Nissan Berencana Memproduksi Konsep SUV Elektriknya, Nissan IMx

Di samping Tesla, Nissan juga sudah memproduksi mobil elektrik sejak lama, tepatnya sejak mereka memperkenalkan Nissan Leaf di akhir tahun 2010. Leaf memang terkesan ‘jinak’ kalau dibandingkan karya-karya Tesla, untuk itu Nissan sudah berencana menggarap mobil elektrik lain yang duduk di kelas lebih tinggi.

Mobil yang dimaksud adalah realisasi dari mobil konsep bernama Nissan IMx yang diperkenalkan pada bulan Oktober tahun lalu. Tampangnya sangar dan futuristis, dan di dalamnya bernaung spesifikasi yang jauh lebih mumpuni ketimbang Leaf.

Spesifikasi itu mencakup dua motor elektrik, masing-masing ditempatkan di depan dan belakang, mewujudkan sistem penggerak empat roda. Perpaduannya diklaim dapat menghasilkan output daya sebesar 320 kW dan torsi sebesar 700 Nm. Suplai dayanya berasal dari baterai memiliki estimasi daya tahan hingga 600 kilometer dalam satu kali charge.

Nissan IMx

Yang agak mengejutkan, belum lama ini salah satu petinggi Nissan, Mamoru Aoki, mengonfirmasi kepada Autocar bahwa IMx bukan sebatas konsep. Nissan rupanya juga berencana memproduksiknya dalam beberapa tahun mendatang.

Pastinya kapan tidak diketahui, tapi sepertinya mustahil bisa secepat tahun depan kalau melihat begitu futuristisnya penampilan dan fitur-fitur yang dibawa IMx. Salah satunya adalah penyempurnaan sistem ProPilot, yang kabarnya bakal diadaptasikan untuk kemudi otomatis sepenuhnya, di mana setir serta pedal gas dan remnya bakal ditarik masuk saat sistemnya aktif.

Nissan IMx

Versi produksi IMx ini pada dasarnya bakal menjadi Leaf versi SUV, dengan kabin yang begitu lapang jika dibandingkan mobil konvensional, menurut penjelasan Aoki. Dari gambar render-nya, memang tampak interior yang terkesan luas sekaligus minimalis.

Terlepas dari itu, Nissan pastinya bakal menemui persaingan yang sengit di kategori SUV elektrik. Selain Tesla Model X yang sudah dipasarkan sekarang, nantinya juga akan ada SUV elektrik lain dari nama-nama besar seperti Volkswagen, Jaguar dan Porsche, tidak ketinggalan juga yang super-ambisius seperti Faraday Future.

Sumber: Elektrek dan Autocar.

Supercar Elektrik Rimac C Two Diklaim Lebih Ngebut Lagi Ketimbang Tesla Roadster 2

Baru beberapa bulan lalu, Tesla menyingkap Roadster generasi kedua, yang diklaim sebagai mobil elektrik versi produksi tercepat sejagat. Sekarang, tampaknya ada yang tidak terima dengan klaim ini, dan mereka pun langsung memamerkan kreasinya yang diyakini lebih superior.

Mereka adalah Rimac Automobili, pabrikan ambisius asal Kroasia yang sempat menggemparkan dunia di tahun 2012 lewat sebuah supercar elektrik bernama Concept One. Mobil tersebut pada akhirnya hanya diproduksi sebanyak 8 unit, dengan banderol harga mencapai satu juta dolar.

Rimac C Two

Enam tahun berselang, Rimac C Two pun lahir. Dibanding Concept One, C Two datang membawa seabrek penyempurnaan, dan ia pun siap mematahkan rekor yang Tesla klaim bersama roadster. Juga penting adalah penamaannya yang tak lagi menggunakan istilah “Concept”, sebab Rimac berencana memproduksi C Two setidaknya sebanyak 150 unit.

Rimac C Two

150 memang kedengaran sedikit, tapi begitulah memang kalau yang kita bahas adalah supercar. C Two yang sasisnya terbuat sepenuhnya dari serat karbon ini diyakini dapat menghasilkan output daya sebesar 1.914 hp, dan akselerasi 0 – 100 km/jam hanya membutuhkan waktu 1,85 detik – cuma lebih cepat 0,05 detik ketimbang Roadster 2, tapi tetap saja lebih cepat.

