Berkat Mindflix, Anda Dapat Menavigasikan Netflix dengan Pikiran

Ada-ada saja yang dipikirkan empat engineer Netflix ini di waktu luangnya. Mereka baru-baru ini mendemonstrasikan prototipe sebuah gadget unik bernama Mindflix yang memungkinkan pengguna untuk menavigasikan Netflix dengan kepalanya saja – baik dengan memanfaatkan gesture maupun dengan memikirkan kata tertentu.

Jadi untuk scrolling, pengguna tinggal menganggukkan atau menggelengkan kepalanya saja. Lalu ketika hendak memutar suatu film, ia hanya perlu memikirkan kata “play” dan film pun otomatis akan dimainkan. Mindflix bukan sihir maupun lelucon internal, melainkan hasil upaya mereka memodifikasi sebuah perangkat bernama Muse.

Muse pada dasarnya merupakan sebuah headband dengan kemampuan mendeteksi dan membaca gelombang otak. Perangkat ini sebenarnya ditujukan untuk keperluan meditasi, akan tetapi engineerengineer cerdas dari Netflix ini rupanya telah menguliknya menjadi sebuah gadget yang ideal buat para pemalas.

Pemalas? Ya, mereka yang terlalu malas untuk beranjak dan mengambil remote control dari atas meja. Mereka yang tergolong pelupa kelas akut juga bisa menjadi target dari Mindflix, dimana mereka tak perlu lagi mengingat-ingat di mana terakhir mereka menempatkan remote control.

Mindflix sendiri merupakan salah satu proyek yang dipamerkan dalam event rutin Hack Day yang dihelat secara internal di markas besar Netflix. Dalam acara ini, karyawan Netflix diberi waktu 24 jam untuk bereksperimen dan menciptakan proyek unik yang sekiranya dapat meningkatkan pengalaman konsumen bersama Netflix.

Mindflix mungkin masih jauh dari kata final, dan sejauh ini tidak ada yang tahu apakah Netflix berniat untuk merealisasikannya dan merilisnya ke publik. Namun satu hal yang perlu dicatat, aplikasi VR Netflix yang ada sekarang berasal dari proyek Hack Day tahun 2014, yang berarti Mindflix pun juga punya peluang yang sama.

Sumber: Variety.

Usai Akuisisi Pebble dan Vector, Fitbit Akan Rilis Smartwatch Baru Berdesain Stylish

Di saat pasar smartwatch dan wearable device secara menyeluruh agak meredup, Fitbit malah berada cukup di atas angin. Dalam kurun waktu Desember – Januari saja, mereka telah mengakuisisi dua perusahaan sekaligus, yakni Pebble dan Vector Watch yang didirikan oleh mantan CEO Timex.

Dua akuisisi tersebut rupanya malah menginspirasi Fitbit untuk mengerahkan upaya maksimalnya guna menciptakan sebuah smartwatch unggulan. Seperti yang kita tahu, selama bertahun-tahun Fitbit telah mendominasi pasar fitness tracker, namun mereka tampaknya sudah siap untuk mencicipi pangsa pasar smartwatch global yang diperkirakan memiliki nilai di atas 10 miliar dolar.

Sejauh ini tidak ada banyak detail mengenai seperti apa sekaligus kapan pastinya smartwatch baru besutan Fitbit ini bakal dirilis, akan tetapi CEO Fitbit, James Park, sempat memberikan sedikit petunjuk melalui sebuah siaran pers. Di situ dijelaskan bahwa Fitbit berniat mengembangkan smartwatch yang berdesain stylish, dengan fokus pada aspek kesehatan dan fitness tracking.

Selain itu, smartwatch anyar Fitbit ini juga sangat mungkin mengemas fitur pembayaran elektroniknya sendiri, mengingat Fitbit juga pernah mengakuisisi perusahaan fintech bernama Coin Inc. di pertengahan tahun kemarin. Lebih lanjut, akuisisi atas Vector Watch sendiri diharapkan bisa membantu Fitbit menciptakan desain smartwatch yang jauh lebih anggun dari penawarannya sekarang.

