Perkuat Bisnis Servis, Layanan E-commerce B2B Mbiz Bidik Pasar UKM di Tahun 2019

Untuk melanjutkan tren raihan laba bersihnya, startup B2B e-commerce milik Lippo Group, Mbiz, akan memperkuat bisnis pengadaaan jasa (service) pada tahun depan yang menjadi lini bisnis utama Mbiz sebagai marketplace e-procurement untuk business-to-business (B2B) dan business-to-goverment (B2G).

Co-Founder dan COO Mbiz Ryn Hermawan mengungkapkan, pihaknya akan menambah sejumlah layanan baru pengadaan jasa yang saat ini sudah memiliki 11 kategori. Penambahan ini dilakukan karena pasar pengadaan jasa sangat besar, di mana sebanyak 80 persen belanja perusahaan di Indonesia berasal dari pengadaan jasa.

“Kami akan enhancing solusi-solusi kami di kategori service. Kemudian dari segi kontrak, kami akan tingkatkan karena kami lihat, pengadaan klien kami besar, tapi mereka membeli dalam kontrak terbatas atau jangka pendek dua tahun ke depan,” ungkap Ryn ditemui DailySocial beberapa waktu lalu.

Menurut Ryn, bisnis pengadaan jasa berpeluang besar di Indonesia karena selama ini belum pernah ada pengadaan yang dilakukan melalui jalur online. Dengan masuk ke bisnis ini, ekosistem akan lebih tercipta dan membuat keterikatan bisnis antara perusahaan dengan pelanggan dan vendor.

“Secara ekosistem jadi bagus, (pengadaan jasa melalui online) akan membuat keterikatan, terhadap vendor dan customer. Demikian juga keterikatan terhadap kualitas dan harga yang diberikan,” tambah Ryn.

Mbiz dapat dikatakan sebagai layanan e-commerce yang masuk ke pasar niche, karena layanan jasa yang disediakan antara lain customize items, media outdoor placement, event organizer, civil mechanical engineering, gimmick marketing, hingga leasing.

Adapun, pelanggan yang menggunakan jasa Mbiz berasal dari segmen large enterprise dan blue chip company. Ke depan, perusahaan akan menyasar ke segmen small medium enterprise (SME) yang mana kebutuhannya semakin kompleks karena bisnisnya semakin berkembang. Ada lebih dari 500 klien Mbiz, dengan 200 perusahaan dan 300 vendor.

“Pasar bisnis pengadaan untuk B2B sangat menjanjikan di Indonesia, tetapi kami belum rencana masuk ke segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) karena kebutuhan bisnis mereka jauh berbeda dengan SME dan large enterprise.”

Cari pendanaan baru tahun depan

Diakui Ryn, saat ini dana untuk mendukung pengembangan bisnisnya masih cukup. Ia belum melihat kebutuhan mendesak untuk mencari pendanaan baru dalam waktu dekat. Namun, ia menyebutkan pihaknya akan kembali mencari pendanaan baru untuk seri B di tahun depan.

Adapun, sebagian besar pendanaan perusahaan dialokasikan untuk working capital. “Secara kebutuhan dana, kami belum urgent saat ini. Tapi kami ada rencana ke sana mungkin di akhir tahun ini atau di awal 2019,“ ujar Ryn.

Mbiz menerima pendanaan seri A dari Tokyo Century Corporation (TCC) dengan nilai yang tidak bisa disebutkan pada 2017. Suntikan dana mengangkat valuasi perusahaan menjadi Rp1,3 triliun. Saat ini, Lippo Group masih menguasai mayoritas saham di Mbiz.

Laporan DailySocial: Lanskap B2B E-commerce di Indonesia

E-commerce menjadi salah satu segmen bisnis digital yang telah terbukti tumbuh subur di Indonesia. Model bisnis yang populer diterapkan ialah B2C (Business-to-Consumer) dan C2C (Consumer-to-Consumer). Sesungguhnya ada potensi lain yang dapat digarap dengan platform e-commerce, yakni B2B (Business-to-Business), menyasar korporasi, UKM, dan pelaku usaha lainnya. Untuk menjangkau pangsa pasar bisnis, dibutuhkan banyak improvisasi di sisi layanan, salah satunya menerapkan e-procurement. Sejauh ini sudah ada beberapa pemain B2B commerce yang mencoba menggarap pasar Indonesia. Mereka beradu tangkas memperebutkan potensi pasar B2B yang masih tergolong “hijau”.

