Asus Gunakan Logam Cair ‘Eksotis’ Untuk Mendinginkan Laptop Gaming ROG Baru

Bagi perangkat berperforma tinggi dengan desain padat seperti laptop gaming, solusi pendingin merupakan salah satu aspek krusial. Saat beroperasi, komponen PC selalu menghasilkan panas. Dan di notebook, produsen harus menempatkan hardware-hardware tersebut secara rapat. Sejak bertahun-tahun silam, nama-nama seperti Asus, MSI dan Acer terus berupaya meramu sistem termal terbaik untuk produknya.

Dalam menjinakkan suhu tinggi, kebanyakan laptop biasa menggunakan kombinasi kipas dan heat pipe. Dalam meningkatkan kinerjanya, tim desainer kerap melakukan eksperimen terhadap desain bilah demi memastikan udara mengalir lebih banyak serta lancar. Namun kali ini Asus berniat untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Perusahaan teknologi asal Taiwan itu mengabarkan bahwa mulai tahun ini, lini notebook Republic of Gamers akan memanfaatkan solusi termal berbasis ‘logam cair eksotis’.

Material ini nantinya digunakan buat memindahkan panas dari CPU ke modul pendingin. Metode tersebut dipercaya lebih efektif dalam menangani panas, membuka ruang untuk mendongkrak performa hardware, sembari mengurangi polusi suara. Pemakaian logam cair di PC sendiri bukanlah hal baru – para overclocker kawakan mungkin sudah cukup sering memanfaatkannya. Tapi biasanya, penerapannya dilakukan secara manual dan tidak siap diproduksi massal.

Kabarnya, proses pengembangan sistem termal logam cair telah dilakukan Asus selama lebih dari setahun. Bahan ini memiliki titik lebur yang rendah, berwujud cair di suhu ruang, dan bersifat sangat konduktif sehingga efektif untuk menyalurkan panas. Dalam uji coba internal terhadap laptop ROG, teknisi Asus melihat bagaimana logam cair sanggup menurunkan suhu prosesor sebesar 10- sampai 20-derajat, bergantung dari variannya. Tentu dengan temperatur lebih rendah, chip dapat mencapai kecepatan lebih tinggi dan kerja kipas pun tak terlalu berat.

Ada beberapa jenis logam cair yang saat ini tersedia di pasar dan efektivitasnya berbeda. Khusus buat laptop ROG-nya, Asus menggunakan Conductonaut buatan Thermal Grizzly. Mereka memilih jenis ini karena punya kadar timah lebih rendah. Kemampuan timah dalam menghantarkan panas lebih rendah dari gallium dan indium yang ada di material tersebut. Menariknya, demi menjaga kerahasiaan pengembangan solusi pendingin logam cair, Asus tidak bermitra dengan Thermal Grizzly: mereka membeli Conductonaut seperti konsumen biasa.

Teknologi pendingin logam cair Asus rencananya akan diimplementasikan pada lini ROG berprosesor Intel Core generasi ke-10 yang meluncur di tahun 2020. Asus menyampaikan, prosesor Intel akan memperoleh manfaat maksimal dari pemakaian solusi termal jenis ini karena ukuran die-nya kecil dan panas terkonsentrasi pada delapan zona terpisah di chip. Sebelum diungkap ke publik, pihak Intel sendiri bahkan tidak tahu Asus tengah meramu sistem termal baru untuk CPU-nya…

Sumber: Asus.

[Review] ASUS VivoBook Pro F571, Laptop Ngantor Bisa Buat Gaming

Bekerja dan bermain game merupakan dua kebutuhan yang berbeda. Laptop kerja meskipun dibekali prosesor yang kencang, biasanya tanpa ditopang chip grafis yang memadai. Sebaliknya laptop gaming bisa digunakan untuk bekerja, tapi lebih condong sebagai desktop replacement sebab dimensi dan bobotnya merepotkan bila harus dibawa-bawa setiap hari.

Lewat laptop VivoBook series yang baru, ASUS mencoba menawarkan solusi perangkat gaming selain ROG atau TuF series. Adalah VivoBook Pro F571, sebuah laptop mainstream berlayar lapang 15,6 inci yang nyaman untuk bekerja maupun bermain game dengan opsi spesifikasi hingga prosesor Intel Core i7-9750H dan chip grafis NVIDIA GeForce GTX 1650.

Yang menarik harga ASUS VivoBook Pro F571 pun cukup terjangkau, mulai dari Rp12.299.000 dengan prosesor Intel Core i5-9300H, NVIDIA GeForce GTX 1050_v4GB, RAM 8GB, dan penyimpanan SSD PCIe 512GB. Lalu, Rp14.299.000 dengan Intel Core i7-9750H dan ditambah memori Optane 32GB. Serta, varian tertinggi Rp15.299.000 dengan NVIDIA GeForce GTX 1650_v4GB.

Berikut review ASUS VivoBook Pro F571 selengkapnya. Video hands-on laptop ini bisa dilihat di bawah ini:

Desain Low Profile

Desain ASUS VivoBook Pro F571
Desain ASUS VivoBook Pro F571 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Perangkat ini memiliki dimensi 35,9×24,8×2,19 cm dan bobot 2,14 kg. Sebagai laptop 15,6 inci, body laptop ini memang tidak bisa dibilang kecil meski cukup ringkas untuk seukurannya, namun setidaknya masih memungkinkan untuk dibawa bepergian.

Layar 15,6 inci tersebut dikemas dalam desain NanoEdge display, di mana bezel samping layar kanan dan kirinya sangat tipis hanya 7,4 mm saja yang menyuguhkan kesan luas. Meskipun bagian dahi dan dagunya masih cukup tebal, ASUS menyebut screen-to-body ratio-nya mencapai 80,2 persen.

Panel LED-backlit Anti-Glare 60Hz ini beresolusi FHD (1920×1080 piksel) dengan dukungan color space NTSC 72 persen dan memiliki wide angle view sebesar 178 derajat. Harus diakui, layar 15,6 inci merupakan ukuran yang ideal untuk bekerja dengan nyaman terutama yang harus multitasking dan menampilkan lebih dari satu aplikasi di layar.

Desainnya sendiri seperti laptop VivoBook series lainnya, tetap tampil low profile dan minimalis. Saat tutup dibuka, terhampar keyboard berukuran penuh, lengkap dengan numeric pad dan backlight. Hanya saja, tombol navigasi panahnya ini ukurannya kecil dan penempatannya juga agak canggung. Lalu, pada area touchpad terdapat sensor fingerprint di pojok kanan atas yang terintegrasi dengan sistem Windows Hello di Windows 10.