Bagaimana dengan akuisisi atas Pebble, seperti apa kira-kira pengaruhnya terhadap smartwatch baru Fitbit ini nantinya? Well, satu hal yang bisa dipastikan kalau merujuk pada penuturan James Park sendiri adalah sebuah app store khusus untuk smartwatch, yang rencananya akan diluncurkan tahun ini juga.

Kalau mempertimbangkan ini semua, sepertinya deretan smartwatch Android Wear 2.0 bakal menjumpai penantang tangguh dari nama yang selalu diasosiasikan dengan tren perangkat wearable.

Sumber: Wareable.

HTC Tidak Berniat Merilis Smartwatch

Dari sederet produsen smartphone kelas flagship, cuma HTC yang belum pernah merilis smartwatch. Kedekatannya dengan Under Armour memunculkan spekulasi bahwa HTC akan meluncurkan smartwatch hasil kerja sama dengan brand fitness tersebut. Well, sepertinya semua ini tidak akan terjadi.

Meski belakangan beredar sejumlah foto bocoran yang dengan jelas menampilkan sebuah smartwatch Android Wear dengan logo HTC dan UA di belakangnya, HTC sendiri telah mengonfirmasi bahwa mereka tidak akan merilis smartwatch, setidaknya dalam waktu dekat ini.

Berbicara kepada Tbreak, Chialin Chang yang menjabat sebagai President of Smartphones and Connected Device di HTC mengungkapkan bahwa mereka belum berhasil merancang produk yang tepat untuk segmen smartwatch. Beliau pun berargumen bahwa pasar smartwatch pada dasarnya tidak sebesar smartphone, bahkan Apple yang bisa digolongkan memimpin pun mengalami penurunan dalam hal penjualan smartwatch.

Kemungkinan besar foto bocoran yang beredar tersebut adalah prototipe smartwatch yang sudah batal dilanjutkan sejak lama. HTC pada akhirnya lebih memilih untuk tetap berfokus pada segmen smartphone lewat U Ultra dan U Play.

Bicara soal smartphone, Chialin Chang sempat menyebutkan bahwa Google Assistant nantinya juga akan tersedia di handset buatannya. Google pada dasarnya ingin supaya asisten virtual-nya tersebut bisa menyebar, dan mereka bisa terus menyempurnakannya dengan data-data yang dikumpulkan dari penggunaan konsumen.

Sumber: Pocketnow dan Tbreak.

Garmin Luncurkan Trio Jam Tangan Multisport Baru: Fenix 5, Fenix 5S dan Fenix 5X

Segmen wearable kembali dibuat ramai oleh event CES 2017 pekan lalu, dimana sejumlah pabrikan mengungkap smartwatchsmartwatch terbarunya, termasuk yang menjalankan sistem operasi Android Wear 2.0. Lain halnya dengan Garmin, mereka mengumumkan lini jam tangan multisport baru bernama Fenix 5.

Bagi yang mengikuti, Fenix 5 adalah suksesor dari Fenix 3 yang dirilis dua tahun silam, juga di ajang CES. Belajar dari pengalaman, Fenix 5 kini terdiri dari trio jam tangan GPS yang berbeda ukuran – Fenix 5, Fenix 5S dan Fenix 5X – sekaligus mengusung fitur spesifik yang diincar oleh kalangan konsumen tertentu.

Ketiganya mempunyai desain yang tampak gagah, dengan bodi terbuat dari bahan stainless steel dan ketahanan air hingga kedalaman 100 meter. Seperti yang telah disebutkan, dimensi masing-masing model Fenix 5 ini berbeda: Fenix 5 berdiameter 47 mm, Fenix 5S yang ditujukan untuk kalangan perempuan berdiameter 42 mm, sedangkan Fenix 5X yang berfitur paling lengkap sebesar 51 mm.

Ketiga model Fenix 5 ini memiliki strap yang dapat dilepas-pasang dengan mudah, sehingga konsumen bebas memilih antara strap berbahan kulit atau logam. Tracking berbagai macam aktivitas dan jenis olahraga dapat mereka lakukan, termasuk memonitor laju jantung. Khusus untuk Fenix 5X, model tersebut malah menawarkan sistem navigasi yang komprehensif.

