Tinkerlust Perbarui Strategi Bisnis, Bukukan Pendanaan di Awal Tahun 2020

Platform yang menjual produk fesyen dan aksesoris second-hand atau preloved Tinkerlust susun strategi bisnis baru. Kini mereka gencarkan produk berbasis “sustainable fashion” dan menjalin kolaborasi strategis dengan brand lokal. Masih besarnya sampah yang dihasilkan dari industri fesyen, menjadi salah satu konsentrasi mereka. Tujuannya juga sebagai edukasi bagi masyarakat.

Co-Founder & CEO Tinkerlust Samira Shihab mengungkapkan, gerakan sustainable fashion ini sebelumnya telah sangat familiar dilancarkan di Eropa. Melalui platform Tinkerlust, diharapkan bisa memperkenalkan kegiatan ini kepada masyarakat Indonesia lebih luas lagi.

“Dengan model bisnis baru ini, diharapkan bisa menjadikan Tinkerlust pioneer platform sustainable fashion. Masih konsisten dengan target perusahaan yaitu platform untuk perempuan dan sekarang menambah kemitraan baru dengan brand lokal,” kata Samira.

Sejak didirikan tahun 2015 lalu, Tinkerlust telah memiliki sekitar 200 ribu monthly active user (MAU). Masih memanfaatkan situs web sebagai platform transaksi, Tinkerlust belum memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi. Untuk memudahkan penjual dan pembeli hingga mitra mengakses platform, Tinkerlust menghadirkan tampilan UI/UX sesederhana mungkin.

Meskipun saat ini sudah banyak platform yang menjual produk serupa, namun belum banyak di antara yang secara khusus memfokuskan kepada target pasar perempuan.

Model bisnis fashion commerce berkembang pesat di Indonesia. Sebut saja yang dihadirkan Style Theory, alih-alih menjual, mereka menghadirkan mekanisme penyewaan produk busana bermerek. Beberapa peritel akhirnya juga go-online, seperti yang dilakukan oleh Metrox Group dengan menghadirkan Onmezzo atau Matahari dengan platform digitalnya.

Penggalangan dana dan kampanye “Local Heroes”

Setelah mengantongi pendanaan dari Merah Putih Inc dan angel investor Danny Oei Wirianto dengan nilai yang tidak disebutkan tahun 2017 lalu, awal tahun 2020 ini Tinkerlust telah membukukan pendanaan baru. Tidak disebutkan lebih jauh berapa nilai pendanaan tersebut dan siapa saja investor yang terlibat, namun Samira menyebutkan cukup bersyukur pendanaan tersebut rampung sebelum pandemi.

“Bulan Januari 2020 lalu kami baru saja menyelesaikan penggalangan dana. Untungnya proses tersebut selesai sebelum penyebaran Covid-19. Untuk penggalangan dana selanjutnya kami belum memiliki rencana tersebut,” kata Samira.

Untuk menandai strategi bisnis baru mereka, Tinkerlust akan meluncurkan kampanye “Local Heroes”. Dalam kampanye ini perusahaan mengajak brand lokal yang memiliki visi sejalan untuk berkolaborasi bersama menjual produknya di Tinkerlust. Sekitar 14 brand lokal sudah bergabung, dan telah berkolaborasi menggelar serangkaian acara seperti virtual fashion show dan fashion talk show. Pada kesempatan kali ini TMRW by UOB dan juga Makeover mendukung aksi dari Tinkerlust sebagai exclusive partner.

“Tinkerlust ingin menciptakan ruangan fashion yang lebih sustainable dengan memberikan edukasi kepada konsumen setia kami lewat kolaborasi dengan brand lokal yang memiliki koleksi ramah lingkungan. Ini adalah salah satu bentuk kontribusi dalam mengurangi limbah fashion karena produk tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang,” imbuh Co-Founder & COO Tinkerlust Aliya Amitra.

Bagaimana Seharusnya Startup Menerapkan “Bakar Uang”

Kurang dari muncul pemberitaan yang menyebutkan Lippo Group melepas sebagian sahamnya di platform dompet digital Ovo. Salah satu alasan yang diungkapkan adalah ketidakmampuan Lippo Group menyokong kegiatan cash burn rate atau “bakar duit” yang dilakukan secara masif.