Dirancang sebagai laptop untuk bekerja sekaligus bermain game, VivoBook Pro F571 ini telah dibekali dengan sistem pendingin khusus agar performanya tetap stabil. ASUS pun melengkapinya dengan IceCool Technology agar panas dapat diredam dan tidak menjalar hingga ke bagian palmrest serta keyboard.

Dua kipas dan heatpipe khusus juga disematkan di bagian dalam VivoBook Pro F571. Keduanya bekerja untuk memastikan suhu komponen tetap terjaga dan mencegah terjadinya overheat. Udara panas akan dikeluarkan melalui dua ventilasi khusus di bagian belakang laptop ini sehingga pengguna tidak akan terganggu oleh udara panasnya.

Konektivitas ASUS VivoBook Pro F571
Konektivitas ASUS VivoBook Pro F571 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Soal konektivitas, VivoBook Pro F571 hadir dengan modul dual-band WiFi 5 (802.11ac) dan Bluetooth 4.2. Sedangkan konektivitas non-wireless dan atributnya, di sisi kanan laptop terdapat slot Kensington, dua port USB 2.0, indikator baterai dan daya, serta slot SD card reader. Sementara, di sisi kiri laptop dapat dijumpai port pengisian daya, ethernet, HDMI, USB 3.0 Type A, USB Type-C, dan combo audio jack.

Hardware & Performa

Performa ASUS VivoBook Pro F571
Performa ASUS VivoBook Pro F571 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Unit review ASUS VivoBook Pro F571 yang saya gunakan merupakan varian dasar dengan prosesor Intel Core i5-9300H generasi ke-9, memiliki CPU 4 core 8 thread dan thermal design power 45 Watt. Di samping unit integrated graphics Intel HD Graphics 630, varian ini tiba dengan discrete graphics card NVIDIA GeForce GTX 1050 dengan VRAM 4 GB GDDR5.

Versi yang satu ini lebih cocok dijadikan sebagai laptop kerja saja atau sekedar bermain game casual ringan. Untuk bermain game kelas AAA dengan cukup baik, sebaiknya ambil varian tertinggi dengan prosesor Intel Core i7-9750H dan chip grafis hingga NVIDIA GeForce GTX 1650. Pada konfigurasi ini, bisa bermain game dengan pengaturan grafis medium dengan frame rate yang stabil di laptop mainstream tentunya sudah cukup menyenangkan.

Khusus untuk yang menggunakan prosesor Intel Core i7-9750H, kedua varian telah didukung penyimpanan M.2 PCIe SSD berkapasitas 512GB ditambah dukungan Intel Optane Memory hingga 32GB. Ruang penyimpanan SSD ini tidak hanya cukup lega, tetapi juga kencang dan SSD kencang berarti waktu loading game menjadi lebih singkat. Kemudian besaran RAM-nya 8GB LPDDR4 menggunakan mode dual channel guna mengoptimalkan kinerja dari spesifikasi tersebut.

Verdict

ASUS mendesain VivoBook Pro F571 untuk generasi milenial yang sudah bekerja kantoran, mereka yang membutuhkan perangkat untuk bekerja tapi di sisi lain punya hobi gaming. Jadi sudah jelas, keyword dari VivoBook Pro F571 ialah laptop kerja yang bisa untuk bermain game, dengan catatan kalian harus memilih varian paling tinggi.

Keterangan lain sebagai laptop berlayar 15,6 inci, maka lebih cocok digunakan bagi yang bekerja stay di kantor. Meski ukurannya cukup ringkas untuk seukurannya, dimensi laptop 15,6 inci tetap kurang cocok untuk mereka yang punya mobilitas tinggi dan dituntut bisa bekerja kapan pun di mana pun, saya akan merekomendasikan ASUS ZenBook 13 UX334.

Sparks

  • Layar 15,6 inci yang nyaman untuk bekerja dan bermain game
  • Harga relatif terjangkau, terutama varian dasarnya
  • Ketersediaan varian dengan spesifikasi lebih tinggi

Slacks

  • Varian tertinggi Rp15.299.000, terlalu dekat dengan laptop ROG
  • Sebagai laptop 15,6 inci, dimensinya masih merepotkan untuk dibawa bepergian tiap hari

MacBook Air Edisi 2020 Hadirkan Performa 2x Lebih Cepat dan Keyboard yang Lebih Reliable

Selain memperkenalkan iPad Pro generasi keempat, Apple turut mengumumkan MacBook Air versi baru dengan penyegaran spesifikasi. Bentuknya masih sama seperti yang Apple luncurkan di tahun 2018, dengan layar IPS 13,3 inci beresolusi 2560 x 1600 pixel.

Yang disempurnakan di sini adalah performanya, dan ini penting mengingat edisi tahun lalu tidak menawarkan peningkatan performa sama sekali. Berbekal prosesor Intel generasi ke-10 (mulai dari dual-core i3 sampai quad-core i7), kinerja MacBook Air edisi 2020 diklaim dua kali lebih kencang dari sebelumnya, dan performa grafisnya sendiri 80% lebih baik.

Mendampingi prosesor tersebut adalah pilihan RAM LPDDR4X berkapasitas 8 GB atau 16 GB. Apple tak lupa membekali MacBook Air dengan baterai berkapasitas 49,9 Wh yang diklaim mampu bertahan sampai 11 jam pemakaian (browsing).

2020 MacBook Air

Perubahan lain yang tidak kalah penting adalah keyboard-nya, yang kini telah kembali menggunakan switch model lama seperti milik MacBook Pro 16 inci, bukan lagi switch tipe butterfly yang terkenal mudah rusak. Selain lebih reliable, keyboard barunya semestinya lebih nyaman daripada sebelumnya berkat key travel sampai sedalam 1 mm.

Namun bagian terbaiknya menurut saya adalah soal storage. MacBook Air edisi 2020 hadir membawa kapasitas penyimpanan sebesar 256 GB pada varian termurahnya, dua kali lebih besar dari sebelumnya. Varian 512 GB, 1 TB, dan 2 TB tentu juga tersedia bagi yang membutuhkan.

