Resep yang Buat Harry Potter: Magic Awakened Sukses di Tiongkok

Harry Potter: Magic Awakened diluncurkan pada 9 September 2021. Meskipun hanya dirilis di beberapa negara Asia — Tiongkok, Hong Kong, Taiwan, dan Makau — game buatan NetEase itu berhasil mendapatkan lebih dari US$228 juta dalam waktu kurang dari 2 bulan. Dengan begitu, Magic Awakened menjadi game dengan pemasukan terbesar ke-2 dalam franchise Harry Potter, menurut data dari Sensor Tower.

Tiongkok, pasar game terbesar di dunia, menjadi kunci dari kesuksesan NetEase dengan Magic Awakened. Di negara tersebut, Magic Awakened berhasil menjadi game dengan jumlah download paling banyak dan pemasukan terbesar di iOS. Tak hanya itu, Magic Awakened bahkan berhasil mempertahankan gelar itu selama tujuh hari berturut-turut. Menurut Niko Partners, Magic Awakened menjadi game non-Tencent pertama yang berhasil mendapatkan pencapaian tersebut sejak Onmyoji dirilis pada 2016.

Jika Anda membandingkan Magic Awakened dengan Onmyoji, Anda akan menemukan beberapa kesamaan antara keduanya. Pertama, keduanya sama-sama digarap oleh NetEase. Faktanya, tim dan produser dari Onmyoji juga ikut serta dalam pengembangan Magic Awakened. Kedua, baik Magic Awakened dan Onmyoji sama-sama merupakan card-based RPG.

Lalu, apa saja yang dilakukan oleh NetEase sehingga Magic Awakened bisa langsung populer di Tiongkok? Menurut Niko Partners, ada empat hal yang membuat Magic Awakened sukses. Berikut penjelasan lengkapnya.

Popularitas Franchise Harry Potter di Tiongkok

Salah satu alasan mengapa Magic Awakened disambut dengan hangat di kalangan gamers Tiongkok adalah karena popularitas franchise Harry Potter di negara itu. Di Tiongkok, novel pertama Harry Potter diluncurkan pada Agustus 2000, 3 tahun setelah versi bahasa Inggris dari novel itu diluncurkan. Berdasarkan data dari Beijing Youth Daily, total penjualan novel Harry Potter di Tiongkok mencapai sekitar 200 juta buku.

Walau novel terakhir dari Harry Potter diluncurkan pada 2007 dan film terakhir dari franchise itu ditayangkan pada 2011, belakangan, franchise Harry Potter kembali populer di kalangan masyarakat Tiongkok. Alasannya, karena pada tahun lalu, film Harry Potter pertama kembali ditayangkan di bioskop Tiongkok. Tak hanya itu, bulan lalu, Universal Studio Resort juga resmi dibuka di Beijing. Di sana, ada area khusus untuk Harry Potter.

Universal Beijing Resort punya bagian khusus untuk Harry Potter. | Sumber: Facebook

Keberadaan Magic Awakened pertama kali diumumkan pada Oktober 2019 oleh Warner Bros. dan Portkey Games, divisi WB yang bertanggung jawab untuk membuat dan merilis game Harry Potter. Proses pengembangan Magic Awakened sendiri ditangani oleh NetEase dan Portkey Games. Sejak keberadaan Magic Awakened diumumkan, informasi terkait game itu perlahan diungkap, seperti fakta bahwa di Magic Awakened, pemain akan bisa menjadi murid Hogwards. Dengan begitu, NetEase berhasil membuat gamers Tiongkok tertarik dengan Magic Awakened bahkan sebelum game itu diluncurkan.

Kampanye Marketing Pra-Peluncuran

Popularitas franchise Harry Potter bukan satu-satunya alasan di balik kesuksesan Magic Awakened. Faktor lain yang membuat game itu populer di kalangan gamers Tiongkok adlaah kampanye marketing yang dilakukan oleh NetEase sebelum peluncuran. Melalui kampanye pra-peluncuran, NetEase membiarkan orang-orang untuk mengunduh Magic Awakened dua hari sebelum game diluncurkan. Setelah mengunduh game itu, orang-orang akan bisa mengakses beberapa segmen dari Magic Awakened.

Salah satu hal yang bisa pemain lakukan sebelum game diluncurkan adalah membuat karakter dan ikut serta dalam Sorting Hat Ceremony. Tak berhenti sampai di situ, pemain juga bisa menghias ruang asrama mereka dan mengundang teman-teman mereka untuk bermain bersama. Semua hal ini mendorong para pemain untuk berbagi pengalaman mereka memainkan Magic Awakened di media sosial, seperti Weibo dan WeChat. Alhasil, ada lebih dari 15 juta orang yang mendaftarkan diri dalam pra-registrasi.

Gameplay yang Unik

Tidak peduli seberapa cakap sebuah perusahaan melakukan marketing, jika gameplay dari sebuah game membosankan, maka pada akhirnya, para pemain akan meninggalkan game itu. Kabar baiknya, NetEase berhasil memberikan gameplay yang unik pada Magic Awakened dengan menggabungkan elemen RPG dengan CCG. Selain itu, game tersebut juga menyediakan mode PvE dan PvP. Story Mode dari game itu bahkan menerapkan sistem real time battles. Jadi, saat battle, pemain bisa menggerakkan karakter mereka. Hal ini penting karena posisi pemain akan mempengaruhi efektivitas dari sihir yang mereka gunakan.

