UE Boom 3 dan MegaBoom 3 Atasi Kekurangan Pendahulunya Lewat Magic Button

Dimensi ringkas nan tahan banting, dipadukan dengan kualitas suara yang baik, merupakan resep mujarab speaker Bluetooth. Salah satu yang berhasil memenuhi kriteria-kriteria ini adalah seri Boom dari Ultimate Ears. Diperkenalkan pertama kali di tahun 2013, suksesornya sempat hadir dua tahun kemudian, dan sekarang generasi ketiganya sudah siap menyapa dunia.

UE Boom 3 datang bersama dengan MegaBoom 3 yang berukuran lebih besar. Keduanya mengusung desain ala botol minum yang sama persis, dan dibandingkan dengan pendahulunya, sebenarnya tidak jauh berbeda. Kendati demikian, penampilannya secara keseluruhan tampak lebih bersih, dan tombol plus-minus untuk mengatur volumenya juga bertambah besar.

UE Boom 3

Boom 3 dan MegaBoom 3 mencatatkan IP67 untuk sertifikasi ketahanan airnya. Revisi kecil lain di sektor desain adalah, colokan untuk charging-nya kini dipindah dari bawah ke bagian samping, sehingga speaker dapat lebih mudah digunakan selagi diisi ulang baterainya. Sayangnya port yang digunakan masih micro USB, sebab UE berdalih mayoritas konsumen belum siap dengan tren USB-C.

Bicara soal baterai, Boom 3 menjanjikan daya tahan sampai 15 jam, sedangkan MegaBoom 3 sampai 20 jam. Keduanya kompatibel dengan aksesori charging dock Power Up (dijual terpisah) yang sebelumnya menjalani debut bersama smart speaker UE Blast dan UE Megablast.

UE Boom 3

Perubahan terbesarnya terletak di bagian atas, di mana kini hadir sebuah tombol yang UE sebut dengan istilah “Magic Button”. Sebutan itu menandakan bahwa tombol tersebut bukan sebatas untuk play dan pause saja; tekan dan tahan tombolnya, maka speaker akan menyala, menyambung ke ponsel dan memutar playlist dari Apple Music (iOS) atau Deezer Premium (Android) dalam satu langkah – dukungan untuk Spotify masih belum ada, tapi UE sedang mengupayakannya.

Jangkauan koneksi Bluetooth kedua speaker ini diklaim mencapai 45 meter. Fitur koneksi ramai-ramai PartyUp milik pendahulunya juga masih tersedia, di mana pengguna dapat menyambungkan total 150 speaker guna meramaikan suasana sampai akhirnya diprotes tetangga.

UE MegaBoom 3 / Ultimate Ears
UE MegaBoom 3 / Ultimate Ears

UE Boom 3 dan MegaBoom 3 dijadwalkan tiba di pasaran mulai bulan September ini juga. Di Amerika Serikat, Boom 3 dibanderol seharga $150, sedangkan MegaBoom 3 seharga $200. Pilihan warnanya ada empat dan semuanya bermotif dual-tone.

Sumber: Logitech dan The Verge.

Berkat Sony SRS-XB501G, Google Assistant Siap Anda Ajak Nongkrong di Samping Kolam Renang

Sony tidak hanya membawa headphone wireless noise cancelling tercanggihnya ke IFA 2018. Mereka rupanya juga memperkenalkan speaker baru dari lini Extra Bass-nya. Yang istimewa, speaker bernama SRS-XB501G ini juga merupakan sebuah smart speaker.

Ya, untuk pertama kalinya, Sony mendatangkan integrasi Google Assistant pada lini party speaker-nya. Dengan begitu, pengguna dapat mengajak Assistant ke tempat yang sebelumnya tidak memungkinkan, semisal di samping kolam renang, sebab XB501G telah mengantongi sertifikasi IP65 (basah-basahan biasa saja, jangan sampai diceburkan).

Sony SRS-XB501G

XB501G dibekali sebuah subwoofer 4,92 inci dan sepasang speaker 1,75 inci yang diposisikan sedemikian rupa demi memperluas distribusi suara. Agar lebih maksimal lagi, speaker juga bisa diletakkan di atas tripod – plus penampilannya bakal kelihatan seperti lampu gantung warna-warni.

