Pengembang NLP Bahasa Indonesia Prosa.ai Dapatkan Investasi dari Kaskus

Hari ini (08/10), Kaskus secara resmi mengumumkan investasinya ke Prosa.ai, pengembang platform Natural Language Processors (NLP) untuk Bahasa Indonesia. Tidak disampaikan terkait detail pendanaan yang diberikan. Sejauh ini produk Prosa.ai fokus pada layanan Text & Speech-based Processing Tools yang dibuat kustom sesuai dengan kebutuhan kliennya.

Dalam sambutannya, CEO Kaskus, Edi Taslim menyampaikan bahwa perusahaan melihat Prosa.ai memiliki potensi dan kompetensi yang besar melalui layanannya. Prosa.ai dinilai sebagai perusahaan perangkat lunak pertama yang berhasil menghadirkan NLP komprehensif untuk Bahasa Indonesia. Dalam waktu dekat, Kaskus akan mengaplikasikan layanan Prosa.ai guna menyaring berita hoax maupun negatif di forum, sehingga dapat menghadirkan konten yang lebih positif kepada Kaskuser.

“Kami sangat senang bisa menjadi salah satu partner awal dalam pengembangan Prosa.ai melalui investasi ini. Kami harap investasi ini bisa membantu pengembangan Prosa.ai ke depannya,” ujar Edi.

Prosa.ai diinisiasi pada awal tahun 2018, dipimpin oleh Ayu Purwarianti sebagai NLP Chief Scientist. Produk yang dikembangkan memiliki misi untuk meniru kemampuan manusia dalam menganalisis sebuah teks dan percakapan.

Dalam implementasinya Prosa.ai memiliki dua produk utama. Pertama adalah Prosa Text (nama produk untuk rekognisi teks), menyediakan jasa dalam bentuk API dan juga customized application. Beberapa di antaranya adalah identifikasi berita hoax, hate speech, ekstraksi opini, klasifikasi jenis dokumen, ekstraksi informasi khusus, tools dasar NLP, dan lain-lain.

Sementara Prosa Speech (nama produk untuk rekognisi suara), memungkinkan mesin untuk mengenali ucapan dalam Bahasa Indonesia, mensintesis ucapan, mengenali identitas pengucap, dan mengenali maksud serta emosi dari ucapan. Hal ini memungkinkan mesin untuk menerima masukan dan keluaran dalam bentuk ucapan, seperti pada voice-commands, voice-id biometrics, atau sistem media monitoring.

“Kami sangat senang dan bangga mendapatkan dukungan dari Kaskus untuk semakin mengembangkan layanan Prosa.ai. Dengan memiliki SDM lokal yang kompeten, kami yakin dapat menghadirkan teknologi NLP terdepan yang dapat memberikan solusi terhadap kebutuhan klien dan partner,” sambut CEO Prosa.ai, Teguh Budiarto.

Gandeng Botika, Angkasa Pura II Hadirkan Chatbot Bernama “Tasya”

Sejak awal tahun 2017 startup pengembang chatbot Botika menegaskan keseriusan mereka untuk melayani segmen pasar B2B. Terkini Botika didapuk oleh Angkasa Pura II untuk mengembangkan chatbot official mereka bernama Tasya (Travel Assitance System Angkasa Pura II).

Tasya akan hadir di platform Facebook Messenger Angkasa Pura II, LINE akun @angkasapura2, dan Telegram akun @angksapura2Bot. Selain itu, Tasya juga akan dipasang pada aplikasi mobile resmi bandara, website resmi Angkasa Pura II, dan kiosk yang ada di bandara Soekarno Hatta.

Founder Botika, Ditto Anindita, menceritakan ke depannya Tasya akan terus ditambahkan fitur dan akan hadir di platform yang lebih luas, termasuk WhatsApp.

“Secara berkala Botika akan menambahkan fasilitas-fasilitas baru yang berkaitan dengan layanan langsung bandara, seperti customer service, jadwal penerbangan, dan layanan pihak ketiga seperti tiket pesawat, hotel, tour dan lainnya,” terang Ditto.

Tasya juga menjadi kanal informasi bagi pengguna yang bisa memberikan informasi seperti proses check-in, lokasi tenant, prayer room, free charging spot, informasi keberangkatan dan kedatangan pesawat.

Dari segi fitur dan teknologi, Tasya didukung dengan machine learning dan NLP (Natural Language Processing), sehingga memudahkan pengguna dalam berinteraksi karena mampu mengerti bahasa yang digunakan sehari-hari.  

“Penggunaan machine learning dan NLP membuat chatbot mudah digunakan, juga merupakan salah satu kunci penting karena pengguna bandara berasal dari berbagai latar belakang  yang pastinya tidak semua familiar dengan teknologi,” imbuh Ditto.

Tasya juga dibekali dengan kemampuan untuk meneruskan pembicaraan bila chatbot tidak bisa menjawab pertanyaan dari pengunjung. Sehingga pengunjung bisa tetap mendapatkan informasi yang akurat.

