Titipku, Deliveree, and Ubiklan Provides New Innovation to Facilitate Online Shopping

The impact of the Covid-19 pandemic has affected mostly small-medium entrepreneurs, in various industries. Growing SMEs are overwhelmed by the news. It has inspired some startups to help them, along with their efforts to stay relevant in the current situation. We tried to register some of these startups.

First of all, Titipku. This Yogyakarta based startup has always been focused on empowering SMEs. Their service is trying to optimize technology to connect small merchants, food stalls, and other parties with buyers through applications.

The latest news, Titipku has launched location-based service features. This service is said to facilitate users finding traders around them for easy shopping.

“The store location becomes one of the problems when shopping online. Long-distance will affect shipping costs. Even shipping costs can be more expensive than the items ordered. That is very unfortunate. We expect this feature can minimize such problems,” Titipku’s CEO & Co-Founder, Henri Suhardja explained.

Titipku is said to have successfully embraced 150 thousand users and 100,000 registered business people in the application.

Mitra Titipku di Pasar

Next, there is Deliveree. In the midst of a pandemic, this startup, known for offering goods delivery services, is launching an online grocery shopping platform that is accessible through the application. From the official statement, the goods will be sent periodically using the city car fleet. This new feature also comes with a live chat or a call to get directly connected to the store.

“We expect this feature can make life a little easier for those who are worried about being exposed to the virus. With our latest technology, we are trying not only to reduce the virus spread, but also expect to help more than 5000 driver partners to return worked during this difficult time,” Deliveree Indonesia’s Country Director Tom Kim said.

Belanja semobako murah melalui Deliveree

Ubiklan comes with similar innovation. The startup, known as mobile advertising services using cars or motorbikes, is starting to explore a new business called UbiFresh. Offering grocery shopping online through their application.

UbIklan claims that their new business unit was formed after discussions with their partners and considering the current pandemic conditions which forced people to spend more time at home. UbiFresh is packaged in such ways to help users with their groceries as well as to market merchandise from traditional markets.

“We see a lot of people that we can help with UbiFresh. We can serve households in groceries shopping and at the same time we also help traditional markets which happen to be some of our business partners […] “The market results offered at UbiFresh are always maintained in terms of quality, freshness and completeness at the same economical price,” Ubiklan’s CEO, Glorio Yulianto said.

UbiFresh dari Ubiklan

Stay relevant

In the current situation, online shopping becomes an option. There are big risks out there, and innovations are to be explored. The three startups above might only small amount among those who are trying to be relevant. In fact, they refuse to give up while continuing to look for ways to keep growing.

Titipku is currently planning for fundraising. Their focus lies on increasing the number of transactions. As a startup that always been aiming to help SMEs, this feature is a continuation of their previous efforts.

As for Deliveree and Ubiklan, the birth of new business lines is a strategic step for them to remain relevant. It was due to circumstances, also the current business conditions. It is not impossible that in the future their new business line will become permanent and become an important part of a sustainable business journey. Because it is currently high demand, and online shopping for groceries can be one of the new normal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Titipku, Deliveree, dan Ubiklan Hadirkan Inovasi untuk Memudahkan Belanja Online

Dampak pandemi Covid-19 cukup besar dirasakan para pengusaha mengenah ke bawah, di berbagai industri. UKM yang sedang berupaya tumbuh banyak yang kelimpungan. Beberapa startup tampaknya terilhami untuk membantu mereka, berbarengan dengan upaya mereka agar tetap relevan di situasi seperti sekarang ini. Kami mencoba mendaftar beberapa startup tersebut.

Yang pertama ada Titipku. Startup asal Yogyakarta ini memang dari awal fokus pada pemberdayaan UKM. Layanan mereka mencoba mengoptimalkan teknologi untuk menghubungkan pedagang kecil, warung, dan semacamnya dengan para pembeli melalui aplikasi.

Terbaru, Titipku memperkenalkan fitur layanan berbasis lokasi. Layanan ini diklaim dikembangkan untuk semakin memudahkan pengguna mencari pedagang di sekitar mereka sehingga lebih mudah dalam berbelanja.

“Lokasi toko yang jauh dari rumah sebetulnya menjadi salah satu permasalahan saat belanja online. Jarak yang jauh akan berpengaruh pada ongkos kirim barang yang dipesan. Bahkan ongkos kirim bisa lebih mahal daripada barang yang ingin dibeli. Hal itu tentu sangat disayangkan. Kami berharap dengan fitur terbaru Titipku ini dapat meminimalkan permasalahan yang demikian,” terang Co-Founder CEO Titipku Henri Suhardja.

