Zungle Ialah Kacamata Hitam Sekaligus Headset Bluetooth

Berawal dari kebutuhan akan alat bantu pendengaran, teknologi bone conduction perlahan menapakkan jejaknya ke ranah consumer electronic berkat cara kerjanya yang praktis nan efektif. Buat yang merasa asing, teknologi ini pada dasarnya mampu menghantarkan gelombang suara dalam wujud getaran yang merambat dari tengkorak menuju ke gendang telinga.

Kelebihannya tentu saja adalah Anda tak perlu memasangkan apa-apa pada telinga Anda. Itulah mengapa pabrikan merasa tertantang untuk menciptakan perangkat audio yang bukan berupa headphone atau earphone, namun bisa berwujud macam-macam berkat penerapan bone conduction, seperti salah satunya kacamata hitam bernama Zungle ini.

Zungle kompatibel dengan lensa Oakley Frogskin / Zungle
Zungle kompatibel dengan lensa Oakley Frogskin / Zungle

Zungle kelihatan seperti kacamata hitam buatan Oakley, dan pada kenyataannya memang lensanya bisa dilepas-pasang dan diganti dengan kepunyaan Oakley. Pun begitu, ia sebenarnya juga merupakan headset Bluetooth yang bisa digunakan untuk mendengarkan musik atau menerima panggilan telepon.

Lalu mana bagian earpiece yang menancap di telinga? Tidak ada, karena ia sudah mengadopsi teknologi bone conduction yang disematkan ke bagian ujung frame. Dengan demikian, pengguna pun bisa mendengarkan musik sekaligus suara apa saja yang berada di sekitarnya, mengingat kedua telinganya sama sekali tidak tertutupi apa-apa.

Port micro USB untuk charging tersembunyi dalam engsel frame Zungle / Zungle
Port micro USB untuk charging tersembunyi dalam engsel frame Zungle / Zungle

Di frame sebelah kanan Zungle, terdapat tuas kecil untuk mengontrol jalannya musik maupun menerima panggilan telepon. Bobot totalnya hanya berkisar 45 gram, padahal ia mengemas baterai yang bisa bertahan selama 4 jam pemakaian dalam satu kali charge.

Proses charging-nya sendiri hanya memakan waktu kurang dari 1 jam. Menariknya, pengembang Zungle berhasil ‘menyembunyikan’ port micro USB pada bagian engsel frame, membuatnya sama sekali tak terlihat seperti perangkat elektronik.

Untuk sekarang Zungle masih menjalani kampanye crowdfunding di Kickstarter dan ditawarkan seharga $109 – harga retail-nya berkisar $150. Ia kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS, serta hadir dalam lima pilihan warna frame yang berbeda.

Suunto Perkenalkan Jam Tangan Sport Terbarunya, Spartan Ultra

Sukses dengan seri Ambit, pabrikan jam tangan sport Suunto kini memperkenalkan model baru yang lebih canggih, lebih komplet, namun di saat yang sama masih terasa premium dan tahan banting. Namanya Suunto Spartan Ultra, dan pabrikan asal Finlandia tersebut sepertinya tidak main-main ketika menambatkan embel-embel “Ultra” pada produknya.

Suunto sendiri lebih sreg menyebut Spartan Ultra sebagai jam tangan multisport ketimbang sekadar sport. Pasalnya, ia datang dengan sederet mode yang dikhususkan untuk berbagai jenis olahraga, mulai dari triathlon sampai snowboarding sekalipun. Pengguna bahkan juga bisa mengaktifkan mode yang spesifik ketika mereka hanya sekadar berlatih atau berpartisipasi dalam lomba.

Berbekal accelerometer, GPS dan sensor laju jantung, Spartan Ultra juga bisa digunakan sebagai activity tracker standar untuk memonitor jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar dan waktu yang dihabiskan selama pengguna aktif. Di sisi lain, ia pun juga mengusung fitur notifikasi ala smartwatch pada umumnya.