Pertimbangan

“Bakar uang” bisa saja dilakukan namun tidak harus dilakukan. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan startup yang baru memulai bisnis dan menggunakan uang yang didapatkan dari investor untuk keperluan bisnis sebelum perusahaan menghasilkan keuntungan. Dari pendanaan yang diperoleh, kebanyakan startup menghabiskan uang yang besar jumlahnya untuk kegiatan tersebut. Alasannya tentu saja beragam, mulai dari akuisisi pengguna, brand awareness hingga keperluan untuk menambah tim hingga memindahkan kantor baru.

Saat ini, ketika banyak layanan e-commerce, penyedia dompet digital, hingga layanan transportasi ride-hailing melakukan kegiatan “bakar uang”, apakah menjadikan kegiatan tersebut wajib untuk dilakukan? Jawabannya tentu saja tidak. Jika pada akhirnya kegiatan ini menjadi rencana startup Anda, ada baiknya untuk melakukan pertimbangan dan kalkulasi akurat sebelum melancarkan kegiatan ini.

Burn rate selalu memiliki anggaran dan perlu dikeluarkan untuk mempercepat pertumbuhan. Ini bisa sepenuhnya dihindari tetapi sebagai hasilnya pertumbuhan akan melambat tetapi tidak berhenti. Jika pertumbuhan berhenti tanpa burn rate maka ada yang salah dengan produk,” kata CEO Dana Vincent Iswara.

Vincent melanjutkan, saat yang tepat untuk melakukan kegiatan ini adalah ketika produk sudah mengalami pertumbuhan sebelum kegiatan “bakar uang” mulai dilakukan. Kemudian saat yang tepat untuk berhenti adalah ketika biaya akuisisi mulai melebih anggaran yang ditentukan.

“Tentunya setiap industri memiliki kalkulasi yang berbeda-beda, tergantung dari customer lifetime value. Intinya adalah burn rate harus lebih rendah nilainya dari customer lifetime value,” kata Vincent.

Menurut Director of GK Plug and Play Indonesia Aaron Nio, kegiatan ini sah-sah saja dilakukan, tergantung pada industri yang disasar. Aturan umum praktis yang baik adalah kegiatan ini paling tidak sudah dipastikan hanya berjalan sekitar 6 bulan saja dan startup memiliki kemampuan untuk bisa bertahan. Dengan demikian ketika adanya perubahan yang terjadi secara drastis, semua bisa diantisipasi sejak awal.

Hal lain yang patut diperhatikan startup ketika ingin melakukan kegiatan bakar uang adalah unit ekonomi bisnis harus masuk akal.

“Saat yang tepat untuk mulai melakukan burn rate adalah ketika startup sudah melewati proses Product Market Fit, telah melakukan penggalangan dana untuk fokus kepada pertumbuhan, dan memiliki obyektif yang jelas serta target yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut.”

Cara menghitung burn rate

Pada dasarnya tidak sulit untuk melakukan kalkulasi burn rate perusahaan. Yang perlu diperhatikan, burn rate dapat dihitung dengan atau tanpa faktor pendapatan dimasukkan ke dalam persamaan. Perhitungan “dengan penghasilan” dapat membantu agar lebih memahami kelayakan jangka panjang dari pengeluaran perusahaan. Skenario “Tanpa penghasilan” adalah perhitungan skenario terburuk yang menunjukkan berapa lama perusahaan mampu bertahan jika semua penghasilan tiba-tiba terputus.

Untuk menghitung rata-rata burn rate bulanan dalam setahun, kurangi uang tunai saat ini dari modal awal Anda, lalu bagi dengan 12. Misalnya, jika perusahaan memiliki $500.000 pada tanggal 1 Januari dan $200.000 pada tanggal 31 Desember:

($500.000 – $200.000) ÷ 12 bulan = burn rate $25.000

“Menurut saya cara tepat melakukan kalkulasi burn rate adalah it’s anywhere you spend your money on, biasanya per bulan. Pengeluaran per bulan berapa, sama dengan kita manage our own financial kali ya. Sebulan habis berapa buat makan, bensin/transport, hiburan, utilitas. So a startup calculate their burn rate based on their monthly expense,” kata Investment Manager Merah Putih Inc Chrisvania Handita Nyssa.