“Khusus untuk customer service, Botika memiliki fasilitas tandem dengan human operator. Bila chatbot tidak bisa menjawab pertanyaan dari pengunjung, maka chatbot akan mengalihkan pembicaraan kepada human operator. Pengunjung tidak akan merasakan perpindahan ini, karena chat mereka akan dijawab langsung melalui channel yang saat itu mereka gunakan,” terang Ditto.

Bahasa.ai Ingin Hadirkan Mesin Chatbot dengan Bahasa Indonesia yang Lebih Baik

Bahasa.ai merupakan sebuah startup pengembangan NLP/NLU (Natural Language Processing/Understanding) untuk Bahasa Indonesia. Dikemas dalam PaaS (Platform as a Services), teknologi Bahasa.ai memungkinkan produk kecerdasan buatan memiliki kemampuan Bahasa Indonesia yang lebih relevan. Implementasi NLP/NLU bisa di berbagai macam area, salah satu yang paling populer saat ini untuk pengembangan layanan chatbot.

Hokiman Kurniawan, Co-Founder & CEO Bahasa.ai, menerangkan bahwa visi startup yang digawanginya ialah membuat mesin dapat berinteraksi mulus secara manusia dalam Bahasa Indonesia. Bahasa.ai berkomitmen menerapkan strategi kecerdasan buatan yang memberikan dampak nyata dalam bisnis. Sehingga Hokiman menegaskan bahwa ia tidak berfokus pada kuantitas implementasi, melainkan target capaian dari penerapannya.

“Mengenai chatbot, kami punya filosofi sendiri dalam membantu klien. Sekarang di market banyak chatbot gimmick, yaitu hanya dibuat supaya klien terlihat keren tanpa punya objektif bisnis tepat. Bahasa.ai menerapkan strategi chatbot yang memberikan impact bisnis. Artinya strategi chatbot ini hasilnya bisa dilihat di laporan keuangan klien. Misalnya salah satu klien kita yang berhasil meningkatkan sales 600-900 juta per bulan berkat strategi chatbot-nya,” terang Hokiman.

Selain Hokiman, Bahasa.ai didirikan oleh dua co-founder lainnya, yakni Fathur Rachman Widhiantoko (CTO) dan Samsul Rahmadani (Chief AI). Ketiganya adalah teman saat kuliah di Universitas Indonesia. Sempat riset bersama untuk masalah kecerdasan buatan juga. Bahasa.ai sendiri didirikan pada bulan Agustus 2017.

Co-founder Bahasa.ai
Co-founder Bahasa.ai

Dapat diterapkan untuk chatbot multi-kanal

Penggunaan Bahasa.ai untuk pengembangan chatbot dapat didesain multi-kanal. Jika penerapannya dalam bisnis jual-beli, chatbot dapat membantu proses transaksi dari aplikasi populer pelanggan (misal WhatsApp, LINE dll). Kemampuan ini dinilai akan menghadirkan layanan minim friksi, sehingga memberikan kenyamanan bagi pelanggan. Dalam skenario lain, bisa diterapkan juga untuk layanan pelanggan 24 jam.

“Banyak yang kami lakukan supaya engine bisa memiliki kemampuan Bahasa Indonesia paling baik. Dan banyak juga tantangannya, misalnya Bahasa Indonesia yang sehari-hari digunakan banyak sekali slangnya. Isitlah slang ini sangat dinamis, tiap saat bisa bertambah istilah baru. Bahasa.ai punya engine sendiri yang tugasnya melakukan pemanenan data di media sosial. Nanti data itu bakal diolah oleh engine lainnya supaya data Bahasa Indonesia diperbarui,” lanjut Hokiman.

Untuk meningkatkan operasional bisnis, Bahasa.ai mengaku tengah menyelesaikan fundraising – akan diumumkan dalam waktu dekat. Selain itu, Bahasa.ai juga terpilih menjadi salah satu kontingen program akselerasi Plug and Play Batch 3 bersama 16 startup lainnya.

“Target kami tahun 2018 hanya akan melayani maksimal 8 klien saja. Tapi kami ingin lihat semua produknya dapat mendatangkan revenue tambahan. Yang salah di industri kini, AI banyak yang dijadikan gimmick. Akhirnya ini akan merugikan industri. Padahal AI punya potensi yang sangat besar sekali. Mungkin sekarang jaman yang mudah bagi SaaS AI untuk jualan, tapi bukan itu yang kami cari,” tutup Hokiman.

Baznas Rilis Chatbot Zakat Virtual “Zaki”

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) merilis chatbot Zaki untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan transaksi zakat dengan cara digital. Baznas menggandeng Artdigi sebagai mitra teknologinya, dan untuk sementara baru hadir di aplikasi Line.

Deputi Baznas Arifin Purwakananta menuturkan inovasi layanan digital adalah langkah untuk permudah masyarakat dalam melakukan transaksi zakat dengan mudah. Sekaligus upaya untuk mengampanyekan gerakan zakat melalui berbagai saluran komunikasi online yang memudahkan muzakki (pemberi zakat) sesuai tren digital yang terjadi.