Sebagai smart speaker, konektivitas XB501G jauh dari kata mengecewakan. Wi-Fi, NFC dan Bluetooth sudah menjadi standar, demikian pula dukungan Chromecast untuk menyinkronkan beberapa speaker sekaligus. Baterainya diklaim bisa bertahan sampai 16 jam tanpa lampu warna-warni yang menyala, sedangkan charging-nya sudah menggunakan sambungan USB-C. XB501G juga bisa dijadikan power bank dadakan jika perlu.

Sony SRS-XB501G

Rencananya, Sony SRS-XB501G akan dipasarkan mulai bulan Oktober mendatang seharga $300. Sulit rasanya mencari smart speaker yang lebih ‘meriah’ dari ini.

Sumber: PR Newswire.

Sony WH-1000XM3 Adalah Pesaing Kuat Bose di Segmen Headphone Wireless Noise Cancelling

Ajang IFA setiap tahunnya selalu dibanjiri oleh produk-produk audio baru, tidak terkecuali tahun ini. Salah satu yang paling getol meluncurkan produk audionya di IFA adalah Sony. Di IFA 2017, mereka menghadirkan tiga headphone wireless berteknologi noise cancelling sekaligus. Tahun ini mereka cuma membawa satu, yakni WH–1000XM3.

Generasi ketiga dari seri Sony 1000X ini boleh dibilang membawa peningkatan yang paling signifikan. Pertama-tama, desainnya telah disempurnakan meskipun masih terlihat mirip, kini diklaim sedikit lebih langsing dan lebih ringan. Kendati demikian, bantalan telinga dan kepalanya malah bertambah tebal guna semakin meningkatkan kenyamanan.

Sony WH-1000XM3

Namun perubahan yang paling besar pengaruhnya adalah sebuah prosesor terpisah berlabel QN1 yang secara khusus menjadi otak dari kinerja noise cancelling-nya. Sony bilang kinerja pemblokiran suaranya ini empat kali lebih baik dari sebelumnya, dan itu turut dibantu oleh sepasang mikrofon yang bertugas menangkap suara dari luar, sebelum akhirnya diteruskan ke prosesor untuk dieliminasi.

Prosesor ini, dipadukan dengan DAC (digital-to-analog converter) dan amplifier terintegrasi, sanggup mengatasi file audio sampai yang beresolusi 32-bit (kabar baik buat kaum audiophile). Unit driver-nya sendiri berdiameter 40 mm, dan dibantu oleh diaphragm berbahan liquid crystal polymer (LCP), mampu menyuguhkan respon frekuensi 4 – 40.000 Hz.

Sony WH-1000XM3

Sony tak lupa menyematkan sejumlah fitur pintar pada 1000XM3. Yang pertama adalah Adaptive Sound Control, di mana headphone diklaim dapat mendeteksi situasi fisik secara otomatis, lalu menyesuaikan kinerjanya. Contoh, selagi pengguna berjalan kaki, headphone akan mendeteksi dan membiarkan suara dari luar masuk, begitu juga ketika ada suara pengumuman di tempat umum. Namun ketika di dalam bus atau kereta yang bergerak, noise cancelling bakal aktif sepenuhnya.

Yang kedua, Quick Attention Mode memungkinkan pengguna untuk mendengarkan suara di sekitarnya tanpa harus melepas headphone. Cukup tutupi earcup sebelah kanan dengan tangan, maka volume akan turun secara instan. Sebagai informasi, 1000XM3 memang mengandalkan pengoperasian berbasis gesture pada earcup-nya.

Terakhir, fitur Customizable Automatic Power Off memungkinkan pengguna untuk mengaktifkan fungsi noise cancelling tanpa harus memutar lagu maupun menyambungkan headphone ke ponsel. Headphone cukup dikenakan saja, maka suara dari luar akan diblokir, dan pengguna bisa beristirahat dengan tenang tanpa harus ditemani alunan musik.