Titipku sendiri saat ini mengklaim sudah berhasil merangkul 150 ribu pengguna dan 100 ribu pebisnis terdaftar di aplikasinya .

Mitra Titipku di Pasar

Selanjutnya ada Deliveree. Di tengah pandemi, startup yang dikenal menawarkan layanan pengiriman barang ini meluncurkan platform belanja sembako online yang langsung bisa diakses di aplikasi mereka. Dari keterangan resminya, barang akan dikirimkan secara masaal dengan menggunakan armada city car. Fitur baru ini juga dilengkapi dengan live chat atau panggilan untuk bisa langsung terhubung dengan toko.

“Kami berharap ini akan membuat hidup sedikit lebih mudah bagi mereka yang khawatir akan terekspos dan terpapar virus. Dengan adanya layanan ini harapan kami bukan hanya sekadar membantu mengurangi penyebaran virus, akan tetapi juga teknologi terbaru kami diharapkan dapat membantu lebih dari 5000 mitra pengemudi untuk kembali bekerja selama masa sulit ini,” ujar Country Director Deliveree Indonesia Tom Kim.

Belanja semobako murah melalui Deliveree

Langkah yang serupa juga ditempuh oleh Ubiklan. Startup yang dikenal dengan layanan iklan bergerak menggunakan mobil atau motor ini mulai menjajaki bisnis baru bernama UbiFresh. Menawarkan belanja grocery secara online melalui aplikasi mereka.

Pihak UbIklan mengklaim unit bisnis baru mereka ini dibentuk berkat diskusi dengan partner mereka dan juga melihat kondisi pandemi seperti sekarang ini yang memaksa orang harus lebih banyak di rumah. UbiFresh dikemas sedemikian rupa untuk membantu pengguna tetap bisa mendapatkan barang belanjaan sekaligus memasarkan dagangan dari pedangang di pasar tradisional.

“Kami melihat banyak sekali orang yang dapat kami bantu dengan UbiFresh. Kami dapat melayani rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan belanja bahan pangan mereka dan secara bersamaan kami juga membantu pasar tradisional yang kebetulan beberapa di antaranya adalah mitra bisnis kami […] Yang pasti produk hasil pasar yang ditawarkan di UbiFresh selalu terjaga kualitas, kesegaran dan kelengkapannya dengan harga yang sama hematnya,” terang CEO Ubiklan Glorio Yulianto.

UbiFresh dari Ubiklan

Usaha untuk tetap relevan

Di situasi seperti sekarang ini belanja online merupakan sebuah pilihan. Ada risiko besar yang dihindari, dan ada kemudahan yang coba dimanfaatkan. Tiga startup di atas mungkin menjadi di antara mereka yang berusaha untuk relevan. Atau setidaknya berusaha untuk menolak menyerah sambil terus mencari cara untuk tetap tumbuh.

Titipku saat ini masih merencanakan untuk fundraising. Fokus mereka sekarang ada pada menaikkan jumlah transaksi. Sebagai startup yang dari awal mengembang misi untuk membantu para UKM fitur ini adalah langkah lanjutan dari upaya-upaya sebelumnya yang mereka lakukan.

Sementara bagi Deliveree dan Ubiklan, lahirnya lini bisnis baru adalah langkah strategi bagi mereka untuk tetap menjadi relevan. Terhadap keadaan, juga terhadap kondisi bisnis. Bukan tidak mungkin dikemudian hari lini bisnis baru mereka ini akan menjadi permanen dan menjadi bagian penting dalam perjalanan bisnis yang berkelanjutan. Karena memang saat ini permintaan tinggi, dan belanja grocery online bisa jadi salah satu new normal.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Paxel Introduces PaxelMarket to Support Product Marketing for SMEs

An application-based logistics startup that features the same day delivery service with flat charge, Paxel, launched a new service as attached in the company’s previous plans. The service, named PaxelMarket, was launched to help SMEs and retailers to easily develop and market their businesses.

Paxel’s VP Growth, Hita Mahardhika revealed to DailySocial, many SME entrepreneurs are now using Paxel’s same-day delivery services because it is considered to improve and speed up their money circulation. Seeing the increasing numbers, Paxel intends to provide more value than just shipping, in addition, to open channels and communities within to develop business.

“With PaxelMarket, SME entrepreneurs can also market products to other cities without expensive shipping charges due to flat charges apply throughout Java, Bali, and Makassar,” Mahardika said.

Paxel currently has around 1 million users, while there are more than 50 businesses partners fill up the categories of Charity, Beauty, Food, and Others.