“Baznas makin proaktif untuk memberikan layanan zakat, tetap syariah secara akad meski lewat channel digital,” terangnya, Jumat (25/5).

Arifin bilang, lewat Zaki menjadi cara Baznas untuk perbanyak penerimaan zakat sebanyak-banyaknya dari platform digital. Baru-baru ini Baznas bermitra dengan Go-Pay untuk memperkenalkan zakat dengan QR code. Dia mengklaim channel digital sudah berkontribusi sekitar 30% terhadap total penerimaan zakat di Baznas.

Baznas menargetkan sepanjang tahun ini dapat menerima zakat sebanyak Rp8 triliun, sekitar Rp3,2 triliun diharapkan berasal dari bulan Ramadan.

“Kami harus percepat belajar melayani masyarakat dengan platform digital sebab kami prediksi pada dua sampai tiga tahun ke depan semuanya akan full digital.”

Arifin melanjutkan meski berzakat secara online, Baznas tetap melakukan ijab qabul kepada muzzaki dengan doa yang disampaikan secara digital sehingga tetap dianggap sah. Beda dengan cara konvensional, yang mana antara muzzaki dengan amil ada jabat tangan sambil didoakan secara verbal.

“Jika berzakat secara digital, sesungguhnya dia telah memiliki niat untuk berzakat. Sama halnya ketika berbelanja online, pembeli sudah ada niat untuk beli. Kami sama-sama doakan mereka setiap harinya karena zakat adalah hal yang menyucikan mereka.”

Zaki dapat diakses melalui aplikasi Line dengan akun @zakibaznas. Chatbot ini juga dilengkapi dengan teknologi Natural Language Process (NLP), sehingga memungkinkan Zaki dapat bercakap dengan pengguna hingga menganalisa keinginan dari para pengguna.

Tidak hanya kemudahan transaksi zakat, masyarkat dapat menghitung jumlah zakatnya secara akurat, literasi, dan edukasi zakat serta informasi program-program sosial dan kemanusiaan Baznas. Zaki akan dilengkapi dengan fitur tambahan lainnya, seperti pencarian lokasi masjid terdekat, pengingat jadwal sholat, hingga materi dakwah.

“Dengan kecerdasan buatan, Zaki dikembangkan untuk tanggap dalam merespon pengguna melakukan transaksi, mendapatkan informasi hingga berinteraksi,” ujar CEO Artdigi Ari Lastina.

Sebelum bermitra dengan Baznas, Artidigi juga pernah bekerja sama dengan Indosurya Inti Finance, Gratama Finance, IPHub, Polis Mart, Umrah Mart, BPJS TK, dan Perisai Online.

Jaminan keamanan data

Sebagai pihak ketiga, menurut Ari, Zaki menggunakan cloud dari Artdigi dalam menyimpan data percakapan saja. Data ini dihimpun agar Zaki semakin pintar dalam memproses mempredikasi percakapan dengan pengguna.

Akan tetapi untuk data transaksi, langsung disimpan ke cloud milik Baznas. Apabila muzzaki telah membayarkan zakat lewat virtual account, akan langsung diarahkan cloud Baznas. Nanti dari sana akan ada pengingat yang disampaikan ke cloud Artdigi untuk memberi tahu bahwa pembayaran telah diterima.

“Kami fokus ke pengembangan fitur sebagai media komunikasi. Tapi tidak menyimpan data keuangan dari setiap zakat yang dibayarkan muzzaki.”

Terlebih itu, setiap rekening yang disebar kepada para muzzaki adalah rekening resmi dengan pemilik Baznas sehingga bisa dipastikan keamanannya.

Ari memastikan Zaki akan segera hadir di platform Facebook Messenger dan Telegram dalam dua sampai tiga bulan mendatang. Pihaknya juga akan melengkapi fitur Zaki agar semakin relevan dengan kebutuhan sehari-hari.

Perkenalkan “Jumienten”, Sprint Asia Rambah Layanan Chatbot

Perusahaan teknologi Sprint Asia resmikan layanan pengembangan chatbot sebagai unit bisnis baru yang ditandai dengan perkenalan Jumienten ke hadapan publik. Layanan baru ini dinilai memiliki peluang yang besar karena implementasinya yang tergolong masih baru di Indonesia.

Dalam menyediakan layanan tersebut, Sprint Asia menggandeng Kata.ai sebagai mitra teknologi penyedia sistem NLP.

“Kami menyasar seluruh perusahaan dari berbagai industri sebagai klien. Ini akan dimulai dari klien existing kami, sekarang ada beberapa yang sudah mulai deploy seperti dari asuransi, bank, dan e-commerce,” terang CEO Sprint Asia Setyo Harsoyo, Kamis (5/4).

Menurutnya, kehadiran chatbot merupakan jawaban atas kebutuhan layanan pelanggan yang kian kompleks. Mengutip dari data eMarketer, komunikasi melalui telepon adalah kanal layanan pelanggan yang paling membuat frustrasi, sementara riset Flurry Analytics menyebutkan aplikasi messaging adalah platform yang paling banyak digunakan pengguna saat ini.