Sony WH-1000XM3

Semua itu masih kurang? Well, masih ada integrasi NFC untuk memudahkan proses pairing, serta dukungan Google Assistant. Baterainya diyakini mampu bertahan sampai 30 jam pemakaian dengan noise cancelling aktif, dan perangkat juga mendukung fitur fast charging via USB-C (10 menit charging cukup untuk menikmati musik selama 5 jam). Kalaupun charging tak bisa dilakukan, 1000XM3 masih bisa digunakan bersama kabel audio standar.

Jujur saya pribadi sangat tertarik dengan kelengkapan yang ditawarkan Sony WH–1000XM3. Sony akan memasarkannya mulai bulan September seharga $350, cukup kompetitif kalau dibandingkan sang juara di segmen ini, yakni Bose QuietComfort 35 Wireless II.

Sumber: PR Newswire.

Audio-Technica Jalani Debutnya di Ranah True Wireless Earphone dengan Dua Produk Sekaligus

Sennheiser bukan satu-satunya dedengkot audio yang terlambat menjalani debutnya di segmen true wireless earphone. Ajang IFA 2018 juga menjadi saksi atas penawaran perdana dari Audio-Technica di kategori ini. Sang pabrikan asal Jepang pun langsung tancap gas memperkenalkan dua true wireless earphone sekaligus.

Yang pertama adalah ATH-CKR7TW. Sepintas dimensinya kelihatan bongsor, akan tetapi di dalamnya memang bernaung driver berdiameter 11 mm. Audio-Technica juga mengklaim telah mengisolasi komponen-komponen akustik dan elektronik di dalam earphone demi meminimalkan aliran udara yang dapat mempengaruhi kualitas suara yang dihasilkan.

Audio-Technica ATH-CKR7TW

DAC (digital-to-analog converter) dan amplifier tidak lupa disematkan, dan perangkat sudah mengandalkan Bluetooth 5.0 sebagai konektivitasnya, lengkap dengan dukungan beragam codec populer seperti AAC maupun aptX. Dalam satu kali charge, baterainya diyakini dapat bertahan sampai 6 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya dapat menyuplai daya tahan ekstra sampai 9 jam.

Audio-Technica ATH-SPORT7TW / Audio-Technica
Audio-Technica ATH-SPORT7TW / Audio-Technica

True wireless earphone yang kedua adalah ATH-SPORT7TW. Dari namanya sudah kelihatan kalau model ini ditujukan buat penggemar olahraga. Maka dari itu, bentuk unitnya sedikit berbeda karena ada semacam sirip kecil yang dirancang untuk menjaga perangkat tidak mudah terlepas meski pengguna tengah beraktivitas secara intens.

Juga penting untuk kategori sport adalah ketahanan air, dan SPORT7TW telah mengantongi sertifikasi IPX5, sehingga dicuci di wastafel usai beraktivitas pun tidak akan menjadi masalah. Fitur unik lain adalah mode ambient (memungkinkan suara dari luar untuk masuk selagi earphone digunakan) yang dapat diaktifkan dengan menyentuh dan menahan jari di earpiece sebelah kiri.

Audio-Technica ATH-SPORT7TW

Penggunaan driver 5,8 mm mengindikasikan kualitas suaranya yang lebih inferior dibanding CKR7TW. Meski begitu, konektivitas Bluetooth 5.0 dan dukungan codec yang sama masih tersedia. Baterainya hanya bisa bertahan sampai 3,5 jam saja, akan tetapi charging case-nya menyimpan daya ekstra sampai 14 jam.

Baik ATH-CKR7TW maupun ATH-SPORT7TW sama-sama akan dipasarkan mulai musim semi ini dengan harga masing-masing $249 dan $199. Sennheiser dan Audio-Technica sudah, merek kenamaan lain apa lagi yang akan menyusul?

Sumber: Audio-Technica.

Sennheiser Singkap True Wireless Earphone Perdananya, Momentum True Wireless

True wireless earphone bukanlah barang baru lagi di industri perangkat audio, akan tetapi hingga kini masih ada nama besar industri yang belum mengikuti tren ini. Salah satunya adalah Sennheiser. Mereka bukannya tidak tertarik, melainkan cuma terlambat. Di IFA 2018, Sennheiser akhirnya mengungkap secara resmi true wireless earphone perdananya.

