Bang & Olufsen Beosound Balance Adalah Smart Speaker Seharga $2.250

Bang & Olufsen tentu bukan nama yang asing lagi di industri audio, akan tetapi nama mereka bukanlah yang pertama muncul saat berbicara mengenai smart speaker. Di kategori ini, konsumen mungkin lebih familier dengan nama-nama seperti Google Home atau Amazon Echo.

B&O sebenarnya sudah punya smart speaker sejak dua tahun lalu, yakni Beosound 1 dan Beosound 2, namun keduanya tidak lebih dari sebatas speaker lama yang dijejali integrasi Google Assistant. Lain ceritanya dengan speaker bernama Beosound Balance berikut ini, yang benar-benar merupakan perangkat baru dengan integrasi voice assistant.

Bang & Olufsen Beosound Balance

Wujudnya tergolong tidak umum, dan sepintas tampak seperti furnitur premium meski tingginya cuma 38 cm. Di balik tampang minimalisnya, tertanam total tujuh unit driver: sepasang woofer berdiameter 5,25 inci (satu menghuni porsi bawahnya), dua full-range driver 2 inci dan satu tweeter 3/4 inci di sisi depan, dan dua full-range driver 3 inci di belakang.

B&O turut membekali perangkat ini dengan teknologi Active Room Compensation, yang memanfaatkan mikrofon internal untuk menganalisis penempatannya di dalam ruangan (apakah persis di depan tembok atau tidak), sebelum akhirnya mengadaptasikan karakter suaranya seoptimal mungkin. Tentu saja mikrofon ini juga berguna untuk mewujudkan interaksi pengguna dengan Google Assistant (Alexa akan menyusul ke depannya).

Bang & Olufsen Beosound Balance

Aspek menarik lain dari Beosound Balance adalah pengoperasian. Berbekal proximity sensor, ia bisa tahu ketika ada seseorang yang mendekat, lalu lampu-lampu indikator di panel atasnya akan menyala, sebelum akhirnya meredup lagi saat pengguna menjauh. Panel atasnya ini merupakan panel sentuh kapasitif, dan pengguna dapat mengusap dengan gerakan memutar untuk mengatur volumenya.

Sebagai sebuah speaker wireless, Beosound Balance tidak pelit soal konektivitas. Ia mendukung AirPlay 2 maupun Chromecast secara default, dan Spotify Connect kabarnya juga bakal menyusul nantinya. Kalau perlu, ia juga bisa diperlakukan seperti speaker Bluetooth biasa via sambungan Bluetooth 5.0. Setup multi-room pun juga dimungkinkan dengan speaker B&O lain yang mendukung.

Bang & Olufsen Beosound Balance

Satu-satunya faktor yang akan mencegah Beosound Balance bakal laris adalah harganya: $2.250. Namun ini tidak mengherankan untuk brand sepremium Bang & Olufsen.

Sumber: What Hi-Fi.

Speaker Portable Ultimate Ears HyperBoom Siap Mengguncang Ruangan Demi Ruangan Selama 24 Jam Nonstop

Ultimate Ears bukanlah nama asing di ranah speaker portable. Anak perusahaan Logitech itu dikenal lewat keluarga speaker Boom besutannya, yang sejauh ini terdiri dari tiga model, urut dari yang paling kecil: WonderBoom, Boom, dan MegaBoom.

Well, mereka baru saja menambahkan anggota terbarunya, yakni HyperBoom. Sesuai dugaan, ia merupakan model yang paling besar, sekaligus paling ekstrem kalau kata UE sendiri. Benar saja; balok setinggi 36,4 cm ini punya bobot 5,9 kg. Sebagai pembanding, UE MegaBoom 3 punya tinggi 22,5 cm dan bobot 925 gram.