Garmin Fenix 5X dilengkapi sistem pemetaan yang lengkap, termasuk yang dikhususkan untuk para pesepeda / Garmin
Garmin Fenix 5X dilengkapi sistem pemetaan yang lengkap, termasuk yang dikhususkan untuk para pesepeda / Garmin

Fitur ala smartwatch pun tetap dipertahankan, utamanya untuk meneruskan notifikasi, tapi tersedia juga dukungan sistem Connect IQ dimana pengguna dapat menambahkan widget ekstra maupun mengganti watch face sesuai kebutuhan.

Untuk trio Fenix 5 ini, Garmin juga akan menawarkan varian yang dilengkapi kaca safir pada bagian wajahnya. Varian ini turut mengemas konektivitas Wi-Fi sehingga sinkronisasi data dapat dilakukan secara lebih mudah.

Daya tahan baterai yang dijanjikan terbilang fenomenal, meski masing-masing model menawarkan angka yang berbeda. Fenix 5 adalah yang paling berstamina, sanggup beroperasi selama 14 hari dalam mode smartwatch, atau 24 jam dalam mode GPS. Ukuran paling kecil menjadikan Fenix 5S yang paling loyo, cuma 8 hari atau 13 jam dalam mode GPS. Terakhir, Fenix 5X mampu bertahan selama 12 hari, atau 20 jam dalam mode GPS.

Lini Garmin Fenix 5 rencananya akan dipasarkan mulai kuartal pertama tahun ini juga. Fenix 5 dan Fenix 5S dibanderol $600; sedangkan Fenix 5 Sapphire, Fenix 5S Sapphire dan Fenix 5X sedikit lebih mahal di angka $700.

Sumber: Wareable dan Garmin.

Benar-Benar Wireless, Pompa ASI Pintar Ini Dapat Digunakan Selagi Bekerja

Bersyukurlah kalau Anda merupakan seorang ibu yang bisa menyusui buah hatinya dengan lancar, terutama di saat banyak ibunda lain yang harus mengandalkan susu formula atau ASIP (ASI perah) hasil donasi. Para suami juga patut berterima kasih mengingat ASI bisa didapat dalam harga yang sangat terjangkau, alias gratis.

Namun yang mungkin tidak disadari oleh para suami adalah perjuangan sang istri selama masih menyusui anaknya. Mereka harus rajin memerah ASI-nya agar produksi dapat terus berjalan lancar. Bagi yang bekerja, mereka harus meluangkan sejumlah waktu sekaligus ‘mengucilkan’ dirinya di suatu ruangan agar dapat memerah dengan nyaman.

Saya bisa tahu semua ini karena istri saya sendiri sedang mengalaminya. Sekali memerah memakan waktu sekitar 20 – 30 menit, dan selama itu juga istri saya tidak bisa melakukan apa-apa karena kedua tangannya harus memegangi alat pompa ASI-nya – lebih menyulitkan lagi ketika pompa yang dipakai adalah pompa manual.

Di pasaran memang ada alat bantu seperti bra khusus yang biasa dikenal dengan istilah hands-free pumping bra, yang dapat menjepit pompa ASI sehingga kedua tangan sang ibu bisa bebas melakukan kegiatan lainnya. Akan tetapi skenario ini masih tetap harus dijalani secara privat karena, maaf saja, bra-nya tetap terekspos.

Bagian dalam Willow Pump dapat dilepas dan dicuci dengan mudah / Willow Pump
Bagian dalam Willow Pump dapat dilepas dan dicuci dengan mudah / Willow Pump

Lain ceritanya dengan Willow Pump. Pompa ASI yang dipamerkan di event CES 2017 minggu kemarin ini memiliki desain yang amat cerdas. Perangkat terbagi menjadi dua unit terpisah, dapat diselipkan ke dalam bra dengan mudah tanpa harus mengekspos apa-apa. Tidak ada botol yang menggantung, tidak ada kabel maupun selang yang menjuntai, dan yang paling penting, kedua tangan sang ibu bisa terbebaskan.

