Perangkat Gaming Razer Kini Dapat Menari dalam Beragam Warna Bersama Philips Hue

Suka atau tidak, sistem pencahayaan RGB telah menjadi standar baru di dunia gaming. Hampir semua komponen maupun peripheral kini harus mengusung pencahayaan RGB jika ingin diasosiasikan dengan label “gaming” meskipun di mata kalangan awam bakal terkesan kekanak-kanakan.

Menariknya, tren baru ini membawa keuntungan bagi satu perusahaan yang hampir tidak ada kaitannya dengan gaming, yaitu Philips. Seperti yang kita tahu, Philips adalah produsen Hue, lampu pintar yang bisa dikontrol dengan smartphone dan menyala dalam warna apapun yang kita mau, sama kasusnya seperti pencahayaan RGB di produk-produk gaming.

Hue sekarang bisa dikategorikan sebagai produk gaming, terutama berkat kemitraan Philips dan Razer yang diumumkan baru-baru ini. Sederhananya, Philips Hue dapat dijadikan pendamping sekaligus pelengkap yang ideal bagi produk-produk yang termasuk dalam ekosistem Razer Chroma – istilah yang digunakan Razer untuk sistem pencahayaan RGB.

Razer Chroma dan Philips Hue

Jadi, kalau Anda punya produk Philips Hue, sistem lampu pintar tersebut dapat disinkronisasikan dengan peripheral RGB besutan Razer. Syaratnya, Anda harus memiliki Philips Hue V2 Bridge, lalu masing-masing produk Hue lainnya bisa disambungkan lewat software Razer Synapse 3 di PC atau laptop.

Selanjutnya, pengguna dapat menikmati efek pencahayaan yang dinamis selagi memainkan gamegame tertentu yang sudah mendukung, macam Overwatch atau Quake Champions. Yang menari dalam berbagai warna dan secara sinkron kini bukan hanya perangkat yang duduk di atas meja Anda saja, tapi juga satu ruangan penuh yang sudah diisi dengan beragam produk Philips Hue.

Saya membayangkan kombinasi Razer Chroma dan Philips Hue ini bakal populer di kalangan YouTuber maupun streamer Twitch yang ingin memamerkan setup gaming miliknya kepada para penonton. Di sisi lain, ini juga bisa menjadi indikasi bahwa sistem pencahayaan Chroma tak akan terlewatkan pada produk-produk Razer ke depannya.

Sumber: Razer dan Philips.

Razer Wolverine Tournament Edition Ditujukan untuk Gamer Xbox Profesional

Agustus lalu, Razer merilis Wolverine Ultimate, controller Xbox One pertamanya yang dilengkapi sistem pencahayaan RGB dan dukungan kustomisasi yang lengkap. Tiga bulan berselang, Razer memperkenalkan versi lain dari controller tersebut yang ditujukan buat atlet esport profesional.

Dijuluki Wolverine Tournament Edition, desain fisiknya secara keseluruhan hampir identik dengan Wolverine Ultimate. Sejumlah revisi telah diterapkan, seperti misalnya bentuk D-Pad yang agak berbeda, penampilan yang lebih glossy, dan hilangnya empat tombol Quick Control Panel di bawah, yang kurang begitu relevan dalam skenario turnamen.

Razer Wolverine Tournament Edition

Wolverine TE sejatinya ingin menjadi versi yang lebih praktis dari Wolverine Ultimate. D-Pad dan stik analognya tidak bisa digonta-ganti, akan tetapi Wolverine TE masih menyimpan keunikannya tersendiri, yakni fitur Hair Trigger Mode, yang ketika aktif, bakal memaksimalkan sensitivitas kedua tombol trigger utamanya.

Fitur ini sengaja dirancang untuk kebutuhan di arena kompetisi, di mana pemain hanya perlu menekan tombol itu sedikit saja untuk, dalam game shooter misalnya, memberondong tanpa henti. Unik juga buat Wolverine TE adalah switch tipe hybrid (mekanis + membran) pada tombol ABXY-nya.