Suunto Spartan Ultra hadir dalam empat varian / Suunto
Suunto Spartan Ultra hadir dalam empat varian / Suunto

Fisik yang kokoh nan premium adalah nilai jual lain dari Spartan Ultra. Casing-nya terbuat dari perpaduan bahan polyamide dan serat kaca, sedangkan bezel-nya terbentuk dari titanium atau stainless steel – tergantung varian. Tepat di tengah, kaca kristal safir melindungi layar sentuh berwarnanya yang diklaim tetap terlihat terang di bawah terik matahari.

Pengguna juga tidak perlu sungkan mengajaknya berbasah-basahan, mengingat Spartan Ultra tetap bisa beroperasi sampai kedalaman 100 meter. Soal baterai, Suunto hanya bilang daya tahannya “kompetitif”, sehingga saya cuma bisa berasumsi kalau yang dimaksud adalah “beberapa hari”.

Kalau frekuensi berolahraga Anda termasuk kelas berat dan mencakup banyak jenis, Suunto Spartan Ultra bisa Anda pinang mulai bulan Agustus mendatang dengan kisaran harga $699 sampai $799, plus ekstra $50 untuk varian dengan heart-rate monitor.

Sumber: TechRadar dan Suunto.

LifeBeam Vi Padukan Fitness Tracker dan Earphone Nirkabel, Plus Sentuhan AI

Kombinasi earphone dan fitness tracker sedang menjadi tren belakangan ini. Hal ini didasari oleh kebiasaan mayoritas pengguna yang gemar sekali berolahraga sambil mendengarkan musik. Maka dari itu, kategori baru yang kerap disebut hearable ini pun tidak terbendung.

Satu hearable baru yang sangat menarik datang dari platform crowdfunding Kickstarter. Namanya LifeBeam Vi, dan ia sangat istimewa karena ditenagai oleh kecerdasan buatan (AI) yang bisa beradaptasi dan memahami fisiologi penggunanya.

Bentuknya sendiri mirip seperti earphone nirkabel pada umumnya, akan tetapi di dalamnya bernaung sederet sensor canggih. Vi bisa mengukur laju jantung, variabilitasnya, pergerakan, elevasi dan lain sebagainya. Data-data ini kemudian akan diterjemahkan menjadi masukan lisan buat pengguna.

LifeBeam Vi dipersenjatai oleh sederet sensor, mulai dari sensor laju jantung, barometer, dan lain sebagainya / LifeBeam
LifeBeam Vi dipersenjatai oleh sederet sensor, mulai dari sensor laju jantung, barometer, dan lain sebagainya / LifeBeam

Jadi ketika pengguna sedang berlari dan Vi mendeteksi ia kurang begitu bersemangat – dilihat dari laju jantungnya – maka Vi akan menyuruhnya untuk berlari sedikit lebih cepat lagi. Ini hanyalah satu contoh, mengingat Vi juga bisa memberikan masukan-masukan lain seperti cara menurunkan berat badan secara optimal, menekan kadar stres dan masih banyak lagi.

Lalu bagaimana dengan kinerjanya sebagai earphone nirkabel biasa? Well, untuk itu LifeBeam telah bekerja sama dengan Harman/Kardon demi menyajikan kualitas suara yang istimewa bagi penggunanya.

Saat ini Vi bisa dipesan melalui Kickstarter seharga $179 selama masa early bird. Harga retail-nya diperkirakan akan naik menjadi $249.

Sumber: Wareable.

Chipset Baru Qualcomm Dikhususkan untuk Fitness Tracker dan Smartwatch Anak-Anak

Bulan Februari lalu, Qualcomm memperkenalkan lini chipset baru yaitu Snapdragon Wear. Produk tersebut menjadi bukti komitmen Qualcomm terhadap pasar perangkat wearable, dan sekarang bukti tersebut terus dipertegas melalui model Snapdragon Wear 1100.

Diumumkan di ajang Computex 2016 pekan kemarin, Wear 1100 punya fokus yang lebih spesifik ketimbang Wear 2100. Ia didesain untuk menjadi otak dari perangkat-perangkat seperti fitness tracker, smart headset maupun smartwatch untuk anak-anak.