Untuk melihat sejauh mana pangsa pasar B2B commerce di Indonesia dan menelusuri pemahaman masyarakat tentang ketersediaan platform tersebut, DailySocial mencoba melakukan riset untuk topik terkait. Riset ini fokus mendalami kondisi pasar yang ada dan karakteristik platform B2B commerce yang sudah beroperasi di Indonesia.

Dalam laporan ini, DailySocial jmenyertakan hasil survei yang digagas bersama Jakpat Mobile Survey Platform, mengobservasi pemahaman responden tentang platform B2B commerce.

Beberapa poin yang dibahas dalam laporan ini:

  1. Potensi pangsa pasar B2B di Indonesia, melihat tren pertumbuhan global.
  2. Pemahaman masyarakat tentang B2B commerce.
  3. Karakteristik dan ragam fitur B2B commerce yang telah beroperasi.

Untuk pemaparan yang lebih detail, silakan unduh laporan riset bertajuk “A Study of B2B Commerce Services in Indonesia 2018″ secara gratis di sini.

Rencana Pengembangan dan Pembaruan Bizzy di Kuartal Ketiga 2017

Layanan procurement dan e-commerce B2B Bizzy, kini tengah berbenah dan menyiapkan roadmap di bawah kepemimpinan CEO Andrew Mawikere. Resmi menjabat sebagai CEO Bizzy bulan Mei 2017 lalu pasca akuisisi terhadap “Alpha” dengan nilai yang tidak disebutkan, Andrew bakal melakukan revamping dan pengembangan pricing engine, pusat merchant, dan segera meluncurkan Bizzy Select marketplace.

Di sisi lain, Peter Goldsworthy, President Bizzy dan CEO sebelumnya, telah mundur dari posisinya per Juli lalu dan kini menjabat Partner Maloekoe Ventures. Karena Maloekoe Ventures masih merupakan investor Bizzy, Peter kini menjadi wakil VC tersebut di board Bizzy.

“Bagi Bizzy, peluncuran layanan tersebut adalah penting untuk memaksimalkan solusi sekaligus menambah keuntungan kepada pengguna, vendor dan stakeholder. Pembaruan ini kami percaya akan memperkaya investasi Bizzy untuk kegiatan edukasi kepada pelanggan, vendor dan stakeholder agar bisa mulai mengadopsi platform kami. Revamp ini dijadwalkan akan selesai dan live bulan Agustus ini,” kata Andrew.

Pasca mendapatkan pendanaan Seri A, di bawah kepemimpinan Andrew, misi Bizzy adalah menerapkan ekonomi yang transparan dan mendukung ekosistem inklusi bisnis digital secara efisien.

Latar belakang pendidikan keuangan yang dimiliki Andrew, termasuk pengalamannya menjadi Co-Founder Mbiz, disebut cocok mendukung arah pengembangan Bizzy yang sekarang dalam tahap scale up.

Memperluas kerja sama dan kolaborasi

Memasuki kuartal ketiga di tahun 2017, salah satu rencana yang bakal dilancarkan Bizzy adalah memperluas kerja sama dan kemitraan strategis dengan industri yang beragam, perusahaan besar hingga kecil, maupun letak geografis.

“Tujuan perluasan kerja sama strategis tersebut agar bisa mengembangkan dan melakukan eksekusi kegiatan operasional. Kami juga akan mulai fokus untuk melakukan scale up dan memperluas jaringan vendor lokal di luar Jadetabek,” kata Andrew.

Saat ini Bizzy telah memiliki katalog produk sebanyak 19 kategori utama dari lebih 5100 sub-kategori, dengan mengedepankan cross-docking fulfillment model agar bisa memaksimalkan waktu, Bizzy juga terus melakukan kolaborasi dengan mitra logistik dan vendor lokal di seluruh Indonesia.

“Dengan melanjutkan inovasi dan digital platform yang inklusif untuk ekosistem B2B, diharapkan bisa membuat Bizzy tetap tampil relevan,” tutup Andrew.

Tips Mencari Sosok Co-Founder Ideal Menurut Modalku, Mbiz, dan Bang Joni

Ibarat mencari pasangan hidup, mencari co-founder itu susah susah gampang. Sebab, merekalah orang yang akan membantu Anda mewujudkan perusahaan impian. Ada yang mengatakan orang terdekat Anda lah yang tepat menjadi co-founder, namun cari apakah ini selalu tepat?