Kecepatan maksimumnya mencapai angkai 415 km/jam, nyaris menyamai Bugatti Chiron. Kalau sedang tidak dibawa ngebut, C Two dipercaya dapat menempuh jarak sejauh 650 km sebelum baterai berdaya 120 kWh-nya perlu diisi ulang. Rimac tak lupa menyematkan dukungan teknologi fast charging, sehingga 80% kapasitas baterainya bisa terisi dalam waktu kurang dari setengah jam.

Rimac C Two

Dalam kecepatan normal C Two juga bisa mengemudi dengan sendirinya berkat sistem yang diklaim memenuhi standar Level 4 autonomy. Sistem ini terdiri dari 8 kamera, Lidar, 6 radar, dan 12 sensor ultrasonik. Kompleksitas data yang dikumpulkan semua komponen ini tentu saja membutuhkan daya pemrosesan yang tinggi, dan Rimac mengklaim sistem yang tersemat pada C Two punya daya setara 22 unit MacBook Pro.

Sayangnya sejauh ini Rimac masih bungkam soal jadwal pemasaran C Two. Terlepas dari itu, kehadiran Rimac C Two serta Tesla Roadster 2 setidaknya bisa menjadi indikasi akan habisnya masa kejayaan supercar bermesin bensin.

Sumber: Road & Track.

Porsche Mission E Cross Turismo Berpotensi Menjadi Rival Tesla Model X

Tanpa harus terkejut, ajang Geneva International Motor Show tahun ini dibanjiri oleh mobil elektrik. Salah satu yang sangat mengundang perhatian adalah Porsche Mission E Cross Turismo, saudara kandung dari sports car Mission E yang dijadwalkan mengaspal tahun depan.

Meski dibangun menggunakan platform yang sama, Mission E Cross Turismo pada dasarnya merupakan sebuah SUV – crossover kalau menurut Porsche sendiri. Desainnya mengingatkan saya akan Porsche Panamera, namun tentu dengan beberapa sentuhan ekstra yang membuatnya tampak jauh lebih futuristis.

Porsche Mission E Cross Turismo

Mengusung status mobil konsep, wajar apabila interior Mission E Cross Turismo didominasi oleh layar di sana-sini. Pengemudinya bahkan bakal disuguhi heads-up display (HUD) yang akan aktif berdasarkan sistem eye tracking di dalam kabin, yang bertugas mendeteksi ke arah panel instrumen mana sang pengemudi melirik.

Dari gambarnya, nyaris tidak ada tombol atau kenop fisik pada dashboard Mission E Cross Turismo. Spontan saya langsung teringat pada Tesla Model 3, hanya saja di sini Porsche sedikit lebih berani dengan memperbanyak jumlah layar sentuhnya – sekali lagi wajar untuk kategori mobil konsep.

Porsche Mission E Cross Turismo

Kalau semua itu masih terasa kurang canggih, ada drone yang duduk manis di kabin belakang dan bisa dioperasikan dari dashboard untuk keperluan dokumentasi. Kalau disuruh memilih fitur apa yang bakal hilang dari versi produksinya, menurut saya jawabannya adalah drone ini, sebab kehadirannya terasa kurang esensial.

Porsche Mission E Cross Turismo

Soal spesifikasi, Mission E Cross Turismo identik dengan saudaranya. Dua motor elektrik menggerakkan keempat rodanya secara bersamaan, menyuguhkan output daya sebesar 600 hp. Akselerasinya pun sama, 0 – 100 km/jam sanggup ditempuh dalam waktu kurang dari 3,5 detik.

Baterai yang menghuni bagian dasar mobil diyakini mampu menyuplai energi hingga mobil menempuh jarak sekitar 500 km dalam satu kali charge. Teknologi fast charging pun turut tersedia, di mana 80% kapasitas baterainya bisa diisi dalam waktu 15 menit saja, sehingga mobil bisa lanjut menempuh jarak sejauh 400 km.

Porsche Mission E Cross Turismo

Tidak seperti Mission E, sejauh ini Porsche belum mengungkap rencananya untuk merealisasikan Mission E Cross Turismo ke depannya. Kemungkinan besar mereka akan meninjau respon konsumen terlebih dulu usai memasarkan Mission E nanti.

Sumber: Porsche.

VW Pamerkan Mobil Konsep Tanpa Setir, Tanpa Pedal Gas dan Rem

Berawal dari sebuah mobil konsep bernama I.D. yang diumumkan di tahun 2016, Volkswagen terus mengeksplorasi gagasan-gagasannya terkait mobil masa depan. Dari situ konsep-konsep lainnya pun bermunculan: ada I.D. Crozz yang bertipe SUV, dan I.D. Buzz yang merupakan reinkarnasi modern VW Kombi.