Dalam Magic Awakened, NetEase juga menyediakan special cards. Kartu-kartu khusus tersebut bisa digunakan oleh pemain untuk memanggil karakter atau binatang legendaris dari dunia Harry Potter. Selain Story Mode, NetEase juga melengkapi Magic Awakened dengan berbagai mode dan mini game. Harapannya, jumlah gamers yang tertarik untuk memainkan game itu akan bertambah. Beberapa mini game yang ada di Magic Awakened antara lain quidditch, dance mode, serta roguelike mode di Forbidden Forest.

Fitur Sosial

Terakhir, aspek yang membuat Magic Awakened sukses di Tiongkok adalah adanya fitur sosial dalam game. Fitur sosial sudah terintegrasi ke dalam game sebelum atau setelah game diluncurkan. Sebelum game diluncurkan, para gamers bisa menggunakan fitur sosial pada game untuk berbagi pengalaman mereka ketika mereka melalui Sorting Hat Ceremony untuk menentukan asrama yang akan mereka tinggali.

Setelah game diluncurkan, fitur sosial pada game pun menjadi semakin beragam. Para gamers tidak hanya bisa membagikan konten tentang events dalam game ke media sosial, mereka juga bisa mengakses grup diskusi, walkthrough, dan bahkan video dalam jaringan sosial internal pada game. Fitur sosial memang salah satu fitur penting untuk gamers Tiongkok. Karena, bagi gamers Tiongkok, bermain game merupakan bagian dari bersosialisasi.

Magic Awakened di Masa Depan

Magic Awakened memang telah sukses untuk menarik hati para gamers di Tiongkok. Namun, hal itu bukan berarti game itu sudah sempurna. Masih ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh para gamers. Salah satunya adalah sistem monetisasi yang sangat agresif. Jika pemain ingin mendapatkan kartu level tinggi, maka dia harus siap untuk mengeluarkan uang. Protes lain dari para pemain adalah ketika mereka membeli item dalam game, pembelian itu berubah menjadi subscription aktif.

Dari segi cerita, sebagian pemain mengeluhkan bahwa ada beberapa bagian dalam Magic Awakened yang tidak realistis atau tidak sesuai dengan cerita di novel Harry Potter. Misalnya, dalam game, pemain bisa mendapatkan spells yang seharusnya tidak bisa diakses oleh para murid Hogwards. Contoh lainnya, pemain bisa menggunakan Unforgivable Curses. NetEase mencoba untuk mengatasi masalah itu satu per satu. Saat ini, mereka akan membatasi jumlah Unforgiveable Curses yang bisa pemain gunakan.

Ke depan, NetEase sudah punya rencana untuk mengekspansi dunia dalam Magic Awakened dengan menambahkan lokasi-lokasi baru yang bisa pemain jelajahi. Selain itu, mereka juga akan memperkenalkan elemen gameplay baru. Baik NetEase maupun Warner Bros. telah mengonfirmasi bahwa mereka akan meluncurkan Magic Awakened di pasar internasional. Hal ini sesuai dengan ambisis NetEase untuk memperbesar kontribusi pasar game global ke pemasukan mereka. Saat ini, hanya 10% dari pemasukan game NetEase berasal dari pasar internasional. Mereka berharap, dalam beberapa tahun ke depan, angka itu akan naik hingga 50%.

Battle Royale Naraka: Bladepoint Dikabarkan Akan Tuju Mobile

Kesuksesan perilisan Naraka: Bladepoint memang membawa angin segar pada genre battle-royale — bukan hanya bagi NetEase yang membutuhkan gebrakan baru, namun juga para gamer yang menginginkan variasi baru dari battle-royale yang mereka kenal selama ini.

Setelah mendulang sukses besarnya di platform PC, ternyata tidak butuh waktu lama bagi NetEase untuk segera melebarkan sayap dari game yang menjadi tren baru ini. Android dan iOS kelihatannya akan menjadi platform yang akan dikunjungi oleh game ini selanjutnya.

NetEase memang belum secara resmi mengumumkan keberadaan versi mobile-nya, namun hal tersebut dikonfirmasi lewat laporan pendapatan kuartal kedua 2021 NetEase. Sayangnya meskipun telah disebutkan, tidak ada detail apapun yang dijelaskan tentang versi mobile dari Naraka: Bladepoint ini.

Untuk sekarang, NetEase memang tengah menikmati kesuksesan Naraka: Bladepoint di seluruh dunia. Bahkan game ini mampu naik ke dalam Top 10 game pemain terbanyak di Steam dengan menempati posisi 6 mengalahkan Destiny 2 hingga Battlefield V, dan menempel sengit dengan Grand Theft Auto V di posisi 5.

Game yang baru dirilis pada pada 12 Agustus lalu ini memang mendapatkan respon sangat positif yang mampu menarik minat hingga 60 juta pemain dari seluruh dunia. Aspek paling menarik bagi para pemain tentu ada pada sistem pertarungan jarak dekat bergaya hack and slash yang menggantikan pertarungan senjata api yang sudah umum di battle royale lainnya.