Kelebihan utamanya ada pada integrasi teknologi pelacak lokasi Qualcomm iZat yang tidak cuma menawarkan akurasi tingkat tinggi, tetapi juga efisiensi daya yang optimal. Faktor efisiensi ini penting mengingat perangkat-perangkat wearable biasanya cuma mengemas unit baterai dengan kapasitas yang amat kecil.

Teknologi iZat tersebut juga mendukung fitur geofencing yang amat krusial guna memonitor anak-anak. Pada dasarnya, fitur geofencing ini bisa dianggap sebagai ‘pagar virtual‘, yang berarti orang tua akan segera mendapat peringatan ketika buah hatinya keluar dari zona aman tersebut.

Meski tidak secanggih Wear 2100, Wear 1100 tetap mengusung dukungan konektivitas mobile, termasuk jaringan LTE. Sejauh ini sudah ada sejumlah pabrikan yang menggunakan Qualcomm Snapdragon Wear 1100 di dalam produknya, salah satunya adalah gelang tracking WeBandz yang gambarnya tercantum di atas.

Sumber: Qualcomm.

Samsung Resmi Umumkan Gear Fit2, Sekuel dari Activity Tracker-nya yang Punya Layar Melengkung

Bukan lagi rumor, Samsung hari ini secara resmi memperkenalkan activity tracker terbarunya, Gear Fit2, bersamaan dengan headset nirkabel Gear IconX. Muncul dua tahun lebih setelah generasi pertamanya, pembaruan macam apa saja yang dibawa oleh Gear Fit2?

Dari segi desain, fisiknya yang tahan air secara keseluruhan tidak berubah banyak, hanya saja ia kini lebih tipis dan diyakini lebih ergonomis. Perangkat masih ditenagai oleh layar sentuh Super AMOLED 1,5 inci yang melengkung dan beresolusi tinggi, tepatnya di angka 216 x 432 pixel.

Performanya juga sudah bisa dipastikan jauh lebih oke ketimbang pendahulunya. Gear Fit2 memercayakan prosesor dual-core 1 GHz sebagai otaknya, didukung oleh RAM 512 MB dan storage sebesar 4 GB. Untuk apa storage ini? Untuk menyimpan dan memutar file lagu, yang berarti pengguna bisa meninggalkan ponselnya di rumah ketika sedang berolahraga di luar.

Layar sentuh melengkung masih menjadi ciri khas dari Samsung Gear Fit2 / Samsung
Layar sentuh melengkung masih menjadi ciri khas dari Samsung Gear Fit2 / Samsung

Gear Fit2 masih mengemas sensor laju jantung, tapi yang benar-benar baru adalah kehadiran GPS, sehingga tracking bisa dilakukan secara lebih akurat. Tidak ketinggalan juga fitur Auto Activity Tracking, dimana pengguna tak perlu lagi mengaktifkan perangkat secara manual guna memonitor beragam aktivitas, mulai dari berjalan, berlari, bersepeda, sampai menggunakan mesin dayung maupun peralatan latihan elliptical.

Soal sistem operasi, Gear Fit2 menjalankan Tizen rancangan Samsung sendiri. Ia kompatibel dengan perangkat Android, minimal yang menjalankan versi 4.4 dan memiliki RAM 1,5 GB. Baterainya punya kapasitas 200 mAh, tapi sayang Samsung tidak mengungkapkan berapa lama baterai ini bisa bertahan pastinya.

Sejauh ini belum ada informasi mengenai harga dari Samsung Gear Fit2, akan tetapi pemasarannya akan segera berlangsung mulai tanggal 10 Juni mendatang. Ia akan ditawarkan dalam dua ukuran dan tiga pilihan warna: hitam, biru atau pink.

Sumber: Samsung.

Perangkat Besutan Fitbit ke Depannya Akan Diperkaya Fitur Pembayaran Berbasis NFC

Nama Fitbit selama ini selalu kita asosiasikan dengan fitness tracker atau perangkat wearable yang berfokus pada bidang kesehatan. Namun ke depannya, perangkat besutan Fitbit juga bisa menjadi salah satu metode pembayaran elektronik, seperti halnya Apple Watch yang diperkaya integrasi layanan Apple Pay.