DailySocial mencoba untuk merangkum berbagai tips dari penggiat startup Indonesia, di antaranya dari petinggi Modalku, Bang Joni, dan Mbiz. Berikut rangkumannya:

Harus memiliki keahlian berbeda

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan banyak orang yang terjebak saat mencari co-founder dengan lebih memilih orang yang sudah mereka kenal sebelumnya. Ini berbahaya karena secara natural biasanya orang berteman dengan orang-orang dengan latar belakang yang mirip, sehingga tanpa sadar memiliki keahlian yang sama.

Padahal dalam memulai bisnis, pertama-tama harus tentukan terlebih dahulu kapabilitas yang dibutuhkan untuk sukses. Dari sana, kita assess diri sendiri dan/atau calon founders apakah bila digabung kapabilitas ini bisa terpenuhi.

“Secara technical, founders idealnya memiliki skillset yang berbeda sehingga saling melengkapi, bukan saling bersaing. Kalau sama-sama jago di bidang sales, pasti dua-duanya ingin kontrol sales,” terang Reynold.

Yang terpenting, sambungnya, setiap founder harus memiliki keahlian, wewenang, dan tanggung jawab yang harus di atur terlebih dahulu agar jelas. Tujuannya agar tidak terjadi deadlock atau infighting.

Dia mengakui, untuk mencari founder dengan keahlian yang saling melengkapi itu sangat sulit. Biasanya baru ditemukan di luar lingkungan pertemanan, meski terkadang ada juga dari sana.

“Terakhir, yang tak kalah penting adalah memiliki values. Walaupun skillset berbeda, values harus serupa sehingga perusahaan akan selalu didahului dan membelakangkan ego. Bila Anda mendapatkan sosok tersebut, artinya Anda telah mendapatkan founder yang ideal.”

Lihat keahlian yang “dibutuhkan” perusahaan

Sementara itu, menurut CEO Mbiz Ryn Hermawan, Anda harus memperhatikan keahlian yang dibutuhkan oleh perusahaan itu sendiri, termasuk investor. Dengan mengombinasikan kebutuhan perusahaan, baik itu dari segi jaringan, pengalaman bekerja sebelumnya, beserta pencapaiannya yang bakal digunakan perusahaan untuk mendukung bisnis ke depannya.

In reality biasanya investor atau perusahaan cari founder itu based on kesamaan visi dahulu, founder perlu percaya dengan ide dan goal akhirnya. Sebab itu yang akan initiate the excitement dan fondasi dasar untuk di bawa ke tahapan eksekusi,” kata Ryn.

Harus punya “chemistry”

Senada dengan Ryn, CEO Bang Joni Diatche G Harahap menuturkan bahwa memiliki chemistry adalah hal utama yang harus dicari saat mencari founder. Chemistry menjadi penting demi melihat kecocokan dari masing-masing founder baik secara personal maupun bisnis, serta dengan bisnis perusahaan itu sendiri. Bila itu tidak ada, bisa dipastikan hubungan antar rekan kerja akan sulit harmonis.

Ache, panggilan akrab Diatche, menambahkan, dia juga memilih perlunya founder untuk memiliki kesamaan visi dan mental yang kuat.

“Karena mental yang itu, menurut saya adalah salah satu variabel utama untuk kesuksesan suatu perusahaan. Kalau ketiga unsur tersebut tidak pas, tidak akan gabung,” kata Ache.

Raih Laba, Mbiz Pasang Target Ambisius dan Mulai Wacanakan IPO

Mbiz, marketplace e-procurement untuk B2B dan B2G dari Group Lippo, memasang target yang sangat ambisius untuk menjadi pemain e-commerce niche terdepan di Indonesia. Target ini dibuat berdasarkan hasil kinerja perusahaan yang diklaim sudah mencetak laba, meski Mbiz belum genap dua tahun berdiri. Ditambah pemain yang bergerak di sektor tersebut masih dapat dihitung jari.

Kendati tidak disebutkan jumlah perolehan labanya, Mbiz menargetkan pada tahun ini penjualan bersih (Net Merchandise Value) dapat tumbuh hampir 2x lipat menjadi Rp3,5 triliun dari perolehan di tahun lalu sebesar Rp1,3 triliun. Untuk 2018, penjualan bersih ditargetkan dapat naik hingga 4x lipat menjadi Rp20 triliun.

