Aplikasi Pencari Stiker Amerika Serikat “Pundit” Mulai Debut di Indonesia

Kehadiran stiker yang saat ini masih tersegmentasi dan terbatas hanya tersedia di aplikasi tertentu, menjadi peluang bisnis untuk Billy Shaw Susanto dan teman-temannya untuk mendirikan Pundit Stickers di Los Angeles, Amerika Serikat.

Pundit Stickers menjadi aplikasi pencari stiker yang membantu para pengguna menemukan jutaan stiker dengan mudah dan cepat. Model bisnis yang dijalankan sekarang ini adalah hasil pivot dari sebelumnya adalah aplikasi obrolan komunitas berbasis audio.

Setelah diluncurkan terlebih dahulu di Amerika Serikat, Billy memutuskan untuk membawa aplikasi ini ke Indonesia. Dia dan tim memiliki komitmen penuh untuk membawa kreator lokal ke ranah internasional dengan stiker.

Tim di Indonesia akan diperuntukkan kebutuhan pemasaran, sementara kantor pusat di Los Angeles digunakan untuk tim engineering. Total tim Pundit di sana mencapai 17 orang.

“Stiker itu dulunya hanya sekadar fitur tambahan dari model bisnis kita yang dulu. Akhirnya diputuskan untuk full pivot menjadi aplikasi untuk stiker pada akhir tahun lalu karena kami lihat ada kebutuhan bahwa belum ada aplikasi yang benar-benar menyatukan seluruh stiker dalam satu aplikasi,” terang CEO dan Co-Founder Pundit Stickers Billy Shaw Susanto, Senin (21/5).

Perbanyak kerja sama, perkaya konten

Mengutip hasil riset, setidaknya ada 6 miliar stiker per hari yang digunakan di seluruh dunia dari seluruh aplikasi chatting. Menurut Billy, potensi bisnis stiker tidak hanya sebagai media untuk meningkatkan interaksi antar penggunanya, namun juga bisa dipakai untuk beriklan secara visual.

Maka dari itu, pihaknya terus menambah konten stiker dengan menggandeng berbagai pihak dari dalam negeri maupun luar negeri. Di Indonesia saja, setiap dua minggu sekali akan ada stiker baru dari berbagai tokoh terkenal mulai dari selebriti, tokoh negara, dan juga selebgram.

Sedangkan untuk isi konten stiker dari luar negeri, perusahaan bekerja sama dengan Disney, Pixar, Universal, Fortnite, Marvel Studio dan masih banyak lagi. Jaringan tersebut didapat dari investor Pundit seperti Disney Accelerator, Dorm Room Fund, dan Techstars saat pendanaan tahap awal di 2015.

Beberapa stiker di antaranya gratis diunduh untuk seluruh pengguna dan sebagian lagi berbayar. Sementara ini penjualan stiker masih menjadi satu-satunya cara Pundit Stickers melakukan monetisasi, kendati menurut Billy fokus perusahaan belum ke arah sana.

Terhitung Pundit Stickers telah menghimpun 1,5 juta stiker yang dapat digunakan dan diterapkan ke foto dan video. Juga dibagikan ke berbagai aplikasi messaging dan sosial media, termasuk di antaranya WhatsApp, Line, Messenger, Telegram, Instagram, Facebook, Snapchat, dan Twitter.

Perusahaan berencana untuk menghadirkan dashboard yang dapat dimanfaatkan para pengguna untuk menghasilkan konten stiker. Dengan cara demikian, karya kreator dapat dikenal di seluruh dunia. Nantinya tim Pundit akan melakukan seleksi setiap stiker apakah layak untuk dipublikasi. Dashboard ini rencananya akan hadir pada akhir tahun ini.

“Kami ingin menjadikan Pundit Stickers sebagai mesin pencari stiker terbesar di Indonesia. Tak hanya menggandeng kreator lokal, kami ingin dorong mereka go international,” pungkas Billy.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang Sport Wearable TuringSense Kembali Dapatkan Pendanaan dari Ideosource

Sebagai lanjutan dari seed funding senilai $3 juta yang telah diterima, pengembang sport wearable TuringSense kembali membukukan pre-series A awal bulan ini. Nilainya sama dengan pendanaan sebelumnya, yakni $3 juta (40 miliar rupiah), sehingga kini pengembang produk bermerek PIVOT tersebut telah mengantongi nilai investasi $6 juta. Pendanaan kali ini dipimpin oleh Ideosource (berpartisipasi juga dalam seed funding), didukung oleh The Core Group dan Fenox Venture Capital.

Dihubungi DailySocial, Vice President of Product and Marketing TuringSense Chris Lim mengatakan bahwa saat ini belum ada debut baru yang diluncurkan bersamaan dengan pendanaan yang didapat. Ditargetkan akan ada peluncuran (fitur atau produk) yang akan diumumkan pada bulan Agustus mendatang. Pendanaan yang didapat akan turut difokuskan untuk secara agresif memperluas pangsa pasar penawaran produk PIVOT yang telah dimatangkannya.

[Baca juga: Dua Pendiri Berkebangsaan Indonesia Menghasilkan PIVOT]

Produk PIVOT dibangun dengan beberapa kecanggihan teknologi berbasis wearable, IoT, biomekanik dan analisis data mendalam. Hal ini memanfaatkan temuan para ilmuan yang juga menjadi founder TuringSense. Di fase awal, PIVOT diuji coba untuk atlet tenis, dengan perangkat yang dipasang alat tersebut mampu merekam gerakan tubuh pemain tenis dan menganalisisnya.