Prediksi ini didasari oleh akuisisi Fitbit terhadap sebuah startup bernama Coin. Selama empat tahun terakhir, Coin sibuk mengembangkan platform pembayaran berbasis perangkat wearable, dan sekarang sejumlah aset intelektual mereka akan berpindah tangan ke Fitbit.

Akuisisi ini jelas akan mempercepat upaya Fitbit dalam mengembangkan solusi pembayaran elektronik berbasis NFC yang bisa diselipkan ke dalam perangkat Fitbit di masa yang akan datang. Fitbit sendiri menekankan bahwa fitur semacam ini baru akan hadir paling tidak tahun depan.

Fitbit sepertinya tidak ingin mengambil resiko dan tergesa-gesa meluncurkan sistem pembayaran elektroniknya sendiri. Fokus utama mereka masih di activity tracking dan sejumlah fitur lain terkait kesehatan, akan tetapi penambahan fitur macam pembayaran elektronik seperti ini jelas akan sangat menarik buat konsumen.

“Coin telah menjadi salah satu inovator utama dalam hal solusi pembayaran yang canggih. Kehadiran teknologi mereka di dalam lini produk kami akan membantu membuat Fitbit menjadi bagian yang sangat penting dari kehidupan para konsumen,” ucap James Park, CEO sekaligus co-founder Fitbit.

Mungkinkah solusi pembayaran elektronik berbasis NFC ini akan hadir bersama suksesor Fitbit Blaze, yang notabene merupakan smartwatch perdana Fitbit? Kita tunggu saja kelanjutannya…

Sumber: Fitbit dan Fortune.

Tahun Depan, Levi’s Mulai Pasarkan Jaket Pintar Hasil Kolaborasinya dengan Google

Masih ingat dengan Project Jacquard? Di ajang Google I/O tahun lalu, Google mengumumkan kolaborasinya dengan Levi’s tersebut dalam menciptakan smart fabric, alias kain canggih yang bisa dipakai untuk menavigasikan smartphone atau tablet.

Satu tahun berselang, Google dan Levi’s rupanya sudah hampir siap mengomersialkan Project Jacquard dalam wujud jaket denim pintar yang dirancang secara spesifik untuk para komuter, khususnya mereka yang sehari-harinya ingin menjaga kebugaran tubuh dengan bersepeda ke mana-mana.

Kain canggih Jacquard ini dipermak menjadi sebuah jaket trucker stylish yang merupakan salah satu produk ikonik dari Levi’s. Sepintas jaket tersebut tidak ada bedanya dari jaket jeans secara umum, namun rahasianya tersimpan pada bagian pergelangan tangannya.

Bagian pergelangan tangan jaket ini bisa disentuh atau diusap untuk mengakses beragam fungsi smartphone / Google ATAP
Bagian pergelangan tangan jaket ini bisa disentuh atau diusap untuk mengakses beragam fungsi smartphone / Google ATAP

Dalam video promosinya di bawah, bisa kita lihat bahwa sang pengguna dapat mengakses beragam fungsi smartphone dengan jaket canggih ini. Mulai dari mengakses panduan navigasi, mengontrol jalannya musik, sampai menerima atau menolak panggilan telepon, semuanya bisa dilakukan dengan menyentuh atau mengusap kancing pada bagian pergelangan tangan.

Interaksi dengan smartphone semacam ini tentunya akan terasa ideal untuk para pesepeda. Mengapa? Karena pandangan pengguna dapat tetap fokus ke jalanan, namun di saat yang sama akses ke smartphone bisa dilakukan dengan mudah sekali.

Lalu kapan pastinya jaket pintar ini akan tersedia di pasaran? Menurut pernyataan resmi Levi’s, jaket ini akan dipasarkan mulai musim semi tahun 2017, namun sebelumnya mereka akan lebih dulu menjalankan program beta testing pada musim gugur mendatang. Sayang sejauh ini belum ada yang menyinggung soal harganya.

Sumber: TheNextWeb.