Terlepas dari situasi tersebut saat perusahaan mulai melakukan kegiatan “bakar uang”, pastikan setidaknya kegiatan tersebut dilakukan selama enam bulan. Kurang dari itu bisa jadi perusahaan tidak siap menerima perubahan pendapatan atau pengeluaran yang tidak terduga.

Dengan kata lain, pengeluaran bulanan perusahaan tidak boleh masuk ke modal minimum yang dibutuhkan, agar bisnis tetap berjalan selama enam bulan ke depan.

Pertumbuhan vs profit

Saat ini sudah banyak investor yang memilih untuk fokus ke profit dibandingkan growth. Jika sebelumnya metrik growth menjadi raja, kini tren tersebut sudah mulai beralih ke profit atau margin dan bagaimana perusahaan bisa memperoleh pendapatan positif tanpa harus bergantung kepada kegiatan “bakar uang”.

Menurut Managing Partners Jungle Ventures David Gowdey, langkah tersebut sebaiknya diambil untuk menghindari potensi permasalahan di masa mendatang.

“Sejak awal kita selalu mengajak pendiri startup untuk memikirkan margin atau profit dibandingkan GMV, sehingga rencana dan target dalam jangka panjang sudah bisa ditentukan, bukan hanya prediksi atau target saja. Kita juga melakukan pendekatan yang unik saat mencari startup yang memiliki potensi, yaitu startup yang sedang tidak melakukan penggalangan dana. Mereka yang kami cari,” kata David.

Perusahaan yang meningkatkan pendapatan dengan cepat dan dengan margin kotor yang tinggi seringkali harus berinvestasi lebih banyak dari modal yang mereka miliki ke pertumbuhan.

Ketika perusahaan telah menemukan Product Market Fit, perusahaan akan tumbuh dengan cepat dan kesempatan untuk merebut market share terbuka lebar sebelum persaingan dengan pemain lainnya. Idealnya investasi yang baik dari dana tersebut adalah memperkuat tim engineer, kantor baru (jika memang benar-benar dibutuhkan), dan kegiatan pemasaran.

“Pada akhirnya memang burn rate tidak bisa dihindari, namun jika digunakan secara tepat dan efisien, ke depannya bisa memberikan hasil yang positif untuk perusahaan. Yang paling mengerti bagaimana mengelola kegiatan ini tentu saja pendiri startup dan tim terkait, karena mereka yang paling familiar dengan berbagai kendala dan tantangan yang ditemui. Untuk itu pastikan mengambil keputusan yang tepat, apakah kegiatan ‘bakar uang’ ini perlu dilakukan, untuk keperluan apa atau tidak perlu dilakukan,” kata Chrisvania.

Tanggung jawab pendiri

Menurut Paul Graham dari Y Combinator, penyebab jatuhnya startup adalah kehabisan uang atau keputusan mundur para pendiri. Seringkali keduanya terjadi secara bersamaan.

Hal lain yang wajib diperhatikan startup baru adalah memahami dengan benar pengeluaran perusahaan. Kebanyakan pendirinya tidak mengetahui berapa pengeluaran dan operasional perusahaan, karena fokus pendiri adalah bagaimana perusahaan bisa tumbuh dengan cepat. Pendiri startup wajib memonitor dan melakukan ulasan pengeluaran secara berkala, agar bisa merumuskan langkah tepat saat “bakar uang” tidak perlu dilakukan lagi.

Pendiri startup harus memastikan perusahaannya memiliki neraca yang kuat dan bisnis yang tumbuh dengan baik sehingga memungkinkannya mendapatkan modal lanjutan untuk mendukung kegiatan “bakar uang”.

Yang perlu diingat adalah semakin masif kegiatan “bakar uang” dilakukan, semakin tinggi pengaruh investor terhadap perusahaan jika pada akhirnya mereka mulai kehabisan uang dan tidak memiliki opsi lain.

Tinkerlust Announces Funding from Merah Putih Inc and Danny Oei Wirianto

Tinkerlust, e-commerce startup offering pre-loved goods for women, announced an unspecified amount of funding obtained from Merah Putih Inc and Danny Oei Wirianto as angel investor. Tinkerlust was founded by Samira Shihab (CEO) and Aliya Amitra (COO) two years ago and claims to have gained up to 417 percent of new user traction.

“With money injection from these investors, we’re hoping to accelerate Tinkerlust development in creating a top fashion sharing platform. To provide an easy, safe, and convenient shopping experience for sellers, buyers and renters, we will focus on investing in IT, product and supply chain,” Shihab said.