Perangkat PIVOT untuk permainan Tenis / TuringSense
Perangkat PIVOT untuk permainan Tenis / TuringSense

Terdiri dari tiga sensor utama, yakni Accelerometer, Gyroscope dan Magnetometer, saat ini PIVOT sudah jauh berkembang dan mulai merambah pasar olahraga secara umum. Salah satu yang sudah mulai ditawarkan ialah untuk cabang olahraga sepakbola dan bulu tangkis. Beberapa kerja sama juga dijalin, salah satunya bersama Sport Surgery Clinic di Dublin dan Stanford Neuroscience, hasilnya ialah pengembangan teknologi berbasis game untuk rehabilitasi pasien.

Kerja sama dengan Sports Surgery Clinic juga membawakan produk baru TuringSense, yakni VU. Perangkat nirkabel biomekanik yang lebih kecil untuk memberikan umpan balik performa secara real time dalam kegiatan altetis.

[Baca juga: Mengintip Rencana-Rencana TuringSense Pasca Perolehan Pendanaan Awal]

Menurut pengamat industri, peningkatan pasar global untuk produk berbasis wearable akan mencapai $14 miliar. Salah satu pendorongnya adalah fakta bahwa perangkan wearable memiliki peran pelaporan data dan terhubung dengan ponsel pintar.

CEO TuringSense Joe Chamdani menggambarkan laju peningkatan konsumen wearable seperti pengguna GPS. Apa yang membuat GPS “lepas landas” adalah pengenalan petunjuk arah yang tepat. Pola seperti itu yang juga ingin dibawa ke PIVOT, tidak hanya memberikan data, namun juga petunjuk untuk membimbing konsumen dalam berolahraga.

Dua pendiri asal Indonesia Joseph Chamdani VP Research and Development (kiri) bersama Chris Lim VP Product and Marketing (kanan) TuringSense
Dua pendiri asal Indonesia Joseph Chamdani VP Research and Development (kiri) bersama Chris Lim VP Product and Marketing (kanan) TuringSense

Hal menarik lainnya, investor TuringSense dari awal juga berasal dari Indonesia. Sejak pendanaan awal Ideosource berpartisipasi penuh. Di kesempatan sebelumnya, Managing Partner Ideosource Andi S. Boediman mengatakan pihaknya meyakini solusi inovatif TuringSense memiliki potensi besar dalam berbagai hal, termasuk potensinya dalam pasar Internet of Things (IoT). Andi juga mengatakan bahwa produk PIVOT yang dimiliki TuringSense akan banyak diminati di pasar Asia, karena di pasar ini solusi untuk kebutuhan olahraga dan kesehatan cukup berkembang dan diminati masyarakat.

Kleora Pivot Menjadi Prelo, Berjuang di Pasar Produk Tangan Kedua

Bisnis e-commerce di Indonesia memang menggiurkan. Selain banyak sekali potensi dari sisi konsumen secara umum, masih besar juga kesempatan yang ada dari beragamnya pasar niche yang masih bisa dieksplorasi. Salah satu yang coba mengeksplorasi peluang tersebut adalah Prelo. Startup hasil pivot Kleora ini berusaha bersaing untuk sukses di sektor niche barang pre-loved, atau barang tangan kedua.

Salah satu semangat yang diusung oleh Prelo adalah memerangi peredaran barang palsu. Minimal dari layanan yang mereka kembangkan, Prelo memastikan bahwa barang-barang yang ada di sistem mereka merupakan barang asli yang berkualitas.

Founder Prelo Fransiska Hadiwidjana menyebutkan pihaknya memiliki mekanisme tersendiri untuk memastikan kualitas barang yang mereka sajikan. Kurasi sendiri dilakukan oleh tim internal Prelo dengan membandingkan dengan barang sejenis di domain publik.

Fransiska menjelaskan:

“Proses kurasi barang di Prelo dilakukan oleh tim internal, dengan membandingkan barang yang diunggah dengan barang serupa di public domain, berdasarkan keterangan barang berupa merek, model, dsb. Proses ini dilakukan secara semi-otomatis, yang melibatkan kurasi. Pengetahuan terkait barang-barang KW dan tidak ini sendiri juga terus diperkaya melalui dialog dengan komunitas barang tersebut, misalnya dengan komunitas sneakers seperti Converse, di mana mereka memberikan instruksi lebih lanjut terkait pengecekan yang perlu dilakukan untuk membedakan barang autentik dengan barang KW.”

Selain itu, Prelo juga memberikan insentif pada pengguna untuk mengunggah barang autentik (via pemberian batch The Authentic Club) dan juga untuk melaporkan barang apabila ditemukan kecurigaan, via fungsi report dan juga pemberian badge The Inspector.

Prelo lebih siap

Sejak dimulai pada tahun 2015, startup yang berasal dari Bandung ini tercatat telah memfasilitasi transaksi senilai lebih dari 1 juta dolar AS. Kini Prelo yang menurut data internal telah memiliki puluhan ribu pengguna aktif setiap bulannya dan memiliki 200.000 produk yang tersedia dalam platform.

“Dari segi ide, Prelo sama baiknya dengan Kleora. Namun perbedaan terbesar terletak pada faktor eksekusinya. Kleora dibangun dengan terburu-buru, sehingga menyebabkan banyak permasalahan teknis. Sebaliknya, Prelo dibangun dengan fondasi yang solid. Sehingga, menambahkan fitur baru bukanlah hal yang sulit. Setiap produk dikurasi dengan cermat dan memiliki kualitas yang tinggi. Bagaimana pun juga, ideas are cheap and execution is hard,” jelasnya.

Fransiska juga menjelaskan bahwa Prelo memiliki tujuan untuk bisa menyediakan tempat jual beli barang bekas yang berkualitas. Di tahun 2017 ini Prelo memiliki target untuk bisa memperbesar basis penggunanya di samping itu Prelo juga fokus pada branding dan marketing.