Untuk merealisasikan target tersebut, ada sejumlah strategi yang bakal dilakukan perusahaan. Kepada DailySocial, Co-Founder dan COO Mbiz Ryn Hermawan menjelaskan pada tahun ini perusahaan akan fokus mengembangkan kategori layanan yang bergerak di bidang jasa.

Layanan ini diklaim sebagai ladang subur bagi perusahaan karena dapat mencetak keuntungan hingga double digit, dibandingkan dengan layanan pengadaan barang. Pasalnya berdasarkan temuan perusahaan, dari total belanja perusahaan sekitar 90%-95% lari ke arah pengadaan jasa. Besarnya alokasi, membuat perusahaan jadi tergiur untuk menggarap sektor tersebut.

“Tahun lalu kami banyak belajar dari pelanggan yang kebanyakan dari level blue chip company. Dari situ, kami mendapat masukan bahwa ada opportunity lain di luar layanan pengadaan barang, yakni bidang jasa. Makanya sekarang kami siapkan ekosistem, agar tahun depan bisnis mulai fokus ke skalabilitas,” terang Ryn.

Adapun layanan jasa yang akan disediakan Mbiz di antaranya customize items, media outdoor placement, event organizer, civil mechanical engineering, gimmick marketing, leasing, dan lainnya.

Strategi ini dinilai Ryn lebih efektif ketimbang mengembangkan jumlah Stock Keeping Unit (SKU), lantaran SKU lebih identik dengan unsur transaksional. Sementara, Mbiz ingin mendorong ke arah procurement solution yang dinilai dapat mendorong terhadap bisnis sebenarnya.

“Sebab penawaran solusi ini lebih mengarah ke arah pemecahan masalah yang dihadapi klien, ada banyak sekali solusi yang bisa kami sasar.”

Siap cari dana segar tambahan

Untuk mendukung seluruh rencana di atas, Ryn mengungkapkan pihaknya berencana untuk kembali menggalang putaran dana seri B pada tahun ini. Kendati, dia bilang perusahaan tidak begitu terburu-buru untuk melaksanakan rencana tersebut, mengingat ada sejumlah kerja sama strategis yang dapat dikembangkan bersama investor Mbiz.

“Mbiz tidak mau terlalu buru-buru cari funding, memang ada rencana raise funding ke seri B, tapi belum diputuskan apakah tahun ini atau tidak. Meski secara angka kami pasang target yang ambisius di 2018, dengan kata lain itu surely need new funding.”

Sebagai informasi, Mbiz pada awal tahun ini baru menerima pendanaan seri A dari Tokyo Century Corporation (TCC) dengan nilai yang tidak disebutkan. Pendanaan tersebut membuat nilai valuasi perusahaan mencapai Rp1,3 triliun.

Masuknya TCC menjadi partner strategis Mbiz karena perusahaan tersebut adalah perusahaan pembiayaan untuk berbagai solusi. Saat ini kepemilikan saham perusahaan tetap mayoritas dikuasai oleh Group Lippo.

Sejauh ini, Mbiz mengklaim bisnisnya tidak mengandalkan captive dari Group Lippo. Malah hampir 99% pemesanan berasal dari luar grup. Mbiz berencana untuk ekspansi ke kota tier 1 seperti Surabaya, Makassar, Medan, Yogyakarta, Palembang, Manado, dan lainnya. Tak hanya itu, perusahaan juga berencana untuk menambah jumlah talenta menjadi sekitar 450 orang dari posisi saat ini 240 orang.

Dari segi pencapaian bisnis, Mbiz telah mencetak nilai rata-rata kontrak transaksi sebesar Rp312 juta dengan lebih dari 100 ribu SKU yang terdiri dari 11 kategori barang dan jasa dengan lebih dari 4 ribu sub kategori.

Total mitra Mbiz diklaim lebih dari 600 perusahaan di seluruh Indonesia. Beberapa mitra diantaranya HM Sampoerna, Toyota Astra Motor, AirAsia, Bank Danamon, Combiphar, BRI, dan lainnya.