Meski menawarkan kapasitas penyimpanan yang lebih besar, harga MacBook Air edisi 2020 justru semakin terjangkau, kini dimulai di angka $999. Dalam kesempatan yang sama, Mac Mini juga ikut dilipatgandakan storage-nya; varian termurahnya yang dibanderol $799 kini juga mengusung kapasitas sebesar 256 GB.

Sumber: Apple.

Lenovo Gandeng Microsoft Hadirkan MS Office Home & Student 2019 di Laptop Baru

Dalam membeli sebuah laptop, biasanya konsumen mengharapkan perangkatnya sudah terinstal segala macam aplikasi. Sistem operasi Windows merupakan yang paling sering diinginkan, sehingga dulu banyak sekali terjadi pembajakan. Ternyata, para vendor pun telah mengakomodasi keinginan para konsumen dengan menyertakan sistem operasi asli tersebut dan langsung terpasang pada laptopnya.

Ternyata, hal berikutnya yang diinginkan oleh para konsumen adalah hadirnya sebuah aplikasi Office. Tentu saja, karena hal tersebut dibutuhkan untuk bekerja. Dan untuk mengurangi pembajakan, Lenovo pun mengadakan kerja sama dengan Microsoft untuk menghadirkan Microsoft Office Home and Student 2019 langsung pada laptop-laptop baru.

Lenovo MSOffice - Launch

Sebenarnya, kerja sama ini sudah berlangsung cukup lama. Namun, baru pada tanggal 25 Februari 2020 lalu, bertempat di restoran Kembang Goela, Lenovo dan Microsoft mengumumkannya kepada para media.

Tentu saja, aplikasi Office yang telah terinstal langsung tersebut merupakan versi asli. Dan ternyata, lisensi yang diberikan adalah seumur hidup, bukanlah tahunan. Microsoft pun mengatakan bahwa jika dibeli secara terpisah, aplikasi Office yang satu ini memiliki harga jual Rp. 1.700.000an. Tentunya hal ini bakal menghemat pembelian laptop.

Microsoft Office Home & Student 2019 ini hadir pada setiap lini produk Lenovo mulai dari Lenovo Yoga Series (Yoga C940, Yoga C640, Yoga S740, Yoga S940), Lenovo Legion Series (Legion Y740, Y540, Y545, Y7000SE), serta seluruh lini Ideapad (Ideapad L340 Gaming, Ideapad S340, Ideapad C340, dan Ideapad S145).

Lenovo MSOffice - Laptops

Saya pun menanyakan seperti apa lisensi dari Microsoft Office ini. Pihak Microsoft mengatakan bahwa setiap pengguna harus memiliki akun Microsoft. Setelah itu, lisensi ini bakal langsung aktif dan siap dipakai. Namun bagaimana jika laptop tersebut terkena malware dan harus dihapus?

Lisensi yang ada juga akan mencatat nomor seri dan jenis laptop yang dimiliki. Oleh karena itu saat mendaftarkan diri, semuanya akan langsung tercatat pada server Microsoft. Pada saat melakukan instalasi ulang, jika dilakukan pada laptop yang sama, tentu saja akan langsung bisa digunakan.

Lalu apakah lisensi ini bisa digunakan pada komputer lainnya? Tentu saja tidak. Hal tersebut dikarenakan server Microsoft akan dapat mendeteksi komputer yang digunakan. Jadi, lisensi tersebut hanya berlaku pada komputer yang digunakan, sampai perangkat tersebut rusak total.

 

[Review] ASUS ZenBook 13 UX334, Cocok Buat Mendongkrak Produktivitas

Body ringkas dengan performa powerful, ultrabook memang ideal dijadikan sebagai daily driver. Saya sendiri telah menggunakan ASUS ZenBook 13 UX334FLC sekitar satu setengah bulan dan ada kelebihan pasti ada kekurangannya juga.

Satu hal yang pasti laptop ini sangat cocok untuk para kalian yang ingin mendongkrak produktivitasnya kerjanya. Apalagi yang bermobilitas tinggi dan harus bekerja secara mobile kapan pun di mana pun.

Laptop premium keluarga ZenBook Classic series ini dibanderol dengan harga mulai Rp15.299.000 untuk varian dengan prosesor Intel Core i5-10210U (8G/512G PCIe), Rp19.299.000 dengan prosesor Intel Core i5-10210U (MX250/8G/1T PCIe), dan Rp 22.999.000 dengan prosesor Intel Core i7-10510U (MX250/16G/1T PCIe). Berikut review ASUS ZenBook 13 UX334FLC selengkapnya:

3D IR Camera

3D IR Camera | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
3D IR Camera | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sebelumnya saya selalu menggunakan metode password untuk mengunci laptop. Namun tak disangka fitur face unlock dengan 3D IR camera dan Windows Hello pada ZenBook 13 UX334FLC berakhir menjadi salah satu fitur favorit saya.

Satu setengah bulan lamanya dan entah sudah berapa banyak buka tutup laptop, proses masuk ke sistem Windows memang lebih cepat dan praktis. Kamera infra merah pada laptop ini mampu mengenali wajah penggunanya secara konsisten, bahkan dalam kondisi temaram sekalipun. Tetapi bukan berarti tak pernah gagal, beberapa kali saya harus mengetik PIN untuk login.

Dimensi Ringkas

Tampilan depan ASUS ZenBook UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Tampilan depan ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Hadir dengan dimensi 30.2×18.9×1.83 cm dan bobot 1.27 kg, ukuran body-nya memang terbilang sangat ringkas. Meskipun dari aspek ketebalan bukan yang tertipis di kelasnya, tapi setidaknya baterai 50Wh yang tertanam cukup untuk menunjang kerja seharian.

Bentukan compact juga berarti tak makan ruang banyak saat disimpan di dalam tas, serta bobot yang cukup ringan tersebut tidak membebani pundak. Portable dan asik dibawa bepergian, meskipun perlu saya tekankan lagi bahwa laptop sedikit agak tebal.

Tampilan belakang ASUS ZenBook UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Tampilan belakang ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Unit yang saya review berwarna royal blue, yang tampil elegan dengan tutup terukir pola concentrik circle khas ZenBook. Layar dengan bezel samping tipis dan sasis dari logam membuat ZenBook 13 UX334 enak dipandang dan terasa premium di tangan. Laptop ini juga bisa dibuka dengan satu tangan, meskipun perlu tenaga ekstra untuk membukanya.