Jeroannya terdiri dari sepasang woofer berdiameter 4,5 inci, sepasang tweeter 1 inci, dan sepasang passive radiator (3,5 x 7,5 inci). Tidak main-main, UE mengklaim volume yang dihasilkan HyperBoom bisa tiga kali lebih keras dibanding MegaBoom 3, dan bass-nya malah enam kali lebih intens.

Ultimate Ears HyperBoom

Sepintas, ukuran HyperBoom mungkin membuat kita lupa bahwa ia merupakan sebuah speaker portable. Baterainya diklaim bisa tahan sampai 24 jam pemakaian, dan tentu saja HyperBoom dapat menyumbangkan sebagian kecil suplai dayanya untuk smartphone atau tablet yang tersambung via USB.

Sebagai speaker portable, HyperBoom tentu bakal banyak dipindahkan – dari ruang tamu ke samping kolam renang misalnya (perangkat tahan guyuran air dengan sertifikasi IPX4) – dan UE sudah menyiapkan fitur pintar bernama Adaptive EQ untuk keperluan ini. Menggunakan mikrofon internalnya, HyperBoom akan mencoba mengenali bentuk ruangan di sekitarnya, lalu menyesuaikan sendiri karakter suaranya supaya optimal.

Ultimate Ears HyperBoom

HyperBoom bisa disambungkan ke empat sumber audio sekaligus; dua via Bluetooth, dan sisanya via colokan standar 3,5 mm serta optical. Selesai tersambung semuanya, pengguna bisa mengganti input-nya dengan sangat mudah via tombol fisik di panel atas HyperBoom, atau melalui aplikasi pendampingnya di smartphone.

Satu fitur yang absen dari HyperBoom adalah integrasi voice assistant, sebab ia memang tidak masuk kategori smart speaker. Awal Maret nanti, Ultimate Ears HyperBoom akan mulai dipasarkan seharga $400.

Sumber: Logitech.

Fiio Luncurkan Headphone dan Portable Amplifier Wireless Kelas Hi-Fi

Fiio meluncurkan dua perangkat audio wireless baru yang menarik. Yang pertama adalah headphone Bluetooth bernama Fiio EH3 NC, dan seperti yang sudah bisa ditebak dari namanya, perangkat ini mengemas active noise cancelling (ANC) sebagai salah satu fitur unggulannya.

Fiio bilang sistem ANC yang diusung sekelas dengan yang terdapat pada headphone kelas atas. Kemampuannya mengeliminasi suara luar ini diwujudkan oleh empat buah mikrofon yang bertugas menangkap suara ambient, sebelum akhirnya suara tersebut dibuat sirna oleh chip DSP (digital signal processing) terpisah.

Fiio EH3 NC

Kualitas suaranya sendiri dijamin oleh sepasang driver yang berukuran sedikit lebih besar daripada biasanya (45 mm). Desain driver yang mengandalkan diaphragm dua sisi berlapis titanium ini diyakini mampu menyajikan bass yang menendang. Hal ini turut didukung oleh fakta bahwa EH3 NC telah mengantongi sertifikasi Hi-Res Audio dan Hi-Res Audio Wireless.

Wireless? Ya, Fiio dengan bangga menyebut bahwa headphone noise cancelling pertamanya ini mengemas chip Bluetooth 5.0 unggulan Qualcomm, CSR8675. Codec yang didukung pun beragam, mulai dari aptX, aptX Low Latency, aptX-HD, sampai SBC dan LDAC. Juga mengesankan adalah daya tahan baterainya: hingga 50 jam pemakaian, atau hingga 30 jam kalau ANC-nya terus diaktifkan.

Fiio BTR5

Perangkat yang kedua adalah Fiio BTR5, portable amplifier sekaligus DAC (digital-to-analog converter) yang juga dibekali konektivitas Bluetooth 5.0 dari chip Qualcomm CSR8675 yang sama. Codec yang didukung pun identik, dan perangkat ini mampu memproses file audio dengan resolusi maksimum 24-bit/96kHz meski sedang tersambung via Bluetooth.

