapat membantu Iruna merealisasikan ambisinya sebagai perusahaan e-logistik terbesar di Tanah Air dalam kurun waktu tiga hingga lima tahun mendatang.

“Potensi bisnis e-commerce Indonesia sangat besar, sehingga sudah bukan saatnya untuk tes pasar. Kami serius masuk ke bisnis ini dengan dimulai dari skala besar, ingin menjawab solusi yang kerap dihadapi industri e-commerce,” pungkas Yan.