Sisi kanan ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Sisi kanan ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Kelengkapan konektivitasnya cukup memadai untuk ukuran laptop 13 inci, di sisi kanan terdapat jack audio combo 3.5mm, port USB 2.0, dan slot microSD card reader. Sementara, di sisi kiri ada port DC-in untuk pengisian daya, port HDMI, port USB 3.1 Gen 2, dan port USB-C 3.1 Gen 2.

Sisi kiri ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Sisi kiri ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Sayangnya, ASUS masih belum memberikan port yang dilengkapi dengan teknologi Thunderbolt 3. Lalu, untuk dukungan konektivitas nirkabel ada Wi-Fi 6 (802.11 ax (2×2)) dan Bluetooth 5.0.

Keybard ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Keybard ASUS ZenBook 13 UX334 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Seperti laptop anyar ASUS lainnya, ZenBook 13 UX334 ini juga menggunakan mekanisme engsel ErgoLift yang mengangkat posisi keyboard sehingga lebih nyaman untuk diketik. Keyboard-nya sendiri dilengkapi dengan full-size backlit dan punya key travel 1.4mm, mengetik cepat bisa ditangani dengan baik dan tuts-nya membal saat ditekan.

ScreenPad 2.0

ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Fitur ini menjadi salah satu pembeda dari pendahulunya, di mana ASUS menyempatkan ScreenPad versi 2.0 yang ukurannya sedikit lebih besar dan lebih multi fungsi. Ini adalah touchpad yang juga merupakan sebuah layar sekunder touchscreen berukuran 5.65 inci.

Singkatnya, layar sekunder ini bisa menampilkan konten untuk mendukung pekerjaan di layar utama. Beberapa fungsi default yang tersemat antara lain, number key, hardwriting, quick key, slide xpert, doc xpert, sheet xpert, appdeals, myASUS, dan Spotify. Tentu saja, Anda dapat menyeret shortcut aplikasi favorit atau konten yang sedang dibuka pada layar utama ke layar kedua.

ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
ScreenPad 2.0 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Untuk mengaktifkan atau menonaktifkan fitur ScreenPad ini cukup dengan menekan tombol F6 atau Fn + F6. Di sana terdapat pilihan ScreenPad mode, traditional touchpad mode, dan toucpad is disabled. Lalu, untuk mengatur mode ScreenPad sebagai layar kedua cukup menekan tombol F8 atau Fn + F8. Pilih mode extend untuk memungkinkan menyeret konten utama ke layar kedua.

Layar 13.3 Inci

Layar 13,3 inci | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
Layar 13,3 inci | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Layar NanoEdge 13.3 incinya ini punya bezel samping yang tipis; hanya 2.8mm. Dengan screen-to-body ratio mencapai 95 persen, menurut ASUS dibanding generasi sebelumnya (ZenBook 13 UX331), ZenBook UX334 ini 14 persen lebih kecil.

Panel LED-backlit 60Hz tersebut beresolusi FHD (1920×1080 piksel) dengan dukungan NTSC 72 persen, sRGB 100 persen, dan teknologi WideView 178 derajat. Meskipun resolusinya belum 4K, layar 13 inci FHD ini sudah menyuguhkan kualitas yang sangat baik.

Performa dengan Prosesor Intel Core Generasi Ke-10

Unit ASUS ZenBook 13 UX334FLC yang saya review merupakan varian tertinggi. Tiba dengan prosesor Intel generasi terbaru yakni Intel Core i7-8565U Comet Lake generasi ke-10, dengan prosesor 4 core 8 thread dan thermal design power 15 Watt.

Di samping unit integrated graphics Intel HD Graphics 620, ASUS juga membenamkan discrete graphics card NVIDIA GeForce MX250 dengan 2GB GDDR3. Kemudian besaran RAM-nya 16GB LPDDR3 menggunakan mode dual channel guna mengoptimalkan kinerja dari spesifikasi yang ada, serta tak lupa penyimpanan berbasis SSD PCIe dengan kapasitas 1TB.

Ya, berkat daftar spesifikasi tersebut performa yang disuguhkan ASUS ZenBook 13 UX334FLC ini sangat kencang. Tugas-tugas standar harian, bahkan software editing foto dan video bisa berjalan dengan mulus.

Beberapa kali saya juga mengedit video 1080p menggunakan software Adobe Premiere Pro di laptop ini dengan beberapa footage beresolusi 4K. Meski layar 13.3 incinya termasuk kekecilan untuk kebutuhan tersebut, tapi dengan beberapa trik – mengedit video di ZenBook 13 UX334FLC masih bisa dilakukan dengan baik.

Verdict

ASUS ZenBook 13 UX334 Royal Blue | Photo by Lukman Azis / Dailysocial
ASUS ZenBook 13 UX334 Royal Blue | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Faktor bentukan ringkas dalam desain premium, layar bezel-less dengan opsi layar kedua (ScreenPad 2.0), serta daya tahan baterai lama dengan performa powerful. Laptop ini menawarkan apa yang dibutuhkan oleh penggunanya, utamanya bagi yang ingin meningkatkan produktivitas yang mungkin menjadi salah satu resolusi di tahun 2020 bagi beberapa orang atau mereka yang dituntut bekerja secara mobile.

Tentunya tak harus mengejar varian tertinggi, varian dasar dengan prosesor Intel Core i5-10210U (8G/512G PCIe) dengan harga Rp15.299.000 terbilang kompetitif dan performanya juga masih cukup powerful untuk menangani beragam tugas pekerjaan.

Sparks

  • Dimensinya ringkas dan build quality premium
  • ScreenPad 2.0 yang multi fungsi, layarknya punya monitor mini ekstrenal
  • Performanya terbilang powerful
  • Daya tahan baterai lama

Slacks

  • Profil body agak tebal
  • Perlu tenaga ekstra untuk membuka laptop

[Review] HP Elitebook 735 G6: Laptop Bisnis dengan Spesifikasi AMD yang Tinggi dan Standar Militer

HP selama ini menawarkan solusi untuk pengguna korporasi dan UKM dengan laptop yang memakai platform Intel. Namun seiring dengan waktu, AMD yang merupakan solusi alternatif platform komputer, saat ini sudah menawarkan segudang performa yang mampu menyaingi Intel dengan Ryzen. Hal tersebut pula yang membuat HP menyajikan laptop-laptop yang ditenagai dengan prosesor AMD Ryzen, yang salah satunya adalah HP EliteBook 735 G6.