Razer Wolverine Tournament Edition

Kompatibilitas dengan software Razer Synapse masih tersedia, di mana pengguna bisa mengutak-atik efek pencahayaan RGB-nya, sekaligus memprogram keempat tombol multi-fungsinya. Dimensinya nyaris sama dengan Wolverine Ultimate, hanya saja bobotnya sedikit lebih ringan di angka 256 gram.

Razer Wolverine Tournament Edition saat ini sudah dipasarkan seharga $120, lebih murah $40 dari versi Ultimate.

Sumber: Razer.

Susul Corsair, Razer Luncurkan Keyboard Mekanis Anti-Tumpahan Air

Keyboard yang tahan terhadap tumpahan air adalah tren terbaru di industri gaming peripheral. Satu per satu pabrikan ternama menghadirkan penawarannya masing-masing, mulai dari Corsair, SteelSeries sampai Razer. Namun jika switch mekanis adalah suatu keharusan, maka Corsair-lah satu-satunya pilihan Anda.

Tentu saja Razer tidak akan tinggal diam menanggapi fakta tersebut. Mereka baru saja memperkenalkan versi terbaru Razer BlackWidow Ultimate yang tahan air dan debu, dengan sertifikasi IP54. Rating ini lebih tinggi ketimbang yang ditawarkan Corsair K68 yang cuma IP32.

Razer Blackwidow Ultimate

Kendati demikian, Razer sama sekali tidak menyarankan Anda mencelupkan keyboard ini ke dalam air. Perlu diingat, keyboard ini tahan terhadap guyuran cairan, bukan untuk direndam. Jadi selama Anda menggunakannya di atas meja dan tidak di dalam bathub, Anda tak perlu cemas apabila ada minuman yang tidak sengaja tersenggol dan ‘memandikan’ keyboard ini.

Sebagai bagian dari keluarga Blackwidow, masing-masing tombol pada keyboard ini mengemas switch mekanis, spesifiknya Razer Green Switch dengan actuation force 50 gram, dan klaim ketahanan hingga 80 juta klik.

Razer Blackwidow Ultimate

Tidak seperti Blackwidow Chroma V2, Blackwidow Ultimate generasi terbaru ini tidak memiliki deretan tombol makro di samping kirinya, meski semua tombol masih bisa diprogram sesuai kebutuhan lewat software pendampingnya. Juga berbeda adalah sistem pencahayaan satu warna saja, namun pengguna masih bisa mengatur efek dinamisnya.

Razer Blackwidow Ultimate generasi terbaru saat ini sudah dipasarkan seharga $110. Saya tidak akan terkejut apabila SteelSeries juga menyusul dan meluncurkan keyboard mekanis tahan airnya tidak lama lagi.

Sumber: Razer.

Gaming Headset Terbaru SteelSeries Salurkan Audio via Kabel dan Bluetooth Secara Bersamaan

Setahun yang lalu, SteelSeries memperkenalkan lini gaming headset baru bernama Arctis. Dibandingkan lini Siberia, Arctis mengadopsi gaya desain yang lebih stylish dan mudah diterima oleh banyak kalangan, termasuk para gamer console.

Belum lama ini, SteelSeries mengumumkan anggota baru lini Arctis yang sangat menarik. Menarik karena headset bernama Arctis 3 Bluetooth ini adalah yang pertama kali mampu menyalurkan audio via kabel dan koneksi Bluetooth secara bersamaan.

SteelSeries Arctis 3 Bluetooth

Anda mungkin bertanya, “untuk apa?” SteelSeries memberikan contoh kasus penggunaan yang sangat ideal bagi para pemilik Nintendo Switch. Seperti yang kita tahu, sejauh ini fitur voice chat pada Switch hanya bisa diakses melalui aplikasi smartphone, lalu bagaimana caranya pemain bisa mendengarkan audio dari game dan voice chat secara bersamaan?

Di sinilah Arctis 3 Bluetooth datang membantu. Cukup sambungkan headset ke Switch via kabel, lalu ke smartphone via Bluetooth, maka Anda bisa langsung mendengarkan audio dari game dan voice chat dari smartphone secara bersamaan menggunakan satu headset.