Sambungkan sebagai DAC biasa via USB-C, maka resolusi yang didukung bisa mencapai angka 384kHz sekaligus format native DSD. Untuk memantau formatnya, BTR5 mengemas layar OLED kecil yang dapat menampilkan beragam indikator, termasuk indikator baterainya, yang diklaim tahan sampai 9 jam penggunaan.

Di Singapura, kedua perangkat ini sekarang sudah dipasarkan seharga S$329 (Fiio EH3 NC) dan S$179 (Fiio BTR5).

Beoplay E8 3rd Gen Lebih Kecil tapi Baterainya Lebih Awet dari Pendahulunya

CES 2020 belum lama ini menjadi saksi atas lahirnya seabrek true wireless earphone baru. Meski sedikit terlambat dibanding yang lain, bukan berarti Bang & Olufsen tidak punya penawaran baru untuk tahun ini. Dedengkot audio asal Denmark itu baru saja memperkenalkan generasi ketiga dari true wireless earphone-nya, Beoplay E8.

Dibandingkan iterasi keduanya yang dirilis tahun lalu, Beoplay E8 3rd Gen menyuguhkan peningkatan dramatis di sektor baterai. Dalam sekali pengisian, ia bisa beroperasi hingga 7 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai daya ekstra setara 28 jam pemakaian (nyaris dua kali lipat sebelumnya).

Beoplay E8 3rd Gen

Hebatnya lagi, ini dapat dicapai lewat dimensi perangkat yang lebih ringkas. Ya, dilihat dari gambarnya saja, Beoplay E8 3rd Gen sudah tampak lebih mungil ketimbang dua pendahulunya; hingga 17 persen lebih kecil kalau kata B&O, dengan bobot masing-masing earpiece cuma 5,8 gram. Bentuk kedua earpiece-nya kini benar-benar membulat, tidak lagi menyerupai telur seperti sebelumnya.

Bagaimana bisa lebih kecil tapi baterainya lebih awet? Itu dikarenakan Beoplay E8 3rd Gen sudah mengandalkan Bluetooth 5.1 sebagai konektivitasnya, yang memang lebih irit daya dibanding Bluetooth 5.0, serta dapat tersambung secara lebih cepat. Dukungan codec aptX pun tak lupa B&O sematkan pada perangkat ini.

Beoplay E8 3rd Gen

Satu fitur yang masih absen adalah active noise cancellation (ANC), fitur yang menjadi andalan AirPods Pro dan sejumlah true wireless earphone lain. Meski begitu, Beoplay E8 3rd Gen dapat menangkap suara dengan lebih jernih berkat empat buah mikrofon (sebelumnya cuma dua), dan ini diklaim juga menyempurnakan kinerja Transparency Mode, fitur untuk membiarkan suara luar masuk dengan menyentuh earpiece.

Selebihnya, Beoplay E8 3rd Gen tetap mempertahankan keunggulan pendahulunya, termasuk charging case yang kompatibel dengan Qi wireless charger (dijual terpisah) di samping sambungan USB-C. Harganya juga masih sama persis, $350 saat dipasarkan mulai pertengahan Februari nanti.

Via: SlashGear.

Boss Waza-Air Adalah Amplifier Gitar yang Menyamar Sebagai Headphone Wireless

Inspirasi terkadang muncul di tengah malam, dan bagi seorang gitaris, ini kerap menjadi masalah. Mencolokkan gitar elektrik ke amplifier di malam hari bukanlah suatu tindakan yang bijak, apalagi kalau ternyata sang gitaris sudah punya buah hati atau malah tetangga yang cerewet.

Solusi yang diambil sering kali adalah dengan menyambungkan headphone ke amplifier, supaya melodi yang dimainkan tidak mengganggu orang-orang di sekitar. Namun sekarang ada cara yang lebih praktis lagi, yakni dengan menggunakan headphone wireless bikinan produsen pedal gitar elektrik asal Jepang, Boss.