HP EliteBook 735 G6

Laptop yang datang ke meja pengujian tim DailySocial ini memang ditawarkan untuk mendukung para pelaku UKM. HP EliteBook 735 G6 juga menawarkan trackpoint yang sepertinya sudah menjadi standar untuk sebuah laptop bisnis, karena lebih menawarkan tingkat ketepatan dibandingkan dengan touchpad.

Laptop yang satu ini juga sudah memiliki sertifikasi militer. Standar yang dikenal dengan nama MIL-STD 810G memastikan bahwa laptop ini mampu menahan benturan serta beberapa kondisi ekstrim lainnya.

Untuk spesifikasinya, HP EliteBook 735 G6 menggunakan

Prosesor AMD Ryzen 7 Pro 3700U (4C8T) 2,3 GHz Turbo 4 GHz
GPU Vega 10
RAM 8 GB DDR4 2400 MHz Single Channel
Storage Intel SSD 512 GB
Layar 13.3 inci 1920×1080 IPS
OS Windows 10
Bobot 1,33 kg
Dimensi 310,4 x 229,3 x 17,7 mm
Baterai 3 cell 50 Wh

Spesifikasi menurut CPU-Z dan GPU-Z adalah sebagai berikut

Unboxing

Laptop ini datang hanya dengan charger-nya saja didalam paket penjualannya

HP EliteBook 735 G6 - Charger

Desain

Saat mengeluarkan laptop ini dari paket penjualannya, saya merasakan sekali bahwa build dari HP EliteBook 735 G6 cukup kokoh. Hal ini dikarenakan HP EliteBook menggunakan chassis dengan bahan aluminium. Walaupun begitu, laptop ini rasanya tidak terlalu berat saat diangkat dengan menggunakan satu tangan. Dengan warna perak, laptop ini cukup terlihat menawan.

HP EliteBook 735 G6 - Kiri

Layar dari HP EliteBook 735 G6 menggunakan tipe IPS. Dengan dimensi 13,3 inci ternyata tidak membuat laptop ini terasa kecil. Dengan resolusi 1920×1080 juga membuat layarnya cocok dipakai untuk menonton dan melakukan editing video serta gambar. Sayangnya, bingkai yang dimiliki oleh HP EliteBook 735 G6 masih cukup besar.

HP masih memberikan trackpoint pada laptop yang satu ini. Trackpoint memberikan ketepatan yang jauh lebih baik dari touchpad, di mana pointer mouse tidak akan naik turun walau hanya beberapa milimeter pada saat jari diangkat. Tentu saja hal tersebut cukup dibutuhkan pada saat pengguna sedang melakukan editing gambar.

HP EliteBook 735 G6 - Kanan

HP juga menyematkan beberapa fungsi keamanan pada laptop EliteBook 735 G6. Yang pertama adalah standar militer MIL-STD 810G di mana laptop ini akan lebih tahan terhadap kondisi ekstrim dibandingkan dengan notebook lainnya. Hal ini membuatnya lebih tahan terhadap debu, guncangan, benturan, dan lain sebagainya.

HP EliteBook 735 G6 juga memiliki Sure Start yang membuat BIOS aman terhadap malware. Sure Click juga dimiliki oleh laptop ini agar pengguna terlindungi dari kesalahan klik pada sebuah website atau email  yang mencurigakan. Terakhir, Sure Sense membuat laptop yang terhubung ke server HP agar dapat mencegah software yang mencurigakan.

HP EliteBook 735 G6 - Trackpad

Di bagian kanan dari laptop ini akan ditemukan slot audio 3.5mm, USB 3.1, HDMI, LAN, pembaca kartu SD, USB-C, dan power slot. Di bagian kirinya terdapat slot USB 3.1. Di bagian tengah keyboard yang menggunakan tombol bermodel chiclet terdapat trackpoint berwarna hitam.

Pengujian

HP EliteBook 735 G6 menggunakan prosesor AMD Ryzen 7 3700U yang khusus dibuat oleh AMD agar dapat berjalan pada laptop. Dengan kecepatan 2,3 GHz, prosesor empat inti dan delapan thread ini bisa berjalan di kecepatan 4 GHz dalam kondisi tertentu. TDP-nya sendiri di-rating pada 15 watt.

Dengan menggunakan grafis Vega 10, HP EliteBook 735 G6 sudah dapat menjalankan berbagai game baru dan ringan. Namun, jangan berharap menjalankan game AAA yang baru saja keluar dengan setting paling tinggi. Untuk menjalankan software yang membutuhkan hardware acceleration, tentu saja iGP yang dimiliki sudah mumpuni.

Sayang, karena keterbatasan waktu, saya tidak sempat menguji bermain game. Padahal, Ryzen 7 3700U dengan Vega 10 tentu saja sudah mampu bermain beberapa game. Namun, hal tersebut masih bisa kita lihat dengan nilai benchmark yang sudah dilakukan.

Untuk pembanding, saya kembali membawa laptop dengan prosesor Ryzen 7 2700U dan Ryzen 3 2200U. Mari kita lihat seberapa kencang kinerja dari Ryzen 7 3700U ini dibandingkan dengan kakaknya.

Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop. Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata hanya bisa bertahan selama 5 jam 35 menit. Tentu saja saat digunakan dalam menggunakan Office ringan, hasilnya bisa jadi lebih lama. Tetapi jika digunakan untuk melakukan rendering video, sepertinya akan lebih cepat habis.

Verdict

Mencari sebuah laptop yang digunakan untuk bekerja memang membutuhkan kenyamanan dan keamanan yang berlebih. Hal ini tentu saja untuk melindungi data yang ada didalam laptop tersebut. Oleh karena itu, HP menawarkan EliteBook 735 G6 yang baru di tahun 2019 agar lebih nyaman dan aman saat digunakan.

Dengan menggunakan APU AMD Ryzen 7 3700U, membuat laptop ini bertenaga dan lebih hemat. Prosesornya sendiri memiliki 8 thread yang membuatnya dapat mengakses banyak pekerjaan dalam satu waktu. Dengan Vega 10 juga membuat laptop ini dapat digunakan untuk bermain game dengan cukup nyaman. Apalagi, untuk melakukan rendering juga sudah cukup baik.

Laptop ini dibanderol oleh HP dengan harga mulai dari Rp. 16.899.000. Harga tersebut tentu saja cukup tinggi untuk sebuah laptop yang menggunakan prosesor Ryzen 7. Namun, tingkat keamanan dan build yang dimiliki memang sudah lebih baik dari laptop untuk consumer. Pembeliannya tentu saja harus melalui negosiasi antara vendor dengan perusahaan yang ingin membelinya.

