Peugeot Ungkap Mobil Konsep yang Memiliki Insting

Lima tahun yang lalu, mungkin tidak ada yang mengira kalau perkembangan industri otomotif bakal menjadi bahasan di event teknologi tahunan seperti CES. Namun sekarang, pabrikan mobil bahkan tidak segan memamerkan inovasinya di ajang yang lebih spesifik lagi, seperti Mobile World Congress yang baru saja selesai digelar. Pabrikan yang saya maksud adalah Peugeot.

Dalam kesempatan itu, Peugeot mengungkap Peugeot Instinct Concept, buah pemikiran mereka akan sebuah mobil masa depan. Pemilihan nama “Instinct” bukan tanpa alasan; mobil konsep ini memang memiliki insting dan sanggup memahami keinginan sekaligus mood penumpangnya.

Peugeot Instinct Concept dilengkapi dua mode kemudi manual dan dua mode kemudi otomatis / Peugeot
Peugeot Instinct Concept dilengkapi dua mode kemudi manual dan dua mode kemudi otomatis / Peugeot

Saya katakan penumpang karena mobil ini telah dibekali sistem kemudi otomatis. Secara total ada empat mode kemudi yang ditawarkan: dua manual (Drive Boost atau Drive Relax) dan dua otomatis (Autonomous Sharp atau Autonomous Soft). Masing-masing mode dapat diaktifkan secara manual, atau otomatis berdasarkan insting mobil itu tadi.

Rahasianya terletak pada integrasi platform berbasis cloud Samsung Artik, yang memungkinkan mobil untuk mengambil data dari perangkat terkoneksi. Contohnya, seusai sesi fitness di gym, Instinct Concept akan membaca data yang dikumpulkan oleh smartwatch Anda, lalu dengan sendirinya mengaktifkan mode Autonomous Soft sehingga Anda bisa bersantai karena ia tahu Anda sudah kecapaian.

Peugeot Instinct Concept sanggup mengambil data dari perangkat terkoneksi berkat integrasi platform Samsung Artik / Peugeot
Peugeot Instinct Concept sanggup mengambil data dari perangkat terkoneksi berkat integrasi platform Samsung Artik / Peugeot

Keesokan harinya, ketika Anda sedang dalam perjalanan ke tempat kerja, Instinct Concept akan kembali membaca data di smartwatch dan mengambil kesimpulan bahwa sesi olahraga kemarin masih belum cukup untuk mencapai target mingguan. Alhasil, ia akan menyarankan Anda untuk parkir sedikit lebih jauh dari lokasi biasanya supaya Anda bisa menyempatkan ber-jogging.

Ini baru sebagian contoh dari potensi yang dimiliki Instinct Concept. Pasalnya, smartwatch bukan satu-satunya perangkat terkoneksi yang dapat ia baca datanya. Semisal Anda punya kulkas canggih yang tersambung ke jaringan cloud, bukan tidak mungkin Instinct Concept dapat mengetahui bahwa stok bahan makanan Anda sudah menipis, lalu menyarankan dan menyajikan rute menuju supermarket terdekat.

Setir, panel instrumen beserta pedal gas dan rem akan masuk ke dalam ketika mode kemudi otomatis diaktifkan / Peugeot
Setir, panel instrumen beserta pedal gas dan rem akan ditarik masuk ke dalam ketika mode kemudi otomatis diaktifkan / Peugeot

Peugeot Instinct Concept juga tidak melupakan aspek kebebasan; kebebasan bagi pemilik mobil untuk membuat keputusan tanpa harus dibatasi oleh sistem serba otomatis yang ditawarkan. Contoh yang paling gampang, selagi dalam mode kemudi otomatis, pengguna tetap bisa mengendalikan atau memilih rute alternatif via layar sentuh yang tertanam di tengah dashboard.