Since this service first launched, Paxel claims to get a positive response from users. Especially in the Food category related to the number of customers who want special food or souvenirs from certain cities. In which case, it was unavailable due to access or time, but it can easily be obtained using PaxelMarket.

Opportunities for SMEs

Using the relevant momentum, while the rules of working at home and PSBB still apply, Paxel’s latest innovation is very ideal for people in need and SME business owners.

Paxel creates opportunities for SMEs or retailers within the coverage to join PaxelMarket. The term is that as long as the products sold are still in the category of “safe” or non-illegal products, Paxel opens for any kinds of opportunity for them to join.

In terms of mechanism, customers can directly access the site or choose “PaxelMarket” in the application. Then the PaxelMarket team will immediately process all orders, from payment to product delivery.

“In the near future we will focus on integrating PaxelMarket into the Paxel application so that customers will be more comfortable and assisted in making transactions,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bantu UKM Pasarkan Produk, Paxel Luncurkan PaxelMarket

Startup logistik berbasis aplikasi yang mengunggulkan layanan same day delivery dengan tarif flat, Paxel, meluncurkan layanan baru yang sebelumnya sudah masuk dalam rencana perusahaan. Layanan yang diberi nama PaxelMarket, diluncurkan untuk membantu para UKM maupun peritel agar lebih mudah mengembangkan dan memasarkan usahanya.

Kepada DailySocial VP Growth Paxel Hita Mahardhika mengungkapkan, selama ini banyak pengusaha UKM menggunakan jasa same day delivery Paxel karena dianggap dapat membantu mempercepat perputaran uang mereka. Melihat jumlahnya yang terus meningkat, Paxel tergerak untuk memberikan nilai lebih dari sekadar pengiriman, tetapi juga membuka kanal dan komunitas di dalamnya untuk pengembangan bisnis mereka.

“Dengan adanya PaxelMarket, pengusaha UKM juga dapat memasarkan produk ke kota lain tanpa ongkos kirim yang mahal, karena ongkir berlaku flat ke seluruh Jawa, Bali, dan Makassar,” kata Hita.

Saat ini Paxel telah memiliki sekitar 1 juta pengguna, sementara untuk mitra sudah adalah lebih dari 50 usaha memenuhi kategori Charity, Beauty, Food, dan Others.

Sejak layanan ini diluncurkan,  Paxel mengklaim mendapatkan respons positif dari pengguna. Terutama untuk kategori Food terkait banyaknya pelanggan yang menginginkan makanan khas atau oleh-oleh dari kota tertentu. Yang mana, sebelumnya hal ini terkendala masalah akses atau waktu, tetapi sekarang bisa mudah didapat karena adanya PaxelMarket.

Buka peluang untuk UKM

Memanfaatkan momentum yang relevan, di mana aturan bekerja dirumah dan PSBB masih berlaku hingga saat ini, layanan terbaru yang ditawarkan oleh Paxel menjadi ideal untuk masyarakat yang membutuhkan dan pemilik bisnis UKM.

Paxel membuka kesempatan bagi UKM atau peritel yang berada di dalam jangkauan antar untuk bergabung di PaxelMarket. Syaratnya, selama produk yang dijual masih masuk kategori produk yang “aman” atau tidak ilegal maka Paxel membuka kesempatan seluas-luasnya kepada mereka untuk bergabung.

Untuk cara kerjanya, pelanggan bisa langsung mengakses ke situs atau memilih “PaxelMarket” di dalam aplikasi. Kemudian tim PaxelMarket akan langsung melakukan proses seluruh pesanannya, mulai dari pembayaran hingga pengiriman produk.

“Dalam waktu dekat kami akan fokus untuk mengintegrasikan PaxelMarket ke dalam aplikasi Paxel, sehingga pelanggan akan semakin nyaman dan dimudahkan dalam bertransaksi,” kata Hita.

Application Information Will Show Up Here

Agritech Startup Kedai Sayur Officialy Pivot, Currently Serves Supply Chain Delivery

The agritech startup Kedai Sayur announced a business pivot to an online supply chain delivery service since the pandemic began in March 2020. Previously, the company served B2B customers such as hotels, restaurants and cafes, and vegetable vendors in need of a supply chain.

Kedai Sayur‘s CEO, Adrian Hernanto said the food product market has begun to change since the Covid-19 outbreak in early March. Supply demands from hotels, restaurants and cafes dropped by 50%. Whereas the growth of this business was previously more than 20% per month.

Meanwhile, at the same time, demands from vegetable vendors and household customers have significantly increased. It is the reason the company is confident in making business pivot decisions.