Sparks

  • Kinerja tinggi
  • Trackpoint tersedia
  • Fingerprint
  • Standar militer
  • Build kokoh
  • Daya tahan baterai cukup baik

Slacks

  • Bezel masih tebal
  • Harga tergolong cukup tinggi

 

Teknologi Unik ScreenPad pada ASUS ZenBook Duo dan Pro Duo Hadir di Indonesia

Sepertinya sudah biasa bagi ASUS untuk menghadirkan desain dan teknologi baru pada laptop buatannya. Setelah sebelumnya sudah mengeluarkan Touchpad yang menggunakan layar berukuran kecil, kali ini mereka mengeluarkan layar yang lebih besar lagi. Layar tersebut dinamakan ScreenPad Plus dan ditempatkan di atas keyboard-nya.

ASUS Zenbook Pro Duo - Launch

Perhelatan yang diadakan pada tanggal 11 Desember 2019 lalu yang bertempat di Dian Ballroom hotel Raffles Jakarta menandakan bahwa perusahaan asal Taiwan ini resmi membawa ASUS Zenbook Duo dan ASUS Zenbook Pro Duo ke Indonesia. Dengan teknologi ini, pengguna tidak lagi harus bersusah payah membawa dua buah monitor ke mana saja. Apalagi pada saat membuat sebuah konten, satu layar saja tidak pernah cukup.

ScreenPad Plus pada dasarnya merupakan layar kedua dengan ukuran setengah dari layar utama. Dengan kata lain ukuran resolusi ScreenPad Plus di ZenBook Pro Duo UX581 dan ZenBook Duo UX481 juga sama seperti layar utamanya. ScreenPad Plus di ZenBook Pro Duo UX581 dan ZenBook Duo UX481 juga memakai panel yang sama dengan layar utamanya.

ASUS Zenbook Pro Duo

Kedua laptop ini ditenagai oleh prosesor Intel terbaru, yaitu prosesor 10th Gen Intel Core untuk ZenBook Duo UX481 dan prosesor 9th Gen Intel Core untuk ZenBook Pro Duo UX581. Pilihan RAM yang ada juga sampai 32 GB serta SSD NVMe sampai 1 TB.

Prosesor yang digunakan pada UX581 merupakan prosesor 8 inti 16 threads Core i9 9980HK Core atau prosesor 6 inti 12 threads i7 9750H yang saat ini masih digadang terkencang untuk digunakan di laptop. Selain itu, ASUS juga memasangkan kartu grafis GeForce RTX 2060 yang membuat kinerjanya lebih kencang lagi. Dengan layar 15,6 inci OLED yang memiliki color space DCI-P3 sebesar 100% dan sRGB sebesar 133% ini, resolusinya dapat mencapai 4K. Hal yang sama pun diraih oleh ScreenPad Plus-nya.

ASUS Zenbook Duo

Prosesor yang digunakan pada UX481 adalah prosesor 4 inti 8 threads Core i7 10510U atau prosesor 4 inti 8 threads Intel Core i5 10210U. Namun, pada versi non Pro ini, kartu grafis yang bisa menjadi pilihan adalah NVIDIA GeForce MX250. RAM yang terpasang adalah 8 GB untuk Core i5 dan 16 GB untuk Core i7. Layar yang digunakan berukuran 14 inci dengan resolusi 1080p dan menggunakan jenis IPS.

ASUS menjual Zenbook Pro Duo dengan harga Rp. 55.999.000 untuk Core i9 dan Rp. 45.999.000 untuk yang Core i7. Sedangkan Zenbook Duo dijual dengan harga Rp. 16.299.000 sampai Rp. 23.999.000, tergantung dari prosesor dan grafis yang dipilih.

ASUS Zenbook Pro Duo - Pevita

Tanpa Palm Rest?

Saat mencobanya pada acara peluncuran, ada satu hal yang membuat saya cukup kurang menikmati dalam menggunakan laptop ini. Saya terbiasa mengetik dengan merebahkan telapak tangan saya pada bagian palm rest. Pada saat mencoba Zenbook UX581, mengetik terasa kurang nyaman karena ujung telapak tangan saya ada pada meja.

Ternyata pada paket penjualannya, ASUS menyertakan palm rest tambahan. Hal tersebut setidaknya hadir pada UX581. Namun, palm rest tambahan yang ada terasa cukup lebar, sehingga pengguna membutuhkan meja yang lebih besar. Pengguna pun juga harus melakukan penyesuaian, yang saya pikir tidak akan lama, untuk membiasakan diri menggunakan keyboard tanpa sandaran telapak tangan ini.

ASUS Zenbook Pro Duo - Rich Bryan

Untuk ScreenPad Plus yang ada, sepertinya memang membuat pengoperasian Windows 10 yang sudah terpasang lebih baik lagi. Sayang memang, versi UX481 yang saya coba ternyata tidak memiliki layar sentuh, sehingga hanya ScreenPad nya saja yang bisa disentuh.

Oh iya, untuk membedakan secara fisik mana yang UX581 dan mana yang UX481, kalian bisa melihatnya pada touchpad yang dimiliki. UX581 tidak memiliki tombol klik kiri dan kanan pada touchpad-nya. Sedangkan UX481 menghadirkan kedua tombol tersebut.

LG Gram 2020 Terus Buktikan Bahwa Portabilitas Bukan Berarti Harus Mengorbankan Performa dan Ketahanan Baterai

Melanjutkan tradisi sebelum-sebelumnya, LG menutup tahun dengan memperkenalkan seri laptop LG Gram baru. Lineup edisi 2020 ini hadir dalam tiga ukuran dan empat model yang berbeda: LG Gram 17 (17Z90N), LG Gram 15 (15Z90N), LG Gram 14 (14Z90N), dan LG Gram 2-in-1 (14T90N).

Keempatnya mempertahankan formula yang sama, yakni yang mengedepankan portabilitas selagi masih menjaga keseimbangan antara performa dan daya tahan baterai. Terkait portabilitas, Gram 17 memiliki dimensi fisik yang setara dengan laptop berlayar 15,6 inci, Gram 15 setara dengan laptop 14 inci, dan Gram 14 setara dengan laptop 13,3 inci.