Bicara soal dashboard, Peugeot telah merancang interior yang responsif untuk Instinct Concept. Responsif maksudnya dapat beradaptasi dengan mode kemudi; jadi saat mode kemudi otomatis diaktifkan, setir, panel instrumen beserta pedal gas dan remnya akan ditarik masuk ke dalam demi menyajikan ruang yang lebih lapang di dalam kabin.

Tentu saja ini semua baru sebatas konsep, tapi tetap saja merupakan konsep yang sangat menarik, apalagi jika Peugeot berhasil mengimplementasikannya menjadi mobil untuk konsumen umum dalam beberapa tahun ke depan. Selagi menunggu, kita tonton saja koleksi video Peugeot Instinct Concept berikut ini.

Sumber: Peugeot dan Wired.

Microsoft AirSim Adalah Simulator Drone dan Mobil Tanpa Sopir yang Amat Realistis

Sebelum seorang pilot dapat menerbangkan pesawat, ia harus lebih dulu lulus ujian simulasi. Drone maupun mobil tanpa sopir juga demikian. Kalau tidak, tim pengembangnya bisa menghabiskan biaya banyak hanya untuk mengajari drone buatannya membedakan tembok dan bayangan.

Simulasi sejatinya sangat berperan dalam pengembangan teknologi computer vision, machine learning maupun artificial intelligence. Gampangnya, kalau pengujiannya membutuhkan banyak trial and error, simulasi merupakan cara terbaik untuk menghindari sejumlah konsekuensi yang ada, contohnya drone yang menabrak tembok kalau dalam skenario tadi.

Tim Microsoft Research baru-baru ini merilis sebuah software simulator berlisensi open-source yang bisa dimanfaatkan untuk menguji drone, mobil maupun gadget lain yang mengandalkan AI dan teknologi kemudi otomatis. Dinamai Aerial Informatics and Robotics Platform, atau AirSim singkatnya, simulator ini diklaim sanggup menciptakan dunia virtual seakurat dan semirip mungkin dengan dunia nyata.

Berbekal Unreal Engine, AirSim mampu me-render elemen-elemen grafik yang kompleks macam bayangan atau refleksi secara akurat dan realistis. Para pengembang drone pada dasarnya bisa menguji berbagai teorinya dan menabrakkan drone buatannya berulang-ulang sampai ratusan bahkan ribuan kali tanpa harus mengalami kerugian finansial.

Microsoft menegaskan bahwa AirSim tidak dimaksudkkan untuk menggantikan pengujian di dunia nyata, namun setidaknya bisa jadi pelengkap yang efektif sekaligus efisien. Singkat cerita, sebelum pengembang menguji apakah vacuum cleaner robotik garapannya bisa benar-benar berhenti sebelum terjatuh dari tangga, mereka bisa lebih dulu mematangkan teknologinya dengan simulator ini.

Microsoft AirSim saat ini masih dalam tahap beta, akan tetapi developer sudah bisa mengaksesnya lewat GitHub.

Sumber: 1, 2, 3.

Daimler Gandeng Uber Kembangkan Mobil Tanpa Sopir untuk Keperluan Ride-sharing

Seakan tidak bisa menutupi ambisinya terhadap mobil tanpa sopir, Uber terus melakukan upaya-upaya khusus untuk mempercepat realisasinya. Terakhir kita tahu, mereka sudah mengoperasikan armada mobil kemudi otomatis hasil kolaborasinya dengan Volvo.

Sejak awal Uber telah menyadari bahwa mereka tak mungkin bisa mewujudkan teknologi ini sendirian, utamanya karena mereka sama sekali tidak punya pengalaman di bidang produksi mobil. Itulah mengapa Uber terus mencari mitra kerja sama yang memang ahli di segmen otomotif, dan yang terbaru adalah perusahaan induk yang memayungi Mercedes-Benz, yakni Daimler.

Namun kemitraannya dengan Daimler ini sedikit berbeda ketimbang yang mereka jalani bersama Volvo. Kalau dengan Volvo, Uber pada dasarnya hanya meminjam SUV XC90, lalu memodifikasi dan membekalinya dengan sistem kemudi otomatis. Di sini, bisa dikatakan Daimler-lah yang lebih banyak bekerja.