Ia melanjutkan, dengan mengimplementasi teknologi chatbot sebuah perusahaan akan mampu lebih terhubung dengan para konsumennya. Tak hanya itu, chatbot dapat digunakan perusahaan sebagai customer service yang online selama 24 jam tanpa henti. Hal tersebut diklaim dapat mengurangi biaya CS sampai 39%.

Ambil contoh, sebuah chatbot dapat menangani lebih dari 500 konsumen dalam satu waktu, sedangkan di kehidupan nyata seorang agen hanya bisa menangani satu konsumen saja di waktu yang sama.

“Alasan kami menggandeng Kata.ai karena perusahaan ini adalah spesialis di bidang NLP yang canggih, mampu memahami apa yang pelanggan katakan dengan menganalisis konteks dan arti setiap kata dalam Bahasa Indonesia.”

Setyo mengklaim yang membedakan antara chatbot dari Sprint Asia dengan lainnya terletak di sisi pelayanannya. Pihaknya berkomitmen penuh untuk memberikan pelayanan sebagaimana yang selama ini kerap dilakukan sejak Sprint Asia pertama kali berdiri di 18 tahun yang lalu.

Perusahaan, sambungnya, tidak sekadar mendesain chatbot sebagai media tanya jawab, tetapi telah diintegrasikan dengan dasbor analisis yang terus memantau bagaimana performa dan adaptasi layanan terhadap perilaku pengguna. Chatbot ini juga mudah diintegrasikan dengan sistem yang sudah ada, sehingga tidak perlu waktu lama untuk mengimplementasikannya.

Chatbot buatan Sprint Asia nantinya bakal hadir di berbagai platform messaging dengan Open API seperti LINE, Messenger, Telegram, BBM, dan lainnya.

Lengkapi kemampuan Jumienten

Kendati sasaran klien Sprint Asia dari chatbot ini adalah business to business, namun perusahaan tetap berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan Jumienten. Secara bertahap, kemampuan Jumienten akan terus ditambah agar nantinya semakin pintar dan bisa menjelaskan semua produk dari Sprint Asia.

Jumienten akan dilengkapi dengan produk payment gateway, mobile payment, hingga e-wallet untuk permudah konsumen saat bertransaksi menggunakan Sprint Asia. Jumienten bisa diakses melalui LINE, Messenger, dan Telegram.

“Jumienten itu jadi bukti kami bahwa kami juga bisa buat chatbot, ini prosesnya cukup sebentar hanya sebulan. Akan kami tambahkan produk perusahaan dalam Jumienten secara bertahap.”

Sprint Asia merupakan perusahaan yang sudah berdiri sejak 2000 memberikan inovasi dan pelayanan untuk klien B2B melalui varian layanan seperti transaksi mobile, digital advertising, dan juga payment gateway (Bayarind) untuk integrasi pembayaran online kepada lebih dari ratusan merchant e-commerce dengan layanan seperti kartu kredit, kartu debit, dan akun virtual.

Memahami Teknologi di Balik Chatbot

Percakapan dengan robot seolah menjadi tren belakangan ini. Atas nama pengalaman pengguna yang lebih baik banyak perusahaan atau bisnis mulai mengembangkan chatbot untuk berbagai macam keperluannya. Mulai dari pelayanan pengguna hingga memberikan pelayanan mandiri lainnya.

Chatbot menjelma menjadi inovasi paling banyak diminati. Chatbot juga menyimpan banyak potensi dengan berbagai macam teknologi mutakhir di belakangnya, mulai dari AI (Artificial Intelligence), Machine Learning, Deep Learning, dan NLP (Natural Language Processing).

Chatbot bekerja untuk menggantikan peranan manusia dalam melayani pembicaraan melalui aplikasi pesan. Ia menjawab kalimat demi kalimat yang dituliskan orang yang berada di ujung satunya. Tentu jika orang diujung lainnya merasa dirinya dilayani manusia, itu artinya kesuksesan bagi chatbot.

Chatbot memungkinkan komputer atau mesin menggantikan peran manusia dalam membalas percakapan di sisi satunya. Chatbot memahami, belajar, dan berinteraksi layaknya manusia. Semua itu berkat kemampuannya berevolusi dan berkembang.

Fondasi teknologi chatbot

AI atau dikenal juga sebagai kecerdasan buatan merupakan cabang ilmu komputer yang diciptakan sekitar tahun 1960an. Cabang ilmu ini berkaitan dengan pemecahan masalah-masalah seperti layaknya manusia. Seperti berbicara, kreatif, mengenali benda, dan menerjemahkan sesuatu.

Kecerdasan buatan kini tak lagi teori seperti waktu pertama kali dicetuskan. Terus berkembang dan berkembang bahkan hingga saat ini. AI berkembang seperti layaknya manusia belajar. Mengenali, membangun, tumbuh, menemukan cacat, memperbaiki dan begitu seterusnya.