On the other hand, operational restrictions on wholesale and local markets disrupt the distribution chain of fresh food products in Indonesia. The situation has affected not only consumers who cannot shop to the market, but farmers also lose the medium to distribute their crops.

“The unexpected pandemic really forced Kedai Sayur as a startup to be able to innovate and take initiatives quickly to continue to carry out its vision and mission to be a solution for the community,” he told DailySocial, Wednesday (5/13).

As further explanation, the business model uses a variety of fleets to reach consumers. One of them, using the services of a vegetable handyman who registered as Kedai Sayur users.

Consumers who want to order vegetables can go through Kedai Sayur app and put on the Partner code. The order will be delivered to the Partner and will be distributed by him. Partners will also receive additional income in the form of commissions and payment of shipping charges from consumers.

“This business model will become permanent, of course, with more upcoming upgrades. For example working with last-mile delivery service, therefore, we can continue to improve our service level. ”

Online Vegetables Kedai Sayur
Kedai Sayur driver partners with Si Komo vehicle for product distribution / East Ventures

Apart from the application, reservations can also be made through Tokopedia and Blibli.

The company also made an initiative to help farmers distribute their crops to customers, in collaboration with the Ministry of Agriculture. Farmers can sell their crops assisted by the government using digital platforms such as Kedai Sayur.

“Now with supply chain expertise and digital platform technology, Kedai Sayur contributes to both sides of the distribution patterns affected by the Corona virus,” he concluded.

However, Adrian was reluctant to mention any achievements after the pivot.

Kedai Sayur is one of East Ventures portfolios. Since it was founded two years ago, the company has received two funding rounds with total of $5.3 million. From the latest data, the company has partnered with more than 5 thousand partners in Jadetabek.

Supply Chain business dynamic

As Kedai Sayur chooses to pivot, it is quite successful to extend the company’s runaway because of the pandemic. Thanks to the change in B2C business focus, the Kedai Sayur application has additional functions. Previously, the application used only by Vegetable Partners and B2B consumers who wanted to stock up on food ingredients to sell.

Another startup with aligning business models, such as Stoqo, was forced to close down due to failure to adapt to the conditions. It is a platform that focuses on providing basic food needs, from meat, vegetables, flour, coffee, and others, but only for B2B consumers.

Before the pandemic, this business model was certainly very sophisticated considering a large pie in the culinary field. What Kedai Sayur did is actually applicable by Stoqo.

Wahyoo’s Founder and CEO Peter Shearer revealed some strategies to maintain a high demand. Wahyoo, on the other hand, tries to help stalls to sell on digital platforms such as GoFood. At the same time, the implementation of large-scale social restrictions (PSBB) in many regions has shifted shopping patterns in the platform.

“The positive effect is that the PSBB situation and Covid-19 has forced food stall owners to adapt faster into digital,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Agritech Kedai Sayur Pivot, Kini Layani Pesan Antar Bahan Makanan

Startup agritech Kedai Sayur mengumumkan perubahan fokus bisnis menjadi layanan pesan antar makanan online sejak pandemi berlangsung pada Maret 2020. Sebelumnya perusahaan melayani konsumen B2B seperti hotel, restoran, dan kafe, dan tukang sayur yang ingin memasok kebutuhan bahan makanan untuk berjualan.

CEO Kedai Sayur Adrian Hernanto menerangkan pasar produk pangan mulai berubah sejak persebaran Covid-19 merebak pada awal Maret. Permintaan dari hotel, restoran, dan kafe merosot hingga 50%. Padahal sebelumnya pertumbuhan dari bisnis ini lebih dari 20% per bulan.

Sementara, di saat yang bersamaan, permintaan dari tukang sayur dan pelanggan rumah tangga meningkat signifikan. Atas dasar inilah perusahaan percaya diri untuk mengambil keputusan pivot bisnis.

Di sisi lain, pembatasan operasional pasar induk dan pasar lokal mengganggu pola distribusi produk pangan segar di Indonesia. Kondisi tersebut berdampak tidak hanya pada konsumen yang tidak bisa belanja ke pasar, petani pun kehilangan medium untuk menyalurkan hasil panennya.

“Masa pandemi yang tidak terduga seperti ini benar-benar menguji Kedai Sayur sebagai startup untuk dapat berinovasi dan berinisiatif dengan cepat untuk tetap menjalankan visi dan misinya untuk menjadi solusi bagi masyarakat,” ujarnya kepada DailySocial, Rabu (13/5).

