Headphone Ini Sangat Portable Karena Bisa Digulung Layaknya Ikat Pinggang

Headphone bergaya over-ear maupun on-ear sudah pasti tidak seringkas earphone. Namun setidaknya pabrikan audio patut menerima pujian karena sudah berupaya menanamkan mekanisme agar headphone bisa lebih ringkas dan praktis untuk dibawa-bawa; entah dengan cara melipat earcup-nya ke dalam, atau sekadar memutar earcup supaya bisa diletakkan rata di atas meja.

Apakah inovasi berhenti di sana? Tidak, rupanya ada perusahaan asal Swiss yang mencoba membuat gebrakan dalam hal portabilitas untuk sebuah headphone on-ear. Perkenalkan, Luzli Roller MK01, headphone yang bisa Anda gulung layaknya sebuah ikat pinggang.

Luzli Roller MK01

Sepintas Roller MK01 kelihatan seperti arloji raksasa. Hal ini dikarenakan sepanjang headband-nya mengemas 13 komponen penyambung serta 22 pegas terpisah, dan desainernya memang mengambil inspirasi dari arloji Swiss. Kombinasi ini merupakan rahasia di balik kemampuannya menggulungkan diri bak seekor trenggiling.

Merancang Roller MK01 jelas tidak mudah, dan Luzli mengklaim semua unit Roller MK01 dibuat dengan tangan di markasnya di Switzerland, dengan jumlah produksi yang terbatas. Hal ini pun berujung pada banderol harganya yang cukup ‘gila’: $3.000 untuk sebuah headphone on-ear.

Luzli Roller MK01

Sebagai sebuah headphone, Roller MK01 dibekali dengan unit driver masing-masing berdiameter 30 mm. Kabel sepanjang 1,5 meternya bisa dilepas-pasang, tapi Anda sama sekali tak akan menemukan konektivitas Bluetooth maupun noise cancelling.

Harga selangit itu benar-benar untuk menebus desainnya yang begitu inovatif, plus sebuah kotak penyimpan dari kayu yang cukup mewah, travel pouch berbahan suede serta sepasang bantalan earpad cadangan.

Sumber: SlashGear.

Lewat Zolo Liberty+, Anker Siap Tandingi Apple di Segmen Earphone Tanpa Kabel

Merek power bank nomor satu di Amazon, Anker, tampaknya sudah sangat siap melebarkan sayapnya dan terjun ke bisnis audio. Di bawah brand baru bernama Zolo, perusahaan asal Tiongkok yang didirikan oleh mantan pegawai Google tersebut mengungkap produk perdananya melalui platform crowdfunding Kickstarter.

Namanya Zolo Liberty+, dan dari awal ia dirancang untuk menjadi rival Apple AirPods, Bragi Dash maupun Samsung Gear IconX di segmen earphone yang benar-benar wireless. Dalam menjalankan misinya tersebut, Anker memilih untuk berfokus pada tiga hal: fitur pintar, daya tahan baterai dan harga.

Zolo Liberty+

Sebelumnya, mari membahas soal desain Liberty+. Di sini Anker mengaku telah menghabiskan waktu selama setahun lebih untuk menganalisa ribuan telinga konsumen, hingga akhirnya mereka bisa memformulasikan desain earphone tanpa kabel yang tampak elegan, terasa nyaman di telinga sekaligus tidak mudah terlepas ketika penggunanya sedang aktif bergerak.

Masing-masing eartip-nya terbuat dari bahan silikon khusus yang diklaim lebih lembut dan lentur ketimbang silikon biasa, dan bisa beradaptasi dengan bentuk telinga yang berbeda-beda. Hasilnya, Liberty+ diyakini mampu ‘mencengkeram’ telinga selagi menawarkan isolasi suara yang cukup dan tanpa mengorbankan kenyamanan.

Zolo Liberty+

Beralih ke fitur pintar, Anker cukup yakin di pasaran belum ada earphone wireless semacam ini yang kompatibel dengan empat asisten virtual sekaligus: Siri, Alexa, Google Assistant dan Cortana. Anker juga memastikan Liberty+ punya konektivitas wireless terbaik, dengan sinyal yang amat stabil dan tidak mudah terputus – ‘penyakit’ Bragi Dash orisinil yang sekarang diklaim telah diperbaiki pada generasi keduanya.