Boss Waza-Air

Perangkat bernama Boss Waza-Air ini bukanlah sembarang headphone wireless, melainkan yang mengemas amplifier gitar terintegrasi. Cukup tancapkan transmitter 2,4 GHz ke gitar, maka suaranya bisa langsung didengar melalui headphone, tanpa ada seuntai kabel yang terlibat.

Istimewanya, Waza-Air turut mengemas gyroscope untuk melacak posisi kepala pengguna sekaligus mewujudkan efek suara spasial (3D). Sederhananya, pengguna dapat memilih tiga mode soundscape yang berbeda. Salah satu modenya bahkan dapat menyimulasikan skenario konser di atas panggung, dengan suara dari amplifier yang terdengar dari sisi belakang.

Kustomisasi juga menjadi salah satu fitur unggulan Waza-Air. Melalui aplikasi pendampingnya di ponsel, pengguna dapat memilih lima jenis amp yang tersedia, serta mengaktifkan lebih dari 50 efek suara. Kombinasinya pun dapat disimpan, lalu diaktifkan kapan saja melalui tombol fisik pada headphone.

Boss Waza-Air

Sebagai headphone itu sendiri, Waza-Air mengunggulkan driver berdiameter 50 mm. Baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 5 jam pemakaian. Tergolong boros, tapi wajar mengingat ia juga merangkap peran sebagai amplifier gitar. Proses charging-nya sendiri memakan waktu sekitar 3 jam.

Boss Waza-Air saat ini telah dipasarkan seharga $400. Mahal memang, dan dengan dana sebesar itu sebenarnya konsumen sudah bisa membeli amplifier tradisional yang cukup mumpuni. Namun sekali lagi, kalau inspirasi datangnya selalu di tengah malam, headphone ini bakal sangat bermanfaat.

Sumber: New Atlas.

Lewat Sony WF-1000XM3, Sony Bawa Kepiawaian Noise Cancelling-nya ke Ranah True Wireless Earphone

Bicara soal teknologi noise cancelling, banyak reviewer dan konsumen yang percaya Bose masih merupakan rajanya. Namun belakangan pabrikan lain mulai mengejar, salah satunya Sony, yang tahun lalu sempat menuai banyak pujian dari reviewer berkat headphone noise cancelling-nya, WH-1000XM3.

Sekarang, Sony mencoba menghadirkan teknologi yang sama ke segmen true wireless earphone. Perangkat terbarunya, Sony WF-1000XM3, datang membawa chip noise cancelling QN1e yang diklaim mampu memblokir lebih banyak suara di hampir semua frekuensi, tapi di saat yang sama tidak terlalu menguras banyak energi.

Sony WF-1000XM3

Chip ini juga mencakup sebuah DAC (digital-to-analog converter) dan amplifier dengan kapabilitas pengolahan audio beresolusi 24-bit. Juga sangat besar pengaruhnya adalah penggunaan chip Bluetooth 5.0, yang tak hanya menjanjikan koneksi yang lebih stabil, tapi juga memungkinkan transmisi suara ke earpiece kiri dan kanan secara simultan.

Ini sangat berbeda dari true wireless earphone generasi sebelumnya, di mana yang tersambung ke smartphone hanyalah earpiece kirinya, sebelum akhirnya sinyalnya diteruskan ke earpiece kanan. Cara kerja seperti ini sering kali berujung pada koneksi yang mudah putus.

Sony WF-1000XM3

WF-1000XM3 mengandalkan dynamic driver berdiameter 6,1 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Dalam satu kali pengisian, baterainya bisa tahan sampai 6 jam pemakaian (8 jam kalau tanpa noise cancelling), sedangkan charging case-nya sendiri siap menyuplai hingga 18 jam daya tahan ekstra.