Dijelaskan lebih jauh, model bisnis layanan ini menggunakan berbagai armada untuk dapat sampai ke tangan konsumen. Salah satunya, menggunakan jasa tukang sayur yang telah menjadi pengguna Kedai Sayur.

Konsumen yang ingin memesan bahan makanan, bisa melalui aplikasi Kedai Sayur, dapat memasukkan kode Mitra Sayur tersebut. Pesanan tersebut akan diantarkan ke tempat Mitra Sayur dan akan didistribusikan olehnya. Mitra pun akan mendapat tambahan penghasilan berupa komisi dan pembayaran ongkos kirim dari konsumen.

“Model bisnis ini akan menjadi permanen, tentunya dengan berbagai upgrade lagi ke depannya. Misalnya bekerja sama dengan last-mile delivery service, agar bisa terus meningkatkan service level kami.”

Pesan Sayur Online Kedai Sayur
Mitra Kedai Sayur bersama kendaraan Si Komo untuk distribusi produk / East Ventures

Selain melalui aplikasi, pemesanan juga bisa dilakukan lewat Tokopedia dan Blibli.

Perusahaan juga membuat inisiatif yang membantu petani untuk mendistribusikan hasil panen mereka ke pelanggan, melalui kerja sama bersama Kementerian Pertanian. Petani dapat menjual hasil panen mereka dibantu oleh pemerintah dengan menggunakan platform digital seperti Kedai Sayur.

“Kini dengan keahlian supply chain dan teknologi digital platform, Kedai Sayur berkontribusi ke dua sisi pola distribusi yang kena dampak virus Corona,” pungkasnya.

Akan tetapi, Adrian enggan memaparkan pencapaian yang berhasil didapat pasca pivotnya tersebut.

Kedai Sayur merupakan salah satu portofolio di bawah East Ventures. Sejak berdiri dua tahun lalu, perusahaan sudah dua kali mendapat pendanaan, dengan total $5,3 juta. Dari data terakhir, perusahaan sudah bermitra dengan lebih dari 5 ribu mitra di Jadetabek.

Dinamika bisnis supply-chain

Pilihan pivot yang diambil Kedai Sayur bisa dikatakan cukup sukses untuk menyelamatkan perusahaan karena terdampak pandemi. Berkat perubahan fokus bisnis B2C, aplikasi Kedai Sayur punya tambahan fungsi. Sebelumnya, aplikasi tersebut hanya digunakan oleh Mitra Sayur dan konsumen B2B yang ingin menyetok bahan makanan untuk berjualan.

Startup lainnya yang bisnisnya beririsan dengan Kedai Sayur, yakni Stoqo terpaksa harus gulung tikar karena gagal beradaptasi dengan kondisi. Mereka adalah platform yang fokus menyediakan kebutuhan makanan pokok, mulai dari daging, sayur mayur, tepung, kopi, dan lainnya, tapi khusus konsumen B2B saja.

Sebelum pandemi muncul, model bisnis ini tentunya sangat moncer karena kuenya yang besar di bidang kuliner. Apa yang dilakukan Kedai Sayur sejatinya juga bisa dilakukan oleh Stoqo.

Founder dan CEO Wahyoo Peter Shearer menjelaskan siasat yang perlu dilakukan untuk tetap bertahan adalah menjaga tingkat permintaan. Wahyoo sendiri berupaya membantu warung-warung agar dapat berjualan di platform digital seperti GoFood. Di saat yang bersamaan pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di banyak daerah sudah menggeser pola belanja di Wahyoo.

“Positifnya secara tidak langsung dengan adanya PSBB dan Covid-19 ini memaksa adaptasi pemilik warung makan terhadap digital jadi lebih cepat,” imbuhnya.

Introducing Meyer Food, an Online Grocery App for Chicken Meat Products

Meyer Food launches as a mobile app that facilitates consumers for chicken supply – the whole meat or particular parts. Currently, the service is available for consumers in Jakarta, Banten, Bekasi, Bogor, Depok, Sukabumi, and Surabaya.

Business operation is based in GreenLake City, Tangerang, founded by Renny Lim, also acts as the CEO, and Athalia Permatasari as Co-Founder & Operation Manager. Earlier this year, they’ve selected as one of the startups in the third batch of Gojek Xcellerate program.

The Meyer Food app development was motivated by Renny’s family that runs a chicken meat supply business. Using the application, they intend to reach a wider market share – including B2B and B2C. There is no limit to the number of orders through digital channels, both for large quantities (for businesses such as restaurants) or units (for households).

“Meyer Food sells various types of chicken meat. Starting from whole chicken meat, slices, to processed products such as sausages and corned chicken. Both from broilers and kampong,” Lim told DailySocial.