Untuk urusan konektivitas itu, Anker memercayakan pada chip Bluetooth 5.0 yang memiliki jangkauan lebih luas sekaligus kecepatan transfer data lebih kencang. Tidak hanya itu, penambahan komponen ekstra berupa antena LDS – biasa digunakan pada drone atau satelit – juga berperan dalam menyajikan koneksi “anti-putus” hingga jarak sejauh 10 meter.

Proses pairing-nya pun juga diyakini tidak kalah praktis dibanding AirPods: setelah di-pair untuk pertama kalinya, selanjutnya Liberty+ akan otomatis tersambung ke smartphone setiap kali Anda mengeluarkannya dari carrying case bawaannya.

Zolo Liberty+

Carrying case ini merangkap tugas sebagai charger untuk Liberty+, sama seperti yang ditawarkan AirPods maupun Bragi Dash. Pun demikian, berkat pengalaman panjang Anker di industri power bank, case ini bisa menyuplai daya baterai ekstra yang lebih melimpah, tepatnya hingga 48 jam – earphone-nya sendiri mampu beroperasi selama 3,5 jam dalam satu kali charge.

Kinerja audionya sendiri ditopang oleh driver berbahan graphene dengan diameter 6 mm yang memiliki respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Semuanya dikemas dalam bodi berwarna hitam atau putih yang tahan air dengan sertifikasi IPX5.

Terakhir, seberapa terjangkau Zolo Liberty+ dibanding pesaing-pesaingnya? Di Kickstarter, Anda sekarang bisa meminangnya hanya dengan modal $99 – sebenarnya ada opsi yang lebih murah lagi di angka $79, tapi sayang kuotanya sudah habis. Harga retail-nya sendiri diperkirakan berkisar $149.

Sumber: The Verge.

Earphone Bluetooth Beoplay E4 Tawarkan Noise Cancelling dan Daya Baterai 20 Jam

Pabrikan audio asal Denmark, Bang & Olufsen, kembali meluncurkan earphone Bluetooth yang cukup istimewa. Didapuk Beoplay E4, sepintas ia kelihatan mirip sekali dengan Beoplay H3 ANC, dengan desain yang ringkas sekaligus elegan, akan tetapi B&O rupanya telah membenahi kinerja sistem noise cancelling-nya.

Beoplay E4 kini mengemas teknologi active noise cancelling (ANC) yang sama dengan Beoplay H9 yang ukurannya berkali lipat lebih besar. Sepasang mikrofon yang ditugaskan untuk memblokir suara luar diyakini sanggup meredam kebisingan hingga 15 desibel.

Beoplay E4

Namun terisolasi dari sekitar tidak selamanya berujung baik, apalagi kalau sampai Anda ketinggalan kereta komuter gara-gara terbawa alunan musik yang demikian merdu. Untuk itulah B&O menerapkan fitur Transparency Mode pada E4: dengan satu gerakan gesture saja, ANC dan musik akan langsung dimatikan sehingga Anda bisa ‘terhubung’ lagi dengan sekitar – gesture yang sama akan kembali mengaktifkan ANC dan lanjut memutar musik.

Sebagai produk Bang & Olufsen, hampir bisa dipastikan E4 memiliki kualitas suara yang memuaskan. Sepasang driver electro-dynamic berukuran 10,8 mm yang terbungkus dalam perpaduan material stainless steel, karet dan polimer menawarkan respon frekuensi 20 – 16.000 Hz, dengan bobot total tidak lebih dari 50 gram.

Beoplay E4

Kedua earpiece-nya turut didampingi oleh sebuah remote control dan balok tipis yang menyimpan baterai 350 mAh. Dalam satu kali charge, pengguna bisa menikmati musik sampai 20 jam nonstop dalam posisi ANC menyala. Yang menarik, E4 ternyata masih tetap bisa digunakan setelah itu, tapi tanpa noise cancelling, sedangkan charging-nya membutuhkan waktu sekitar 2,5 jam.

Buat yang tertarik, Beoplay E4 saat ini sudah dipasarkan seharga $250 dengan satu pilihan warna saja.

Sumber: Digital Trends dan The Verge.

Headset Wireless Razer Thresher Ultimate Didedikasikan untuk Gamer Console

Di depan pengunjung E3 2017, Razer memperkenalkan headset wireless baru yang mereka rancang secara spesifik untuk Xbox One maupun PlayStation 4. Dijuluki Razer Thresher Ultimate, headset ini bakal hadir dalam dua varian desain: satu dengan aksen warna biru untuk pengguna PS4, dan satu lagi dengan aksen warna hijau untuk pengguna Xbox One.