Dengan tema oriental kuno yang kental, pemain akan bertarung melawan 59 pemain lain dengan menggunakan beragam senjata, mulai dari senjata jarak dekat seperti pedang, tombak, hingga greatsword serta senjata jarak jauh seperti panah, crossbow, hingga cannon.

Game ini punya mekanisme gerakan yang memungkinkan para pemain bergerak lincah dan bahkan melakukan aksi parkour di saentaro map Morus Island. Karakter-karakter yang ada juga memiliki kemampuan unik masing-masing yang membuat para pemain terus bereksperimen untuk mengkombinasikan karakter, taktik, dan juga senjata dalam pertempurannya.

Naraka: Bladepoint menyediakan mode co-op, multiplayer dan juga single-player yang dapat dimainkan secara gratis di PC lewat Steam dan juga website resminya. Sedangkan untuk para pemain di platform konsol maupun mobile sepertinya harus berharap agar NetEase segera merilis game ini di platform lainnya.

Newzoo: Nilai Industri Game Pada 2021 Mengalami Penurunan

Nilai industri game pada tahun 2021 diperkirakan akan mencapai US$175,8 miliar, turun 1,1% jika dibandingkan pada tahun 2020. Kali ini adalah pertama kalinya industri game mengalami penurunan sejak Newzoo mulai mengamati industri game pada 2012. Meskipun begitu, hal ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Pasalnya, angka penurunan nilai industri game tidak besar. Selain itu, diperkirakan, industri game masih akan bernilai US$200 miliar pada 2023.

“Sejak kami mulai mengamati perkembangan industri game, penurunan pemasukan industri game pada tahun ini memang unik,” kata Tom Wijman, Games Market Lead, Newzoo, pada GamesBeat. “Meskipun nilai industri game diduga akan turun pada tahun ini, dalam jangka panjang, atau bahkan dalam waktu beberapa tahun ke depan, industri game akan kembali tumbuh. Pada tahun lalu, industri game memang mengalami pertumbuhan yang tidak wajar. Dan pertumbuhan tidak wajar itu akan ternormalisasi pada tahun ini.”

Kenapa Industri Game Menyusut?

Nilai industri game pada 2020 mencapai US$177,8 miliar, naik 23,1% dari tahun 2019. Angka tersebut merupakan pertumbuhan tertinggi dari industri game sejak 2012. Ada beberapa hal yang membuat industri game tumbuh pesat pada tahun lalu. Salah satunya adalah pandemi virus corona. Akibat pandemi, banyak negara yang menetapkan lockdown. Alhasil, banyak orang yang harus mencari hiburan di rumah. Dan salah satu hiburan yang dipilih oleh masyarakat adalah bermain game. Tak hanya itu, karena sebagian besar kantor menetapkan Work from Home (WFH), para pekerja menjadi punya waktu ekstra, yang bisa dihabiskan untuk bermain game.

Perkiraan nilai industri game dalam beberapa tahun terakhir. | Sumber: Newzoo

Hal lain yang mendorong pertumbuhan industri game pada tahun 2020 adalah peluncuran konsol next-gen oleh Sony dan Microsoft. Kedua perusahaan itu meluncurkan PlayStation 5 dan Xbox Series X pada November 2020. Hal ini mendorong para hardcore gamers berbondong-bondong membeli konsol baru tersebut. Faktanya, baik PS5 maupun Xbox Series X menjadi barang langka karena permintaan konsumen yang lebih tinggi dari suplai.

Masalah stok PlayStation 5 dan Xbox Series X diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun ini. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat industri game mengalami penyusutan. Selain itu, suplai GPU untuk PC gaming juga diperkirakan masih akan kurang, yang dapat menyebabkan penurunan belanja oleh para gamers. Faktor lain yang menghambat pertumbuhan industri game pada 2021 adalah keputusan Apple untuk memperketat peraturan terkait targeted advertising demi menjaga privasi para penggunanya.

Meskipun begitu, sejauh ini, hasil laporan keuangan dari berbagai perusahaan game, seperti Activision Blizzard dan Zynga, masih sangat baik. Mereka memperkirakan, dalam beberapa kuartal ke depan, keadaan keuangan mereka juga masih tidak akan mengalami masalah.

Nilai industri game global di 2021 berdasarkan segmen. | Sumber: Newzoo

“Kami memperkirakan, penurunan pemasukan akan mulai terlihat pada Q2 dan Q3 2021,” kata Wijman. “Pada tahun lalu, kenaikan pemasukan yang tidak wajar akibat pandemi juga terjadi pada Q2 dan Q3. Jadi, wajar jika saat ini, pemasukan dari perusahaan-perusahaan game masih menunjukkan kenaikan. Namun, kami memperkirakan, dalam dua kuartal ke depan, pemasukan perusahaan game akan mulai turun.”

Turunnya Pemasukan Industri Game PC dan Konsol

Pada 2021, industri game PC diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 2,8%, menjadi US$35,9 miliar. Sementara itu, industri game konsol diduga akan turun 8,9%, menjadi US$49,2 miliar. Salah satu alasan mengapa segmen gaming PC dan konsol turun adalah karena masalah suplai GPU dan konsol next-gen. Menurut Newzoo, kelangkaan konsol next-gen dan PC gaming akan memberikan dampak negatif pada total belanja para gamers.