Cara kerjanya sangat sederhana, dimana hanya terdapat satu tombol untuk memulai dan menghentikan proses pumping, kemudian sepasang tombol untuk menyesuaikan intensitas sedotannya. Hasil perahan otomatis disalurkan ke sebuah kantong plastik khusus berkapasitas sekitar 120 ml.

Paket penjualan lengkap Willow Pump / Willow Pump
Paket penjualan lengkap Willow Pump / Willow Pump

Selesai memerah, sang ibu tinggal melepas kantong plastik tersebut dan menyimpannya di dalam freezer atau cooler bag. Menariknya, Willow juga dapat memonitor volume ASIP yang dihasilkan secara otomatis, lalu mengirim informasi tersebut ke aplikasi iOS atau Android.

Willow Pump rencananya akan dipasarkan mulai musim semi mendatang seharga $430 – tidak terlampau mahal kalau melihat harga pompa ASI otomatis lain yang ada di pasaran, terutama yang berasal dari merek-merek ternama. Satu-satunya kekurangan pompa ASI wearable ini adalah harga kantong plastiknya yang cukup mahal, sekitar $0,50 per kantong.

Sumber: Engadget dan Mashable.

Suunto Ungkap Jam Tangan Sport Pertamanya yang Mengemas Sensor Laju Jantung Terintegrasi

Pabrikan jam tangan sport asal Finlandia, Suunto, kembali memperkenalkan model terbaru untuk lini Spartan mereka. Didapuk Spartan Sport Wrist HR, jam tangan ini istimewa karena ia merupakan jam tangan pertama Suunto yang mengusung sensor laju jantung terintegrasi.

Secara fisik, desainnya tidak jauh berbeda dari model Spartan lainnya, tetap elegan sekaligus tahan banting, mengikuti tradisi yang dipertahankan Suunto selama ini. Fitur tracking-nya juga masih sangat lengkap, sanggup memonitor sekitar 80 tipe aktivitas yang berbeda.

Kehadiran sensor laju jantung merupakan pembaruan yang sangat signifikan, apalagi mengingat konsumen Suunto selama ini harus mengandalkan chest strap terpisah untuk memonitor kesehatan jantungnya. Di sini Suunto mengandalkan sensor optik yang sangat akurat garapan Valencell, sebuah perusahaan asal AS yang memang ahli di bidang sensor biometrik.

Penggemar smartwatch sejatinya juga bisa dibuat tertarik oleh Spartan Wrist HR, mengingat ia juga mengemas layar sentuh berwarna, panduan navigasi berbasis GPS maupun integrasi smartphone seperti biasanya.

Suunto Spartan Sport Wrist HR rencananya akan mulai dipasarkan pada musim semi mendatang seharga $649. Pilihan warna yang tersedia ada tiga: hitam, biru dan sakura.

Sumber: Suunto dan Digital Trends.

Tak Cuma Jualan Sepatu, New Balance Kini Punya Smartwatch Android Wear Sendiri

Pabrikan sepatu olahraga ternama New Balance akhirnya resmi menjejakkan kakinya ke ranah perangkat wearable. Di ajang CES 2017 pekan lalu, mereka memperkenalkan smartwatch perdananya yang bernama New Balance RunIQ.

RunIQ adalah salah satu dari smartwatch generasi terbaru yang menjalankan sistem operasi Android Wear 2.0, sama seperti Casio WSD-F20 yang juga diumumkan di CES 2017. Fisiknya pun tak jauh berbeda dari smartwatch Android Wear lain, mengandalkan layar AMOLED membulat 1,39 inci yang dikemas dalam bodi tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Kinerjanya ditopang oleh chipset buatan Intel, sedangkan sensor-sensor yang diusung mencakup GPS dan heart-rate monitor guna memastikan tracking yang komprehensif. RunIQ juga dibekali memory internal sebesar 4 GB serta dapat di-pair langsung dengan headphone atau earphone Bluetooth.