Yang membuat headset ini unik dibanding headset wireless lain adalah sebuah charging stand yang ternyata juga berfungsi sebagai pemancar sinyal wireless 2,4 GHz. Dibandingkan adapter USB kecil yang mendampingi headset wireless pada umumnya, charging stand ini bisa memberikan koneksi yang tetap stabil hingga jarak sejauh 12 meter, menyesuaikan dengan kebiasaan gamer console yang duduk lebih jauh dari layar ketimbang gamer PC.

Razer Thresher Ultimate

Kendati demikian, kedua varian Thresher Ultimate tetap kompatibel dengan PC, dan pengguna bisa memakainya bersama kabel audio standar. Charging stand yang datang bersamanya juga sudah pasti menjadi nilai plus buat para gamer PC.

Desainnya sendiri menekankan pada aspek kenyamanan, dengan headband bergaya split dan bantalan memory foam – juga tersedia varian lain dengan bantalan berisikan gel pendingin. Mikrofonnya bisa disembunyikan saat tidak diperlukan, dan secara keseluruhan bobotnya tidak melebihi 408 gram.

Razer Thresher Ultimate

Performanya ditunjang oleh sepasang driver berdiameter 50 mm, masing-masing dengan respon frekuensi 12 – 28.000 Hz dan dukungan teknologi surround 7.1 besutan Dolby. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 16 jam, dengan waktu charging sekitar 4 jam.

Headset ini rencananya akan dipasarkan secara global mulai bulan Juli mendatang seharga $250, baik untuk varian Xbox One maupun PS4-nya.

Sumber: Razer.

Dengan Wearhaus Beam, Anda Bisa Menikmati Musik Bersama Tanpa Berebut Earphone

Bayangkan skenario semacam ini: anak semata wayang Anda sudah tidur, dan Anda bersama pasangan Anda berniat untuk ‘Netflix and chill’. Masalahnya, Anda takut anak Anda jadi terbangun akibat suara film. Headphone atau earphone Bluetooth tentunya bisa menjadi solusi, tapi lalu bagaimana nasib pasangan Anda?

Kalau ternyata earphone yang Anda pakai adalah Wearhaus Beam, semua itu tidak bakal menjadi masalah. Pengembangnya menyebut Beam sebagai social earphone, dengan fitur utama yaitu wireless audio sharing, yang memungkinkan Anda bersama seseorang lainnya untuk menikmati musik dari sumber yang sama.

Wearhaus Beam

Cara kerjanya simpel: satu unit Beam akan berperan sebagai broadcaster, memancarkan sinyal sebelum diterima oleh unit Beam lain yang berada di dekatnya. Jadi playlist Spotify yang tengah diputar bisa dinikmati oleh dua orang secara bersamaan menggunakan dua earphone yang berbeda.

Fitur audio sharing ini bekerja dari satu earphone ke earphone lain, yang berarti Anda bebas menggunakan perangkat apapun sebagai sumber audio, dan merujuk pada skenario di atas, menonton video pun juga bisa dinikmati bersama-sama.

Wearhaus Beam

Dari segi desain, Wearhaus Beam juga tergolong menarik. Bodinya terbuat dari aluminium yang tahan keringat, dan pengembangnya tak lupa melengkapinya dengan sistem pencahayaan RGB yang bisa dikustomisasi. Sedang bekerja di kantor dan ingin memberikan tanda bahwa Anda sedang tidak mau diganggu? Instruksikan Beam untuk menyala merah melalui aplikasi pendampingnya.

LED RGB ini pun juga bisa ‘berdansa’ mengikuti irama musik, atau Anda juga bisa menyamakannya dengan album art lagu yang tengah diputar.

Wearhaus Beam

Kinerja audionya sendiri ditopang oleh driver 9,2 mm, dengan impedansi 16 ohm. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 8 jam pengoperasian, dan charging-nya memakan waktu sekitar 2 jam via kabel micro USB.

Saat ini Wearhaus Beam tengah ditawarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter seharga $69, dengan estimasi harga retail $120. Beam juga bukan produk pertama Wearhaus; di tahun 2014 mereka sukses menjalani kampanye untuk sebuah headphone berteknologi audio sharing serupa, dan produk itu tiba ke tangan para backer.