She further mentioned, “We’ve always wanted to focus on the commodity of chicken meat. We are the first and want to be the biggest (for online grocery applications that focus on chicken products). ”

Meyer Food adds up to the list of startups that focus on online food products. Moreover, urban people are using online grocery services or online marketplace. In addition to selling Meyer Food products through the application, they also have a special page on popular e-commerce.

In terms of related services, penetration in Indonesian market is still centered around big cities like Jabodetabek. Nevertheless, it has large potential. The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia said that the value of the online grocery market will grow 198% from US$ 99 billion in 2019 to US$ 295 billion in 2023. Southeast Asia is projected to experience the fastest growth. Indian and Indonesian markets will also be increasingly important for businesses due to their scale.

Team and management of Meyerfood / Meyerfood
Team and management of Meyer Food / Meyer Food

Super tight logistic process

As general information, chicken meat is classified as a vulnerable product, it’ll soon decay without any special packaging. In the distribution process, Meyer Food uses the cold-chain method, the chicken will remain in cold temperatures until the package received by consumers to prevent bacterial development. They also partner with trusted logistics services to ensure high-quality processing.

“The delivery process is carried out by partners (distribution channels) located within a radius of 3 km from the customer’s home. So usually 15 minutes have arrived,” Lim added.

Meyer Food also provides partnerships with a profit-sharing system for each item sold. Currently, the application for partners is available to support business processes. In terms of expansion, they also ensure that every city used suitable distribution channels, therefore, consumers will receive products in good condition.

“We are yet to expand outside Java, our focus is to maximize the enormous potential within this area, both from consumers and business customers. With affordable access to chicken products, the hope is that it can also change consumption patterns in the community because we also have a dream to empower housewives against issues such as stunting,” she said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Meyer Food Hadir sebagai Aplikasi “Online Grocery” Spesialis Daging Ayam

Meyer Food hadir sebagai aplikasi mobile yang memudahkan konsumen memesan daging ayam sesuai keperluan – baik dari sisi potongan ataupun bagian yang diinginkan. Saat ini layanan tersebut sudah menjangkau konsumen di wilayah Jakarta, Banten, Bekasi, Bogor, Depok, Sukabumi, dan Surabaya.

Bisnis yang bermarkas pusat di GreenLake City, Tangerang ini didirikan oleh Founder & CEO Renny Lim, dibantu Co-Founder & Operation Manager Athalia Permatasari. Awal tahun ini, mereka turut menjadi salah satu startup yang lolos program Gojek Xcellerate batch ketiga.

Pengembangan aplikasi Meyer Food dilatarbelakangi oleh keluarga Renny yang merupakan pemilik bisnis supplier daging ayam. Dengan adanya aplikasi, mereka berharap dapat menjangkau pangsa pasar yang lebih luas – termasuk B2B dan B2C. Melalui kanal digital tersebut, tidak ada batasan jumlah pesanan, baik untuk jumlah besar (bagi bisnis seperti restoran) ataupun satuan (untuk kalangan rumah tangga).

“Meyer Food menjual berbagai jenis daging ayam. Mulai dari daging ayam utuh, potongan, sampai olahannya seperti sosis maupun kornet. Baik dari ayam broiler maupun pejantan (kampung),” terang Renny kepada DailySocial.

Lebih lanjut ia bercerita, “Sejak awal kami memang ingin fokus pada komoditas daging ayam. Kami jadi yang pertama sekaligus ingin jadi yang terbesar (untuk aplikasi online grocery yang fokus ke produk ayam).”

Hadirnya Meyer Food menambah daftar startup yang fokus sajikan produk bahan makanan secara online. Sebelumnya pengguna di perkotaan banyak yang memanfaatkan layanan online grocery atau online marketpalce. Meyer Food pun selain menjual produknya melalui aplikasi, mereka juga memiliki laman khusus di e-commerce populer.

Untuk layanan terkait, di Indonesia penetrasinya masih di seputar kota besar seperti Jabodetabek. Meski demikian, potensinya dinilai masih besar. The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia menyebutkan bahwa nilai pasar online grocery akan bertumbuh 198% dari US$99 miliar di 2019 jadi US$295 miliar di 2023. Asia Tenggara diproyeksikan akan mendapati pertumbuhan tercepat. Pasar di India dan Indonesia juga akan semakin penting bagi pebisnis karena skalanya.