Contoh lain, bagi pemilik Xbox One atau PlayStation 4 yang mengandalkan aplikasi mobile Discord sebagai komunikasi lisan timnya, mereka bisa menjalani skenario yang sama persis seperti para pemilik Nintendo Switch tadi. Karena audio dari game masih tersalurkan lewat kabel, pengguna sama sekali tidak perlu khawatir soal latency.

SteelSeries Arctis 3 Bluetooth

Selebihnya, SteelSeries Arctis 3 Bluetooth sama persis seperti varian standarnya yang diluncurkan tahun lalu. Unit driver berteknologi surround 7.1 (khusus di PC) yang digunakan masih sama seperti yang terdapat pada headset seharga $300, lalu mikrofon retractable-nya masih dibekali teknologi noise cancelling.

Desainnya pun identik, dengan headband unik yang terinspirasi oleh ski goggles dan kain breathable yang membalut bantalan telinganya. Karena mengemas Bluetooth, Anda bebas menggunakannya sebagai headphone wireless selagi bepergian kalau mau.

Arctis 3 Bluetooth saat ini sudah dipasarkan seharga $150. Tidak seperti varian standarnya, ia hanya ditawarkan dalam balutan warna hitam.

Sumber: SteelSeries.

Razer Luncurkan Peripheral Bertema Overwatch, Tepatnya yang Terinspirasi Karakter D.Va

Anda yang bermain Overwatch pastinya sudah tidak asing dengan karakter bernama D.Va. Karakter bernama asli Hana Song ini merupakan salah satu yang paling unik, bukan semata karena ia merupakan satu-satunya yang menunggang sebuah robot, tapi juga karena latar belakangnya yang tidak umum.

Di saat sejumlah karakter lainnya merupakan veteran perang atau pahlawan lokal, perempuan berusia 19 tahun dan berdarah Korea ini adalah seorang gamer profesional sekaligus juara turnamen StarCraft. Reflek dan instingnya sebagai gamer dinilai sangat ideal untuk mengoperasikan robot militer bernama MEKA yang dirancang untuk menahan invasi para Omnic.

Robot tunggangannya yang berwarna pink memang sudah sangat mencolok, tapi hal lain yang tak kalah menarik perhatian dan hampir selalu ada bersama D.Va setiap saat adalah sebuah gaming headset. Tidak lama lagi, kita rupanya juga bisa memiliki headset keren seperti kepunyaan D.Va ini.

Razer MEKA headset

Adalah Razer yang berjasa merealisasikan produk tersebut menjadi kenyataan. Dijuluki Razer MEKA, desainnya sengaja dibuat semirip mungkin dengan yang D.Va kenakan dalam game, lengkap dengan aksen warna pink, hijau dan kuning di atas penampilan serba hitamnya.

Razer belum merincikan spesifikasinya seperti apa, atau kemungkinan adanya fitur khusus ketika headset ini dipakai memainkan D.Va dalam Overwatch. Yang pasti headset ini bukan sebatas elemen pelengkap cosplay, tapi merupakan perangkat yang fungsional.

D.Va Razer peripherals

Bersamaan dengan itu, Razer turut berkolaborasi dengan Blizzard untuk merilis peripheral bertema D.Va lainnya, yakni mouse Razer Abyssus Elite dan mousepad Razer Goliathus. Keduanya ini sudah bisa dibeli sekarang, masing-masing seharga $60 dan $20.

Sayangnya sejauh ini belum ada informasi mengenai harga maupun ketersediaan untuk Razer MEKA. Yang ada hanyalah video teaser penggugah perhatian berikut ini.

Sumber: Polygon dan Razer.

Headset Razer Electra V2 Sajikan Virtual Surround 7.1 dalam Harga yang Terjangkau

Selain meluncurkan webcam dan mikrofon untuk streamer, Razer juga memperkenalkan headset gaming baru bernama Electra V2. Misi yang ingin dituju Razer lewat Electra V2 adalah menghadirkan fitur-fitur yang biasa dijumpai pada headset premium ke lebih banyak kalangan, alias dalam harga yang terjangkau.