Hal lain yang menyebabkan industri game mengalami penurunan pada tahun ini adalah ditundanya sejumlah game yang ditunggu-tunggu. Beberapa game yang peluncurannya harus dimundurkan ke akhir 2021 atau bahkan ke 2022 antara lain Returnal, Gotham Knights, Destiny 2: The Witch Queen, Gran Turismo 7, dan Destruction AllStars.

Returnal jadi salah satu game yang harus ditunda. | Sumber: Engadget

Alasan tertundanya peluncuran sejumlah game adalah perubahan pola kerja di studio game. Pada paruh pertama 2020, lockdown diberlakukan. Hal ini memengaruhi hampir semua lini pekerjaan. Tak terkecuali studio game. Perusahaan game yang membuat game AAA dengan tim besar adalah pihak yang paling terdampak. Akibat penetapan kerja dari rumah oleh perusahaan-perusahaan game, produksi game pun terkendala. Hal ini berujung pada ditundanya peluncuran game AAA, untuk konsol dan PC.

Selain pemasukkan, tingkat engagement berbagai game juga mengalami kenaikan pada tahun lalu. Newzoo memperkirakan, pada tahun ini, tingkat engagement itu akan mengalami penurunan. Sekarang pandemi COVID-19 mulai mereda, sebagian orang akan memilih untuk menghabiskan uang dan waktunya melakukan kegiatan sosial selain bermain game. Kabar baiknya, sebagian dari kenaikan engagement yang terjadi pada tahun lalu akan bertahan pada 2021.

Pertumbuhan Industri Mobile Game

App Annie memperkirakan, industri mobile game akan tumbuh 20% pada 2021. Namun, menurut perkiraan Newzoo, pertumbuhan industri mobile game hanya akan mencapai 4,4%, menjadi US$90,7 miliar. Salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan industri mobile game adalah keputusan Apple untuk menghapuskan Identification for Advertisers (IDFA). Selama ini, IDFA digunakan oleh developer untuk melacak data pengguna, seperti untuk mengetahui siapa saja yang menghabiskan uang dalam game.

Dengan peluncuran iOS 14.5, Apple memudahkan para pengguna iPhone dan iPad untuk mematikan tracker dari para pengiklan. Hal ini akan mempersulit para developer yang menggantungkan diri pada pemasukan dari iklan. Menariknya, perusahaan game asal Tiongkok, seperti Tencent dan NetEase, diduga tidak akan terlalu terpengaruh oleh keputusan Apple. Karena, mereka bisa mengumpulkan data para pemainnya tanpa harus menggunakan IDFA. Apa yang dilakukan oleh Tencent dan NetEase bisa ditiru oleh developer dan publisher mobile game di masa depan.

Apple akan menghilangkan IDFA pada iOS 14.5. | Sumber: 9to5Mac

Untungnya, industri mobile game diperkirakan masih akan tumbuh pada tahun ini. Karena, proses pengembangan mobile game relatif lebih sederhana daripada game PC dan konsol. Alhasil, dampak akibat perubahan ritme kerja karena pandemi pada proses produksi mobile game tidak sebesar pada pengembangan game PC dan konsol. Tak hanya itu, orang-orang yang mencoba untuk bermain mobile game pada tahun lalu kemungkinan akan tetap memainkannya pada tahun ini. Karena itulah, Wijman mengungkap, perkiraan Newzoo akan niai industri mobile game pada 2021 tetap lebih tinggi daripada dugaan mereka sebelum pandemi COVID-19.

Game Strategi Populer Frostpunk Akan Segera Masuk ke Platform Mobile

Game strategi bertema dunia salju Frostpunk memang mendulang kesuksesan besar di PC. Bagaimana tidak, game ini sudah terjual sebanyak 3 juta kopi sejak dirilis 3 tahun lalu. Keberhasilan itulah yang kelihatannya meyakinkan pengembang 11 Bit Studios membawa game strateginya ini menuju platform mobile.

Diumumkan langsung lewat akun Twitter-nya, Frostpunk Mobile ini akhirnya diumumkan. Nantinya, versi porting mobile dari game ini akan ditangani oleh NetEase Games yang akan membantu menghadirkan semua elemen yang sama dengan versi aslinya yang ada di PC dan konsol.

Tidak hanya sekedar porting, NetEase Games juga mengatakan akan menambahkan beberapa fitur unik dan menarik untuk Frostpunk Mobile. Antara lain Roguelike Adventure, Law and Guild, Rare Animal Rescue Station, dan Character Development.

“11 Bit Studios kini dalam misi untuk menciptakan hiburan bermakna yang berkualitas tinggi. Game kami membuat orang-orang berpikir. Itulah yang dilakukan Frostpunk. Sekarang, tujuan utama kami adalah membawa pengalaman yang bermakna tersebut di mobile,” ungkap Przemysław Marszał, CEO dari 11 Bit Studios.

Lebih lanjut sang CEO juga menjelaskan bahwa mereka menemukan partner yang tepat untuk membawa game ini menuju iOS dan Android. NetEase sendiri tentunya sudah cukup dikenal di pasar gaming mobile. Bahkan, NetEase juga telah menjalin kerja sama dengan Blizzard untuk membuat Diablo Immortal.