HomePod Adalah Debut Apple di Segmen Smart Speaker

iOS 11 sudah, macOS High Sierra sudah, iPad Pro 10,5 inci sudah, iMac Pro juga sudah, namun ternyata Apple masih mengumumkan satu produk baru lagi dalam event WWDC semalam. Produk tersebut santer dibicarakan di situs-situs rumor belakangan ini sebagai speaker bertenaga Siri. Yup, inilah Apple HomePod, penantang Amazon Echo dan Google Home – juga Harman Kardon Invoke – di segmen smart speaker.

HomePod boleh Anda anggap sebagai buah kelatahan Apple dalam menghadapi kategori produk yang masih tergolong baru ini. Akan tetapi Apple sejatinya juga hendak menarget Sonos, apalagi mengingat mereka juga baru saja memperkenalkan protokol wireless AirPlay 2 yang mendukung setup audio multi-room.

Selain putih, HomePod juga tersedia dalam pilihan warna space gray / Apple
Selain putih, HomePod juga tersedia dalam pilihan warna space gray / Apple

HomePod mengadopsi desain yang sangat minimalis. Tingginya tidak sampai 18 cm, dengan diameter berkisar 14 cm dan bobot 2,5 kilogram. Berat sekali? Ya, karena di dalamnya penuh sesak dengan komponen audio berkualitas.

Di bagian dasar, ada total tujuh tweeter yang masing-masing dilengkapi unit amplifier-nya sendiri, kemudian di tengahnya ada enam buah mikrofon untuk menangkap instruksi pengguna secara akurat. Duduk di paling atas adalah sebuah woofer berukuran cukup besar yang siap mengguncang ruangan dengan dentuman bass-nya.

Bagian dalam HomePod yang penuh sesak / Apple
Bagian dalam HomePod yang penuh sesak / Apple

Semua ini dibalut dengan material kain bermotif jaring yang kelihatan mulus – tidak ada jahitan yang tampak di sisi-sisinya. Anda juga tak akan menjumpai tombol sama sekali di tubuh HomePod; selain menggunakan sentuhan pada panel atasnya, pengoperasiannya juga mengandalkan perintah suara, tentunya dengan bantuan sang asisten virtual, Siri.

Fungsi Siri pada HomePod sama seperti Alexa pada Echo dan Assistant pada Google Home. Berbagai pertanyaan Anda siap Siri jawab, entah itu sekadar informasi cuaca atau kondisi lalu lintas, atau malah konversi satuan dan informasi umum lainnya. Duet HomePod dan Siri ini juga siap membantu Anda mengendalikan beragam perangkat smart home yang tergabung dalam platform Apple HomeKit.

Bagian atasnya merupakan panel sentuh, yang akan menyala ketika Anda mengucapkan mantra "Hey Siri" / Apple
Bagian atasnya merupakan panel sentuh, yang akan menyala ketika Anda mengucapkan mantra “Hey Siri” / Apple

Yang agak mengejutkan adalah keputusan Apple untuk menanamkan chip A8 pada HomePod, persis seperti yang terdapat pada iPhone 6. Chip inilah yang bertugas untuk memastikan kualitas suara HomePod tetap optimal dalam berbagai kondisi.

Pada prakteknya, HomePod bisa mendeteksi posisinya dalam ruangan. Jadi meskipun ia Anda letakkan di pojok ruangan, suara yang dihasilkannya tetap bisa mengisi ruangan tersebut dengan seimbang, semuanya berkat proses komputasi dan beragam kalkulasi yang dilakukan oleh chip A8 itu tadi.

Singkat cerita, kalau menurut klaim Apple sendiri, HomePod adalah sebuah smart speaker yang tidak mau kompromi soal kualitas suara. Perangkat ini rencananya akan dipasarkan di AS, Inggris dan Australia terlebih dulu seharga $349, dengan dua pilihan warna, yakni putih dan space gray.

Sumber: Apple.

Headphone Grado PS2000e Ditakdirkan untuk Audiophile Berkantong Super-tebal

Dalam industri headphone, Grado mungkin masih kalah nama dibanding Sony, Bowers & Wilkins, dan lain sebagainya. Namun coba Anda tanya ke seorang yang mengaku audiophile, saya yakin hampir semua pasti mengenalnya.

Variasi headphone yang Grado tawarkan tergolong amat beragam, mulai dari yang seharga di bawah $100 sampai ribuan dolar. Belum lama ini, perusahaan keluarga yang sudah berjalan selama tiga generasi ini memperkenalkan headphone flagship terbaru mereka, Grado PS2000e.