Jajaran tim dan manajemen Meyerfood / Meyerfood
Jajaran tim dan manajemen Meyer Food / Meyer Food

Proses logistik yang ketat

Seperti diketahui, produk daging ayam tergolong rentan, tanpa kemasan khusus akan cepat mengalami pembusukan. Dalam proses distribusi, Meyer Food menggunakan metode cold-chain, ayam akan tetap berada di dalam suhu dingin sampai ke tangan konsumen untuk mencegah perkembangan bakteri. Mereka juga bermitra dengan layanan logistik terpercaya untuk memastikan pemrosesannya berjalan dengan baik.

“Proses pengiriman dilakukan oleh mitra (kanal distribusi) yang berada di radius 3 km dari rumah pelanggan. Sehingga biasanya 15 menit sudah sampai,” ujar Renny.

Meyer Food juga menerapkan kemitraan dengan sistem sharing profit untuk setiap item yang dijual. Saat ini aplikasi untuk partner juga sudah tersedia untuk menunjang proses bisnis. Dalam ekspansinya, mereka turut memastikan setiap kota yang disinggahi memiliki kanal distribusi yang tepat, sehingga produk dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik.

“Kami belum punya rencana ekspansi ke luar Jawa, fokus kami mau memaksimalkan dulu potensi yang sangat besar di pulau Jawa, baik dari pelanggan konsumen maupun pebisnis. Dengan akses yang terjangkau ke produk ayam, harapannya juga dapat mengubah pola konsumsi di masyarakat, karena kami juga punya mimpi untuk memberdayakan ibu rumah tangga untuk bersama-sama memerangi isu seperti stunting,” pungkas Renny.

Application Information Will Show Up Here

Etanee Putuskan untuk Mempercepat Rencana Ekspansi

Etanee salah satu startup yang melayani pengantaran bahan/produk pertanian memasuki fase selanjutnya dalam posisinya sebagai sebuah bisnis. Tumbuh dan berkembang adalah kewajiban sebagai startup, dan kini mereka siap untuk mempercepat laju pertumbuhan bisnisnya.

Pihak Etanee menjelaskan bahwa ada beberapa perubahan penting dalam oraganisasinya. Di fase awal, Etanee hanya mengakomodir supply chain management untuk produk daging beku, kini mereka melayani pembelian grosisran dan eceran dengan kategori yang lebih lengkap. Meliputi buah, sayur, daging, bumbu masak, dan sembako kering.

Mereka juga mengklaim tengah membangun ekosistem demand dalam bentuk agen atau dropshipper berbasis komunitas untuk produk segar eceran. Cara ini diambil dengan harapan bisa memberikan dampak sosial karena dengan model ini sharing ekonomi semakin masif.

As of now, number of registered users kami lebih dari 10 ribu, dengan lebih dari 2 ribu pengguna aktif bulanan dan sudah hadir di Jabodetabek dan Bandung,” terang Co-Founder & COO Etanee Herry Nugraha.

Mempercepat ekspansi dan rencana fundraising

Etanee merupakan salah satu startup yang mengalami lonjakan permintaan di tengah pandemi Covid-19 ini. Dengan komitmen untuk bisa menjangkau lebih banyak pengguna, Etane memutuskan untuk melakukan perluasan jangkauan wilayah, mencakup daerah Bogor, Depok, Cibubur, Jakarta Selatan, dan kota Bandung. Rencananya hingga sampai dengan akhir April, Etanee sudah menjangkau seluruh DKI Jakarta dan Tangerang Selatan.

“Efek langsung yang dirasakan Etanee ketika terjadi pandemi Covid-19 adalah kenaikan demand yang sangat tinggi dan menghasilkan growth organik 3x month on month. Karena itu kami justru melakukan ekspansi yang lebih cepat di masa isolasi ini dalam rangka mendukung pemerintah dan membantu masyarakat untuk memberikan ketersediaan pangan melalui mekanisme order online dan home delivery,” sambung Herry.

Di Indonesia salah satu industri yang kemungkinan bakal berubah setelah pandemi ini adalah layanan pembelian produk atau bahan makanan dari petani. Distribusi langsung ke pengguna dan menjangkau petani di daerah-daerah sedikit banyak mulai membuat industri ini semakin matang di tengah meningkatnya permintaan seperti sekarang ini.

Pemain-pemain lain di sektor ini seperti TaniHub, Freshbox, Sayurbox, KedaiSayur, dan lainnya tampaknya telah menyusun ulang strategi untuk bisa memenuhi lonjakan permintaan. Seperti TaniHub misalnya, yang awal bulan ini mendapat pendanaan senilai 285 miliar yang rencananya akan digunakan untuk ekspansi dan membangun sistem otomatisasi.