New Balance RunIQ saat disandingkan dengan earphone PaceIQ buatan Jabra / New Balance
New Balance RunIQ saat disandingkan dengan earphone PaceIQ buatan Jabra / New Balance

Fitur lain yang unik dari RunIQ adalah integrasi dengan aplikasi fitness Strava. Tidak kalah menarik adalah kolaborasi New Balance dan Jabra, dimana Jabra akan merilis sports earphone bernama PaceIQ yang dioptimalkan untuk RunIQ dan mengemas sebuah tombol khusus untuk mengaktifkan fitur audio coaching secara real-time.

Perihal baterai, RunIQ sanggup beroperasi selama 24 jam nonstop sebelum ia perlu di-charge kembali, atau 5 jam ketika GPS dan fitur heart-rate monitoring aktif. New Balance saat ini telah menerima pre-order RunIQ seharga $300, dan pemasarannya akan dimulai secara resmi pada 1 Februari mendatang.

Sumber: Wareable dan New Balance.

Dibanderol $199, Misfit Vapor Andalkan Desain Elegan dan Pengoperasian yang Intuitif

Oktober lalu, Misfit resmi mengungkap smartwatch perdananya, Phase. Namun dengan segala keterbatasannya sebagai sebuah hybrid smartwatch, Misfit Phase tidak bisa bersaing dengan produk sekelas Apple Watch atau Samsung Gear S3.

Untuk itu, Misfit rupanya telah menyiapkan produk lain bernama Vapor. Vapor merupakan smartwatch pertama Misfit yang mengemas layar sentuh berwarna. Layaknya mayoritas smartwatch di pasaran, ia mengemas layar AMOLED 1,39 inci dengan kerapatan pixel 326 ppi dan wujud membulat yang terlihat elegan.

Secara keseluruhan desain Misfit Vapor tampak cukup anggun, utamanya berkat bodi stainless steel berdiameter 44 mm, dengan dua pilihan warna yang sama seperti Phase, yakni hitam dan rose gold. Vapor juga tahan air hingga kedalaman 50 meter, siap diajak berenang kapan saja pengguna mau.

Namun yang lebih menarik lagi adalah bezel di sekitar layar yang juga dibekali panel sentuh sehingga pengguna dapat menavigasikan perangkat tanpa menutupi layar dengan jarinya, konsep yang mirip seperti yang ditawarkan Gear S3.

Dapur pacu Vapor dihuni oleh chipset Snapdragon Wear 2100 yang secara spesifik Qualcomm rancang untuk perangkat wearable. Konektivitasnya mencakup Bluetooth dan Wi-Fi, sedangkan memory internalnya yang berkapasitas 4 GB dapat dimanfaatkan untuk menyimpan musik secara terpisah dari ponsel.

Komponen lain yang diusung Vapor meliputi accelerometer, altimeter, gyroscope, GPS, sensor laju jantung dan sebuah mikrofon. Fitness maupun sleep tracking dapat ia lakukan secara komprehensif dan otomatis, melanjutkan tradisi yang sudah dibangun Misfit selama ini.

Satu-satunya kekurangan Vapor jika dibandingkan produk Misfit yang lain adalah daya tahan baterainya yang hanya 2 hari saja. Misfit belum menentukan tanggal rilis yang pasti untuk Vapor, namun banderol harganya dipatok di angka $199.

Sumber: Android Police dan Misfit.

Casio WSD-F20 Adalah Smartwatch Pertama yang Mengusung Android Wear 2.0

Tahun kemarin, kita sudah melihat smartwatch Android Wear pertama buatan Casio yang diperkenalkan pada ajang CES 2016. Setahun berselang, Casio kembali mengambil panggung CES untuk mengungkap suksesornya, WSD-F20. Bukan sembarang smartwatch, Casio WSD-F20 merupakan salah satu smartwatch pertama yang mengusung sistem operasi Android Wear 2.0.