Mulai wacanakan IPO

Pencapaian Mbiz yang diklaim berhasil mencetak laba di tahun kedua sejak didirikan, membuktikan perusahaan mampu tumbuh positif tanpa harus melakukan subsidi dalam penjualan produk. Ryn meyakini pencapaian ini dapat kembali dilakukan, bila strategi dan eksekusi dilakukan dengan benar dan tepat.

Dia pun kembali berharap agar tahun ini perusahaan akan kembali melaba, meski dia tidak menyebutkan persentase pertumbuhan laba yang ditargetkan.

“Kami berharap pertumbuhan laba akan sejalan dengan pertumbuhan bisnis, meski kami melihat ke depannya untuk membangun ekosistem butuh sejumlah alokasi investasi yang harus dikucurkan dari perolehan laba.”

Ryn mengungkapkan sejumlah resep yang dilakukan perusahaan agar dapat melaba, diantaranya tidak melakukan subsidi dengan menurunkan harga di luar batas kewajaran, selektif dalam akusisi, pembukuan yang tepat, menekankan produktivitas dengan memperhatikan ongkos operasional, dan lainnya.

“Konsep kami adalah tidak melakukan strategi yang tidak profitable bagi Mbiz. Sebab dari awal kami ingin ciptakan ekosistem bisnis yang positif dan ingin bersaing secara sehat.”

Melaba adalah salah satu unsur yang harus dicapai oleh suatu perusahaan sebelum melantai di bursa. Ketika ditanya mengenai hal tersebut, Ryn menjelaskan Mbiz memiliki kemungkinan yang terbuka untuk melaksanakan exit strategy tersebut. Hanya saja, tidak dilakukan dalam waktu dekat.

“Mbiz memiliki forecast positif di 2017, the road [untuk IPO] will be obviously terbuka. Namun tahun pelaksanaannya belum tahu, mungkin 3-4 tahun mendatang, that will be another story. Kami memang ada arah ke sana,” pungkas Ryn.

Mbiz dan Visinya Menjadi Platform Business Process Outsourcing

Awal tahun 2016 lalu Grup Lippo meresmikan Mbiz, layanan e-commerce yang ditujukan untuk segmentasi Business to Business (B2B) dan Business to Government (B2G). Di ranah online segmentasi ini untuk e-commerce memang belum begitu terdominasi oleh salah satu pemain. Beberapa masih bertumbuh dan menemukan pola, termasuk Bizzy dan Bhinneka.

Makin menguatkan keberadaannya di pangsa pasar korporat, suntikan pendanaan seri A didapat Mbiz belum lama ini. Pendanaan didapat dari Tokyo Century Corporation dengan nominal yang tidak disebutkan. Dari pemaparan tim Mbiz, pendanaan tersebut membawakan valuasi perusahaan mencapai nilai Rp1 triliun.

“Pada akhirnya kami tidak sekedar mencari pendana atau investor, tapi partner dengan pengalaman dan wawasan luas yang dapat membantu kami mewujudkan visi dan misi perusahaan. Kami menyadari bahwa industri e-commerce dan e-procurement di Indonesia masih memiliki peluang yang cukup besar, oleh karena itu pendanaan seri A yang didapat akan kami gunakan untuk general corporaate purposes dan melakukan penambahan pada working capital.”” disampaikan tim komunikasi Mbiz kepada DailySocial.

Mematangkan e-procurement solution dan business process outsourcing

Dari pemaparan tim Mbiz, bisnis e-commerce B2B di Indonesia berkembang cukup bagus. Belum terlalu banyak yang melirik sektor ini. Kalau kita lihat kondisi di beberapa negara lain seperti Tiongkok, nilai pasar B2B-nya 37 kali lipat dari nilai B2C. Korea nilai B2B-nya 52 kali lipat daripada nilai B2C. Secara rata-rata di negara lain, nilai B2B itu sekitar 40 kali lipat dari nilai B2C.

Untuk itu sedari tahap awal Mbiz beroperasi, pihaknya tidak ingin hanya menjadi kanal transaksional semata, tapi ingin memiliki engagement yang lebih terhadap pelanggan.

“Kami mendefinisikan Mbiz sebagai e-procurement solution dan kami sudah mengarah kepada business process outsourcing, di mana kalangan perusahaan melakukan outsource proses pengadaan mereka kepada Mbiz.”

Salah satu fitur yang diklaim menjadi pembeda dalam Mbiz adalah pada e-procurement solution yang menyatu dengan katalog.