Dinamai Momentum True Wireless, desainnya tergolong simpel dan tidak neko-neko. Sebagai bagian dari lini Momentum, kualitas suara sudah pasti menjadi prioritas utama di samping desain, dan di sini Sennheiser telah menyematkan driver tipe dynamic berdiameter 7 mm yang benar-benar baru ke masing-masing earpiece-nya, dengan rentang frekuensi 17 – 21.000 Hz.

Sennheiser Momentum True Wireless

Anda tidak akan menjumpai tombol sama sekali pada bodi perangkat yang diklaim tahan cipratan air (IPX4) ini, sebab pengoperasiannya semua mengandalkan gesture. Contohnya, sentuh satu kali di earpiece kiri untuk play atau pause, sedangkan di earpiece kanan untuk memanggil Google Assistant atau Siri.

Nantinya, pengguna akan dipandu melalui aplikasi pendamping di ponsel guna memahami semua gesture yang didukung Momentum True Wireless. Aplikasi yang sama juga dapat dimanfaatkan untuk mengubah pengaturan perangkat, termasuk halnya mengunduh dan meng-install firmware update jika ada.

Sennheiser Momentum True Wireless

Perangkat mengandalkan konektivitas Bluetooth 5.0, lengkap dengan dukungan codec aptX. Dalam satu kali pengisian, baterainya bisa bertahan sampai empat jam penggunaan. Tentu saja ia datang bersama sebuah charging case, dan case-nya ini tampak amat stylish serta masih cukup ringkas untuk disimpan di dalam kantong.

Case tersebut dapat mengisi ulang Momentum True Wireless sebanyak dua kali, sehingga secara total daya tahan baterainya mencapai 12 jam. Yang patut dibanggakan, charging case-nya dapat diisi ulang dengan kabel USB-C, dan proses pengisiannya pun cepat, cuma 1,5 jam dari kosong hingga penuh.

Sennheiser Momentum True Wireless

Rencananya, Sennheiser Momentum True Wireless akan dipasarkan mulai pertengahan bulan November mendatang. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $300, jauh di atas kebanyakan true wireless earphone kompetitor, tapi toh ini memang Sennheiser yang kita bicarakan.

Sumber: Sennheiser dan The Verge.

Bukan Sembarang Speaker Wireless, Beosound Edge Pantas Diikutkan Pagelaran Seni

Minimalis nan elegan sudah menjadi filosofi desain Bang & Olufsen sejak lama, bahkan di era smart speaker pun ‘iman’ mereka masih tak tergoyahkan. Kendati demikian, saya rasa belum ada speaker lain yang lebih minimalis ketimbang persembahan terbaru B&O yang satu ini.

Namanya Beosound Edge. Wujudnya mirip koin raksasa, dengan dimensi kurang lebih setara ban mobil (diameternya sekitar 50 cm). Sisi kiri dan kanannya dilapis fabric hitam dengan sentuhan matte, sedangkan rangka melingkarnya murni terbuat dari aluminium utuh yang dipoles hingga semengilap cermin.

Ada panel indikator kecil di bagian rangkanya yang akan menyala ketika seseorang mendekat berkat kehadiran proximity sensor. Di panel ini juga pengguna bisa melihat indikator volumenya, namun bersiaplah terkejut mengetahui cara mengatur volume dari speaker ini.

Bang & Olufsen Beosound Edge

Untuk membesar-kecilkan volumenya, pengguna harus menggelindingkan speaker sedikit (mengayunkan) ke depan atau belakang. Tak perlu khawatir speaker-nya terlepas dari pegangan dan menggelinding liar, sebab ada semacam kaki kecil di bawahnya yang akan membantu speaker kembali ke posisi asalnya.

Metode yang sama juga dapat diterapkan ketika speaker digantungkan ke tembok – dorong ke atas atau bawah untuk mengatur volume – sebab di dalamnya telah tertanam accelerometer dan gyroscope yang membantunya ‘menyadari’ posisinya. Meski simpel secara penampilan, rupanya ia masih menyimpan kejutan yang cukup unik.