Tinkerlust platform simplify those who wants to sell their stuff and have access to personal dashboard for monitoring the sales. On the other hand, buyers can easily find branded goods with competitive prices. Tinkerlust curates and selects any items received before appearing on the website to check product  authenticity and quality and make sure only the finest goods are being sold.

“We observe the progress. A shift in consumerism trains women in managing expenses and keeping up with the latest trends at the same time. Therefore, such platform as Tinkerlust will have a chance to move forward and achieve a strong position in the market. We believe Samira and Aliya have strong connections and intuitions in these industries. We support them to make Tinkerlust the top-rank in its field,” said Antonny Liem, Merah Putih Inc’s CEO.

Despite being a platform for pre-loved fashion items commerce, Tinkerlust also rents designer-made dresses. “Due to increasing users, Tinkerlust notice that consumers are looking for various designer products and well-known brands at affordable prices. Therefore, Tinkerlust presents designer-made dresses rental at affordable prices,” Shihab said.

According to the data, every woman can have about 90 fashion items in their closet worth up to Rp10 million, almost half of it are no longer used and most likely to end up in the dump. Therefore, Tinkerlust seek to assist in the process of buying and selling by providing professional photography service, suggesting market-based product prices, giving detailed product descriptions, and listing on the site.

Through Tinkerlust, Shihab wants Indonesian women to have easy access for fashion shopping. “Most Indonesians have limited access for branded goods like Zara or Tory Burch. Tinkerlust is here as shopping destination to get easy access for branded goods at affordable prices,” she concluded.


Disclosure: DailySocial and Tinkerlust both receive investment from Merah Putih Inc.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Tinkerlust Dapatkan Pendanaan dari Merah Putih Inc dan Danny Oei Wirianto

Startup pengembang situs jual beli barang preloved khusus wanita Tinkerlust baru-baru ini mengumumkan perolehan pendanaan dari Merah Putih Inc dan angel investor Danny Oei Wirianto dengan nilai yang tidak disebutkan. Tinkerlust didirikan oleh Samira Shihab (CEO) dan Aliya Amitra (COO) sejak dua tahun lalu, dan mengklaim telah mendapatkan peningkatan traksi pengguna baru mencapai 417 persen.

“Dengan adanya suntikan dana dari investor ini, kami berharap dapat mempercepat perkembangan Tinkerlust dalam menciptakan platform fashion sharing terdepan yang canggih. Untuk menghadirkan pengalaman berbelanja yang mudah, aman, dan nyaman bagi penjual, pembeli, dan penyewa, kami akan fokus untuk berinvestasi di bidang IT, produk, dan supply chain,” tutur Samira.

Platform Tinkerlust memudahkan seseorang menjual barangnya dan memiliki akses ke personal dashboard untuk memantau penjualan barang mereka. Di sisi lain, pembeli dapat dengan mudah mencari barang branded berkualitas dengan harga bersaing. karena Tinkerlust mengurasi dan menyeleksi setiap barang yang diterima sebelum dimunculkan di website untuk memastikan keaslian dan kualitas produk sehingga produk yang di jual hanyalah barang-barang berkualitas dalam kondisi dan mutu yang masih bagus.

“Kami melihat perkembangannya. Perubahan dalam konsumerisme menjadikan wanita lebih piawai dalam mengatur pengeluaran dan di saat yang sama tetap mengikuti tren terkini. Maka dari itu, platform seperti Tinkerlust ini akan berpotensi untuk terus maju dan mencapai posisi yang kuat di pasaran. Kami percaya Samira dan Aliya memiliki hubungan dan intuisi yang kuat dalam industri dan komunitas ini. Kami mendukung mereka untuk membuat Tinkerlust menjadi yang nomor satu di bidangnya,” ujar Antonny Liem selaku CEO Merah Putih Inc.

Di samping menjadi platform jual beli preloved fashion items, Tinkerlust juga menawarkan penyewaan gaun rancangan desainer. “Seiring perkembangan pengguna yang semakin meningkat, Tinkerlust menyadari bahwa konsumen suka mencari berbagai macam produk desainer dan brand terkenal dalam harga yang terjangkau. Oleh karena itu, Tinkerlust kini menghadirkan rental gaun-gaun rancangan desainer yang dapat disewa dalam harga terjangkau,” terang Samira.