Etanee, yang sudah tiga tahun berjalan, mulai awal 2020 ini mereka merencanakan untuk fundraising dan berharap untuk bisa menjalin kerja sama strategis dengan venture capital yang sudah memiliki portofolio di industri pangan dan distribusi.

“Fokus Etanee dalam 1-2 tahun ke depan adalah mempercepat ekspansi layanan platform ke 300 kota di seluruh Pulau Jawa, karena permintaan dari mitra distribusi dan logistik sudah banyak dan antre untuk segera digarap. Namun hal ini terkait erat dengan support funding yang saat ini sedang kami targetkan untuk dipenuhi,” tutup Herry.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Freshbox, Layanan Pengantaran Sayur dan Buah Segar

Di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini layanan pembelian hasil panen (online grocery), baik sayur maupun buah, mulai banyak diminati masyarakat. Tak terkecuali FreshBox, mereka mengklaim mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga menyentuh 5 ribu pesanan dalam dua minggu. Ide dan layanan FreshBox mungkin bukan yang pertama, tapi mereka cukup optimis bisa terus tumbuh sambil terus menghadirkan produk berkualitas kepada penggunanya.

Berada di bawah naungan  PT Berkah Tani Sejahtera, FreshBox ingin mencoba mengubah pola makan masyarakat Indonesia melalui penyediaan layanan pembelian makanan sehat dan segar. Sekaligus mendukung petani di Indonesia untuk tetap bertahan dan tumbuh.

Founder FreshBox Matthew James kepada DailySocial bercerita, mereka membawa konsep “farm to table”, yang artinya produk mereka dipanen setiap hari dan datang langsung dari pertanian yang mereka miliki. Selanjutnya setelah diproses, langsung dikirim ke pengguna tanpa perantara.

“Kami dapatkan produk langsung dari kebun sendiri dan mitra petani. Produk segar dikirim ke fasilitas pemrosesan di mana kami lakukan pemilahan order, quality check dan langsung lanjut untuk last mile delivery ke konsumen,” kata Matthew.

Di segmen yang sama ada juga nama-nama seperti HappyFresh, SayurBox, TukangSayur, KedaiSayur, Tanihub, Etanee, dan lainnya. Kondisi sekarang adalah babak baru industri pengantaran produk makanan segar.

Di masa pandemi seperti sekarang ini permintaan melonjak tinggi, banyak pengguna bergabung, pengguna lama juga kini semakin sering transaksi. Ini adalah waktu yang tepat untuk mendapatkan dan meningkatkan kepercayaan pengguna. Itu mengapa selain kesiapan teknologi ketersediaan stok juga jadi tantangan. Bisa jadi setelah ini selesai, masyarakat malah lebih nyaman berbelanja kebutuhan sehari-hari melalui aplikasi.

Freshbox, layanan yang sudah mulai dirintis sejak 2018 ini cukup optimis bisa memberikan yang terbaik bagi para konsumen mereka. Dengan tim, teknologi, dan hasil pertanian yang mereka miliki saat ini mereka cukup optimis untuk bisa memuaskan para pelanggan mereka. Saat ini mereka juga tengah dalam tahap penggalangan dana untuk mengakselerasi bisnis.

Founder Freshbox Matthew James / Freshbox
Founder Freshbox Matthew James / Freshbox

Matthew menjelaskan ada beberapa hal yang mereka unggulkan, di antaranya adalah komitmen pengiriman H+1 untuk menjaga kepuasan pelanggan, memiliki kebun sendiri sehingga produk, baik kualitas maupun ketersediaannya bisa dipastikan, dan juga memiliki in-house fleet sendiri.

“FreshBox dimulai dari sebuah mimpi oleh ibu saya untuk menjual sayur-mayur yang segar dikarenakan beliau sangat menyukai berkebun. Saya percaya akan mimpi beliau dan bersama dengan tim yang luar biasa, kami kembangkan FreshBox sampai apa adanya hari ini,” kisah Matthew.

Ia melanjutkan, saat ini impian Freshbox adalah untuk bisa tersedia di berbagai wilayah di Indonesia. Lengkap dengan kualitas layanan dan produk yang mereka miliki. Mimpi ini akan terus diupayakan seiring berjalannya waktu.

“Mimpi saya adalah untuk memberikan produk dan servis terbaik ke semua pelanggan di Indonesia, termasuk kota-kota dan daerah-daerah besar dan kecil sehingga kehidupan masyarakat Indonesia lebih mudah dan nyaman,” tutup Matthew.

Application Information Will Show Up Here