“Jadi kalau misalnya pemain lain user memilih lalu masuk ke keranjang digital mereka lalu selesai. Sementara kami menyediakan proses pengadaan barang dan jasa dalam platform, misalnya ada sebuah perusahaan dengan 5 departemen yang berbeda, dengan masing-masing budget yang berbeda dan sistim yang berbeda, itu semua bisa di-setting dalam platform kami. Sehingga kami bisa menyesuaikan dengan standar operasional dan prosedur pelanggan.”

Menyediakan layanan berbasis jasa untuk perusahaan

Pembaruan terakhir di Mbiz adalah ketersediaan layanan berbasis jasa bagi para pelanggan. Melalui layanan berbasis jasa ini para pelanggan bisa melakukan proses pengadaan berbasis jasa bagi perusahaan seperti placement untuk iklan, jasa event organizer, SPG dan yang lainnya. Hal ini juga dibubuhkan untuk menguatkan posisi Mbiz di segmen B2B dan B2G.

Inovasi dirasa perlu terus digulirkan karena penetrasi pada segmentasi korporasi cukup menantang. E-commerce B2B juga pada dasarnya berupaya mengubah kebiasaan pada sebuah korporasi, bukan individu seperti B2C, dan ini sangat erat kaitannya dengan ragam kebijakan di perusahaan, struktur perusahaan dan lainnya yang harus senantiasa disesuaikan.

Grup Lippo Luncurkan Platform E-Commerce Korporasi Mbiz

Grup Lippo kembali memperluas segmen bisnis digitalnya secara agresif. Hari ini (22/3) Grup Lippo mengumumkan kehadiran layanan e-commerce Business to Business (B2B) dan Business to Government (B2G) bernama Mbiz di Jakarta. Mbiz sendiri saat ini masih dalam tahap beta meski sudah bisa diakses oleh publik.

Mbiz didirikan Grup Lippo sebagai solusi proses pengadaan barang secara online bagi perusahaan dan instansi pemerintah dengan layanan yang dapat disesuaikan menurut kebutuhan masing-masing.

Mbiz adalah layanan berbasis e-commerce kedua dari Grup Lippo yang sebelumnya telah meluncurkan layanan e-commerce B2C MatahariMall pada September 2015 silam. Pun begitu, jumlah investasi yang dikeluarkan Grup Lippo untuk Mbiz tidak diungkapkan.

CEO Lippo Digital Group Adrian Suherman mengatakan, “Sejak kuartal tiga 2015, Mbiz telah mulai memberikan layanan untuk unit bisnis Lippo. Dengan inisiatif ini, Lippo turut membangun ekosistem digital di mana para mitra tidak hanya menjual ke konsumen ritel tetapi juga perusahaan dan instansi pemerintah.”

Operasional Mbiz sendiri saat ini dipimpin oleh dua orang co-founder, yakni Ryn Hermawan dan Andrew Mawikere. Sementara itu Adrian Suherman dan Arnold Sebastian Egg berperan sebagai Supervisory Board Mbiz.

Sebelum bergabung dengan Mbiz, Ryn sendiri telah mengecap pengalaman berkecimpung di industri digital bersama DHL Express Indonesia dan FedEx. Sedangkan Andrew memiliki latar belakang karier di finansial bersama J.P Morgan.

Andrew menyebutkan bahwa saat ini dalam platform Mbiz sudah tersedia sepuluh kategori, di antaranya adalah IT, peralatan tulis, peralatan industri, hingga groceries.

Sehubungan dengan kondisi Mbiz yang masih berada dalam tahap beta, untuk tahun 2016 ini fokus Mbiz adalah pengembangan sistem dan juga menambah jumlah produk dan kategori yang disediakan. Selain itu, Mbiz juga dalam proses penjajakan sebagai vendor untuk proyek e-katalog pemerintah Indonesia untuk institusi pemerintah.

“Kami memberikan kemudahan [untuk perusahaan dan pemerintah] di antaranya, transaksi dapat dilakukan kapan dan di mana saja, digital approval melalu email [untuk supervisor], e-invoice dan faktur pajak elektronik yang keseluruhan transaksinya tersimpan di web untuk audit dan keperluan lainnya. Kami berharap […] dapat membangun proses procurement yang transparan, nyaman, serta bisnis yang berkelaanjutan dengan berbagai pihak,” tutup Ryn.