Mobil maupun teknologi kemudi otomatisnya akan dibuat oleh Daimler sendiri, sedangkan Uber hanya berperan sebagai penyedia jaringan ride-sharing. Lebih lanjut, armada mobil tanpa sopir itu nantinya akan dioperasikan oleh Daimler, tapi penumpang-penumpang yang dijemput adalah konsumen Uber.

Kerja sama semacam ini menurut saya terkesan amat ideal karena masing-masing pihak bisa berfokus pada spesialisasinya masing-masing. Namun di sisi lain apakah ini berarti Uber mulai menyerah dengan teknologi kemudi otomatis garapannya sendiri? Bisa jadi, tapi bisa juga Uber sekadar mencoba segala opsi yang mereka miliki untuk mewujudkan ambisinya itu tadi.

Sumber: Uber dan TechCrunch.

Atasi Masalah Polusi Udara, Paris Bereksperimen dengan Shuttle Bus Tanpa Sopir Bertenaga Listrik

Sebagai salah satu kota pertama selain London dan New York yang memiliki jaringan kereta bawah tanah, Paris terus memikirkan cara baru untuk menyempurnakan sistem transportasi umum bagi warganya. Yang terkini, pemerintah ibukota Perancis tersebut harus memikirkan solusi transportasi atas masalah polusi udara yang kian memburuk.

Paris pun mulai bereksperimen dengan shuttle bus bertenaga listrik yang dibekali sistem kemudi otomatis. Tanpa sopir dan tanpa emisi karbon, sepasang bus bernama EZ10 ini bertugas untuk menghubungkan stasiun kereta Lyon dan Austerlitz di pusat kota, menawarkan tumpangan gratis selama setiap harinya selama tiga bulan ke depan.

Rute tersebut memang hanya sejauh 1 kilometer, dan bus EZ10 buatan perusahaan bernama EasyMile itu cuma sanggup melaju dengan kecepatan maksimum 20 km/jam, namun setidaknya bisa cukup membantu keseharian warga setempat. Sekali perjalanan, total ada 12 penumpang yang bisa dibawa.

EZ10 memanfaatkan perpaduan kamera, laser dan GPS untuk bernavigasi dengan sendirinya, dan yang terpenting, tidak membahayakan pejalan kaki di sekitarnya. Tujuan akhir yang ingin dicapai dari eksperimen ini adalah menghubungkan pemukiman di pinggir kota dengan stasiun kereta api terdekat, tentunya tanpa harus memperburuk tingkat polusi udara.

Menarik juga untuk disorot adalah komitmen pemerintah setempat dalam mengatasi potensi hilangnya lapangan pekerjaan sopir bus karena telah digantikan oleh sistem kemudi otomatis. Menurut wakil walikota Paris, Jean-Louis Missika, mereka harus mulai memikirkan cara terbaik untuk melatih para sopir tersebut sehingga mereka nantinya dapat beralih profesi, menyesuaikan dengan lapangan kerja baru yang tercipta oleh tren kendaraan tanpa sopir.

Sumber: 1, 2, 3.

VW I.D. Buzz Adalah Reinkarnasi VW Kombi untuk Generasi Masa Depan

VW berjasa atas dua di antara beberapa mobil yang paling ikonik sepanjang sejarah industri otomotif. Yang pertama adalah Beetle, dan yang kedua adalah van dengan desain antik bernama Microbus, atau yang dikenal juga dengan nama VW Kombi. Populer di tahun 1960-an, mobil tersebut kini menjadi pilihan banyak kalangan hipster.

Peran Kombi sebagai ikon budaya sudah tidak perlu kita ragukan lagi, dan VW sepertinya ingin terus mempertahankan tren tersebut di masa yang akan datang. Dalam event Detroit Auto Show 2017 pekan lalu, mereka memperkenalkan mobil konsep baru bernama VW I.D. Buzz.