“Banyak strategi yang Prelo terapkan untuk mendapatkan pengguna sesuai dengan target market-nya, baik online dan offline. Untuk online, beberapa strategi misalnya melalui fitur kode referral di mana user dapat mengundang user lain untuk mendapat bonus, untuk offline misalnya melalui berbagai kegiatan komunitas,” pungkas Fransiska.

Application Information Will Show Up Here

Menilik Transformasi Guvera Menjadi DragonFli

Pivot atau perubahan fokus dalam bisnis memang sudah biasa terjadi. Kebanyakan perubahan tersebut disebabkan oleh kurangnya minat konsumen terhadap produk atau layanan yang sebelumnya dipasarkan sehingga menyebabkan bisnis mandek atau membuka kesempatan untuk peluang-peluang baru.

Guvera situs streaming musik asal Australia yang sudah beberapa tahun mengudara di Indonesia kini memperkenalkan konsep dan nama baru. Diperkenalkan kembali sebagai DragonFli, layanan Guvera merambah ke layanan hiburan lengkap dengan informasi brand, baik  video, fashion, penawaran produk atau playlist yang telah dikurasi.

Belum ada keterangan resmi dari Guvera mengenai perubahan nama dan transformasi layanan mereka. Perubahan dan transformasi ini bisa ditemukan di situs resmi Guvera yang di-redirect ke situs resmi DragonFli dan juga informasi mengenai aplikasi Guvera di Google Play yang sudah berganti dengan DragonFli.

Dari informasi yang terdapat di laman aplikasi Guvera di Google Play mereka akan mengubah sebagaian besar layanan mereka. Yang semula hanya layanan streaming musik sekarang dikombinasikan dengan informasi dengan brand. Lengkap dengan playlist yang direkomendasikan brand tersebut.

Transformasi dan peluang baru

Bicara mengenai layanan streaming musik di Indonesia memang tengah bergeliat. Tercatat nama-nama seperti Spotify, Joox, dan Youtube menghiasi hari-hari masyarakat Indonesia yang mulai gemar melakukan streaming untuk mendengarkan musik. Dalam laporan DailySocial berjudul “Music Listening Pattern in Indonesia” lebih dari lima puluh persen responden mengaku berniat untuk beralih ke metode streaming dalam mendengarkan musik.

Konsep baru Guvera atau DragonFli ini terlihat lebih menekankan dalam mendekatkan pengguna dengan brand. Informasi brand yang bisa diakses oleh pengguna mengindikasikan DragonFli memiliki model bisnis iklan atau membantu mempromosikan produk dari sebuah brand tertentu. Untuk tetap mempertahankan rasa atau ciri khas Guvera yang tertinggal DragonFli tetap memungkinkan pengguna untuk mendengarkan musik dari playlist yang dibuat oleh brand yang ada.

Transformasi ini Guvera ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh alasan bisnis. Ada indikasi DragonFli ini merupakan layanan yang akan lebih ramah ke brand untuk membantu mereka lebih mendekat ke pengguna. Begitu juga sebaliknya.

Application Information Will Show Up Here

Di Balik Perubahan Tampilan Aplikasi Mobile OLX Indonesia

Dalam sebuah rapat di pertengahan tahun 2016, CEO OLX Indonesia Daniel Tumiwa mengungkapkan kegundahannya. Sebagai sebuah layanan online, OLX Indonesia menurutnya sudah berada di comfort zone. Untuk melangkah ke depan, dengan tantangan bisnis yang semakin berat, mereka harus berani “mengganggu” diri mereka sendiri agar tetap relevan di tengah persaingan industri.

OLX Indonesia, yang Januari tahun ini berusia 11 tahun dan awalnya bernama Tokobagus, harus berubah.

“Tren, keadaan, dan rencana kami ke depannya mengharuskan untuk melakukan perubahan atau bisa dibilang small pivot,” ungkapnya.

Perusahaan kemudian membentuk tim khusus yang bertugas merealisasikan semangat baru yang disebut “The All New OLX”. Tim ini terdiri dari 15-20 project manager yang semuanya merupakan karyawan OLX dan tidak melibatkan pihak ketiga. Tim khusus tersebut berfungsi September 2016 hingga The All New OLX diluncurkan.

Menjangkau segmen konsumen baru

Jargon “iklan baris” yang melekat di OLX Indonesia dinilai Daniel sudah tidak relevan dengan kondisi terkini. Padahal OLX adalah perusahaan pionir di sektor ini.

Selain itu, selama ini kebanyakan pengguna OLX Indonesia adalah kaum laki-laki, sehingga fitur dan tampilannya banyak mengarah ke unsur maskulin. Daniel menilai OLX tidak bisa selamanya di jalur tersebut. Ada segmen potensial yang belum terjamah, yakni kalangan millennial dan perempuan.

Perubahan harus membantu OLX Indonesia menjangkau calon konsumen yang selama ini bukan fokusnya.

Aplikasi mobile OLX Indonesia dengan tampilan baru / OLX Indonesia
Aplikasi mobile OLX Indonesia dengan tampilan baru / OLX Indonesia

COO OLX Indonesia Doan Ciscus mengatakan:

“Ini adalah tim besar yang pertama kali dibentuk oleh OLX Indonesia. Kami ingin bentuk tim yang solid karena ini kan sifatnya long term project. Orang-orang dari tim ini adalah gabungan teman-teman OLX yang bisa kerja sama dengan baik, ada spirit yang sama, dan sangat concern kepada OLX.”

Project Manager The All New OLX dipegang Renita yang dipilih karena dinilai mempunyai perhatian yang besar kepada OLX Indonesia, dapat memastikan aplikasi tetap relevan dengan masyarakat, dan bisa menjalankan tugas harian secara baik.