Gameplay Frostpunk (image credit: Frostpunk on Steam)

“Kami sangat bersemangat  dapat berkolaborasi dengan 11 Bit Studios dan menghadirkan Frostpunk yang telah terkenal di dunia ke dalam versi mobile.” Ujar Ethan Wang, Wakil Presiden NetEase, Inc.

NetEase sendiri yakin bahwa mereka dengan 11 Bit Studios dapat berkolaborasi untuk menciptakan pengalaman bermain game mobile yang bermakna bagi para pemain di seluruh dunia.

Untuk detail lebih mendalam sekaligus tanggal rilis dari Frostpunk Mobile ini akan diumumkan pada NetEase Games’ Annual Product Launch Event yang akan dilaksanakan pada 20 Mei 2021 mendatang.

Zynga Akuisisi Echtra Games, Virtuix Dapat Investasi untuk VR Treadmill

Dampak dari pandemi di industri game masih terasa. Buktinya, publisheer asal Rusia, My.Games mengumumkan bahwa pemasukan mereka sepanjang 2020 naik 30% karena pandemi virus corona. Sementara Virtuix berhasil mengumpulkan dana US$11 juta dari platform crowdfunding.

Pemasukan My.Games Naik 30% Jadi US$562 Juta di 2020

Publisher Rusia, My.Games mengatakan bahwa pemasukan mereka pada 2020 naik 30%, menjadi US$562 juta. Sementara itu, total gamer My.Games di dunia naik dari 165 juta orang menjadi 770 juta orang. Sekitar 75% dari pemasukan My.Games berasal dari pemain global. Tiga pasar terbesar mereka adalah Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang, lapor VentureBeat.

My.Games merupakan bagian dari Mail.ru Group. Pada 2020, My.Games memberikan kontribusi sebesar 38% dari total pemasukan Mail.ru Group. Untuk 2021, My.Games memperkirakan, pemasukan mereka masih akan tumbuh hingga lebih dari 10%.

Zynga Akuisisi Echtra Games untuk Ekspansi ke Konsol dan PC

Zynga baru saja mengakuisisi Echtra Games, studio yang didirikan oleh Max Schaefer, salah satu kreator dari Diablo dan Torchlight. Akuisisi Echtra Games oleh Zynga merupakan bagian dari rencana mereka untuk melakukan ekspansi ke ranah game konsol dan PC. Nilai dari akuisisi ini tidak disebutkan karena lebih kecil dari akuisisi-akuisisi Zynga sebelumnya. Schaefer mendirikan Echtra pada 2016. Ketika itu, dia juga mengajak tim yang punya peran penting dalam membuat Diablo, Diablo II, dan franchise Torchlight. Sebelum ini, Echtra telah membuat Torchlight III, game action RPG yang dirilis pada 2020, menurut laporan VentureBeat.

Echtar telah membuat Torchlight 3. | Sumber: PC Gamer
Torchlight 3 adalah salah satu game buatan Echtra Studio. | Sumber: PC Gamer

Comcast: Trafik Internet Naik 32% di AS Karena Pandemi

Comcast mengungkap, trafik internet di Amerika Serikat pada 2020 naik 32% jika dibandingkan dengan trafik sebelum pandemi. Sementara di beberapa negara lain, kenaikan trafik internet bahkan mencapai 50% pada Maret 2020. Streaming video menjadi kontributor terbesar dari trafik downstream, dengan kontribusi sebesar 71%. Jika dibandingkan dengan pada 2019, jumlah trafik video pada 2020 naik 70%. Comcast berkata, pertumbuhan trafik terbesar terjadi pada Maret dan April 2020. Memang, ketika itu, banyak pemerintah yang menetapkan lockdown, mengharuskan masyarakat untuk bekerja dan belajar secara online, lapor VentureBeat.

Virtuix Dapatkan US$11 Juta untuk Kembangkan Omni One VR Treadmill

Virtuix mengatakan, mereka berhasil mengumpulkan US$11 juta melalui SeedInvest, platform crowdfunding untuk mengumpulkan modal. Kampanye ini berakhir pada 2 April 2021. Virtuix berharap, dana yang mereka dapatkan akan mencapai US$15 juta.

Sejauh ini, ada empat ribu orang yang menjadi investor dari Virtuix. Dana ini akan Virtuix gunakan untuk meluncurkan berbagai perangkat virtual reality baru, termasuk Omni One VR treadmill. Seperti yang disebutkan oleh VentureBeat, kesuksesan Virtuix untuk mengumpulkan dana dari crowdfunding menunjukkan betapa populernya VR selama pandemi.

Theorycraft Games Mendapatkan US$37,5 Juta dari Ronde Pendanaan Seri A

Theorycraft Games mengumumkan bahwa mereka berhasil mengumpulkan US$37,5 juta dalam pendanaan Seri A. Ronde investasi itu dipimpin oleh NetEase. Beberapa investor lain yang ikut serta antara lain NEA, BITKRAFT Ventures, Griffin Gaming Partners, SISU Game Ventures, dan beberapa angel investors.

Theoycraft Games merupakan developer game yang didirikan oleh para pekerja veteran dari Riot Games, Bungie, Blizzard, dan Valve Software, lapor The Esports Observer. Dana yang didapatkan oleh Theorycraft akan digunakan untuk merekrut karyawan baru. Tim baru ini lalu akan ditugaskan untuk membuat game PvP multiplatform yang fokus pada komunitas.