Klasik sekaligus futuristis di luar, modern di dalam / VW
Klasik sekaligus futuristis di luar, modern di dalam / VW

Melihat penampilan luarnya, tampak jelas bahwa Buzz merupakan reinkarnasi Kombi untuk generasi masa depan. Desain khas Kombi orisinil dilebur apik dengan elemen-elemen desain futuristis yang bisa menggambarkan sebuah mobil keluarga masa depan.

Secara teknologi, Buzz jelas berbeda jauh dibanding Kombi. Ia murni berjalan menggunakan energi listrik, dimana VW telah menyematkan sistem penggerak empat-roda dengan total output daya sebesar 369 hp. Akselerasi 0 – 100 km/jam ditempuh dalam waktu 5 detik saja, sedangkan kecepatan maksimumnya dibatasi pada angka 160 km/jam.

Secara performa ia memang bukan mobil elektrik tercepat, tapi itu memang bukan tujuan VW. Lewat Buzz, VW sejatinya ingin memberikan gambaran terkait mobil keluarga masa depan yang mengedepankan aspek kemudi otomatis plus efisiensi daya – Buzz dapat menempuh jarak sekitar 430 km sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Kursi depannya akan berputar 180 derajat ketika mode kemudi otomatis diaktifkan / VW
Kursi depannya akan berputar 180 derajat ketika mode kemudi otomatis diaktifkan / VW

Ketika sistem kemudi otomatisnya diaktifkan, setir akan otomatis ditarik masuk dan kedua kursi depannya akan berputar 180 derajat menghadap penumpang di kabin belakang. Sekarang Anda tinggal bayangkan betapa menyenangkannya bepergian ke luar kota bersama keluarga selagi asik ngobrol di kabinnya yang super-luas, tanpa perlu memperhatikan jalanan.

VW memang sama sekali tidak bilang akan memproduksi mobil yang persis seperti ini ke depannya, tapi paling tidak kita bisa memperoleh gambaran lebih jelas terkait rencana VW selama satu dekade mendatang. Saya yakin di luar sana ada banyak konsumen yang lebih tertarik dengan reinkarnasi ikon-ikon klasik seperti ini ketimbang mobil masa depan dengan performa gila-gilaan macam Faraday Future FF 91.

Baterai VW I.D. Buzz diklaim dapat diisi hingga kapasitas 80 persen dalam waktu 30 menit saja / VW
Baterai VW I.D. Buzz diklaim dapat diisi hingga kapasitas 80 persen dalam waktu 30 menit saja / VW

Sumber: Road & Track dan VW.

Seriusi Segmen Otomotif, BlackBerry Buka Pusat Pengembangan Teknologi Kemudi Otomatis

BlackBerry yang kita kenal sudah tidak seperti dulu lagi. Pabrikan asal Kanada tersebut sudah mangkir dari bisnis smartphone dan memilih untuk berfokus pada pengembangan software saja. Pun demikian, pergeseran ini tidak membuat BlackBerry kehilangan ambisi untuk terus berinovasi.

Mungkin terdengar sedikit mengejutkan, segmen yang mereka tuju adalah otomotif. Memang tidak banyak yang tahu, akan tetapi melalui anak perusahaannya yang bernama QNX, BlackBerry sebenarnya sudah berperan dalam perkembangan industri otomotif selama 10 tahun terakhir dengan menjadi pemasok teknologi otentikasi untuk sistem telematika milik jutaan mobil.

Sekarang, mereka tampaknya sudah siap untuk melangkah lebih lanjut ke ranah kemudi otomatis. Pada tanggal 19 Desember kemarin, CEO John Chen meresmikan BlackBerry QNX Autonomous Vehicle Innovation Centre (AVIC), sebuah pusat pengembangan teknologi kemudi otomatis yang bertempat di markas QNX di kota Ottawa, Kanada.