Baru-baru ini, VW mengumumkan anggota keempat dari keluarga I.D. Dinamai I.D. Vizzion (entah mengapa VW tampaknya suka sekali dengan huruf “z”), dari sketsa konsepnya tampak bahwa mobil ini berjenis sedan, dengan bodi sepanjang 5,11 meter. Nama Vizzion sejatinya mengindikasikan visi jangka panjang yang hendak dikejar VW, yakni mobil elektrik dengan sistem kemudi otomatis secara penuh.

VW I.D. Vizzion

Hal ini dimantapkan oleh interior minus setir seperti yang tampak pada sketsa konsepnya. Pedal gas dan rem pun juga absen, demikian pula dengan tuas persneling. Mobil ini pada dasarnya merupakan manifestasi visi VW akan mobil masa depan, di mana istilah “pengemudi” tidak lagi digunakan dan sepenuhnya digantikan oleh “penumpang”.

Selagi berkendara, penumpang akan dijamu oleh pelayan virtual. Interaksinya mengandalkan perintah suara maupun gesture, dan VW bilang bahwa sistemnya bisa memahami preferensi pribadi setiap penumpang, sehingga ekosistem digital yang disuguhkan bisa beradaptasi dengan masing-masing individu.

VW I.D. Vizzion

Ketika setir dan pedal gas beserta rem sudah tidak lagi eksis, spesifikasi mobil sepertinya jadi terdengar kurang berarti, tapi bagaimanapun juga ini tetap merupakan parameter utama di industri otomotif. I.D. Vizzion sendiri ditenagai oleh sepasang motor elektrik dengan sistem penggerak empat roda yang sanggup menghasilkan output daya sebesar 225 kW (± 300 hp).

VW tak lupa mengerahkan baterai berkapasitas 111 kWh, yang diyakini sanggup membawa Vizzion menempuh jarak hingga sejauh 665 kilometer dalam satu kali charge. Kecepatan maksimumnya dibatasi di angka 180 km/jam, tapi toh tidak artinya mengingat Anda tak mungkin bisa kebut-kebutan dengannya.

Rencananya mobil konsep ini bakal dipamerkan pada ajang Geneva International Motor Show pada bulan Maret mendatang. Kalau melihat fokusnya yang benar-benar mengedepankan kendali otomatis, mobil ini sepertinya bakal menjadi yang terakhir direalisasikan setelah I.D., I.D. Crozz dan I.D. Buzz.

Sumber: Volkswagen.

Bukan Sembarang Dash Cam, Owl Bertindak Sebagai Kamera Pengawas untuk Mobil

Dunia tidak kekurangan dash cam, akan tetapi ada yang cukup istimewa dari dash cam baru bernama Owl berikut ini. Yang pertama, penciptanya adalah Andy Hodge, eks karyawan Apple yang sempat memimpin pengembangan iPod selama sekitar satu dekade. Kedua, pengembangnya percaya bahwa ia lebih pantas disebut sebagai kamera pengawas untuk mobil.

Sebagai kamera pengawas, tentu saja tugasnya adalah merekam tanpa henti, bahkan ketika mesin mobil mati sekalipun. Owl mengemas sepasang kamera; satu menghadap ke depan dengan resolusi 1440p, sedangkan satu lagi bertugas mengabadikan apa saja yang terjadi di dalam kabin mobil dalam resolusi 720p – sudut pandangnya cukup luas, sampai bisa mencakup sebagian jendela samping mobil.

Owl Car Cam

Pengguna dapat memantau hasil rekaman Owl secara real-time melalui layar sentuh berukuran 2,5 inci. Dukungan perintah suara pun juga tersedia; cukup ucapkan “Ok, presto,” maka Owl akan mengirimkan klip video yang baru saja direkam menuju ke smartphone. Kalau perlu, fungsi perintah suara ini juga dapat dimanfaatkan untuk memberi judul klip video tersebut demi memudahkan proses pencarian ke depannya.

Layaknya mobil-mobil modern yang dilengkapi sederet sensor, Owl juga mengemas sejumlah sensor untuk mendeteksi beragam peristiwa yang terjadi selama Anda sedang tidak berada di dalam mobil. Sebagai contoh, saat Owl mendeteksi ada seseorang yang mencurigakan mendekati mobil, ia akan memancarkan cahaya yang cukup terang untuk menakutinya.