Bang & Olufsen Beosound Edge

Soal performa, B&O telah membekalinya dengan sebuah woofer 10 inci, sepasang midrange driver 4 inci dan sepasang tweeter 0,75 inci, lengkap beserta enam buah amplifier Class-D. Inovasi lain yang diunggulkannya adalah Active Bass Port, yang akan membuka dan menutup tergantung seberapa tinggi volumenya. Alhasil, keseimbangan antara kejernihan suara dan dentuman bass yang mantap bisa tercapai di level volume apapun.

Bang & Olufsen Beosound Edge

Beosound Edge merupakan speaker wireless. Koneksi langsung via Bluetooth dapat ia atasi, begitu juga via Chromecast ataupun AirPlay 2. Secara keseluruhan, ia bisa diunggulkan perihal performa dan fitur, namun kebetulan saja fisiknya juga pantas diikutkan pada pagelaran seni.

Lalu berapa harganya? Sudah pasti mahal: $3.500 saat mulai dipasarkan di pertengahan bulan November nanti.

Sumber: TechRadar dan The Verge.

Blue Yeti Nano Warisi Keunggulan Mikrofon USB Legendaris dalam Harga yang Lebih Terjangkau

10 tahun yang lalu, merek yang kita ingat saat membicarakan tentang mikrofon mungkin adalah merek seperti Sennheiser atau Shure. Namun di eranya para YouTuber dan podcaster ini, gelar merek mikrofon terpopuler malah jatuh ke Blue. Lewat produk legendaris seperti Yeti, Blue berhasil membangun reputasinya sampai akhirnya diakuisisi oleh Logitech.

Blue Yeti sudah tidak perlu diragukan lagi kualitasnya, bahkan YouTuber kondang sekaligus tajir seperti MKBHD pun juga merekomendasikannya. Namun banderol $130 mungkin terasa kelewat mahal bagi sebagian konsumen. Kalau itu masalahnya, Blue sudah menyiapkan alternatifnya, yakni Yeti Nano.

Yeti dan Yeti Nano / Blue Microphones
Yeti dan Yeti Nano / Blue Microphones

Sesuai namanya, ia merupakan versi lebih mungil dari Yeti. Dimensi yang lebih ringkas membuat tombol mute harus absen darinya, tapi setidaknya kenop volume berukuran besarnya masih ada. Ia pun masih dilengkapi jack headphone sehingga pengguna bisa memonitor rekaman audionya secara real-time.

Kalau Yeti standar mengemas tiga kapsul kondensor 14 mm, Yeti Nano cuma punya dua. Kompromi lain yang Blue terapkan pada Yeti Nano terletak pada mode perekamannya: ia hanya memiliki dua mode saja (Yeti standar punya empat), yaitu Cardioid (satu arah) dan Omnidirectional (segala sudut).

Blue Yeti Nano

Yeti Nano siap merekam audio dalam resolusi maksimum 24-bit/48kHz (Yeti standar cuma 16-bit). Resolusinya ini bisa diatur melalui aplikasi pendampingnya di komputer, Blue Sherpa, termasuk halnya pengaturan lain. Firmware update untuk Yeti Nano nantinya juga akan dikirim melalui software ini.

Blue Yeti Nano saat ini sudah dipasarkan seharga $100. Selisihnya memang tidak begitu banyak, dan ini juga bukan mikrofon USB termurah yang ada di pasaran (juga bukan yang termurah di jajaran produk Blue). Terlepas dari itu, kalau memang harus memiliki Blue Yeti namun tidak punya dana lebih dari $100, inilah pilihan satu-satunya.

Sumber: TechCrunch dan Blue.

Bose Luncurkan Smart Speaker dan Smart Soundbar Berintegrasi Alexa

Harman Kardon bukan satu-satunya dedengkot audio yang mengumumkan smart speaker anyar menjelang IFA 2018. Di kubu lain, ada Bose yang tampil all out. Tidak tanggung-tanggung, mereka memperkenalkan tiga smart speaker sekaligus. Dua di antaranya malah masuk kategori soundbar – Bose sepertinya tidak rela membiarkan Sonos berkuasa di segmen ini.