Ia dibantu oleh tim UX yang dipimpin Bayu, tim riset yang dipimpin Meidy, dan Arya menjadi jembatan informasi perkembangan The All New OLX ke staf lainnya. Dari sisi teknologi, Fandy menjadi mobile tech lead, Deni memimpin tim API, dan Wasis memegang di sisi infrastruktur.

Bagaimana tim The All New OLX bekerja

Di bulan pertama, tim memfinalisasi user design dengan menemui pelanggan OLX, baik yang sudah sudah lama menggunakan OLX ataupun belum sama sekali, yang berlokasi di suburban Jakarta.

Riset dilakukan dengan tiga macam cara, bertemu langsung, menelepon, atau melalui email. Komposisi responden yang dipilih dibuat seimbang, terkait jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan strata sosial ekonomi.

Secara rutin tiap minggunya, mereka mengundang pelanggan OLX ke kantor. Tim menyediakan tiga kamar tertutup yang digunakan tim produk saat bertemu langsung dengan responden. Responden akan mencoba tools OLX dan memberikan masukan dan keluhannya.

Di tahap ini, tidak hanya tim The All New OLX yang turun. Pihak manajemen pun ikut bertemu pelanggan secara langsung.

CEO OLX Indonesia Daniel Tumiwa / DailySocial
CEO OLX Indonesia Daniel Tumiwa / DailySocial

“Kurang lebih selama tiga bulan pertama kami terus bertemu pelanggan OLX, sebelum mulai shifting tugas ini ke bagian Tech Product untuk mulai develop. Ini tugas awal yang terberat, jangan sampai salah dari awal,” tutur Doan.

Di bulan ketiga, tim produk memulai proses pengembangan desain baru sesuai hasil temuan riset yang sudah dikumpulkan. Proses menemui pelanggan terus berjalan dalam tahapan ini, sebab mereka harus kembali mencoba produk OLX berdasarkan masukan yang diberikan sebelumnya.

“Kalau diperhatikan dari proses awal hingga versi rilis OLX, it’s all about users. Setiap ada perkembangan baru, kami kembali menemui pengguna untuk minta masukan dari mereka. Apakah fitur baru yang kami sediakan sudah sesuai dengan apa yang mereka inginkan, sebab ini kan tujuannya untuk jangkau pengguna baru juga.”

Perubahan yang dilakukan

The All New OLX melakukan perubahan besar di fitur dan tampilan OLX di aplikasi mobile, sementara untuk versi web (desktop  dan mobile) masih tetap menggunakan tampilan lama untuk memastikan proses transisi berjalan lancar. Tanpa bermaksud meninggalkan pengguna lama, OLX mengembangkan fitur baru yang bertujuan dapat menjangkau kalangan millennial dan perempuan.

Daniel mengatakan:

“Selama ini pengguna OLX Indonesia didominasi oleh laki-laki berusia 30 tahun ke atas. Di satu sisi, demografi seperti ini menyulitkan kami untuk melakukan scale up, sementara itu kalangan millennial dan perempuan semakin marak dan menjadi konsumen yang cukup aktif di dunia e-commerce dan marketplace di tanah air.”

Kalangan millennial dan perempuan identik dengan istilah impulsive shopper. Sasaran pengguna seperti ini yang menjadi fokus utama perubahan.

Dalam membuat fitur, perusahaan selalu memperhatikan empat prinsip The All New OLX, yaitu hyperlocal, simple, trust, dan C2C. Hasilnya tercermin di beberapa fitur baru OLX, seperti chat, tampilan foto (visual) di halaman utama, dan fitur Nearby.

Fitur chat dipilih berdasarkan masukan pelanggan perempuan yang menginginkan privasi saat berhubungan dengan calon pembeli. Doan menyebutkan fitur chat ini sesuai dengan prinsip simple dan trust. Bagi kaum perempuan, memajang nomor ponsel di internet kurang nyaman karena bisa terhubung ke berbagai platform messaging lainnya. Ada juga risiko foto profil tersebar ke publik. Tim memutuskan membuat fitur chat di seluruh platform yang dimiliki OLX. Meskipun demikian, tetap ada pilihan untuk mencantumkan nomor telepon untuk mereka yang memilih berkomunikasi melalui telepon, SMS, dan WhatsApp.

Untuk tampilan foto di halaman utama, semangat yang ingin disampaikan adalah mengedepankan visual produk yang dijajakan oleh pengguna OLX. Visual dinilai sebagai kunci yang menarik bagi impulsive shopper untuk mengakses OLX. Dibantu fitur Nearby, pengguna akan dipermudah melakukan transaksi tergantung mereka berada.

Pemilihan warna ungu

Bila Anda mengakses aplikasi dan situs OLX Indonesia, tampilannya kini didominasi warna ungu sebagai bahasa komunikasi. Sebelumnya tampilan OLX didominasi oleh warna biru.

CMO OLX Indonesia Edward Kilian menjelaskan warna ungu melambangkan warna yang dinamis, bisa diterima semua gender, dan merepresentasikan secara kuat energi positif yang baru kepada publik.

Menurut Edward, warna ungu tergolong warna trendi yang diterima dengan baik di kalangan anak muda dan perempuan sebagai sasaran pengguna baru OLX. Warna ini juga masih diterima oleh kalangan laki-laki yang sudah sangat dekat dengan OLX.

Ungu kini menjadi bahasa komunikasi resmi OLX Indonesia / OLX Indonesia
Ungu kini menjadi bahasa komunikasi resmi OLX Indonesia / OLX Indonesia

“Ini akan memudahkan OLX untuk bisa mengajak kalangan masyarakat lebih luas, semakin pandai mengatur keuangan, dan berhemat dengan mengadopsi perilaku baru. Yaitu memanfaatkan barang yang tidak terpakai menjadi modal memiliki barang lain yang dibutuhkan penjual, menekan pengeluaran dengan membeli barang preloved namun kualitas bagus, dan harga yang jauh lebih murah,” terangnya.