Utamanya adalah fitur virtual surround 7.1 guna menambah sensasi immersive. Anda tentu tidak boleh membandingkan kinerja surround-nya ini dengan Razer Tiamat 7.1 V2, sebab selain harganya berkali lipat lebih mahal, headset tersebut juga mengemas total 10 driver – Electra V2 cuma punya sepasang driver Neodymium berdiameter 40 mm.

Razer Electra V2

Fitur lain yang juga dipinjam dari headset premium adalah mikrofon yang dapat dilepas-pasang dengan mudah, sehingga Electra V2 bisa juga dijadikan headphone standar untuk menikmati musik.

Dibandingkan pendahulunya, Razer bilang kalau Electra V2 mengusung material yang lebih kokoh dan nyaman. Rangkanya terbuat dari bahan aluminium, sehingga perangkat secara keseluruhan masih terasa ringan di angka 278 gram.

Razer Electra V2

Headband-nya mengadopsi tipe suspender yang serupa seperti Tiamat 7.1 V2, yang terinspirasi oleh SteelSeries Siberia V2. Model seperti ini sejatinya memungkinkan headset untuk tetap terasa nyaman di beragam ukuran kepala, dan dalam durasi yang cukup lama.

Namun yang paling penting, semua ini bisa dinikmati hanya dengan bermodalkan $60 saja. Pemasaran Razer Electra V2 sudah dimulai sekarang, dan Razer rupanya turut menawarkan varian lain yang menggunakan sambungan USB (dioptimalkan untuk PC) seharga $70.

Sumber: Razer.

Microsoft Surface Precision Mouse Andalkan Desain Ergonomis dan Tombol Ekstra yang Dapat Diprogram

Selain Surface Book 2, Microsoft juga merilis mouse wireless baru yang cukup menarik. Dijuluki Surface Precision Mouse, ia sejatinya merupakan versi lebih advanced dari Surface Mouse, sekaligus alternatif yang mumpuni terhadap Logitech MX Master, yang selama ini merajai kategori mouse wireless premium.

Seperti MX Master, Surface Precision Mouse mengusung desain ergonomis yang dirancang untuk pengguna tangan kanan. Sisi kirinya ini dihuni oleh tiga tombol ekstra yang dapat diprogram sesuai kebutuhan, baik untuk shortcut di Photoshop ataupun di dalam game.

Surface Precision Mouse

Juga seperti MX Master, scroll wheel-nya memiliki dua mode: standar dan free-wheeling, yang berarti scroll wheel akan bergulir tanpa henti, ideal untuk menavigasikan laman web yang lebih panjang dari biasanya. Secara keseluruhan, perangkat memiliki bobot 135 gram.

Konektivitasnya mengandalkan Bluetooth Low Energy, dan ia dapat di-pair dengan tiga perangkat yang berbeda sekaligus. Untuk berganti perangkat, pengguna hanya perlu mengaktifkannya lewat tombol yang terletak di permukaan bawah mouse.

Surface Precision Mouse

Baterainya diperkirakan mampu bertahan hingga tiga bulan dalam satu kali charge. Charging-nya sendiri mengandalkan kabel micro USB. Selagi menancap ke PC, mouse tetap dapat digunakan seperti mouse kabel biasa.

Surface Precision Mouse bakal dipasarkan bersamaan dengan Surface Book 2 mulai bulan November. Harganya dipatok $100, sama persis seperti Logitech MX Master 2S.

Sumber: Ars Technica.

Mouse Razer Basilisk Datang dengan Tombol Berjenis Clutch yang Bisa Diprogram

Razer belum lama ini memperkenalkan sebuah mouse gaming yang cukup menarik di ajang IFA 2017. Mouse bernama Razer Basilisk ini ditujukan untuk gamer FPS (first-person shooter) macam Overwatch, dengan fitur andalan berupa programmable clutch.

Clutch ini berbeda dari tombol biasa. Sesuai makna harfiahnya, cara kerjanya mirip kopling pada kendaraan bermotor: pengguna bisa menekan dan menahannya untuk mengaktifkan fungsi tertentu, lalu melepasnya untuk berhenti.