Fokus BlackBerry dipusatkan murni pada pengembangan software-nya. Mereka juga telah menjalin kerja sama dengan University of Waterloo, PolySync dan Renesas Electronics untuk mengembangkan mobil konsep berteknologi kemudi otomatis yang siap diuji di jalanan di negara bagian Ontario, Kanada.

Inisiatif BlackBerry ini menerima pujian sekaligus dukungan dari pemerintahan Kanada, dimana perdana menteri Justin Trudeau berharap ke depannya Kanada bisa menjadi pemimpin sekaligus pusat inovasi di bidang teknologi kemudi otomatis.

Terlepas dari itu, masalah yang kemungkinan harus BlackBerry hadapi datang dari nama yang tak kalah besar, yakni Apple. Akhir Oktober kemarin, Bloomberg melaporkan bahwa Apple telah menyiapkan tim khusus untuk mengembangkan sistem operasi mobil di Kanada. Tim khusus tersebut banyak beranggotakan mantan engineer QNX, dan lokasi mereka bekerja juga tidak jauh dari markas QNX sendiri.

Sumber: Engadget dan BlackBerry.

Hyundai Kembangkan Sistem Kemudi Otomatis yang Lebih Terjangkau dari Biasanya

Selama membahas mobil tanpa sopir dalam beberapa tahun ini, tanpa kita sadari sangat jarang yang membicarakan soal harga. Yang menjadi pertanyaan sebenarnya sederhana: sebagai konsumen, berapa budget yang harus kita sediakan untuk bisa meminang mobil tanpa sopir?

Kalau mempertimbangkan semua teknologi yang dipakai, mulai dari deretan sensor sampai bagasi yang pada dasarnya diisi oleh supercomputer, tentunya banderol harga mobil tanpa sopir bisa cukup tinggi. Jadi apakah ini artinya hanya golongan menengah ke atas saja yang bisa mengambil manfaat dari teknologi kemudi otomatis?

Menurut Hyundai, semestinya tidak seperti itu. Pabrikan asal Korea Selatan tersebut sedang sibuk mengembangkan sistem kemudi otomatis yang lebih ekonomis ketimbang yang sudah dikerjakan oleh pabrikan-pabrikan lain sekarang. Caranya adalah dengan mengurangi beban komputasi yang dibutuhkan.

Berkurangnya beban komputasi berarti unit komputer yang digunakan bisa lebih inferior daripada biasanya, yang pada akhirnya dapat menekan ongkos produksi sekaligus harga jual. Lalu apakah ini berarti kinerjanya jadi kurang bisa diandalkan?

Tidak juga. Pada prototipe Hyundai Ioniq yang didemonstrasikan ke media, Hyundai sengaja tidak menyematkan sensor LIDAR 360 derajat yang biasanya terlihat terus berputar secara konstan di bagian atap mayoritas prototipe mobil tanpa sopir. Sebagai gantinya, terpasang sensor LIDAR dengan jangkauan 130 derajat di depan, dan yang berjangkauan 110 derajat di kiri-kanan mobil.

Bagian belakangnya sengaja diabaikan karena kurang begitu relevan, sekaligus dapat diatasi dengan radar. Absennya sensor bagian belakang ini akan mengurangi beban komputasi yang diperlukan untuk mengolah semua data yang dikumpulkan.

Prototipe Hyundai ini masih mengandalkan sejumlah kamera dan radar untuk memperhatikan objek-objek di sekitarnya. Lebih lanjut, mobil juga banyak mengandalkan sistem pemetaan mendetail yang dikembangkan oleh Mnsoft, yang merupakan anak perusahaan Hyundai sendiri.

Ketergantungan akan sistem pemetaan ini bisa menjadi indikasi bahwa Hyundai butuh waktu yang cukup lama untuk bisa merealisasikan sistem kemudi otomatis ramah kantong semacam ini. Gampangnya, tanpa data peta lokasi di sekitar yang lengkap, mobil tidak akan sanggup menavigasikan dirinya sendiri.