Fitur fast charging turut tersedia; cukup selipkan perangkat ke dalam charging case-nya selama 10 menit, maka ia siap digunakan selama 90 menit ke depan. Fitur pendukung lainnya mencakup Quick Attention, di mana pengguna dapat menempelkan jarinya ke earpiece sebelah kiri untuk seketika itu juga menurunkan volume dan membiarkan suara dari luar masuk.

Ini berarti WF-1000XM3 mengemas sensor kapasitif pada permukaan earpiece-nya, sehingga pengguna bisa memanfaatkan gesture sentuh untuk mengoperasikannya, termasuk halnya memanggil Google Assistant di ponsel. Tidak ketinggalan juga adalah fitur Wearing Detection, yang akan menghentikan jalannya musik secara otomatis ketika pengguna melepas salah satu earpiece, kemudian memutarnya kembali saat earpiece sudah dipasang lagi.

Sony WF-1000XM3

Semua ini dikemas dalam desain yang cukup elegan, berbentuk seperti kapsul dengan pilihan warna hitam atau putih. Sony pun tidak lupa akan aspek kenyamanan; tepat di belakang eartip terdapat tonjolan berlapis karet yang akan membantu mencegah perangkat mudah terlepas dari telinga.

Sony berencana memasarkan WF-1000XM3 mulai bulan Agustus mendatang seharga $230. Cukup mahal untuk ukuran true wireless earphone, bahkan sedikit lebih mahal ketimbang AirPods generasi terbaru.

Sumber: Engadget dan Sony.

HumBird Gunakan Teknologi Bone Conduction Untuk Mengubah Segala Objek Jadi Speaker

Istilah bone conduction di ranah audio memang terdengar cukup baru buat kita, namun solusi ini sebetulnya sudah digunakan oleh Ludwig van Beethoven untuk terus berkarya bahkan ketika ia kehilangan kemampuan mendengar. Sederhananya, sistem tersebut memanfaatkan tulang di kepala untuk mengantarkan suara ke koklea – bukan menggunakan getaran di udara seperti saat kita mendengar suara secara normal.

Bagi sejumlah orang, metode ‘getaran tulang’ memang bukanlah cara terbaik dalam menikmati musik. Namun, bone conduction membuka banyak peluang penggunaan lain karena sistem ini memungkinkan kita untuk mendengarkan konten tanpa mengurangi faktor keawasan terhadap keadaan di sekitar. Menariknya, tim Duramobi menemukan cara lain buat memanfaatkan teknologi bone conduction lewat produk bernama HumBird.

HumBird merupakan perangkat audio sekaligus alat eksperimen seru. Fungsinya adalah mengubah objek apapun – diutamakan yang memiliki ruang kosong di tengahnya – menjadi speaker. HumBird mempunyai wujud mungil, dibuat dari bahan aluminium kelas pesawat terbang dan mempunyai bentuk pipih seperti puck hoki dengan diameter cuma 4-sentimeter dan bobot 35-gram. Perangkat tersambung ke smartphone secara nirkabel via Bluetooth 5.0.

HumBird 4

Dengan menaruhnya di suatu permukaan, HumBird bisa menghasilkan suara sampai 115-desibel – sekitar empat hingga lima kali lebih lantang dibanding speaker smartphone. Uniknya, tiap-tiap objek mempunyai karakteristik audio berbeda: boks kardus membuat bass lebih terasa, permukaan kaca memastikan output terdengar lebih jernih, lalu objek keras seperti meja kayu atau dashboard mobil memastikan suara vokal jadi lebih jelas. Tentu saja objek-objek lain punya efek sendiri dan Anda dipersilakan untuk bereksplorasi.

HumBird 3

Duramobi menjelaskan, “Dengan mengadopsi teknologi bone conduction dan instrumen moving coil, HumBird mengubah suara jadi getaran mekanik di frekuensi yang bervariasi, memanfaatkan efek pada material-material berbeda tempat ia diletakkan. HumBird mampu menghasilkan vibrasi yang orisinal, berubah-ubah, dan bisa dikustomisasi. Ia membuktikan bahwa semua hal punya suaranya sendiri.”