Nama “Gram” sendiri didapat dari bobotnya yang tak lagi memerlukan satuan kilogram, dan itu bisa didapat lewat Gram 14 yang memiliki berat 999 gram. Yang paling berat tentu saja adalah Gram 17, dengan bobot 1,35 kg, akan tetapi yang paling tebal rupanya adalah LG Gram 2-in-1 di angka 17,9 mm.

LG Gram 2020

Bagi yang mementingkan resolusi layar di atas segalanya, seri Gram mungkin kurang cocok bagi Anda. Pasalnya, resolusi tertinggi yang bisa didapat hanyalah 2560 x 1600 pixel pada Gram 17, sedangkan sisanya cuma 1080p. Full-HD sebenarnya sudah tergolong cukup kalau menurut saya, apalagi kalau ternyata itu bisa berkontribusi terhadap daya tahan baterai yang panjang.

Lebih lanjut, LG turut menanamkan baterai berkapasitas masif pada lini Gram 2020: Gram 17 dan Gram 15 dengan baterai 80 Wh, sedangkan kedua model 14 incinya dengan baterai 72 Wh. Untuk model 14 inci yang convertible, baterainya disebut bisa bertahan sampai lebih dari 20 jam pemakaian.

LG Gram 2-in-1

Tidak kalah mengesankan adalah spesifikasinya. Keempat model ini ditenagai oleh prosesor Intel generasi ke-10, lengkap dengan GPU terintegrasi Intel Iris Plus (kecuali pada Gram 2-in-1). RAM DDR4-nya bisa dikonfigurasikan sampai yang berkapasitas 24 GB (16 GB pada Gram 2-in-1), sedangkan media penyimpanannya sudah mengandalkan SSD tipe NVMe.

Berbeda dari tahun lalu, varian convertible-nya sekarang sudah mengemas port Thunderbolt 3 (USB-C) seperti yang lainnya. Keempat model LG Gram 2020 ini juga sudah dilengkapi sensor sidik jari sekaligus konektivitas Wi-Fi 6 sebagai standar. Detail selebihnya, termasuk harga dan ketersediaannya, baru akan diungkap pada ajang CES 2020 tidak lama lagi.

Sumber: LG.

[Review] Acer Swift 7: Kinerja Tinggi pada Laptop yang Tipis Banget!

Perlombaan untuk membuat perangkat laptop menjadi lebih tipis sepertinya belum selesai. Dengan semakin tipis sebuah laptop, tentu desainnya menjadi lebih cantik dan juga stylish. Akan tetapi, biasanya hal tersebut mengorbankan beberapa aspek, seperti kinerja dan juga panas yang dihasilkan.

Acer Swift 7 -

Akan tetapi, hal tersebut sepertinya sudah dipikirkan masak-masak oleh Acer dengan mengeluarkan seri terbaru dari Acer Swift 7 di tahun 2019 ini. Dengan ketebalan yang hanya 9.95 mm saja, Acer Swift 7 2019 ini disematkan spesifikasi yang sangat mumpuni untuk dipakai dalam bekerja.

Spesifikasi lengkapnya adalah sebagai berikut

Prosesor Intel Core i7 8500Y (2C4T @ 1.5 GHz, Turbo 4.2 GHz)
GPU Intel UHD 615
RAM 16 GB LPDDR3
Storage SSD 512 GB
Layar 14 inci 1920×1080 IPS
OS Windows 10
Bobot 890 gram
Dimensi 317.5 x 190.5 x 9.95 mm
Baterai 3 cell 36 Wh 2770 mAh

Satu yang cukup disayangkan pada spesifikasi yang diberikan adalah pemasangan RAM dengan mode single channel. Hal ini tentu saja mengurangi kinerja keseluruhan dari laptop Swift 7 ini. Tentunya, hal tersebut memang harus dilakukan mengingat dimensi dari laptop ini yang sangat tipis, sehingga tidak dapat menempatkan slot memori kedua.

Spesifikasi menurut CPU-Z dan GPU-Z adalah sebagai berikut

Unboxing

Di dalam kotak paket penjualannya, akan ditemukan perlengkapan sebagai berikut

Acer swift 7 - Unboxing

Acer Swift 7 - Case Unbox

Desain

Pertama kali membuka paket penjualannya yang terlihat cukup premium, saya tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Sebuah Ultrabook dengan dimensi yang sangat tipis. Namun saat mengeluarkannya, terasa bahan plastik karbonat yang menyelimuti sekujur tubuh Swift 7 ini. Walaupun begitu, body dari Acer Swift 7 tidak terasa ringkih, justru cukup kokoh karena memiliki rangka aluminium.

Acer Swift 7 - Tipis

Saat saya mengangkat Acer Swift 7 pun juga seperti mengangkat sebuah amplop yang berisikan kertas A4. Yup, seringan itu. Bobotnya tidak mencapai 1 kg, sehingga sangat nyaman untuk dibawa ke mana saja. Bahkan dengan form factor 13 inci, Acer berhasil membuat Swift 7 memiliki layar dengan dimensi yang lebih tinggi.

Layar tersebut memiliki dimensi 14 inci karena Acer mengecilkan bingkai yang ada pada bagian samping dan atas-bawahnya dengan ukuran hanya 2,57 mm. Layarnya sendiri memiliki resolusi 1920×1080 dengan jenis IPS dan bisa dioperasikan dengan menyentuhnya. Untuk lebih tahan terhadap goresan, Swift 7 sudah dilindungi dengan Gorilla Glass 6.

Acer Swift 7 - Sisi Kiri

Oleh karena bingkai yang kecil, tentu saja kameranya harus diletakkan pada tempat yang berbeda. Acer pun menaruhnya pada ruang di atas keyboard, yang sayangnya akan membuat orang seperti sedang mendongak ke atas saat melakukan panggilan video. Namun hal ini tentu saja cukup unik karena Acer tidak mengurangi feature yang ada pada sebuah laptop.

Keyboard yang ada pada Acer Swift 7 juga terasa cukup nyaman untuk digunakan. Acer mendesain setiap tuts sedikit lebih besar dari keyboard pada umumnya. Feedback dari keyboard-nya sendiri juga terasa responsif sehingga nyaman digunakan untuk mengetik secara cepat.

Acer Swift 7 - Webcam

Dengan desain yang tipis ini, tentu saja tidak ada ruang untuk menaruh kipas. Menggunakan prosesor seri Y memang membuat pendinginnya tidak memerlukan hembusan angin dari kipas. Jadi, tidak akan ada suara berisik yang datang dari dalam laptopnya.