Sementara itu teknologi NLP (Natural Language Processing) yang paling banyak digunakan di dalam chatbot fungsinya memahami percakapan yang dilakukan. NLP secara sederhana memahami setiap kalimat yang dikirimkan oleh pengguna, kemudian mengenalinya sebagai sebuah perintah dengan mengambil makna dari kalimat tersebut. Kemudian melalui teknologi NLP juga chatbot bisa mengirimkan kalimat yang bisa dipahami manusia, layaknya bercakap-cakap dengan manusia.

Teknologi selanjutnya adalah Machine Learning. Sebuah teknologi yang memungkinkan mesin belajar dan memecahkan sendiri permasalahan yang ditemui. Semua dilakukan berkat mempelajari data-data yang ada. Teknologi dengan sengaja memprogram mesin untuk belajar dan memberikan respons. Sedangkan Deep Learning adalah bagian lebih dalam dari Machine Learning. Dengan algoritma yang lebih kompleks sistem bisa lebih dalam mempelajari dan berinovasi lebih jauh lagi sehingga mendekati layaknya manusia.

Bagaimana chatbot menjadi lebih pintar

Dengan kemajuan dalam kecerdasan buatan dan pesatnya pertumbuhan aplikasi pesan instan, pertumbuhan chatbot menjadi semakin penting di banyak industri. Sebenarnya teknologi bot sendiri sudah ada sejak beberapa dekade, namun dengan kecerdasan buatan yang semakin berkembang bot tumbuh lebih dramatis.

Hadirnya pemahaman bahasa manusia di dalam chatbot membuat komunikasi menjadi lebih intim. Kemudian di dalam sistem terdapat analisis prediktif yang menggunakan statistik, permodelan, data mining dan lainnya untuk menghasilkan informasi yang lebih proaktif.

AI adalah fondasi dari berkembangnya chatbot. Dengan pemahaman bahasa yang terus membaik melalui NLP, chatbot bisa menjadi lebih baik memahami kebutuhan manusia. Machine learning dan Deep Learning adalah modal selanjutnya untuk perkembangan chatbot.

Dua teknologi yang serupa tersebut mampu menjadikan chatbot pembelajar yang baik melalui data. Ia membantu chatbot memperkaya respons atau tanggapan, dengan demikian kedinamisan percakapan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah percakapan yang diperoleh.

Selanjutnya, analisis sentimen menggunakan analisis bahasa untuk menentukan sikap atau keadaan emosional orang-orang di ujung satunya. Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi chatbot. Oleh karena itu pengembang menciptakan chatbot yang mengotomatisasi proses yang lebih luas dengan cara yang manusiawi, terus belajar dan berkembang dari waktu ke waktu.

Mengoptimalkan Pengembangan Chatbot

Industri startup diprediksikan akan diramaikan dengan teknologi chatbot. Tidak hanya sekedar inovasi yang menghemat biaya, chatbot juga banyak digunakan untuk memberikan pengalaman pengguna yang berbeda dari yang biasanya. Jika Anda sedang mengembangkan chatbot untuk keperluan bisnis atau startup, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan chatbot Anda.

Gunakan chatbot platform

Perkembangan teknologi sekarang memberikan kemudahan orang-orang untuk berkreasi. Dalam hal chatbot, bagi Anda yang tidak memiliki waktu atau sumber daya untuk membuat chatbot dari awal bisa memanfaatkan platform chatbot yang sekarang banyak bermunculan. Sebut saja Chatfuel, Facebook Messanger Platform, LINE Bot, dan lain sebagainya. Hadirnya layanan-layanan tersebut bisa memangkas waktu pengembangan sehingga Anda bisa fokus pada layanan yang akan bot Anda berikan.

Perjelas tujuan dan ekspektasi

Serupa dengan bisnis lainnya pengembangan chatbot harus jelas. Mulai dari seperti apa chatbot yang ingin dikembangkan, masalah apa yang ingin diselesaikan, lengkap dengan ekspektasi seperti apa chatbot yang akan dikembangkan. Hal tersebut berguna sebagai roadmap pengembangan chatbot ke depannya.

Pakai nama yang unik

Salah satu poin penting agar meningkatkan ketertarikan pengguna menggunakan layanan chatbot adalah nama yang unik. Bisa nama karakter atau nama orang. Untuk lebih mendekatkan dengan pengguna.

Buat flow percakapan yang natural

Hal yang satu ini ada kaitannya dengan pemilihan nama. Semakin natural atau manusiawi pemilihan nama, percakapan akan lebih terasa natural. Sementara itu untuk melengkapi chatbot agar lebih powerfull penggunaan teknologi machine learning dan pemrosesan bahasa natural (NLP) sangat dianjurkan. Selain itu menjadi salah satu teknologi inti dari pengembangan chatbot teknologi-teknologi tersebut menjadi kunci bagaimana menjadikan bot menjadi alami.