Owl Car Cam

Selain merekam selama 24 jam nonstop, Owl yang menyambung ke mobil via port OBD ini juga akan mengunggah semuanya ke jaringan cloud. Dari mana sambungan internetnya? Dari chip LTE yang sudah tertanam di body mungil Owl. Dari situ pengguna bisa dengan mudah mengakses hasil rekaman Owl lewat aplikasi pendampingnya di ponsel.

Owl sejatinya bukan yang pertama mengimplementasikan konektivitas LTE pada sebuah dash cam. Sebelumnya Acer sempat meluncurkan dash cam serupa, bahkan yang dibekali kamera 360 derajat. Bagi yang tertarik, Owl saat ini sudah dipasarkan seharga $349, sudah termasuk layanan LTE selama setahun.

Sumber: Engadget.

Volvo Siap Luncurkan Mobil Elektrik Perdananya Tahun Depan

Di luar Tesla, Volvo merupakan salah satu produsen mobil konvensional yang cukup agresif dalam menerapkan teknologi baru. Oleh karena itu, tidak terlalu mengejutkan apabila pabrikan asal Swedia yang kini merupakan anak perusahaan Geely itu berniat meluncurkan mobil elektrik perdananya sesegera tahun depan.

Berdasarkan informasi yang didapat Autocar, mobil ini merupakan kelanjutan dari Volvo Concept 40.2 yang diperkenalkan dua tahun silam. Kendati demikian, bentuknya akan lebih menjurus ke hatchback ketimbang sedan murni seperti konsepnya.

Volvo Concept 40.2

Desainnya bakal mengikuti gaya yang diadopsi Volvo Concept 40.1, yang pada akhirnya diteruskan menjadi Volvo XC40. Secara garis besar, arsitektur modular nan ringkas yang Volvo perkenalkan bersama konsepnya bakal menjadi rujukan utama dalam pengembangan mobil elektrik ini.

Petinggi divisi riset dan pengembangan Volvo, Henrik Green, mengatakan bahwa mobil ini nantinya bakal memiliki jarak tempuh sejauh 500 kilometer dalam satu kali charge. Angka ini setara dengan yang ditawarkan mobil elektrik perdana VW, yang rencananya bakal menjalani debut pada tahun 2020.

Volvo Concept 40.2

Yang cukup menarik adalah rencana Volvo untuk menerapkan semacam sistem modular guna memenuhi permintaan konsumen dari berbagai kalangan. Modular maksudnya dalam artian konfigurasi motor elektrik dan baterai yang bervariasi, sehingga diharapkan tidak ada kalangan konsumen yang merasa terlupakan.

Kapan pastinya di tahun 2019 mobil elektrik perdana Volvo ini akan meluncur masih tanda tanya. Di sisi lain, Volvo juga sudah punya rencana untuk merilis XC40 versi elektrik, yang bakal menjadi mobil elektrik kedua mereka nantinya.

Sumber: Autocar.

Skuter Elektrik Ford Ojo Penuh dengan Sentuhan Modern

Skuter elektrik jelas bukan barang baru, apalagi kalau konteksnya masih melibatkan event teknologi akbar seperti CES. Namun ada yang cukup istimewa dari skuter elektrik bernama Ojo berikut ini. Begitu istimewanya, pabrikan sebesar Ford tidak segan meminjamkan namanya kepadanya.

Bentuknya terbilang unik, dengan sasis aluminium yang terlihat menjulang tinggi ke atas. Ini dikarenakan pengembangnya membebaskan pengguna untuk duduk atau berdiri selagi mengendarainya. Di bawah tempat kaki pengguna berpijak tersimpan baterai rechargeable yang bisa menenagai Ojo hingga menempuh jarak sejauh 40 kilometer.

40 km memang tidak terdengar banyak, akan tetapi kekurangan itu bisa ditutupi oleh metode charging yang begitu praktis. Tepat di atas roda depannya, ada panel berisikan kabel charger yang bisa ditancapkan ke colokan listrik manapun dengan tegangan 110 V. Dengan demikian, tidak akan ada lagi skenario kelupaan membawa charger selagi bepergian.

Ford Ojo Commuter Scooter / Ojo

Ojo mengandalkan motor listrik berdaya 500 watt untuk melaju hingga secepat 32 km/jam, sesuai batasan maksimum lajur sepeda yang ditetapkan oleh banyak negara. Ada tiga mode kecepatan yang tersedia, yang bisa dipilih melalui layar sentuh pada bagian speedometer Ojo.