Proses edukasi dan adaptasi

Pekerjaan The All New OLX belum berhenti pasca selesainya proses pengembangan. Masih ada tahap stabilisasi untuk memastikan proses edukasi dan adaptasi berjalan baik untuk pengguna setia maupun pengguna baru.

Doan mengaku ketika pertama kali meluncur banyak sekali keluhan yang masuk dari pengguna. Kebanyakan pengguna mengeluhkan tampilan di halaman utama yang berubah drastis. Tidak lagi disuguhi kategori, tetapi ditampilkan iklan baris yang sesuai lokasi pengguna.

Konsumen juga mengeluhkan tidak adanya nomor ponsel penjual sebagai metode komunikasi yang kini diganti dengan fitur chat. Terakhir, fitur Nearby dikeluhkan pengguna karena belum terbiasa.

“Perubahan yang drastis memang membutuhkan adaptasi terutama bagi pengguna lama. Makanya kami perlu tuntun mereka. Setiap keluhan yang kami terima dari pelanggan tidak ada yang sia-sia. Selalu dibicarakan dan dicarikan solusinya.”

Dalam proses kerjanya tim The All New OLX mendapat dukungan dari Grup OLX Global. Mereka berdiskusi dengan tim OLX dari berbagai belahan dunia. Selain itu, tim juga mendapat kewenangan dari manajemen OLX Indonesia untuk memutuskan hal yang mereka yakini baik.

Pengembangan teknologi

Di sisi teknologi, pengembangan The All New OLX mendorong pemanfaatan teknologi yang aman menggunakan protokol HTTPS. Fungsi tracker, yang sempat membuat “heboh”, tetap disematkan untuk user experience yang lebih baik.

Masih soal keamanan, tampilan baru ini juga memanfaatkan teknologi anti fraud menggunakan sistem machine learning. Tim OLX mengidentifikasi potensi fraud dari akun pengguna, kemudian memberikan rekomendasi ke machine learning untuk melakukan pendeteksian melalui foto, nama, dan akun media sosial.

“Teknologi tersebut memudahkan kami untuk bisa melakukan antisipasi bahkan pemblokiran kepada akun pengguna yang dinilai berisiko bakal melakukan fraud dalam aplikasi OLX,” kata CTO OLX Indonesia Rendra Toro.

Tim manajemen OLX Indonesia / OLX Indonesia
Tim manajemen OLX Indonesia / OLX Indonesia

Meskipun demikian, sebagai platform C2C. OLX Indonesia belum berencana menjadi perantara pembayaran, seperti menghadirkan rekening bersama (escrow account). OLX Indonesia berharap tetap berfungsi sebagai platform jual beli yang independen. Hal ini dianggap membedakan OLX dengan layanan lainnya.

“Mungkin nantinya jika OLX Indonesia memutuskan untuk menghadirkan fitur tersebut [bakal] lebih memanfaatkan kerja sama dengan pihak ketiga. Artinya kesempatan terbuka lebar untuk layanan fintech atau perusahaan teknologi terkait memberikan layanan tersebut bersama OLX Indonesia,” terang Daniel.

Risiko di balik perubahan

Nama besar dan jumlah pengguna yang cukup masif membuat perubahan memiliki risiko yang besar jika tidak diterapkan dengan benar. Daniel percaya hal tersebut dan berniat untuk menunjukkan keseriusan perusahaan menjadi lebih baik dengan semangat The All New OLX.

OLX Indonesia merupakan negara ketiga dalam Grup OLX yang melakukan pivoting dan perubahan dalam skala cukup besar. Tim negara lain yang telah melakukan perubahan adalah India dan Filipina.

OLX Filipina melakukan perubahan menggunakan sistem yang dimiliki OLX India (template), sementara OLX Indonesia menciptakan semua teknologi tersebut dari awal secara independen.

Daniel menyebutkan:

“Bukan hanya meyakinkan Grup OLX secara global, dengan konsep baru ini OLX Indonesia juga ingin meyakinkan pengguna setia dan pengguna baru bahwa platform ini bisa menjadi favorit dan diandalkan untuk mendapatkan keuntungan cepat dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan.”


Tim penyusun liputan The All New OLX Indonesia: Yenny Yusra, Marsya Nabila, dan Amir Karimuddin

Application Information Will Show Up Here

Jawbone Dilaporkan Akan Meninggalkan Pasar Wearable Device

Pasar perangkat wearable sedang mengalami penurunan, dan Jawbone rupanya merupakan salah satu korban terbesarnya. Sempat digadang-gadang sebagai rival terkuat Fitbit, Jawbone saat ini malah sedang kesulitan secara finansial.

Begitu sulitnya, Jawbone berencana untuk melakukan pivot satu kali lagi. Berdasarkan laporan TechCrunch, mereka berencana untuk mengalihkan fokusnya dari fitness tracker untuk end-user ke produk dan layanan kesehatan yang ditujukan untuk klinik maupun penyedia layanan kesehatan yang menangani pasien secara langsung.

Pivot ini perlu dilakukan untuk menyelematkan Jawbone dari kebangkrutan; kalau menjual produk ke konsumen, mereka hanya bisa mengambil untung dengan margin yang tipis, lain halnya dengan model B2B alias business to business, dimana margin yang didapat bisa jauh lebih tinggi.

Namun demikian, Jawbone masih harus melewati tantangan lain, yaitu mencari pendanaan dari investor. Sejauh ini Jawbone memang sudah memperoleh total pendanaan sekitar $951 juta dari beberapa investor besar sekaligus, namun hampir semuanya dikabarkan sudah habis dan mereka kini mau tidak mau harus mencari pendanaan sekali lagi, khususnya dari mitra investor yang memang bermain di segmen kesehatan.