Terlepas dari itu, inisiatif dan upaya Hyundai ini patut diberi apresiasi. Meski jalan yang ditempuh masih panjang, setidaknya mereka sudah punya gambaran jelas perihal masa depan otomotif yang berlaku untuk semua kalangan.

Sumber: Engadget dan Hyundai.

Waymo Ungkap Prototipe Mobil Tanpa Sopir Hasil Kolaborasinya dengan Fiat Chrysler

Belum lama ini, tim Google Self-Driving Car Project secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah berdiri sebagai perusahaan mandiri di bawah naungan Alphabet Inc. Kini bernama Waymo, misi mereka adalah bekerja sama dengan pabrikan otomotif dan mengintegrasikan teknologi kemudi otomatisnya, bukan lagi memproduksi mobil tanpa sopir sendiri.

Kini buah kolaborasi perdana mereka sudah bisa dilihat oleh publik. Yang Anda lihat pada foto di atas adalah minivan Chrysler Pacifica Hybrid yang telah dimodifikasi dan dilengkapi dengan teknologi kemudi otomatis garapan Waymo, meliputi sederet sensor, komputer, sistem telematika dan yang lainnya.

Menariknya, Waymo tidak sekadar membeli sejumlah unit minivan ini lalu memodifikasinya. Mereka bekerja sama langsung dengan tim Fiat Chrysler dari nol, sehingga modifikasi bisa mencakup elemen-elemen mobil secara menyeluruh, mulai dari sasis sampai motor elektriknya. Tujuannya tidak lain dari mengoptimalkan teknologi kemudi otomatis bikinan Waymo.

Modifikasi meliputi hampir semua bagian mobil, mulai dari sasis sampai motor elektriknya / Waymo
Modifikasi meliputi hampir semua bagian mobil, mulai dari sasis sampai motor elektriknya / Waymo

Semua ini dikerjakan hanya dalam kurun waktu enam bulan. Kedua pihak telah melakukan sederet pengujian, termasuk pengujian di kondisi cuaca yang ekstrem selama 200 jam. Terkait pemilihan mobilnya, Waymo menjelaskan bahwa mereka butuh lebih banyak jenis mobil guna menyempurnakan sistem rancangannya.

Sekarang, mereka sudah punya 100 prototipe yang siap diuji di jalanan publik mulai awal tahun depan. Harapannya, mereka bisa mempelajari bagaimana konsumen dari berbagai kalangan dapat merasakan teknologi kemudi otomatis Waymo.

Sumber: Waymo dan PR Newswire.

Setelah Pittsburgh, Armada Mobil Tanpa Sopir Uber Kini Beroperasi di San Francisco

Beberapa bulan setelah sukses mengoperasikan armada mobil tanpa sopirnya di kota Pittsburgh, Uber kini membidik San Francisco sebagai target selanjutnya. San Francisco dipilih karena selain merupakan kota kelahiran Uber sendiri, kondisi lalu lintasnya yang berbeda dari Pittsburgh – lebih padat, lebih banyak pesepeda dan banyak jalan-jalan kecil – diyakini bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk teknologi kemudi otomatisnya.

Mobil yang dipakai masih sama, yakni SUV Volvo XC90 yang telah dimodifikasi dan dijejali seabrek sensor sekaligus software. Masing-masing mobil juga masih akan ditemani oleh seorang engineer yang bertugas untuk mengambil alih kemudi ketika dibutuhkan, dan di kabin penumpang terdapat sebuah tablet yang memberikan gambaran mengenai apa saja yang dilihat oleh mobil tanpa sopir tersebut.

Sayangnya, Uber harus terganjal masalah akibat keputusannya mengoperasikan armada mobil tanpa sopir di San Francisco tanpa mengajukan izin terlebih dulu dari otoritas setempat. Menurut Uber, mereka tidak memerlukan izin karena tiap-tiap mobil masih akan didampingi oleh seseorang yang bertugas untuk memonitor. Namun menurut Departemen Kendaraan Bermotor negara bagian California, apa yang dilakukan Uber ini termasuk ilegal.