Cari tahu data yang ingin dipakai

Sejalan dengan tujuan dan ekspektasi penentuan data yang ingin dipakai dalam chatbot juga penting. Misalnya chatbot pemesanan tiket, kebutuhan data harus dirancang. Misalnya butuh nama, alamat, nomor kartu kredit dan lainnya. Kebutuhan-kebutuhan data ini harus disiapkan untuk meminimalkan data yang tidak terpakai atau data yang mubazir.

Mulai dari yang kecil dan sederhana

Jika Anda saat ini baru masuk tahapan untuk memulai tidak ada salahnya untuk melangkah dari hal-hal yang sederhana. Membangun chatbot membutuhkan proses. Butuh pengujian dan masukan dari pengguna awal. Mulai lah dari hal-hal kecil dan sederhana yang bisa dilakukan chatbot. Jika Anda konsisten, chatbot akan berkembang, seiring dengan bagaimana Anda memperlakukannya.

Evaluasi dan optimasi bot secara berkala

Untuk bisa menjaga pengembangan chatbot Anda sesuai jalur pastikan Anda melakukan evaluasi secara berkala. Pengujian teknis dan pengujian pengguna menjadi dua titik yang bisa Anda manfaatkan untuk mengembangkan chatbot Anda. Selain itu optimasi dari segi kecepatan akses dan pemahaman terhadap apa yang disampaikan pengguna perlu terus ditingkatkan.

Pantau kompetitor

Industri chatbot yang baru berkembang memungkinkan munculnya banyak pesaing. Untuk bisa sukses dalam industri Anda perlu memantau bagaimana perkembangan dan kelebihan pesaing Anda. Belajar dari mereka dan buat sesuatu yang baru untuk bisa terus berada di jalur persaingan.

Pengembangan Layanan Berbasis Chatbot di Indonesia Sebagai “The Next Big Thing”

Mengambil definisi CEO Octane AI Matt Schlicht, Chatbot merupakan sebuah layanan yang didukung sebuah peraturan (mekanisme program) atau kecerdasan buatan yang berinteraksi dengan pengguna melalui antarmuka chatting. Chatbot digadang-gadang akan menjadi salah satu tren teknologi paling atraktif tahun 2017 ini. Beberapa narasumber kami bahkan mengatakan bahwa bot menjadi level selanjutnya dari transisi kanal distribusi berbasis teknologi. Bisa dikatakan kanal distribusi telah berkembang pesat di era internet. Dimulai dari popularitas aplikasi berbasis web untuk ragam layanan, dilanjutkan konversi ke mobile app, dan kini mengarah ke chatbot.

Banyak faktor yang menyebabkan layanan ini berkembang. Dari sisi teknologi, messaging app menjadi salah satu yang terlaris di abad smartphone ini. Kehadirannya mampu mewadahi sebuah sistem terpadu untuk ragam kebutuhan. Tak heran jika Messaging Apps mulai mengarah dari Communication Apps menjadi Messaging as a Services. Contohnya adalah hadirnya marketplace di dalam aplikasi pesan dan kemampuan untuk terhubung dengan layanan pihak ketiga, misalnya untuk pemesanan tiket, hingga permainan digital yang embedded secara native pada aplikasi chat.

Hasil kajian seputar sistem cerdas juga telah sampai ke tahap implementasi riil, sebut saja Natural Languange Processing (NLP) dan Machine Learning (ML). Alogritma yang disajikan didesain untuk mampu memahami kebutuhan yang berasal kebiasaan pengguna, yang dilakukan secara terus-menerus. Seakan seperti manusia berpikir, mesin komputer didesain untuk dapat belajar dari aktivitas yang dilakukan penggunanya. Bahasa yang lazim digunakan manusia kini mulai ditanamkan pada mesin untuk dibiasakan.

Memfasilitasi lebih dari sekedar kenyamanan berkomunikasi

Pada akhirnya ujung tombak terdapat pada layanan yang mewadahi sistem komunikasi populer tersebut. Saat kenyamanan pengguna untuk melakukan komunikasi chatting tersebut sudah melebur dalam kultur masyarakat secara umum, beberapa layanan mencoba menyajikan lebih. Beberapa aplikasi pesan populer telah berevolusi sedemikian rupa, dalam kaitannya dengan bot ragam dukungan berbasis API (Application Program Interface) mulai dimunculkan ke pengembang.

Dukungan dalam layanan Mesagging Apps saat ini / Oratio
Dukungan dalam layanan Mesagging Apps saat ini / Oratio

Membahas tentang dibukanya dukungan bot dari layanan aplikasi pesan, kami berdiskusi dengan Global Engineer LINE Indonesia Matthew Tanudjaja. Ia mengawali perbincangan dengan menguak kesiapan pengembang lokal untuk membuat aplikasi kompleks. Inovasi berbasis chatbot sendiri dinilai bukan hal yang baru.

“Sejak jaman mIRC balasan otomatis oleh sistem sudah ada, hanya saja kala itu ada keterbatasan, misalnya dari sisi storage dan display untuk menampilkan konten interaktif. Tren chatbot sendiri hadir dari kelanjutan kemajuan platform didukung oleh berkembangnya infrastruktur,” ujar Matthew.