Pertama melihat tampilan layar sentuh tersebut, saya agak kaget dengan icon Bluetooth yang tampak di sisi kiri. Usut punya usut, Ojo rupanya juga dilengkapi sepasang speaker Bluetooth, yang tertanam di sisi kiri dan kanan sasis depannya.

Ford Ojo Commuter Scooter

Ojo sejatinya masih penuh dengan sentuhan modern di samping layar sentuh dan speaker Bluetooth itu tadi. Contoh lainnya adalah port USB untuk mengecas smartphone, kunci wireless yang dapat digunakan untuk melacak lokasi skuter maupun mengaktifkan dan menonaktifkan alarm, serta penggunaan LED sebagai lampu depan dan belakangnya.

Elemen-elemen unik inilah yang pada akhirnya memicu ketertarikan Ford untuk bekerja sama dengan Ojo. Banderol harga Ford Ojo dipatok mulai $2.199, dan pemasarannya akan dimulai dalam waktu dekat di Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa.

Sumber: PR Newswire.

Ford Ranger 2019 Dipastikan Punya Pengereman Darurat Otomatis

Ford menjadi salah satu pabrikan yang meramaikan ajang North American International Auto Show. Di ajang yang digelar di Detroit itu, Ford menghadirkan satu produk paling ditunggu, yaitu Ranger 2019 setelah sekian lama absen dari kancah otomotif di Amerika Serikat. Tak mau kalah dari Chevy Silverado, Ford Ranger 2019 juga datang dengan sejumlah terobosan baru.

Salah satu fitur yang paling disorot adalah fitur pengereman darurat otomatis atau disebut dengan AEB (Automatic emergency brakes) yang berfungsi untuk mencegah kendaraan dari tabrakan. Selain di model Ranger 2019, Ford juga membenamkan fitur serupa di tiga model 2019 lainnya, antara lain Ford Edge, Lincold MKC dan Lincoln Nautilus Crossover. Tambahan ini akan melengkapi model 2018 yang sudah lebih dulu menawarkan fitur serupa, Ford Mustang dan Truck F-Series.

ranger 2019 front

Tak hanya pengereman darurat otomatis, Ranger 2019 juga dibekali sejumlah opsi asistansi bagi pengemudi, misalnya pemantau blind spot, pemandu parking, high beam otomatis dan cruise control. Tetapi tidak semua fitur tersebut akan dihadirkan, tergantung model yang dipilih.

Sepenuhnya dirancang ulang untuk pasar Amerika Serikat, Ranger 2019 akan dirakit di Michigan dengan mesin empat silinder turbocharged 2.3 liter dan transmisi otomatis 10 kecepatan. Ford belum memberkan detail soal efisiensi bahan bakar dan tenaganya, namun kepala pemasaran Ford Todd Eckert mengatakan bahwa pihaknya menargetkan rating torsi terbaik di kelas mesin bensin.

Ranger 2019 interior

Di pasar nantinya, Ranger 2019 akan tersedia dalam dua model, SuperCab dan SuperCrew dengan empat pintu. Dua model ini kemudian dipecah lagi dalam tiga varian trim, XL, XLT dan Lariat. Daya tampung maksimalnya sebanyak 5 orang. Dan dukungan headunit layar sentuh seluas 8 inci menjadi salah satu pemanis yang cukup menarik perhatian dengan dukungan Apple Carplay, Android Auto dan Amazon Alexa.

Sumber berita Engadget dan TheDrive.

Rinspeed Snap Adalah Mobil Konsep Modular dari Masa Depan

Rinspeed bukanlah nama asing dalam bidang pengembangan mobil konsep. Dari tahun ke tahun, pakar modifikasi asal Swiss itu dikenal berani menggagaskan berbagai imajinasi liarnya, mulai dari mobil berjiwa kapal selam sampai mobil hybrid berteknologi autopilot yang dilengkapi drone sebagai asistennya.

Konsep terbarunya tidak kalah ‘gila’. Dijuluki Rinspeed Snap, mobil ini sejatinya ingin menunjukkan kira-kira seperti apa mobilitas urban di generasi mendatang, tepatnya ketika teknologi kemudi otomatis sudah benar-benar matang dan mobil tak lagi membutuhkan setir maupun pedal rem dan gas.