Apapun alasannya, Uber dinilai wajib mengajukan izin terlebih dulu sebelum mengoperasikan armada mobil tanpa sopir di wilayah California. Masalah ini semakin dipersulit dengan adanya video yang beredar yang menunjukkan mobil tanpa sopir Uber sedang menerobos lampu merah di jalanan San Francisco.

Mengapa sang engineer tidak segera mengambil alih? Tidak ada yang tahu, atau bisa saja ini kesalahan sang engineer yang bosan duduk diam begitu saja dan memutuskan untuk mengambil alih kemudi, kemudian dengan enaknya menerobos lampu merah, bahkan ketika ada seorang pejalan kaki yang hendak menyeberang.

Kepada Business Insider, Uber mengaku sedang melakukan investigasi terhadap insiden ini. Otoritas California pun meminta Uber untuk menghentikan pengoperasian armada mobil tanpa sopirnya di San Francisco, paling tidak sebelum izinnya keluar.

Sumber: Uber, SF Examiner dan Business Insider.

Google Dirikan Waymo, Perusahaan Baru yang Bergerak di Bidang Pengembangan Teknologi Kemudi Otomatis

Apa kabar Google Self-Driving Car? Well, Anda bisa melupakan nama tersebut – sekaligus mobil imut berwajah koala yang mereka buat – sebab Google telah mengubahnya menjadi Waymo. Waymo bukan lagi bagian dari Google X, melainkan sebuah perusahaan yang beroperasi secara mandiri di bawah payung Alphabet Inc.

Dengan Waymo, Google juga memastikan bahwa mereka tidak akan memproduksi mobil tanpa sopirnya sendiri. CEO Waymo, John Krafcik yang sebelumnya direkrut dari Hyundai, menegaskan bahwa perusahaan yang dipimpinnya sekarang bukanlah produsen mobil, melainkan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Namun hasil jerih payah tim Google Self-Driving Car Project sejak tahun 2009 tidak akan disia-siakan begitu saja. Nyatanya, Waymo lahir atas rasa percaya diri tim Google Self-Driving Car yang telah berhasil melakukan uji coba di jalanan publik pada tanggal 20 Oktober 2015 bersama seorang penumpang tuna netra, tanpa didampingi orang lain.

Apa yang dilihat prototipe mobil tanpa sopir Waymo saat berada di jalanan / Waymo
Apa yang dilihat prototipe mobil tanpa sopir Waymo saat berada di jalanan / Waymo

Waymo yakin sudah saatnya mereka mengembangkan inovasi yang mereka kerjakan selama ini menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan. Sejumlah segmen yang mereka incar meliputi ride-sharing, logistik maupun transportasi umum. Rencana kerja sama dengan perusahaan otomotif juga sudah ada, dimana nantinya Waymo akan melisensikan teknologi kemudi otomatisnya pada pabrikan yang tertarik.

Prototipe mobil berwajah koala yang sebelumnya dibuat kini diperlakukan sebagai ajang demonstrasi teknologi kemudi otomatis oleh Waymo. Perpaduan sensor dan software memastikan teknologinya bisa membawa penumpang dari titik A ke B tanpa perlu ada lingkar kemudi maupun pedal gas sama sekali.

Sejauh ini mitra Waymo yang telah dikonfirmasi adalah Fiat Chrysler, dimana Waymo sedang dalam proses mengintegrasikan teknologi kemudi otomatisnya ke minivan Chrysler Pacifica untuk diuji di jalanan. Model bisnis seperti ini menempatkan Waymo sebagai pesaing langsung Uber yang juga tengah sibuk mengembangkan teknologi kemudi otomatis dan menawarkannya ke pabrikan-pabrikan mobil.

Sumber: TechCrunch dan Waymo.