Grado PS2000e

PS2000e diklaim sebagai headphone tercanggih sekaligus terbaik yang pernah Grado buat. Gaya desainnya masih sangat khas, dengan grille di masing-masing earcup yang dikitari oleh pelat berwarna krom, diikuti oleh headband berlapis kulit di atas. Seperti headphone besutan Grado lain, PS2000e juga berdesain open-backed demi menyuguhkan soundstage yang istimewa.

Grado bilang mereka butuh waktu lebih dari dua tahun untuk merancang PS2000e. Kedua earcup-nya terbuat dari perpaduan kayu maple dan logam, dengan maksud untuk menyuguhkan karakter akustik khas maple selagi mengeliminasi distorsi semaksimal mungkin.

Grado PS2000e

Di dalamnya, Grado menanamkan diaphragm baru yang diyakini bisa berujung pada reproduksi suara yang lebih akurat. Singkat cerita, apa yang Anda dengar melalui PS2000e adalah suara yang sama persis dengan yang direkam di studio oleh sang musisi, demikian klaim Grado.

Setiap unit PS2000e dibuat dan dirakit dengan tangan di fasilitas Grado sendiri, jadi jangan kaget kalau harganya membuat merinding: $2.695, hampir tiga kali lipat harga Grado PS1000e yang merupakan model flagship sebelumnya.

Sumber: The Verge dan Grado.

Fender Umumkan Dua Speaker Bluetooth dengan Penampilan ala Amplifier Gitar

Pasar speaker Bluetooth kian sesak dengan masuknya pelapak baru yang reputasinya cukup dipandang. Perusahaan bernama Fender ini mungkin lebih Anda kenal sebagai produsen gitar elektrik beserta amplifier-nya, akan tetapi sejak tahun lalu mereka sebenarnya sudah menjejaki segmen consumer audio lewat lima pasang in-ear headphone.

Tidak tanggung-tanggung, Fender langsung memperkenalkan dua speaker sekaligus dalam menjalani debutnya, yakni Monterey dan Newport. Keduanya didesain menyerupai amplifier gitar. Hal ini terdengar agak lucu buat saya, sebab beberapa saat lalu Fender merilis Mustang GT, amplifier gitar canggih yang berpenampilan minimalis dengan alasan perangkat juga berfungsi sebagai speaker Bluetooth.

Monterey dan adik kecilnya, Newport, sayangnya tidak bisa merangkap tugas sebagai amplifier. Grille bernuansa klasik itu hanya sebatas kosmetik – kasusnya sama seperti lini speaker Bluetooth besutan Marshall. Di baliknya, bernaung sepasang woofer dan tweeter – Newport yang berukuran mungil hanya mengemas sepasang woofer dan satu tweeter saja.

Meski mengandalkan konektivitas Bluetooth, Monterey tak bisa dimasukkan dalam kategori portable. Pasalnya, ia tak memiliki baterai dan harus terus dicolokkan ke listrik. Sebaliknya, Newport mengemas baterai dengan estimasi daya tahan 12 jam, plus sejumlah kontrol dan mikrofon untuk menerima panggilan telepon dari ponsel.

Baik Fender Monterey dan Newport rencananya akan tersedia di pasaran mulai bulan Juli mendatang, masing-masing dengan harga $350 dan $200. Jujur saya bingung kenapa harganya begitu mahal, apalagi mengingat amplifier sekaligus speaker Bluetooth yang saya singgung tadi bisa didapat seharga $250 saja untuk model terkecilnya.

Sumber: 9to5Toys dan The Verge.

Audeze LCDi4 Adalah Earphone Planar Magnetic untuk Audiophile Berkantong Tebal

Lewat earphone iSine, Audeze sejatinya sudah membuktikan bahwa miniaturisasi teknologi planar magnetic sangat mungkin dilakukan, sehingga pada akhirnya earphone yang demikian ringkas sanggup menyuguhkan soundstage sekelas headphone berjenis over-ear. Sekarang, Audeze malah siap menjejakkan langkah yang lebih berani lagi lewat LCDi4.

Audeze LCDi4 bisa dibilang merupakan versi super-mini dari salah satu headphone unggulan Audeze, yakni LCD–4 yang harganya menyerempet angka $4.000. Ini dikarenakan Audeze telah menanamkan driver planar magnetic yang sama ke dalam LCDi4, lengkap hingga diaphragm super-tipisnya, hanya saja dimensinya diciutkan dari 106 mm menjadi 30 mm.