Industri Cloud Gaming Berkembang Pesat, Bernilai Rp8,6 Triliun Pada 2020

Pasar cloud gaming akan tumbuh pesat pada tahun ini, menurut studi terbaru dari Newzoo. Mereka memperkirakan, pada akhir tahun 2020, total pemasukan industri cloud gaming akan mencapai US$585 juta (sekitar Rp8,6 triliun).

Dalam studi tersebut, Newzoo mewawancarai beberapa perusahaan penting dalam cloud gaming. Perusahaan-perusahaan tersebut mengatakan, jumlah pengguna cloud gaming naik pesat pada semester pertama 2020. Mereka mengungkap, hal itu terjadi karena pandemi COVID-19 yang membuat banyak orang harus tetap di rumah.

Nilai industri cloud gaming pada 2020 naik pesat. Sebagai perbandingan, pada 2019, nilai industri cloud gaming hanya mencapai US$170 juta (sekitar Rp2,5 triliun). Ke depan, industri cloud gaming masih akan terus tumbuh. Diperkirakan, pemasukan industri cloud gaming masih akan terus naik, mencapai US$4,8 miliar (sekitar Rp71 triliun) pada 2023.

Tahun ini, kebanyakan pengguna cloud gaming masih berasal dari Amerika Utara dan Eropa. Buktinya, Amerika Utara memberikan kontribusi sebesar 39% pada total pemasukan industri cloud gaming pada 2020, dan Eropa menyumbangkan kontribusi 29%.

industri cloud gaming 2020
Perusahaan-perusahaan yang bermain di industri cloud gaming. | Sumber: Newzoo

Microsoft merupakan salah satu perusahaan yang tertarik dengan cloud gaming. Mereka akan meluncurkan layanan game streaming Project xCloud di Xbox Game Pass per 15 September 2020. Newzoo menyebutkan, keputusan Microsoft untuk bermain di cloud gaming akan mendorong pertumbuhan pasar cloud gaming, menurut laporan GamesIndustry.

Selain Microsoft, ada beberapa perusahaan besar lain yang tertarik cloud gaming. Dalam sembilan bulan belakangan, NetEase, Tencent, dan Facebook menunjukkan ketertarikan dengan platform cloud Gaming. Nvidia juga telah meluncurkan platform cloud gaming GeForce Now. Sementara Ubisoft menjalin kerja sama dengan perusahaan penyedia platform cloud gaming, Parsec.

Ke depan, pasar cloud gaming tampaknya akan semakin ramai. Pasalnya, semakin banyak perusahaan cloud gaming yang tak terlalu besar yang berusaha untuk meningkatkan jumlah pengguna mereka. Belum lama ini, perusahaan cloud gaming Gamestream mendapatkan €3,5 juta (sekitar Rp61,3 miliar). Mereka akan menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan platform cloud gaming B2B mereka. Sementara startup RemoteMyApp telah mendapatkan pendanaan sebesar €2 juta (sekitar Rp3 miliar) pada Juli 2020.

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang tertarik untuk menyediakan platform cloud gaming adalah Skyegrid. Mereka percaya, pasar cloud gaming di Indonesia sangat menjanjikan.

Sumber header: VentureBeat

NetEase Buka Sakura Studio di Jepang, Fokus ke Game Konsol Next-Gen

NetEase baru saja mengumumkan bahwa mereka akan membuka studio baru di Tokyo, Jepang. Studio yang dinamai Sakura Studio tersebut akan fokus untuk membuat game-game dari konsol generasi berikutnya, seperti Sony PlayStation 5 dan Xbox Series X.

“NetEase Games berharap, kami dapat mengintegrasikan teknologi dan keahlian manufaktur kami untuk memberikan pengalaman bermain game yang sama sekali baru bagi gamer,” kata NetEase, seperti dikutip dari Games Industry.

NetEase adalah perusahaan game terbesar kedua di Tiongkok setelah Tencent. Selama ini, perusahaan game Tiongkok biasanya tidak terlalu memerhatikan game konsol karena pemerintah melarang penjualan konsol. Selain itu, kontribusi game konsol ke total pemasukan industri game tidak mencapai dari 1 persen. Namun, belakangan, Tencent mulai tertarik untuk membawa game mereka ke konsol. Tencent juga menjadi distributor Nintendo Switch di negara asalnya. Jadi, tidak aneh jika NetEase juga tidak mau kalah.

Game PC dan mobile buatan NetEase terkenal dengan kualitasnya. Belum lama ini, mereka mencoba untuk masuk ke pasar game konsol dengan melakukan porting game battle royale mereka ke konsol,” kata Daniel Ahmad, analis senior di Niko Partners, perusahaan analisa game yang fokus ke pasar Asia, menurut laporan Pocket Gamer. “Sekarang, mereka mulai mempertimbangkan untuk menggunakan strategi multiplatform dengan membuat game yang bisa dimainkan di berbagai platform.”

Pada akhir Mei 2020, NetEase memberikan laporan keuangan terbarunya. Ketika itu, mereka mengatakan bahwa pemasukan mereka sepanjang Q1 2020 mencapai 17,1 miliar yuan (sekitar Rp33,8 triliun), naik 18,3 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Memang, di tengah pandemi virus corona, industri game di Tiongkok justru mengalami pertumbuhan. Begitu juga di Amerika Serikat.