Google Hadirkan Bermacam-Macam Update Dalam Android Wear 2.0

Sebagai OS Android yang dirancang untuk perangkat wearable, Android Wear mengintegrasi Google Now dan notifikasi mobile ke device, menyulap smartwatch jadi ekstensi smartphone Anda. Perkembangannya terbilang pesat, dan kini Google sudah menggandeng banyak partner. Tapi mereka sadar, ekosistem Android Wear masih menyisakan ruang untuk perbaikan.

Di acara Google I/O 2016, sang raksasa internet dari Mountain View itu resmi menyingkap Android Wear 2.0. Peningkatan versi tentu saja disertai bermacam-macam update, tapi pembaruan sendiri difokuskan pada tiga kategori utama: watch face, penyajian notifikasi, dan sistem action serta navigasi Wear.

Pada watch face, Google memperkenalkan ‘complications‘, yaitu fitur buat memperlihatkan informasi selain jam dan menit. Indikator baterai ialah salah satu contoh complications. Via API, smartwatch dapat menyuguhkan info yang diinginkan pengguna. Untuk user biasa, artinya kita dibebaskan mengutak-atik watch face sesuai keinginan, dan tetap memperoleh data dari aplikasi fitness, messaging dan lain sebagainya.

Android Wear 2.0 1
Watch face di Android Wear 2.0 dilengkapi ‘complications’.

Membahas app chat, efektivitas membalas pesan di layar super-kecil smartwatch mungkin masih jadi pertanyaan besar. Namun prosedurnya akan jadi lebih mudah karena Android Wear 2.0 menawarkan lebih banyak cara: Anda dapat memanfaatkan ‘smart replies‘ yang sudah disiapkan, menulis jawaban langsung menggunakan tangan, atau memakai keyboard virtual berdesain baru. Google mencoba menyempurnakan kapabilitas deteksi tulisan tangan, memudahkan Anda menulis dengan huruf besar di display minimalis.

Perubahan di notifikasi sendiri dimaksudkan agar user lebih gampang berinteraksi dengan app. Contohnya di Gmail: layout icon dan foto diubah supaya identitas lebih mudah diketahui, lalu teks pada judul dan konten juga diperkecil sehingga bisa segera terbaca tanpa terpotong.

Android Wear 2.0 2
Perbedaan antara Android Wear versi pertama dan kedua dalam penyajian layout.

Sebagai bagian dari penerapan Material Design di Wear, versi kedua ini menambahkan navigasi interaktif dan action drawer. Navigation drawer berada di atas display, memungkinkan user mengakses view berbeda di app. Lalu action drawer diposisikan di bawah, menyediakan opsi-opsi spesifik buat pengguna. Keduanya seperti yang biasa kita temui di smartphone, dapat dipergunakan via swipe.

Contoh pengoperasian navigation drawer.

Perbaikan pada fitur fitness juga tidak kalah penting. Android Wear 2.0 didukung kemampuan deteksi activity otomatis Google Fit, di mana device akan segera melacak data tubuh ketika mengetahui Anda sedang berlari. Lalu Anda juga bisa segera memutar musik langsung dari watch face, tanpa perlu menyambungkan smartwatch ke handset secara manual.

Bersamaan dengan pengumuman ini, para developer dipersilakan menjajal versi preview-nya.

Via Tech Crunch.

Pal Strap Hadirkan Fungsi GPS dan Daya Baterai Ekstra untuk Pebble Time

Salah satu keunikan Pebble Time adalah konektor Smartstrap, dimana pengembang pihak ketiga bisa menciptakan aksesori guna menambah fungsionalitas smartwatch tersebut. Dari situ pun muncul sejumlah Smartstrap inovatif, seperti misalnya Tylt Vu yang sempat kita bahas sebelumnya.

Kini ada Smartstrap lain yang mencoba menawarkan fungsionalitas berbeda. Namanya Pal Strap, dan tujuannya adalah menyajikan fungsi GPS pada Pebble Time sehingga pengguna dapat memakainya untuk memonitor kecepatan, jarak tempuh, elevasi maupun rute tanpa perlu tersambung smartphone.