Bintang utamanya adalah Bose Home Speaker 500, yang diklaim sebagai smart speaker dengan soundstage paling luas yang ada di pasaran saat ini. Di dalam tubuh aluminium silindrisnya bernaung sepasang driver yang diposisikan saling membelakangi. Tujuannya demi menyuguhkan separasi instrumen yang sempurna, dan Bose pun percaya diri konsumen tak memerlukan sampai dua unit speaker untuk bisa menikmati konfigurasi stereo yang sebenarnya macam yang ditawarkan pabrikan lain.

Bose Home Speaker 500

Salah satu sisi speaker ini dihuni oleh sebuah layar berwarna. Layar ini bukanlah touchscreen, melainkan berfungsi untuk menampilkan cover album musik yang tengah diputar. Untuk mengoperasikan speaker ini, terdapat sederet tombol di permukaan atasnya, termasuk sejumlah tombol yang dapat diprogram sesuai kebutuhan, dan tentu saja Anda juga bisa langsung menginstruksikan Alexa secara lisan.

Interaksi pengguna dengan Alexa ini dipastikan selalu mulus berkat penggunaan total delapan mikrofon sekaligus. Mikrofonnya pun bukan sembarangan, melainkan yang mewarisi teknologi yang digunakan pada lini headphone Bose, yang memang juara dalam hal noise cancelling. Selain Wi-Fi, konektivitasnya juga mencakup Bluetooth, dan semua ini rupanya juga tersedia pada kedua soundbar-nya.

Bose Soundbar 700 / Bose
Bose Soundbar 700 / Bose

Soundbar yang pertama, Bose Soundbar 700, memiliki dimensi 98 x 11 x 5,7 cm, dengan bobot sekitar 4,8 kilogram. Ia bongsor, tapi itu justru bisa menjadi indikasi positif akan kualitas suaranya. Estetikanya pun begitu menawan, dengan grille logam yang mengelilingi seluruh sisinya, diikuti sebilah tempered glass pada permukaan atasnya.

Tampang elegan yang sama juga bakal konsumen dapatkan pada soundbar yang kedua, yakni Bose Soundbar 500 yang lebih ringkas di angka 80 x 10 x 4,5 cm, dengan bobot 3,2 kg – plus memiliki sentuhan matte. Hampir semua fitur yang dimiliki kakaknya juga tersedia di sini, terkecuali teknologi Bose PhaseGuides, yang dirancang untuk menyebarkan distribusi suara secara lebih optimal sehingga menumbuhkan kesan soundstage yang lebih luas lagi.

Bose Soundbar 500 / Bose
Bose Soundbar 500 / Bose

Ketiga produk ini bakal Bose pasarkan mulai bulan Oktober mendatang. Home Speaker 500 dihargai $400, sedangkan Soundbar 700 dan Soundbar 500 masing-masing dihargai $800 dan $550. Catatan penting yang terakhir: Bose bilang bahwa ke depannya mereka juga bakal menyematkan integrasi voice assistant lain di samping Alexa – sekali lagi, langkahnya mirip seperti yang diambil Sonos.

Sumber: VentureBeat dan Bose.

Harman Kardon Citation 500 Janjikan Kualitas Suara Premium dan Integrasi Google Assistant

Dari sekian banyak pabrikan yang bermain di segmen smart speaker, Harman Kardon adalah salah satu yang paling produktif. Sejauh ini mereka sudah punya dua smart speaker untuk dua platform yang berbeda, yakni Invoke untuk Cortana dan Allure untuk Alexa. Mana yang mengemas integrasi Google Assistant? Well, itulah alasan artikel ini eksis.

Menjelang ajang IFA 2018, Harman Kardon memperkenalkan smart speaker anyar bernama Citation 500. Seperti yang saya bilang, yang menjadi ‘nyawanya’ adalah Google Assistant, dan kebetulan desainnya cukup mirip seperti Google Home Max – bahkan pilihan warnanya pun juga ada dua, yakni abu-abu atau hitam.