Saat mengumumkan laporan keuangan mereka, NetEase juga membanggakan fakta bahwa beberapa game mereka mendapat pengakuan internasional, khususnya di Jepang. Dua game NetEase, Knives Out dan Identity V, memang terbukti populer di Negeri Sakura tersebut.

Sumber header: Facebook

NetEase Bangun Stadium Bernilai Rp10 Triliun di Shanghai

NetEase akan membangun stadion esports senilai CN¥5 miliar (sekitar Rp10 triliun) di Shanghai. Rencana ini diumumkan dalam acara 2019 Tiongkok digital Entertainment Congress yang diadakan pada hari Sabtu lalu.

“Shanghai memiliki banyak keuntungan, seperti regulasi pemerintah, industri upstream dan downstream, infrastruktur, dan daya beli masyarakatnya,” kata President of NetEase’s Game Business, Ding Yingfeng, seperti dikutip dari TechNode.

NetEase mengklaim bahwa stadion yang akan dibuat di Qingpu District ini akan menjadi “stadion kelas-A untuk esports profesional pertama di Tiongkok”. Menurut regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah Shanghai, stadion kelas A memiliki luas setidaknya 50 ribu meter persegi dan tempat duduk setidaknya 5.000 kursi.

Sejatinya, stadion tersebut akan menjadi tempat diselenggarakan turnamen esports. Namun, selain itu, ia juga akan digunakan untuk hal-hal lain terkait industri esports dan gaming, seperti pelatihan pemain dan tim serta pengembangan game.

Ini sejalan dengan rencana pemerintah Shanghai untuk menjadikan kota tersebut sebagai “ibukota esports“. Pada bulan Juni, mereka mengeluarkan “panduan” terkait rencana mereka untuk mengembangkan indsutri esports.

Saat ini, telah cukup banyak turnamen yang diadakan di Shanghai, termasuk The International 2019, salah satu turnamen Dota 2 terbesar. Ke depan, pemerintah Shanghai juga ingin agar ada lebih banyak kompetisi esports yang diadakan, termasuk kompetisi tingkat sekolah.

Untuk merealisasikan hal itu, pemerintah mendorong para pelaku industri untuk membuat tiga atau empat stadion besar yang dapat menjadi tempat untuk turnamen kelas dunia. Tidak hanya itu, pemerintah juga berharap stadion yang lebih kecil juga akan dibangun.

Semakin banyak stadion esports bermunculan

Tiongkok bukan satu-satunya negara yang sibuk membangun stadion esports. Amerika Serikat juga melakukan hal yang sama.

Salah satu proyek paling ambisius di AS adalah pengembangan stadion bernilai US$50 juta (sekitar Rp711 miliar) oleh Comcast untuk tim esports Overwatch mereka, Philadelphia Fusion. stadion dengan 3.500 tempat duduk itu akan menjadi bagian dari komplek sebesar 47 hektar.

fusion arena COMCAST SPECTACOR CORDISH POPULOUS
Ilustrasi markas Fusion. Foto: COMCAST SPECTACOR / CORDISH / POPULOUS

Alasan Comcast membuat stadion itu adalah karena mulai tahun depan, semua tim dalam Overwatch League harus memiliki stadion yang menjadi kandang di kota yang mereka wakilkan. Alasannya karena liga tersebut akan menggunakan sistem pertandingan kandang-tandang (home-away) layaknya pertandingan olahraga tradisional, seperti sepak bola.

Selain Fusion, 19 tim Overwatch League kini juga mulai mencari stadion yang bisa menjadi markas mereka. Tidak semua tim akan membuat stadion sendiri. Ada tim yang memilih untuk merombak fasilitas yang sudah ada.

Selain pembangunan stadion esports, universitas-universitas di Amerika Serikat juga mulai membuat program khusus untuk esports, khususnya universitas yang terkenal dengan jurusan olahraganya, seperti University of Washington dan The Ohio State University.

Di Indonesia, ada setidaknya 20 sekolah dan kampus yang menawarkan program pendidikan terkait game dan esports.

Jenjang pendidikan yang ditawarkan pun beragam, mulai dari sekadar pembinaan seperti pada Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) Semarang sampai ke jenjang S2 seperti yang ditawarkan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) atau Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sumber: Technode, Forbes, Esport Observer.

Batalkan Tuntutan Hukum, PUBG Corp dan NetEase Akhirnya Berdamai

Perseteruan di dunia battle royale tidak hanya terjadi antar para pemainnya, tapi juga antar para developernya. Dengan meledaknya PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG) beberapa tahun terakhir, bukan kejutan bila kemudian muncul developer-developer lain yang meluncurkan game dengan tema serupa. Dan terkadang kemiripan itu dapat menimbulkan masalah, bahkan sampai berlanjut ke urusan meja hijau alias pengadilan.

Hal itulah yang terjadi antara PUBG Corp dengan NetEase, developer asal Tiongkok yang merupakan kreator dari game Knives Out dan Rules of Survival. Bulan April 2018 kemarin PUBG Corp menuntut NetEase atas tuduhan menciptakan dua mobile game yang sangat mirip dengan PUBG untuk “mencuri” audiens milik PUBG, terutama menjelang peluncuran PUBG versi mobile. Saat itu PUBG Corp menunjukkan berbagai elemen visual, audio, serta gameplay yang menunjukkan bahwa karya-karya NetEase memang serupa dengan PUBG.