Dengan Pal Strap, Pebble Time bisa memonitor beragam aktivitas tanpa harus tersambung ke smartphone / Pal Strap
Dengan Pal Strap, Pebble Time bisa memonitor beragam aktivitas tanpa harus tersambung ke smartphone / Pal Strap

Sebelum ini, Pebble Time harus mengandalkan GPS milik smartphone apabila hendak memonitor parameter-parameter di atas. Selain merepotkan, cara ini jelas menguras baterai smartphone. Dengan Pal Strap, semua itu tak lagi menjadi masalah.

Desain Pal Strap cukup ringkas, dengan bobot hanya 65 gram jika digabungkan dengan Pebble Time. Dirinya telah mengantongi sertifikasi IPX7, yang berarti cipratan air tidak akan mempengaruhi kinerjanya. Meski demikian, pengembangnya tidak menyarankan untuk dipakai berenang.

Pal Strap dapat di-charge bersama Pebble Time tanpa perlu dilepas terlebih dulu / Pal Strap
Pal Strap dapat di-charge bersama Pebble Time tanpa perlu dilepas terlebih dulu / Pal Strap

Selain menambahkan fungsi GPS, Pal Strap juga siap menyuplai daya baterai ekstra untuk Pebble Time. Kapasitas 250 mAh yang diusungnya sanggup menambahkan daya tahan baterai hingga 7 hari lamanya, atau seandainya diperlukan, bisa memonitor menggunakan GPS selama 24 jam. Saat baterainya habis, Pal Strap bisa langsung di-charge bersama Pebble Time tanpa perlu dilepas terlebih dulu.

Seperti Pebble Time, Pal Strap juga ditawarkan lewat situs crowdfunding Kickstarter. Konsumen yang tertarik bisa memilih pledge terendah senilai $79. Ia hadir dalam enam pilihan warna yang berbeda: biru, hijau, merah, putih, abu-abu dan kuning.

Activity Tracker Terbaru Garmin Dibekali Heart-Rate Monitor, GPS dan Fitur Tracking Otomatis

Garmin terus membentangkan sayapnya di ranah perangkat wearable. Setelah memperkenalkan Vivomove, jam tangan analog dengan kemampuan activity tracking, kini Garmin kembali merilis versi anyar dari tracker andalannya, Vivosmart.

Versi baru ini dijuluki Vivosmart HR+. Bentuk dan desainnya hampir identik dengan Vivosmart HR yang diumumkan tahun kemarin. Perbedaannya ada ada jeroannya, dimana Vivosmart HR+ kini tak cuma dibekali sensor laju jantung saja, tetapi juga GPS dan kemampuan memonitor sejumlah aktivitas secara otomatis (Garmin Move IQ), mulai dari berjalan, berlari, bersepeda, berenang sampai latihan elliptical.

Kehadiran GPS juga berarti data yang dikumpulkan untuk aktivitas berbasis jarak akan jauh lebih akurat. Meski sepintas pembaruannya terdengar biasa-biasa saja, penambahan GPS dan fitur Move IQ tadi saja sudah bisa memberikan pengalaman yang lebih signifikan ketimbang pendahulunya.

Sama seperti perangkat wearable Garmin lainnya, data yang dikumpulkan Vivosmart HR+ akan disinkronisasikan secara otomatis dengan aplikasi Garmin Connect di smartphone. Pengguna juga bisa memanfaatkan Vivosmart HR+ untuk meneruskan notifikasi, mengontrol jalannya musik maupun melacak lokasi ponsel yang terselip entah ke mana.

Soal baterai, Vivosmart HR+ diklaim mampu beroperasi hingga lima hari nonstop meski tengah memonitor laju jantung secara konstan. Namun perlu dicatat, daya tahan baterainya akan menurun drastis menjadi 8 jam saja ketika GPS diaktifkan.

Garmin Vivosmart HR+ saat ini sudah mulai dipasarkan dengan banderol harga $220. Ia datang dalam tiga pilihan warna dan dua ukuran strap.

Sumber: Garmin.