HumBird 2

HumBird ditenagai oleh baterai 400mAH yang dijanjikan sanggup menyajikan musik selama tiga jam non-stop. Untuk mengisi ulang kembali, tersedia charging port USB type-C. Durasi charging-nya cukup singkat. Dari kondisi kosong ke 80 persen hanya memakan waktu 15 menit. Hal unik lain dari HumBird ialah, Anda bisa memasangkan dua speaker bone conduction ini buat mendapatkan output stereo.

Duramobi telah mempersilakan kita untuk memesan HumBird. Produk bisa Anda beli di Kickstarter, dijajakan seharga mulai HK$ 156 (kisaran US$ 20) selama masa pengumpulan dana masih berlangsung. Khusus para backer, HumBird akan mereka dapatkan pada bulan Agustus 2019 nanti.

IT’S OK Adalah Pemutar Kaset Portable Berbekal Bluetooth 5.0

Tepat tanggal 1 Juli kemarin, Walkman resmi merayakan hari jadinya yang ke-40. Begitu besarnya pengaruh pemutar kaset portable tersebut, Sony merayakannya dengan menghelat pameran khusus di Jepang, menceritakan awal perjalanannya hingga sampai ke titik ini.

Bagi kita para konsumen, kita bisa ikut merayakannya dengan mengeluarkan Walkman dari gudang, lalu memutar koleksi kaset yang masih ada. Koleksi kasetnya masih dalam kondisi sehat tapi Walkman-nya sudah rusak atau malah hilang, dan Anda juga tak lagi mempunyai earphone atau headphone non-wireless? Jangan terburu-buru memberantas koleksi kaset itu.

IT'S OK

Sebuah perusahaan bernama NINM Lab baru saja memulai kampanye crowdfunding atas sebuah perangkat yang mereka juluki IT’S OK. Perangkat ini tidak lain dari sebuah pemutar kaset portable, tapi yang sudah dilengkapi dengan konektivitas Bluetooth 5.0, sehingga Anda bebas menggunakannya bersama earphone atau headphone wireless kesayangan.

Selebihnya, NINM Lab sebisa mungkin merancang agar IT’S OK bisa mewarisi nilai-nilai antik yang dihadirkan Walkman. Anda yang pernah menggunakan Walkman versi kaset pasti tidak asing dengan fitur-fitur IT’S OK, mulai dari lima tombol pengoperasiannya, mikrofon terintegrasi untuk merekam audio, sampai slot sepasang baterai AA-nya.

IT'S OK

Tentu saja perangkat ini masih mengemas jack 3,5 mm, namun nilai daya tariknya akan semakin terasa seandainya Anda mempunyai headphone wireless macam keluaran JLab, yang pada dasarnya mengawinkan teknologi modern dengan rancangan lawas. Lebih lanjut, kehadiran Bluetooth juga berarti Anda juga dapat menikmati alunan musik yang tersimpan dalam kaset melalui speaker Bluetooth.

Bagi yang tertarik, IT’S OK sudah bisa dipesan lewat Kickstarter dengan harga paling murah HK$498, atau kurang lebih setara 900 ribu rupiah, belum termasuk biaya pengiriman internasionalnya. Harga tersebut tentu tidak mencakup earphone atau headphone Bluetooth-nya, tapi setidaknya konsumen masih mendapatkan satu kaset kosong untuk merekam, yang bisa dibilang sudah termasuk langka sekarang ini.

Sumber: Gizmodo.

RHA Luncurkan Versi Bluetooth dari Earphone Terpopulernya, T20 Wireless

Hingga kini nama RHA Audio mungkin masih terdengar asing di telinga sebagian besar orang. Padahal, pabrikan asal dataran Inggris ini sudah termasuk cukup dipandang di kalangan audiophile.