Rinspeed Snap

Secara mendasar, Snap merupakan mobil modular yang terbagi menjadi dua komponen, yang bisa dilepas-pasang demi menyesuaikan kebutuhan penumpang. Kabin milik Snap sejatinya duduk di atas skateboard elektrik raksasa yang mengemas sistem kemudi otomatis.

Ketika skateboard-nya ini sudah mulai berumur, konsumen tinggal membeli yang baru dan memasangnya kembali. Jadi teorinya, konsumen bisa memperpanjang siklus hidup Snap tanpa harus membeli satu unit baru secara utuh.

Di saat yang sama, bagian kabinnya juga bisa diganti sesuai keperluan, entah untuk mengangkut penumpang atau barang, atau ketika konsumen sekadar bosan dengan desain interiornya yang sudah mulai termakan usia – meski untuk sekarang penampakan kabinnya serasa berasal dari film-film sci-fi.

Rinspeed Snap

Rinspeed juga membayangkan skenario di mana konsumen hanya perlu memiliki bagian kabinnya. Lalu saat hendak pergi, mereka tinggal memesan bagian skateboard-nya melalui layanan macam Uber. Sekali lagi secara teori dapat menghemat pengeluaran konsumen karena tidak diharuskan membeli unit mobil secara utuh.

Semua ini memang terkesan sangat jauh dari kemungkinan untuk merealisasikannya dalam waktu dekat. Namun setidaknya Rinspeed berencana memamerkan Snap pada ajang CES 2018 bulan depan, dan untuk sekarang mereka sudah punya video yang menjelaskan ide gilanya yang satu ini.

Sumber: Engadget dan Rinspeed.

VW Bakal Pasarkan SUV Elektrik Pertamanya di Tahun 2020

Agustus lalu, VW mengumumkan bahwa reinkarnasi modern Kombi yang bermesin elektrik bakal melenggang ke showroom mulai tahun 2022. Namun sebelum van ikonik itu terlahir kembali, akan ada SUV elektrik yang mengaspal lebih dulu di tahun 2020.

Sepintas mobil bernama VW I.D. Crozz ini terdengar seperti rival potensial Tesla Model X, namun bukan itu sebenarnya tujuan yang hendak dicapai VW. Sesuai dengan makna nama Volkswagen sendiri, pabrikan asal Jerman tersebut ingin mobil elektrik bisa merakyat ke depannya.

VW I.D. Crozz

Performa mobil berpenggerak empat roda (4WD) ini tidaklah sefenomenal Model X, dengan dua motor elektrik yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 302 hp. Kendati demikian, efisiensinya cukup mengagumkan, sanggup menempuh jarak hingga 480 kilometer sebelum baterai berkapasitas 83 kWh-nya perlu diisi ulang.

Baterainya yang disebar di bagian dasar mobil guna menyeimbangkan distribusi berat ini juga bisa dicas dengan cepat. VW bilang bahwa kalau menggunakan charger berkapasitas 150 kWh, baterainya bisa terisi sampai 80 persen kapasitasnya dalam waktu 30 menit saja.

VW I.D. Crozz

Sebagai SUV yang dimensinya cukup mirip dengan VW Tiguan, kabin I.D. Crozz terbilang cukup luas. Hal ini semakin menonjol berkat pintu depan yang dapat terbuka hingga 90 derajat, serta pintu tengah bertipe geser.

Kabinnya sendiri mengawinkan filosofi minimalis dan futuristis. VW tidak lupa menyematkan sistem kemudi otomatis I.D. Pilot, yang diperkirakan bakal beroperasi mulai tahun 2025. Saat aktif, lingkar kemudi mobil akan ditarik masuk ke dashboard dengan sendirinya, lalu pencahayaan di kabin akan berganti warna sebagai indikator.

VW I.D. Crozz

VW bilang bahwa I.D. Pilot dapat diaktifkan menggunakan perintah suara, dan sistem ini mengandalkan perpaduan empat pemindai laser yang akan muncul di bagian atap, sejumlah sensor ultrasonik, radar, serta beberapa kamera di bagian samping dan depan.

Sejauh ini VW belum mengungkapkan banderol untuk I.D. Crozz, namun mereka cukup yakin bisa menekan harganya berkat kemampuannya memproduksi dalam skala besar. Sekali lagi seperti yang saya bilang, sesuai dengan makna harfiah Volkswagen yang berarti “mobil rakyat”.

Sumber: Volkswagen dan Green Car Reports.