Pada sisi kiri laptop ini hanya terdapat sebuah port audio 3,5 mm beserta dengan dua buah LED untuk notifikasi baterai dan penunjuk bahwa perangkat ini sedang menyala. Pada bagian kanan terdapat dua port Thunderbolt 3 yang secara standar sama dan kompatibel dengan dan USB-C.

Acer Swift 7 - Sisi Kanan

Pengujian

Acer Swift 7 2019 menggunakan prosesor Intel Core i7 8500Y yang khusus dibuat oleh Intel agar dapat berjalan tanpa kipas. Dengan kecepatan 1,5 GHz, prosesor dua inti dan empat thread ini bisa berjalan di kecepatan 4,2 GHz dalam kondisi tertentu. TDP-nya sendiri di-rating pada 7 watt.

Dengan menggunakan Intel UHD 615, Acer Swift 7 sudah dapat menjalankan berbagai game lama dan ringan. Namun, jangan berharap menjalankan game AAA yang baru saja keluar. Untuk menjalankan software yang membutuhkan hardware acceleration, tentu saja iGP yang dimiliki sudah mumpuni.

Untuk memperlihatkan kinerjanya, saya kembali menghadirkan Ryzen 3300U. Tentu saja bukan karena ingin membuat sebuah perbandingan yang tidak seimbang, hanya untuk menunjukkan seberapa baik kinerja dari prosesor yang dipasang saat dipakai untuk bekerja. Berikut adalah perbandingannya

Baterai

DailySocial menguji laptop yang satu ini berdasarkan berapa lama sebuah perangkat bisa menonton file video 1080p. Perlu diketahui bahwa tidak satu tes baterai pun yang mampu memberikan hasil yang sama dengan penggunaan sehari-hari. Hanya saja, sebuah riset pernah dilakukan untuk mengukur pemakaian sebuah laptop. Hasilnya, untuk nonton video, laptop yang satu ini ternyata hanya bisa bertahan selama 2 jam 54 menit. Tentu saja saat digunakan dalam menggunakan Office ringan, hasilnya bisa jadi lebih lama. Tetapi jika digunakan untuk melakukan rendering video, sepertinya akan lebih cepat habis.

Verdict

Desain Ultrabook memang mengharuskan sebuah perangkat harus tipis. Oleh karena itu, dimensinya semakin tipis dari pertama kali Intel mengumumkan standarisasinya. Dan saat ini, Acer pun berhasil membuat laptop yang lebih tipis lagi lewat Swift 7.

Kinerja yang ditawarkan oleh Acer Swift 7 2019 ini memang sangat mumpuni untuk digunakan bekerja maupun melakukan editing gambar ringan. Hal tersebut tanpa harus khawatir laptopnya akan menjadi panas, karena menggunakan Intel seri Y. Game-game ringan juga dapat dimainkan pada laptop ini.

Acer melabel Swift 7 dengan harga Rp. 29.999.000. Harganya memang lebih tinggi dibandingkan yang dijual di luar negeri. Namun untuk para pecinta mode dan style, harga tersebut tentunya tidak terlihat mahal.

Sparks

  • Tipis!
  • Tanpa kipas
  • Bezel tipis
  • Kinerja cukup baik
  • Responsif
  • Ringan

Slacks

  • Harus membeli converter tambahan untuk USB-A, SD Card, dan lainnya
  • Tentunya, desain tersebut harus dibayar dengan harga yang cukup tinggi
  • Tombol Del yang terlalu dekat dengan Backspace

Lenovo ThinkBook 14 Hadir untuk Penuhi Kebutuhan Millenials

Generasi bisnis modern saat ini didominasi oleh kalangan Milennial dan Gen Z dengan total lebih 50% dari jumlah angkatan bekerja saat ini. Mereka dikenal memiliki pola pikir, cara pandang serta gaya bekerja yang tidak lepas dari kemudahan yang diberikan oleh teknologi dan juga fleksibilitas tempat bekerja. Apalagi, banyak sekali startup di Indonesia yang memang didirikan dan dipimipin oleh millenial.

Lenovo ThinkBook 14 - Launch

Untuk memenuhi kebutuhan dari millenial dan Gen Z, Lenovo pun meluncurkan ThinkBook 14 yang memang dijual pada pasar kalangan kedua generasi tersebut. Peluncuran tersebut dilaksanakan pada GreenHouse Jakarta pada tanggal 26 November 2019.

Lenovo ThinkBook 14 - Fingerprint

ThinkBook 14 telah disematkan dengan ThinkShield, sebuah solusi keamanan end-to-end Lenovo untuk melindungi hardware, software, serta layanan lainnya memastikan otentikasi yang mudah serta perlindungan yang aman bagi data pengguna. Untuk ketangguhannya, ThinkBook 14 dirancang untuk durabilitas dan sudah melewati tes ketahanan 4 metode MIL-STD-810G yakni high temperature, low temperature, temperature shock dan vibration.

Lenovo ThinkBook 14

Lenovo ThinkBook 14 menggunakan prosesor terbaru dari Intel, yaitu Core i generasi ke 10. Spesifikasinya adalah sebagai berikut

Prosesor Intel Core i7 10th Gen Comet Lake
GPU Intel UHD
RAM Sampai 24 GB DDR 4
Storage SSD 1 TB atau 2 TB HDD
Layar 14” 1080p  IPS
OS Windows 10
Bobot 1,5 KG
Dimensi 326 x 230 x 17.9 mm
Baterai 57 Whr sampai 12 jam pemakaian

Saat mencoba ThinkBook 14 dari Lenovo, laptop ini cukup terasa enak digunakan. Keyboard-nya memiliki feedback yang cukup baik serta terasa cukup responsif. Hanya saja, touch pad nya terasa kurang nyaman untuk digunakan. Entah karena memang posisi saya yang tidak terlalu pas untuk mengoperasikan laptop atau memang seting yang kurang pas. Selain itu, laptop ini cukup baik untuk digunakan walau saya tidak terlalu lama untuk mencobanya.

Lenovo ThinkBook 14 - Sisi Kanan

ThinkBook 14 akan tersedia di Indonesia pada awal Desember 2019 di mitra retail dan e-commerce Lenovo dengan harga mulai dari Rp 7,199,000 dan promosi khusus seperti hadiah backpack ThinkBook dan mini speaker untuk 100 pembeli pertama.