Selain mampu mereproduksi bass secara akurat di frekuensi 5 – 900 Hz, kelebihan LCDi4 ada pada distorsinya yang sangat minimal, tidak lebih dari 0,2% bahkan dalam volume tinggi sekalipun menurut klaim Audeze. Lebih lanjut, Audeze juga cukup percaya diri bahwa kualitas suara LCDi4 bakal terasa lebih koheren ketimbang earphone high-end lain yang mengandalkan lebih dari satu driver di masing-masing earpiece-nya.

Lebih besar dari mayoritas earphone, tapi masih sangat ringan dengan bobot masing-masing earpiece sekitar 12 gram / Audeze
Lebih besar dari mayoritas earphone, tapi masih sangat ringan dengan bobot masing-masing earpiece sekitar 12 gram / Audeze

Secara desain, LCDi4 mirip seperti iSine dengan bodi ala TIE Fighter yang merupakan buah pemikiran firma desain BMW Designworks. Bobot masing-masing earpiece-nya tidak lebih dari 12 gram, tapi Audeze juga telah melengkapinya dengan ear hook supaya terasa lebih nyaman lagi di telinga.

Wujudnya yang amat portable bukan berarti durabilitasnya dikorbankan begitu saja. Audeze memercayakan bahan magnesium sebagai konstruksi utama bodinya, sedangkan kabelnya dilapisi bahan Kevlar guna semakin meningkatkan ketahanannya.

Lalu tibalah kita pada harganya. Kalau LCD–4 dibanderol $3.995, Audeze memajang LCDi4 di situsnya seharga $2.495. Ia jelas bukan untuk semua orang, melainkan untuk para audiophile yang kemungkinan besar juga tergiur dengan portable music player terbaru Astell & Kern, yang tentunya sangat ideal disandingkan dengan LCDi4.

Sumber: Engadget.

RHA Ungkap Dua Earphone Wireless Perdananya

Sudah menjadi tren terbaru dalam industri headphone, dimana sebuah pabrikan menempuh rute wireless untuk pertama kalinya dengan mengambil produk terlarisnya, menyematkan konektivitas Bluetooth serta baterai rechargeable, lalu mengemasnya menjadi produk baru. RHA Audio pun juga demikian, dimana pabrikan asal Inggris ini baru saja memperkenalkan sepasang earphone wireless pertamanya, MA750 Wireless dan MA650 Wireless.

Baik desain maupun spesifikasi MA750 Wireless hampir identik dengan RHA MA750i yang tergolong cukup laris di pasaran. Konstruksi masing-masing earpiece-nya terbuat dari stainless steel guna menjamin ketahanannya, sedangkan bentuknya sendiri diyakini berpengaruh terhadap kualitas sekaligus isolasi suara.

Di dalam masing-masing earpiece, bernaung sebuah dynamic driver model 560.1 yang diberi tanggung jawab untuk mereproduksi suara secara seimbang sekaligus akurat. Sekali lagi, tidak ada yang baru terkecuali konektivitas wireless.

RHA MA750 Wireless / RHA
RHA MA750 Wireless / RHA

Kedua earphone Bluetooth ini sama-sama dibekali dengan neckband berkontur yang fleksibel guna menambah kenyamanan. RHA tak lupa menambahkan remote control tiga tombol untuk mempermudah pengoperasian, sedangkan masing-masing earpiece-nya berlapis magnet sehingga perangkat bisa ditempelkan dan dijadikan kalung saat sedang tidak digunakan.

Keduanya sama-sama mengusung baterai yang tahan hingga 12 jam pemakaian, dan secara keseluruhan tahan keringat sekaligus cipratan air dengan sertifikasi IPX4. NFC turut hadir untuk mempermudah proses pairing, dan transmisi Bluetooth-nya bisa mengakomodasi codec aptX.

RHA MA650 Wireless / RHA
RHA MA650 Wireless / RHA

Perbedaan utama keduanya terletak pada material sekaligus driver yang digunakan; MA650 Wireless memiliki konstruksi aluminium dan dynamic driver model 380.1. Khusus untuk MA750 Wireless, earpiece-nya telah dilengkapi pengait fleksibel guna semakin meningkatkan kenyamanan.

RHA MA750 Wireless dan MA650 Wireless rencananya bakal segera dipasarkan masing-masing seharga $170 dan $100.

Sumber: RHA.