Razer Basilisk

Secara default, fungsinya adalah untuk menurunkan DPI (sensitivitas) mouse untuk sementara selama clutch ditekan dan ditahan. Itulah mengapa Razer memasarkannya sebagai mouse FPS, sebab fungsi ini akan sangat membantu ketika pemain sedang membidik menggunakan sniper, yang kita tahu membutuhkan tingkat presisi lebih tinggi dari biasanya.

Namun tentu saja Razer juga mempersilakan pengguna memprogramnya untuk fungsi lain lewat software pendamping Razer Synapse. Contoh lain yang paling umum adalah untuk mengaktifkan push-to-talk; tekan dan tahan tombol clutch untuk berbicara dengan rekan setim, lepas untuk berhenti.

Razer menyertakan tombol clutch dalam dua ukuran, panjang atau pendek. Namun andai pengguna tidak suka dengan konsepnya, mereka dapat melepas clutch tersebut dan menggantinya dengan penutup berbahan karet – tapi lalu untuk apa membeli mouse ini?

Razer Basilisk

Secara total, Basilisk memiliki delapan tombol yang semuanya dapat diprogram sesuai kebutuhan – bahkan resistensi scroll wheel-nya juga dapat disesuaikan melalui sebuah kenop di permukaan bawah mouse. Performanya ditunjang oleh sensor optik 5G dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI, sama persis seperti yang digunakan Razer DeathAdder Elite dan Lancehead.

Razer bakal memasarkan Basilisk mulai kuartal keempat tahun ini seharga $70, lagi-lagi sama seperti DeathAdder Elite.

Sumber: Razer.

Andalkan Kenop Customizable, Keyboard Logitech Craft Ditujukan Buat Para Kreator

Logitech tampil cukup all out di perhelatan IFA 2017. Selain memperkenalkan keyboard dan mouse gaming wireless baru serta sebuah speaker desktop unik, dedengkot peripheral itu juga menghadirkan Logitech Craft, sebuah keyboard wireless yang ditujukan untuk kalangan kreator.

Craft mencoba menghadirkan metode input yang lebih efektif melalui sebuah kenop aluminium di ujung kiri atas yang dapat dikustomisasi. Cara kerjanya mirip aksesori Surface Dial; Craft dapat mengenali aplikasi apa yang sedang dibuka, lalu menawarkan fungsi yang sesuai dengan konteks.

Semisal pengguna sedang membuka Photoshop, kenop yang dideskripsikan sebagai sebuah “creative input dial” ini dapat dimanfaatkan untuk mengatur tingkat kecerahan, kontras, saturasi, ataupun mengubah tipe brush yang digunakan beserta ukurannya. Semua dilakukan secara alami dengan menyentuh, menekan atau memutar kenop.

Logitech Craft

Secara default, Craft kompatibel dengan Windows maupun Mac, serta terintegrasi dengan tujuh aplikasi: Adobe Photoshop CC, Illustrator CC, Premiere Pro CC, InDesign CC, Microsoft PowerPoint, Excel dan Word. Integrasi dengan ketiga aplikasi Office ini untuk sementara baru tersedia pada platform Windows saja, dan ke depannya dipastikan bakal ada integrasi dengan software lain mengingat Logitech juga akan meluncurkan SDK untuk developer dalam waktu dekat.

Melalui aplikasi pendamping Logitech Options, pengguna dapat mengatur fungsi kenop milik Craft pada aplikasi-aplikasi di atas. Fungsi-fungsi yang lebih generik seperti mengatur volume, memilih playlist di Spotify atau berganti tab di browser juga dapat diaktifkan menggunakan kenop multifungsi ini.

Logitech Craft

Sebagai sebuah keyboard sendiri, Craft datang membawa layout standar dan tombol bergaya chiclet. Semua tombolnya turut dilengkapi backlight yang akan menyala secara otomatis ketika tangan pengguna berada di dekat keyboard, plus dapat menyesuaikan tingkat kecerahan dengan sendirinya berdasarkan kondisi pencahayaan di sekitar.