Jawbone memang sudah menunjukkan tanda-tanda kesulitan sejak lama; yang paling gampang, terakhir mereka merilis perangkat wearable baru adalah pada bulan April 2015, yaitu UP4. September 2016, Business Insider melaporkan bahwa salah satu aset terbesar Jawbone, yakni speaker Jambox, telah dijual sebagian, dan sekarang dikabarkan sudah benar-benar dijual habis.

Menariknya, Fitbit sempat dirumorkan berniat mengakuisisi Jawbone pada bulan Desember kemarin, namun Jawbone menolaknya. Bisa jadi Jawbone berpikiran bahwa keputusan pivot ini masih jauh lebih berprospek ketimbang ‘menyerahkan’ dirinya ke rival utamanya.

Sumber: TechCrunch.

Lima Hal yang Perlu Dilakukan Usai Pivot Startup

Idealnya ide awal yang dimiliki oleh startup diharapkan bisa berkembang dengan baik tanpa adanya perubahan yang berarti, namun faktanya 15-20% startup kebanyakan terpaksa untuk melakukan pivot karena tidak mengalami peningkatan yang positif terhadap model bisnis yang dimiliki sejak awal.

Saat ini ketika persaingan semakin ketat dan sudah banyak startup yang menuai kesuksesan, melakukan pivot adalah langkah yang wajib dilakukan ketika bisnis model tidak berjalan dengan baik.

Artikel berikut ini akan membahas 5 hal yang baiknya dilakukan usai pivoting startup.

Buat rencana bisnis yang fleksibel

Rencana bisnis biasanya dibuat berdasarkan survei, riset dan pengumpulan data yang relevan untuk bisnis. Hal tersebut termasuk dari target pasar yang diincar dan jenis produk apa yang ingin ditawarkan. Usai pivot ada baiknya untuk membuat rencana bisnis yang lebih fleksibel, dalam hal ini menjadi hal yang wajar jika pada akhirnya rencana bisnis bisa berubah atau dikoreksi saat bisnis mulai berjalan. Yang perlu diperhatikan jangan pernah takut untuk kemudian merubah rencana jika keadaan memaksa untuk melakukan hal tersebut.

Hindari rasa penyesalan

Saat ide awal tidak berjalan dengan baik dan startup pada akhirnya harus memilih untuk melakukan pivoting, banyak pemilik startup yang kerap melihat kebelakang dan merasa bersalah terhadap keputusan yang telah dibuat. Agar startup bisa berjalan dengan baik ke depan, hindari untuk melihat kesalahan yang telah dibuat karena hanya akan menimbulkan rasa penyesalan. Fokuslah kepada ide baru dan target yang ingin dicapai dengan model bisnis baru startup Anda.

Sertakan pengguna setia

Jika startup Anda telah memiliki pengguna setia yang ternyata tidak keberatan untuk ikut serta dalam rencana terkini startup, upayakan untuk mengajak pengguna setia tersebut untuk kemudian turut mencoba produk baru yang akan diluncurkan. Kumpulkan feedback dari pengguna setia Anda dan berikan keuntungan lebih bagi mereka ketika produk baru diluncurkan.

Kurangi fitur yang tidak berfungsi dengan baik

Salah satu cara yang bisa dilakukan sebelum pivoting dilakukan adalah coba cermati kembali kira-kira fitur apa yang sepertinya kurang berfungsi dengan baik dan tidak diminati oleh pengguna. Kurangi fitur atau layanan tersebut dan fokuskan kepada layanan yang Anda anggap menonjol dan bisa ditampilkan lebih banyak. Sudah banyak perusahaan teknologi yang melakukan kegiatan tersebut, di antaranya adalah Flickr, Instagram, dan Slack.

Ubah target pasar

Selama ini mungkin Anda menganggap target pasar yang dulu telah sesuai dengan produk dan model bisnis yang dimiliki, ketika pivoting telah dilakukan coba tentukan target pasar yang baru dan tentunya sesuai dengan karakteristik produk Anda.

Eric Ries, entrepreneur dan penulis buku The Lean Startup, mengungkapkan:

“A pivot is a structured course correction designed to test a new fundamental hypothesis about the product, strategy and engine of growth.”

Apakah Perusahaan Saya Bisa Berkompetisi dengan Kompetitor Kelas Kakap?

Ada pertanyaan yang selalu mencuat di benak Anda selaku founder startup, terutama mengenai pengembangan bisnis ke depannya. Yang paling umum Anda pertanyakan adalah apakah semua bisnis itu perlu kompetitor? Sebab, bisnis yang Anda jalani saat ini tergolong niche dan belum ada pemain yang terjun ke ranah tersebut.

Kemudian Anda akan ragu apakah perlu lakukan pivot dan bersaing dengan perusahaan yang sudah ditopang oleh investor dengan pendanaan lebih dari 10 juta dolar. Namun dari segi pasar sangat menjanjikan dan perusahaan tersebut baru satu-satunya di bermain di sana.

Dalam artikel ini, akan ada masukan dari para ahli yang dikira akan cukup berguna untuk membantu Anda menjawab pertanyaan di atas.

Kecepatan sebagai kekuatan utama

Seppo Haleva, eks Co-founder dan Lead Designer SelfAware Games, mengatakan di 2009 banyak orang mengira Zynga Poker adalah game kasino yang tidak terkalahkan. Mereka memiliki tim yang besar dengan sumber daya tidak terbatas, nama perusahaannya cukup diakui di kalangan internasional, banyak lagi pencapaian positif lainnya.