Inti dari sistem berbasis chatbot saat ini ialah kemampuan untuk bisa melakukan request informasi secara otomatis. NLP dan ML mampu membantu mesin melakukan generalisasi dari aktivitas pengguna. Oleh karenanya, sangat umum jika saat ini sistem berbasis chatbot masih didampingi oleh pelayanan manusia. Hal-hal yang umum dan mampu dipelajari oleh mesin akan ditangani, sedangkan kebutuhan kustom atau yang benar-benar baru harus tetap ditangani manusia. Studi kasusnya pada sistem pelayanan pelanggan.

Chatbot membuka banyak kemungkinan

Saat ini implementasi paling populer untuk sistem layanan pelanggan (customer service), namun, menurut Matthew, masih banyak peluang yang dapat digali dari popularitas layanan berbasis chatbot. Beberapa contoh implementasi turut disampaikan, misalnya untuk layanan reservasi di sebuah restoran, untuk dukungan game online hingga memfasilitasi kontrol perangkat IoT (Internet of Things). Dukungan untuk itu semua, khususnya di kanal API LINE, telah tersedia, kreativitas pengembang menjadi kuncinya.

“Konsep layanan seperti chatbot sebenarnya ada sejak lama. Mungkin dulu kita mengenal dengan SMS Gateway, melalui medium pesan singkat kita bisa mengontrol sesuai dari jarak jauh. Kemampuan aplikasi pesan untuk mengelola informasi menjadikannya lebih kuat. Saya membayangkan konsep chatbot diterapkan dalam smart home, misalnya melalui LINE kita bisa mengetikkan matikan lampu, secara otomatis lampu di rumah akan mati. Hal seperti itu sangat mungkin untuk berkembang,” lanjut Matthew.

Matthew Tanudjaja, Global Engineer LINE Indonesia
Matthew Tanudjaja, Global Engineer LINE Indonesia

Di Indonesia sendiri beberapa bisnis telah memulai ke mengeksplorasi chatbot untuk membantu kegiatan operasinya, khususnya yang berkaitan dengan konsumen. Khusus untuk yang menggunakan platform LINE, beberapa bisnis di Indonesia seperti BCA, Bang Joni, dan Teman Jalan sukses mengimplementasikan sistem tersebut. Migrasi ke layanan berbasis chatbot disebut mampu meningkatkan traksi pengguna layanan. Alasannya aplikasi pesan yang digunakan sudah menjadi basis pengguna. LINE mengklaim telah memiliki 90 juta Monthly Active Users (MAU) di Indonesia.

Secara teknis, ada beberapa model monetisasi yang bisa diterapkan ketika sebuah bisnis atau startup akan mendalami chatbot sebagai sebuah sistem primer. Tiga hal yang bisa diputar dalam roda bisnisnya adalah sistem berlangganan, sistem analisis riset pasar, penjualan, dan referral. Trennya baru saja dimulai, sehingga belum bisa dipastikan model mana yang paling cocok di Indonesia.

Tantangan dan potensi membisniskan chatbot

Bang Joni menjadi salah satu pengembang produk berbasis chatbot di Indonesia. Setelah berjalan sejak tahun 2015, pembaruan terakhir yang diusung memantapkan diri untuk memanfaatkan platform LINE dalam sistem bisnisnya. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Bang Joni Ache Harahap bercerita memulai proses bisnis dengan sistem seperti ini tidak mudah. Dicontohkan di tahun pertama mereka beroperasi, sangat sulit untuk meyakinkan merchant yang bergabung. Alasannya belum ada benchmark pada waktu itu. Memang layanan chatting sudah sangat populer, namun proses transaksi di dalamnya tidak.

“Berbicara teknis, chatbot adalah salah satu dari pada pendekatan kami untuk mengembangkan kemampuan Artificial Intelligence. Artificial Intelligence sendiri menurut kami adalah kemampuan membaca berbagai macam sumber data dalam waktu super cepat sehingga menghasilkan result yang diinginkan,” terang Ache.

Ache Harahap, Co-Founder dan CEO Bang Joni
Ache Harahap, Co-Founder dan CEO Bang Joni

Seiring berjalannya waktu, pengguna sudah mulai aware dengan manfaat chatbot dan sistem berbasis AI. Bang Joni makin berkembang dan mudah diterima oleh pengguna, namun bukan berarti tanpa kendala. Secara teknis bahasa juga masih menyajikan tantangan yang harus terus direduksi. Ache menceritakan penggunaan bahasa saat chatting polanya sulit ditebak, misalnya unsur SPOK jarang digunakan. Tim Bang Joni harus selalu memastikan untuk memperbarui basis data bahasa dengan bahasa dan singkatan yang sering digunakan pengguna. Dalam hal ini NLP menjadi kunci.

Sebelumnya Bang Joni juga memanfaatkan platform Telegram dan Facebook, namun dukungan ke dua platform tersebut ditutup dan fokus ke LINE. Bang Joni menargetkan bisa digunakan sekurangnya satu juta pengguna LINE di Indonesia.