Tahun 2019 ini, RHA memutuskan untuk memperbarui salah satu earphone terpopulernya, yaitu RHA T20. Suksesornya yang bernama RHA T20 Wireless berikut ini masih mempertahankan segala keunggulan pendahulunya, selagi di saat yang sama menawarkan kepraktisan konektivitas wireless.

Keunggulan yang dimaksud mencakup driver DualCoil yang lebih superior ketimbang driver konvensional berkat kemampuannya menghasilkan frekuensi tinggi dan rendah secara terpisah. Juga sangat unik dan masih dipertahankan adalah trio filter yang bisa dilepas-pasang, sehingga pengguna dapat menyesuaikan karakteristik suara yang dihasilkan antara balanced, condong ke bass, atau condong ke treble.

RHA T20 Wireless

Semua ini masih dikemas dalam housing berbahan stainless steel yang kokoh nan elegan. Kabel yang menyambung ke masing-masing earpiece-nya dapat dilepas sehingga pengguna dapat menyambungkan neckband fleksibel yang mengemas konektivitas Bluetooth 4.1 (aptX) beserta baterai dengan klaim daya tahan hingga 12 jam pemakaian.

10 pasang eartip dengan beragam bentuk dan ukuran tetap dibundel seperti sebelumnya, dan ini juga salah satu faktor yang menjadikan produk-produk RHA memiliki daya tarik tersendiri. Andai pengguna kurang cocok dengan eartip berbahan silikon, mereka dapat memakai eartip yang terbuat dari memory foam.

Di Amerika Serikat, RHA T20 Wireless saat ini telah dipasarkan seharga $250, hanya $40 lebih mahal dari varian non-wireless yang dirilis empat tahun silam.

Sumber: TechRadar.

Bose Umumkan Smart Speaker Baru dengan Integrasi Alexa dan Google Assistant Sekaligus

Bose memperkenalkan smart speaker sekaligus soundbar perdananya tahun lalu. Saat dirilis, tiga perangkat itu hanya mengemas integrasi Alexa, namun Bose berjanji untuk segera menambahkannya. Janji itu mereka tepati hari ini lewat update yang mendatangkan integrasi Google Assistant pada Bose Home Speaker 500, Bose Soundbar 700, dan Bose Soundbar 500.

Bersamaan dengan itu, Bose turut menyingkap anggota baru di keluarga smart speaker mereka, yaitu Bose Home Speaker 300. Melihat wujudnya, tampak jelas bahwa Home Speaker 300 dirancang sebagai adik kecil Home Speaker 500, dengan desain yang serupa namun dalam dimensi yang lebih ringkas.

Meski lebih kecil, Home Speaker 300 tak bisa dikategorikan sebagai speaker portable mengingat ia tidak dilengkapi unit baterai. Kendati demikian, ia masih bisa difungsikan sebagai speaker Bluetooth biasa terlepas dari kelengkapan konektivitasnya yang mencakup AirPlay 2.

Bose Home Speaker 300

Ukuran bukan satu-satunya pembeda Home Speaker 300 dan 500. Adik kecilnya ini tidak dilengkapi layar berwarna yang berfungsi untuk menampilkan album art pada Home Speaker 500. Sebagai gantinya, sisi depan Home Speaker 300 cuma mengemas indikator LED kecil yang akan menyala ketika mikrofonnya aktif mendengarkan perintah suara yang dilontarkan pengguna.

Panel atasnya masih dihuni oleh sederet tombol pengoperasian. Namun tentu ini bukan satu-satunya metode pengoperasian yang tersedia, sebab seperti yang saya bilang, pengguna bebas meminta bantuan kepada Alexa maupun Google Assistant.

Bose berencana untuk melepas Home Speaker 300 ke pasaran mulai tanggal 20 Juni mendatang. Banderol harganya dipatok $260, tergolong premium jika dibandingkan dengan sebagian smart speaker lain di pasaran, tapi setidaknya jauh lebih terjangkau ketimbang Bose Home Speaker 500.

Sumber: VentureBeat dan The Verge.