SelfAware Games hadir pertama kali hadir dengan jumlah pekerja hanya lima orang. Namun, sambungnya, strategi yang dilakukan oleh timnya cukup ampuh meluluhlantakkan menghancurkan Zynga Poker dalam sekejap. Bahkan SelfAware Games mampu mempertahankan posisinya di nomor satu selama bertahun-tahun.

Dia bilang, timnya mengerti games itu bukan hanya sekedar paham mekanismenya saja, tetapi juga pengalaman sosial yang akan pemain dapatkan. Mereka fokus ke bagian tersebut. Sementara, Zynga hanya fokus ke metrik dan “playbook” mereka. Akibatnya, pengguna Zynga akan diserang dengan notifikasi non stop setiap kali mereka login.

Pergerakan tim SelfAware juga tergolong cepat. Dengan jumlah orang yang sedikit mereka dapat melakukan hal besar. Misalnya, ketika Zynga melakukan update untuk UI, timnya mampu melakukan tiga update besar-besaran merombak keseluruhan game.

Menurutnya hal ini bisa terjadi karena kecepatan kerja dan membangun teknologi yang dapat membantu ekosistem kerja. Haleva menjelaskan, timnya tidak memiliki peta jalan dan rencana jangka panjang. Lebih fleksibel karena tidak perlu birokrasi bila di tengah jalan harus pivot.

Hal ini jugalah yang membuat tim SelfAware jadi nothing to lose dan berani mengambil risiko besar dengan fokus kepada orang untuk membentuk unsur sosial daripada fokus ke game saja. Menurut Halave, perusahaan skala besar itu tidak melulu membahas keuntungan sebab ada investor di belakang mereka yang siap menjadi polisi 24/7.

Meski perusahaan masih kecil, Anda harus terima fakta itu dan lakukan apa yang bisa dilakukan dengan sumber daya yang ada. Sebaiknya Anda tidak perlu khawatir dengan apa yang dilakukan oleh perusahaan besar, sebab mereka beroperasi di wilayah yang berbeda aturan mainnya dengan Anda.

Jika Anda membuat proses, produk, dan perusahaan hanya berfokus pada kekuatan Anda, maka akan lebih sulit bagi perusahaan lain untuk bersaing dengan Anda.

Jangan membanding-bandingkan

Ron Rule, CEO As Seen on TV, memberi jurus lainnya. Menurut dia, Anda tidah harus fokus mengalahkan kompetitor. Dari pengalaman sebelumnya, pihaknya menemukan inovasi perangkat SIP di 2008 dan harus berkompetisi dengan perusahaan seperti MagicJack, Ooma, dan Vonage.

Dia merasa, perusahaannya tidak pernah merasa ada di nomor satu untuk segmen bisnisnya. Bahkan, kemungkinan besar perusahaan besar tersebut belum sadar dengan bisnis Rule. Akan tetapi, sambungnya, buat apa jadi nomor satu? Toh selama ini bisnisnya masih rutin menjual jutaan unit perangkat.

Menurut Rule, sebaiknya Anda jangan membandingkan perusahaan sendiri dengan orang lain. Sebab ini akan mempengaruhi brand kompetitor jadi makin kuat, sementara brand Anda jadi underdog.

Punya investor bukan jadi patokan kesuksesan

Raymond Lau, Founder Leap Financial, menjelaskan Anda harus mengubah mindset bahwa memenangkan kompetisi tidak terpatok dari berapa banyak uang yang dimiliki. Ini tidak benar sama sekali. Cara nyata untuk menang adalah membangun produk yang dicintai pengguna.

Bingkai ulang kelemahan sebagai keuntungan. Kompetitor yang sudah ditopang oleh investor sudah divalidasi keberadaannya di pasar, ini adalah hal yang baik. Sebab akan jauh lebih beresiko ketika Anda bermain di sektor yang tidak ada kompetitor sama sekali.

Dia melanjutkan, hal lainnya yang patut menjadi keuntungan adalah tidak adanya birokrasi untuk mendapatkan persetujuan dari pemimpin teratas. Tidak perlu berurusan dengan pihak investor, rapat direksi, memberikan update ke investor, dan introduksi yang cukup buang-buang waktu.

Lakukan apa yang Anda pikir adalah jalan terbaik dan segera eksekusi. Jika Anda bangun produk sesuai apa yang orang inginkan, Anda memiliki potensi untuk menggalang dana lebih banyak dari kompetitor.

Sewa Properti Pribadi Jadi Fokus Baru Travelio

Pada April 2016, Travelio mengumumkan akan melakukan diversifikasi layanan dengan menambah jenis akomodasi yang dikelola, yakni dengan menambah apartemen, villa, guest host, homestay, hingga kost. Secara bertahap, langkah tersebut pun mulai direalisasikan sejak tiga bulan silam. CEO Travelio Hendry Rusli pun menegaskan bahwa langkah pivot ini akan menjadi fokus bisnis Travelio ke depannya dan tidak lagi fokus pada hotel.

“Tahun lalu itu kami lebih fokus ke hotel, [dengan fitur unggulan] tawar-menawar. Kami punya traksi yang cukup bagus waktu itu, tetapi kalau dibilang besar banget ya belum,” kata Hendry ketika ditemui di kantor baru Travelio yang terletak di Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat.

Hendry melanjutkan, “[Kemudian] Kami melihat lagi apakah bisnis ini sustainable dengan kompetitor yang begitu banyak, menjual produk yang sama, dan hanya dibebankan pada promosi-promosi saja? Jadi [yang] kami lihat tidak ada suatu inovasi, hanya jual produk yang sama dengan harga yang berbeda.”

Dari latar belakang tersebut lah Hendry dan juga rekan lainnya mulai berpikir untuk merambah ke bisnis sewa properti pribadi layaknya AirBnb. Namun, tidak langsung dilakukan. Hendry bercerita bahwa mereka terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada beberapa ahli properti dan investor.