Sekeliling sasisnya dibalut oleh bahan wol yang terkesan premium, sedangkan permukaan atasnya yang minimalis hanya dihuni oleh panel sentuh LCD yang berwarna. Berhubung ada integrasi Google Assistant, pengguna tentu bisa mengoperasikannya dengan perintah suara di samping memakai panel sentuh tersebut.

Harman Kardon Citation 500

Mengontrol perangkat smart home yang kompatibel juga dapat dilakukan bersama speaker ini. Pada dasarnya apa yang dapat Google Assistant lakukan di smart speaker lain, juga dapat dilakukan di sini. Namun tentu saja sebagai Harman Kardon, kualitas suara selalu mendapat perhatian khusus, dan di sini Citation 500 mengandalkan speaker stereo berdaya 200 watt, dengan dukungan resolusi maksimum 24-bit/96kHz.

Ini juga yang menjadi alasan Harman Kardon Citation 500 dibanderol di atas rata-rata: $600. Harga tersebut menjadikannya salah satu smart speaker Google Assistant yang paling mahal – saya bilang salah satu karena masih ada Beosound 1 dan Beosound 2 dari Bang & Olufsen yang harganya berada di kisaran $2.000.

Sumber: The Verge.

Bang & Olufsen Sulap Dua Speaker Mahalnya Jadi Smart Speaker

Popularitas smart speaker berhasil mengubah perspektif konsumen terhadap sebuah pengeras suara. Kalau dulu yang menjadi prioritas utama adalah kualitas suara, sekarang speaker dituntut untuk mengusung integrasi voice assistant, dan secara tak sadar konsumen pun telah menomorduakan performa sehingga muncul anggapan baru bahwa kualitas audio smart speaker biasa-biasa saja.

Produk-produk seperti Apple HomePod atau Google Home Max sebenarnya bisa mematahkan anggapan tersebut, sebab mayoritas reviewer setuju kalau suaranya bagus. Masalahnya, kedua smart speaker itu tidak dibuat oleh pabrikan yang benar-benar berpengalaman di industri audio, jadi wajar apabila masih banyak yang meragukannya.

Lain halnya dengan Bang & Olufsen. Nyaris semua orang tahu kalau perusahaan asal Denmark ini merupakan salah satu pemain lama di dunia, dan produk keluarannya hampir selalu memuaskan untuk urusan kualitas suara. B&O tidak mau reputasi mentereng itu pudar hanya karena mereka ikut meramaikan pasar smart speaker. Maka dari itu, mereka telah menyiapkan produk yang istimewa.

Beosound 1 / Bang & Olufsen
Beosound 1 / Bang & Olufsen

B&O memperkenalkan dua smart speaker sekaligus, yakni Beosound 1 dan Beosound 2. Kalau namanya terdengar familier, itu karena keduanya sudah dipasarkan sejak tahun 2016. Yang dirilis baru-baru ini pada dasarnya cuma upgrade minor terhadap Beosound 1 dan Beosound 2, dengan satu penambahan fitur baru untuk menyulapnya menjadi speaker yang cocok di era voice assistant.

Apalagi kalau bukan integrasi Google Assistant. Fitur ini memungkinkan Beosound 1 dan Beosound 2 untuk dikendalikan via perintah suara, plus menjawab pertanyaan dari penggunanya. Namun berhubung hardware-nya sama persis seperti yang diluncurkan di tahun 2016, kualitas suaranya pun dijamin di atas rata-rata smart speaker yang ada di pasaran.

Beosound 2 / Bang & Olufsen
Beosound 2 / Bang & Olufsen

Di samping itu, masih ada pembaruan lain dalam wujud deretan tombol di ujung atas speaker, di mana sebelumnya bagian tersebut kosong. Konektivitasnya pun cukup oke, mencakup dukungan Chromecast, Spotify Connect, maupun AirPlay 2 yang dirilis belum lama ini.

Soal perbedaan di antara keduanya, Beosound 1 dibekali baterai rechargeable agar sedikit lebih portable, sedangkan Beosound 2 yang lebih besar dan bertenaga cuma bisa dicolokkan ke listrik. Upgrade versi pintarnya kini sudah dipasarkan masing-masing seharga $1.750 dan $2.250.

Sumber: Digital Trends.