Secara fisik, WSD-F20 merupakan penyempurnaan dari pendahulunya. Penampilannya kini tampak lebih gagah dan menyerupai lini G-Shock yang legendaris. Wajahnya kini dilengkapi bezel protektif, dan tombol-tombol di sisi kanannya kini juga lebih terlindung dengan baik. Ini penting mengingat jam tangan pintar ini ditujukan untuk menjadi pendamping aktivitas outdoor.

Tentu saja, yang perlu mendapat porsi sorotan lebih banyak adalah software-nya. Tidak hanya mengandalkan Android Wear 2.0, Casio juga telah mengintegrasikan sejumlah fitur yang menjadi unggulan lini Casio Pro-Trek, utamanya dengan aplikasi-aplikasi untuk membantu kegiatan memancing, bersepeda sekaligus hiking.

Casio WSD-F20 merupakan salah satu smartwatch pertama yang mengemas OS Android Wear 2.0 / Casio
Casio WSD-F20 merupakan salah satu smartwatch pertama yang mengemas OS Android Wear 2.0 / Casio

WSD-F20 juga mengusung fitur bertajuk Location Memory, yang berfungsi untuk menandai lokasi ketika pengguna sedang mengeksplorasi alam luar, sekaligus membacakan posisi mereka dengan satu tombol aktivasi. Fitur lain bernama Moment Setter berguna untuk memunculkan notifikasi di saat-saat yang telah ditetapkan, seperti misalnya ketika matahari terbenam atau sudah hampir mencapai puncak suatu gunung.

Casio belum menyebutkan kapan smartwatch ini bakal tersedia di pasaran dan berapa harganya. Kabar baiknya, pengguna WSD-F10 tidak akan dilupakan begitu saja, mereka akan menerima update Android Wear 2.0 mulai musim semi mendatang.

Sumber: Engadget.

Polar Luncurkan Kaus Pintar yang Dapat Memonitor Laju Jantung

Memasuki tahun 2017, Polar semakin menguatkan posisinya sebagai pionir portable heart-rate monitor. Di hadapan pengunjung CES, mereka memperkenalkan Polar Team Pro Shirt, sebuah kaus dengan kemampuan fitness tracking yang komprehensif.

Wujud fisik kaus tanpa lengan ini sangat menarik. Pasalnya, ia hampir tidak ada bedanya dengan kaus biasa, padahal di dalamnya telah tertanam sensor laju jantung dua titik yang terjamin akurasinya karena diadaptasikan dari chest strap buatan Polar sendiri.

Entah bagaimana caranya, Polar berhasil menanamkan sensor tersebut langsung dalam kain. Alhasil, Polar Team Pro Shirt jelas lebih nyaman dikenakan oleh para atlet profesional saat sedang berlatih ketimbang harus mengikatkan chest strap di dadanya.

Kerah belakang Polar Team Pro Shirt bisa diselipi sensor tambahan untuk memonitor gerakan / Polar
Kerah belakang Polar Team Pro Shirt bisa diselipi sensor tambahan untuk memonitor gerakan / Polar

Selain memonitor laju jantung, kaus ini juga dapat memonitor data lain seperti kecepatan, jarak tempuh dan akselerasi dengan bantuan unit sensor kecil yang dapat diselipkan ke kerah belakang. Semua data yang dikumpulkan kemudian dapat dievaluasi melalui aplikasi pendamping Polar, menjadikannya ideal dalam rutinitas tim olahraga beserta pelatihnya.

Polar sendiri sebenarnya bukan yang pertama menerapkan konsep pakaian pintar semacam ini. Sebelumnya, Ralph Lauren sudah lebih dulu memasarkan kaus PoloTech. Kendati demikian, Polar Team Pro Shirt secara teknis lebih pantas dikategorikan sebagai kaus pintar karena sensornya tersematkan di dalam kain.

Polar rencananya akan memasarkan Team Pro Shirt mulai bulan Maret mendatang. Harganya belum ditentukan, dan ukuran yang tersedia hanya S sampai XL, namun Polar berjanji akan menyediakan ukuran yang lebih bervariasi mulai bulan Mei.

Sumber: VentureBeat dan Polar.