“Kami mempunyai beberapa strategi pemasaran dan target market. Yang pertama adalah existing LINE user dan yang kedua existing merchant user untuk dIakuisisi yang menjadi fokus kami saat ini,” lanjut Ache.

Tak serta merta mengikuti popularitas chatting

Kesempatan pengembangan dan debut di pangsa pasar seakan sudah di depan mata, namun ada satu hal yang perlu digarisbawahi. Popularitas chatting sebagai sarana komunikasi dan sebagai media transaksi tidak bisa disamaratakan. Saat seseorang hendak melakukan transaksi, yang ia butuhkan adalah trust, di balik kenyamanan itu sendiri. Akibatnya proses edukasi di pasar harus kembali digalakkan, sama halnya ketika debut bisnis e-commerce hadir di Indonesia.

Dengan berbagai kemungkinan yang dimiliki, besar harapan layanan ini untuk dapat berkembang di pangsa pasar Indonesia. Aplikasi pengguna di smartphone kian terfragmentasi, sementara orang-orang mulai beralih ke sesuatu yang sifatnya simpel. Ketika sistem berbasis chatbot mampu memenuhi kriteria ini, besar kemungkinan disruption akan terjadi lagi di lingkungan bisnis Indonesia.


Amir Karimuddin berkontribusi dalam penulisan dan penyuntingan artikel ini.

Pasca Penghentian Layanan Asisten Pribadi, YesBoss Luncurkan Kata.ai untuk Bisnis

Setelah dikabarkan telah mulai menghentikan layanan dan segera melakukan pivot bisnis, YesBoss Group akhirnya kini mengumumkan layanan barunya. Kali ini tidak disasarkan untuk kalangan konsumen umum, melainkan spesifik untuk brand di Indonesia. Bernama Kata.ai, sebuah conversational platform dikembangkan dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) guna menghubungkan brand dengan konsumen secara lebih efektif.

Dalam rilisnya dikatakan bahwa Kata.ai merupakan produk perdana dari banyak produk yang akan segera dirilis mendatang dalam naungan YesBoss Group. Langkah ini diambil demi meraih peluang baru di sektor bisnis dan konsumen. Dalam sambutannya, CEO YesBoss Group Irzan Raditya memperlihatkan semangat dan optimismenya.

“Kami sangat menantikan kesempatan untuk bekerja sama dengan brand berskala nasional untuk mengubah cara berkomunikasi mereka dengan jutaan konsumennya. Sebagai startup teknologi, kami tidak sabar untuk segera mengaplikasikan teknologi Kata.ai di sektor bisnis sekaligus mengembangkan produk-produk lainnya di sektor konsumen yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.”

Pada versi awal ini, Kata.ai menawarkan Dialogue Engine dengan Natural Language Processing (NLP). Fitur tersebut memungkinkan pelaku bisnis mewujudkan persona brand melalui chatbot yang dapat melakukan beragam aktivitas. Aktivats yang dapat dikelola meliputi pemasaran produk, transaksi jual-beli, hingga pengumpulan data perilaku konsumen melalui media sosial dan messaging app yang populer digunakan.

Kata.ai akan mulai dipasarkan dalam bentuk Software as a Services (SaaS) pada awal tahun 2017 mendatang. Teknologi ini diyakini akan menjadi pendobrak di pasar, membantu para pelaku bisnis memahami perilaku konsumen secara mendalam dengan meningkatkan kualitas hubungan dengan konsumen. Visinya platform ini akan menjadi teknologi NLP dalam Bahasa Indonesia yang kaya fitur. Perekrutan ilmuwan Jim Geovedi sebagai Tech Advisor telah menunjukkan keseriusan ini.

Kendati telah mulai dihentikan, layanan YesBoss sebagai asisten virtual pribadi memberikan modal dan pengalaman berharga dalam pengembangan Kata.ai, begitu diungkapkan oleh CTO YesBoss Group Ahmad Rizqi. Dalam keterangannya Rizqi menyampaikan:

“Lewat layanan asisten pribadi YesBoss, kami belajar banyak tentang bagaimana konsumen Indonesia ingin dilayani, terutama saat melakukan percakapan via teks. Kami paham betul kompleksitas Bahasa Indonesia saat bertukar pesan. Pemahaman ini memberikan keuntungan lebih dalam melatih dan mendesain platform AI kami lewat data perilaku dari jutaan percakapan yang meliputi lebih dari 50 ranah komersial.”

Sebelum peluncuran resmi Kata.ai, YesBoss Group telah bekerja sama dengan Microsoft, Infomedia Nusantara (contact center terbesar di Indonesia, anak perusahaan dari Telkom) dan aCommerce dalam rangka memuluskan jalan mereka untuk bekerja sama dengan ratusan brand berskala nasional dan perusahaan di berbagai industri, mulai dari e-commerce, FMCG, hingga layanan finansial seperti perbankan. Kata.ai siap membawa tren conversational commerce di Indonesia lewat teknologi AI berstandar tinggi.