Dari data yang dipaparkan Tinkerlust, setiap wanita bisa memiliki sekitar 90 item fesyen di lemari mereka yang dapat bernilai lebih dari Rp10 juta dan hampir setengah dari isi lemari mereka tidak lagi terpakai serta sering kali berakhir di tempat pembuangan. Maka dari itu, Tinkerlust berupaya untuk membantu dalam proses jual beli dengan menyediakan jasa untuk memfoto produk secara profesional, menyarankan harga jual produk sesuai keadaan pasar, pemberian deskripsi produk yang detail, dan listing di situs.

Melalui Tinkerlust, Samira juga ingin setiap wanita di Indonesia memiliki akses untuk berbelanja barang-barang fesyen branded secara mudah. “Kebanyakan orang Indonesia belum memiliki akses untuk berbelanja barang branded seperti Zara atau Tory Burch. Tinkerlust hadir sebagai destinasi belanja untuk mereka sehingga mereka bisa mendapatkan akses ke barang-barang branded secara mudah dalam harga yang miring,” paparnya.

Disclosure: DailySocial dan Tinkerlust sama-sama memperoleh investasi dari Merah Putih Inc.

HUB.id Continues Socializing Startup Industry in Depok

HUB Indonesia (HUBid) continues its attempts in supporting the growth of creative industry as well as socializing startups to people by holding another workshop in Depok, this coming November 21, 2014. This is a part of a roadshow held by HUBid in big cities in Indonesia, including Bandung, Makassar, and Gianyar. Continue reading HUB.id Continues Socializing Startup Industry in Depok

HUB.id To Hold A Showdown in Bali

After a successful launch last month, HUB.id is now continuing to spread its magic in mystical island of Bali. This time, the event will mark the end of a series of roadshow that HUB.id has had ever since last September 2014. Continue reading HUB.id To Hold A Showdown in Bali

HUB.id Is Government’s Signal to Let Creative Industry Fly even Higher

Good news for Indonesia’s digital ecosystem. HUB.id has just been officially launched yesterday in Jakarta, after successfully holding a series of roadshow in a number of cities in Indonesia. HUB.id is an online platform which aims to bridge technology-based startups, investors, media, and stakeholders in Indonesia. Continue reading HUB.id Is Government’s Signal to Let Creative Industry Fly even Higher

Kurio Becomes a Hit, Postpones Monetization Plans

It seems that Kurio knows best what to do with the series A funding they have just sealed. As being stated at the launching of its app yesterday (30/9), Kurio plans to pre-install its app on each and every unit of Polytron smartphone as well as hold the “Kurio for Publisher” program which may be beneficial to push its growth even further. Continue reading Kurio Becomes a Hit, Postpones Monetization Plans

Dapatkan Kesempatan Memperoleh Nokia Windows Phone Terbaru di Kompetisi Lumia Apps Olympiad

Nokia Indonesia dan Microsoft Indonesia mengadakan acara kompetisi pemrograman yang bertajuk Lumia Apps Olympiad. Kompetisi terbuka untuk mahasiswa (dan umum) serta menggunakan SDK Windows Phone 7.5 dan Windows Phone 8 sebagai basisnya. Juara pertama dari tiap kategori berkesempatan memperoleh medali emas, Nokia Premium Developer Program (senilai US$ 1500) dan smartphone Nokia terbaru yang menggunakan Windows Phone 8 (Lumia 820/920). Acara ini juga didukung oleh Evernote, Radya Labs dan Merah Putih Incubator.

Continue reading Dapatkan Kesempatan Memperoleh Nokia Windows Phone Terbaru di Kompetisi Lumia Apps Olympiad

Event Report: HackNation Featuring Asha Full Touch

Secara berturut-turut di hari Selasa dan Rabu lalu, Merah Putih Incubator dan Nokia Indonesia mengadakan acara HackNation. Di acara ini para pengembang ditantang dalam waktu cukup singkat membuat aplikasi berbasiskan API startups Merah Putih Inc dan berjalan di atas platform S40. S40 merupakan platform yang digunakan oleh jajaran Nokia Asha — feature phones andalan Nokia. Di pagi harinya, Indonesia mendapatkan kehormatan untuk peluncuran global seri terbaru Asha — Asha 308 dan 309.

Continue reading Event Report: HackNation Featuring Asha Full Touch