Hendry mengatakan, “Mereka [investor dan ahli] bilang, kenapa kalian tidak pindah ke model bisnis ini [menyewakan properti pribadi]? Itu lebih bagus dan lebih menarik.”

Setelah bertemu dengan investor yang memiliki kesamaan visi dan misi, langkah untuk pivot ke sewa bisnis properti pribadi layaknya AirBnB ini pun mulai dijalankan secara bertahap. Setidaknya, menurut Hendry, sudah berjalan sejak tiga bulan lalu. Meski hotel masih ada dalam perpustakaan properti Travelio, Hendry juga menegaskan bahwa itu tidak lagi menjadi emphasize bisnis.

Tantangan yang harus dihadapi

[Tengah] CEO Travelio Hendry Rusli dan tim saat acara open house jantor baru Travelio / DailySocial
[Tengah] CEO Travelio Hendry Rusli dan tim saat acara open house kantor baru Travelio / DailySocial
Dari permukaan, proses pivot bisnis Travelio memang terlihat mulus. Namun, pada kenyataannya tidak seperti itu. Selain harus rela kehilangan trafik terlebih dahulu, rupanya mengubah kebiasaan orang di bidang properti untuk beralih ke online pun masih harus dilewati.

“Tantangannya itu, yang pasti semua nomernya itu turun karena kami pindah. Tadinya pengguna-pengguna layanan kami kan hotel. Kedua, masih banyak terjadi offline transaction. Jadi, bagaimana caranya kami membawa itu ke online,” ujar Hendry.

Pun begitu, Hendry optimis kendala-kendala yang dialami pihaknya saat ini akan mampu dilewati. Ia menganalogikan kendala ini tak ubahnya seperti metode cash on delivery yang dialami oleh pelaku e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, dan yang lainnya yang kini angka transaksinya mulai berkurang dan berganti ke arah digital.

“Google berhasil mengubah cara mencari, Facebook mengubah cara untuk terhubung dengan sesama, Tokopedia mengubah cara orang menjual sesuatu, dan Go-jek mengubah cara orang memesan ojek. Hal yang kami alami sekarang sebenarnya tidak jauh berbeda, dan jika kami bisa mengubah cara orang untuk menyewa properti secara online, artinya kami telah berhasil [melakukan hal yang sama dengan Google, Facebook, dan lainnya],” ujar Hendry.

Ketika disinggung mengenai rencana dan target di tahun depan, jawaban Hendry tidak jauh berbeda dengan saat Travelio terjun ke pasar, yaitu tetap fokus di industri travel dan mengembangkan layanan Travelio untuk menjadi yang nomor satu di Indonesia. Toh, pasarnya juga masih terbuka lebar dan belum ada pemenang pasti di area ini.

Application Information Will Show Up Here

Empat Cara Tepat Melakukan Pivot Startup

Ketika startup memutuskan untuk melakukan pivoting, artinya Anda telah berani untuk melakukan hal yang baru dan jauh dari ‘comfort zone’ yang selama ini telah terbiasa untuk dilakukan. Agar proses pivot startup bisa berjalan dengan lancar, ada baiknya untuk memperhatikan hal-hal dasar yang bisa mempengaruhi kelanjutan proses pivoting. Artikel berikut ini akan membantu startup Anda melakukan tahap pivot yang tepat dan tentunya sempurna.

Pertajam kemampuan bisnis

Saat ini startup makin banyak jumlahnya menawarkan beragam layanan, fitur berbasis digital untuk mempermudah kehidupan orang banyak. Jika startup Anda terbilang sukses menghadirkan inovasi terkini 2 atau 5 tahun yang lalu, belum tentu produk tersebut menjadi relevan untuk saat ini. Pertajam kemampuan bisnis Anda sebagai pemilik startup, dan hadirkan ide-ide baru yang segar, unik dan berbeda dengan layanan startup baru yang mulai eksis dan menggantikan layanan yang ditawarkan startup lama yang tidak memiliki inovasi produk.

Dengarkan feedback pelanggan setia

Salah satu kesalahan fatal yang dilakukan oleh startup adalah, cenderung untuk membuat produk yang tidak diminati oleh pasar, dengan demikian produk tidak diterima dengan baik dan bisnis berakhir bangkrut. Pastikan Anda untuk mendengarkan dengan baik masukan, kritikan dan keinginan dari pengguna setia Anda di startup sebelumnya, posisikan diri Anda sebagai pengguna dan hal apa yang ingin Anda (pengguna) dapatkan dari layanan baru startup. Untuk bisa sukses melakukan pivoting, pastikan Anda mengerti keinginan pengguna, untuk itu dengarkan baik-baik apa yang pengguna sampaikan.

Ciptakan produk terbaik

Anda boleh saja menghabiskan uang untuk kegiatan pemasaran dan promosi secara masif, namun jika produk yang Anda buat tidak bekerja dengan baik, jangan harap proses pivoting Anda bakal berakhir dengan baik pula. Sebelum Anda meluncurkan produk baru pasca pivoting, pastikan untuk melakukan pengecekan, uji coba dan buatlah versi Beta, sebelum Anda melakukan kegiatan pemasaran dan promosi peluncuran produk.

Ajak pengguna Anda saat ini mencoba produk baru

Manfaatkan pengguna setia Anda untuk mencoba produk baru Anda sebelum dilemparkan ke pasar. Kumpulkan semua feedback apakah itu negatif atau positif dari pengguna Anda yang telah setia menggunakan produk startup Anda yang sebelumnya dan masih memiliki minat yang cukup besar untuk mencoba produk startup yang baru. Jika produk telah siap untuk diluncurkan, ciptakan hubungan baik dengan pengguna lama Anda dengan menawarkan layanan tambahan dan keuntungan lebih yang bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pengguna setia Anda.