Konektivitas Bluetooth-nya turut didampingi teknologi Logitech Easy-Switch, yang memungkinkan keyboard untuk tersambung ke tiga perangkat sekaligus, lalu pengguna dapat berganti perangkat hanya dengan menekan tombol “1”, “2” atau “3” di atas deretan tombol “Insert”. Untuk PC yang tak dilengkapi Bluetooth, Logitech turut menyertakan kabel beserta receiver USB.

Craft dijadwalkan tersedia di pasaran mulai bulan Oktober dengan harga $200. Keyboard ini pada dasarnya juga bisa dijadikan alternatif yang lebih versatile dari perangkat niche macam Palette Gear atau Loupedeck.

Sumber: Logitech.

Logitech Luncurkan Keyboard dan Mouse Gaming Wireless Baru

Produsen peripheral asal Swiss, Logitech, kembali hadir dengan keyboard dan mouse gaming baru yang sangat menarik. Keduanya sama-sama lupa terhadap eksistensi kabel, dan sebagai gantinya, mengandalkan teknologi transmisi sinyal Lightspeed yang diklaim amat responsif.

Logitech G613 Wireless Mechanical Gaming Keyboard

Jangan kaget melihat namanya, wireless dan mekanik sangat mungkin dikemas dalam satu paket idaman. Dua atribut ini saja sebenarnya sudah mampu menjadikan G613 sebagai keyboard gaming andalan banyak orang – apalagi yang kerjanya setiap hari banyak mengetik dan bermain game seperti saya.

Tidak mengejutkan dari Logitech, switch mekanik yang digunakan adalah switch Romer-G buatan mereka sendiri, yang diklaim bisa tahan sampai 70 juta kali klik. Desain G613 tergolong simpel dan tidak muluk-muluk, dengan sejumlah tombol multimedia di ujung kanan atas, serta enam tombol makro yang dapat diprogram sesuai kebutuhan di sisi paling kiri.

Logitech G613 Wireless Mechanical Keyboard

Satu sentuhan ekstra yang membuatnya makin menarik adalah palm rest. G613 mengandalkan sepasang baterai AA sebagai suplai dayanya, yang diperkirakan dapat bertahan hingga 18 bulan – sebuah indikator LED akan menyala ketika daya baterainya mulai menipis dan mencapai 15 persen.

Logitech memasarkan G613 seharga $150. Cukup mahal memang, akan tetapi wireless dan mekanik merupakan suatu kombinasi yang amat menarik untuk sebuah keyboard, dan ini juga berlaku bagi kalangan non-gamer. Di samping itu, teknologi Lightspeed yang digunakan memungkinkan G613 untuk tersambung ke perangkat lain via Bluetooth.

Logitech G603 Wireless Gaming Mouse

Logitech G603 Wireless Gaming Mouse

Sama seperti keyboard di atas, mouse ini juga mengadopsi gaya desain yang terbilang minimalis. Bentuknya tidak bisa dibilang ergonomis, tapi juga tidak tergolong ambidextrous mengingat ada lekukan menjorok ke dalam pada sisi kirinya, yang menjadi rumah untuk sepasang tombol makro.

Namun yang ingin ditekankan oleh Logitech lewat G603 – di samping teknologi Lightspeed tentunya – adalah penggunaan sensor optik baru bernama HERO, singkatan dari High Effieciency Rated Optical. Sensor yang dikembangkan oleh Logitech sendiri ini menawarkan keseimbangan antara performa dan efisiensi daya.

Logitech G613 + G603

Utamanya, pengguna dapat mengatur sensitivitas mouse sampai 12.000 DPI. Di saat yang sama, sepasang baterai AA bisa menyuplai daya sampai 500 jam non-stop. Tidak kalah menarik menurut saya adalah opsi untuk menggunakan satu baterai saja apabila pengguna merasa mouse terlampau berat.

G603 saat ini sudah dipasarkan seharga $70. Bersamaan dengan itu, Logitech juga mengumumkan aksesori pelengkap lain bernama G840 Extra-Large Mouse Pad, yang pada dasarnya merupakan sebuah mouse pad berukuran masif untuk mouse sekaligus keyboard seharga $50.

Sumber: Logitech.