PUBG RoS - Comparison
Kemiripan PUBG dengan Rules of Survival yang dipermasalahkan | Sumber: McArthur Law Firm

Tak terima dituduh menyontek, NetEase pun membalas tuntutan PUBG Corp dengan tuntutan lain. Mereka menuduh bahwa PUBG Corp sedang berusaha memonopoli genre battle royale, sehingga menutup kesempatan pihak lain untuk berkompetisi secara adil. NetEase memprotes tindakan PUBG Corp yang seolah berusaha untuk mengklaim hak cipta atas elemen-elemen game yang umum, seperti tampilan health bar, fitur lobby, hingga kalimat “Winner Winner Chicken Dinner” yang merupakan jargon populer di Las Vegas.

Baik PUBG, PUBG Mobile, Knives Out, serta Rules of Survival kini sama-sama sudah beredar di pasaran dan meraih kesuksesan masing-masing. Knives Out, misalnya, dilaporkan telah memiliki lebih dari 100 juta pengguna terdaftar dan mendatangkan penjualan senilai kurang lebih US$24.000.000 (sekitar Rp340 miliar). Terlebih-lebih PUBG Mobile, jangan ditanya lagi. Hanya setahun setelah rilis, game ini menghasilkan revenue sebesar US$242.000.000 (sekitar Rp3,4 triliun).

Persaingan dua perusahaan ini menyangkut jumlah uang yang sangat besar, jadi wajar saja bila PUBG Corp mengambil langkah untuk melindungi hak cipta mereka. Tapi di sisi lain argumen NetEase juga tidak salah, karena selama mereka tidak mencuri source code atau aset audio visual PUBG secara langsung, elemen-elemen dalam sebuah game secara sendiri-sendiri memang bukan sesuatu yang bisa dipatenkan.

DOOM - Screenshot
DOOM bukan first-person shooter pertama, tapi DOOM mempopulerkan genre tersebut | Sumber: Steam

Dulu ketika DOOM muncul pada tahun 1993, developer seluruh dunia berbondong-bondong menciptakan game dengan fitur serta tampilan visual menyerupai DOOM. Pada awalnya berbagai game itu disebut sebagai “DOOM clone”, tapi kini sudah tidak ada yang menggunakan istilah itu. “DOOM clone” telah berubah menjadi genre baru yaitu first-person shooter, dan hal yang sama pun sedang terjadi dengan PUBG dan genre battle royale.

Mungkin karena sadar bahwa bertengkar di meja hijau tidak akan mendatangkan hasil, kini PUBG Corp dan NetEase dilaporkan telah mencapai suatu kesepakatan dan akan membatalkan tuntutan mereka. Isi kesepakatan itu sendiri sifatnya rahasia, jadi kita tidak tahu seperti apa detailnya (misalnya apakah NetEase setuju untuk mengubah unsur-unsur game mereka yang mirip PUBG).

Kita pantau saja dalam beberapa bulan ke depan, apakah akan muncul perubahan drastis di Knives Out dan Rules of Survival atau tidak. Bila ternyata tidak terjadi, itu artinya PUBG Corp dan NetEase benar-benar telah berdamai.

Sumber: gamesindustry.biz, McArthur Law Firm

Mattel Resmi Luncurkan Game Uno untuk Android dan iOS Secara Global

Sebagai permainan kartu yang sangat populer, wajar apabila Uno memiliki cukup banyak versi video game-nya. Namun yang cukup mengejutkan, selama ini rupanya belum ada video game Uno yang dibuat oleh Mattel sendiri selaku pemegang brand-nya.

Sampai akhirnya beberapa bulan lalu Mattel melalui divisi digitalnya, Mattel163, dan dibantu oleh developer NetEase, merilis game Uno bikinannya di beberapa negara dan di Facebook Instant Games. Dan sekarang, game Uno terbaru untuk Android beserta iOS ini akhirnya sudah dirilis secara global.

Tentunya banyak perbedaan antara Uno terbaru ini dengan yang dirilis Gameloft lebih dari sepuluh tahun lalu sebagai salah satu game iPhone pertamanya. Bukan dari segi visual saja, tapi juga model bisnis yang tadinya premium menjadi freemium. Seperti mayoritas game mobile yang ada saat ini, Uno dapat diunduh secara cuma-cuma, akan tetapi opsi in-app purchase yang tersedia sungguh melimpah ruah.

Uno

Di samping mode multiplayer online, Uno baru ini juga menawarkan mode 2 vs 2 yang mempertandingkan sepasang pemain dengan sepasang lainnya, akan tetapi permainan otomatis selesai ketika sudah ada satu pemain yang habis kartunya. Saat hanya tersisa satu kartu, pemain harus mengucapkan “Uno!” secara lisan seperti pada permainan aslinya (game memanfaatkan mikrofon milik perangkat).

Jadi apabila Anda kangen dengan permainan Uno, Anda sekarang bisa mengunduh game resminya di Google Play maupun App Store, meski resmi bukan berarti Anda tak akan digoda untuk merogoh kocek atas opsi-opsi in-app purchase yang tersedia.

Sumber: TouchArcade dan Newsweek.