LightSpeed LA, Studio Baru Tencent untuk Buat Game PS5 dan Xbox Series X

Tencent Games akan membuka studio game baru di Orange County, California, Amerika Serikat. Studio tersebut akan masuk ke dalam divisi Lightspeed & Quantum, salah satu dari empat studio game di bawah Tencent. Studio baru yang dinamai LightSpeed LA ini akan fokus mengembangkan game AAA untuk konsol next-gen, yaitu Sony PlayStation 5 dan Xbox Series X.

Selama berpuluh-puluh tahun, pemerintah Tiongkok melarang penjualan konsol. Hal ini membuat perusahaan game di negara tersebut tak tertarik untuk mengembangkan game konsol. Namun, beberapa tahun belakangan, pemerintah Tiongkok telah mulai mengizinkan penjualan konsol secara resmi. Keputusan itu mendorong pertumbuhan industri game konsol di negeri Tirai Bambu tersebut.

Tak hanya itu, keputusan pemerintah Tiongkok untuk melegalkan penjualan konsol membuat perusahaan-perusahaan game asal Tiongkok, seperti Tencent dan NetEase, menjadi tertarik untuk membuat studio yang membuat game konsol. Pada awal Juni 2020, NetEase mengumumkan bahwa mereka akan membuka studio di Jepang yang fokus untuk membuat game bagi konsol next-gen.

tencent ps5
Penjualan konsol di Tiongkok menunjukkan kenaikan. | Sumber: VentureBeat

Studio baru Tencent, LightSpeed LA, akan bermarkas di Orange County. Studio tersebut akan dipimpin oleh Steve Martin, yang pernah bekerja untuk Rockstar. Martin memegang jabatan pemimpin dalam proses pembuatan Grand Theft Auto 5 dan Red Dead Redemption 2. Di LightSpeed LA, dia akan menjadi pemimpin studio. Selain sebagai Studio Head, Martin juga akan menduduki posisi Executive Producer of Development.

“Kami akan membuat budaya pembuatan game baru yang menggabungkan pengembangan game kelas dunia dengan lingkungan kerja yang bebas stres,” kata Martin, menurut laporan GamesIndustry. Dia berjanji, studio yang dia pimpin tidak akan menerapkan budaya crunching, yang memaksa para pekerja untuk bekerja dalam waktu lama dan mengorbankan waktu pribadi atau bahkan kesehatan para karyawan. “Sejak awal, tim kami akan fokus untuk membuat game terbaik dan pada saat yang sama mendorong pekerja aktif berkolaborasi serta membangun integritas dan kreativitas.”

Selain Martin, LightSpeed LA telah merekrut sejumlah karyawan berpengalaman yang pernah bekerja di perusahaan game besar, termasuk Rockstar Games, Respawn Entertainment, 2K Games, dan Insomniac.

Sumber header: WCCFtech

Analis: PlayStation 5 Bakal Lebih Laku dari Xbox Series X

Sony baru saja memperkenalkan PlayStation 5. Namun, baik PlayStation 5 maupun Xbox Series X dari Microsoft belum tersedia di pasar. Hal ini tidak menghentikan para analis untuk memprediksi apakah kedua konsol next-gen tersebut akan laku. Piers Harding-rolls, Research Director for Games dari Ampere Analysis percaya, PlayStation 5 akan lebih laku daripada Xbox Series X.

Pada 2020, Harding-Rolls memperkirakan, PlayStation 5 akan terjual sebanyak 4,6 juta unit. Sementara penjualan Xbox Series X hanya akan mencapai 3,3 juta unit. Empat tahun kemudian, dia memprediksi, total penjualan PlayStation 5 akan jauh lebih banyak dari Xbox Series X. Pada 2024, Sony diperkirakan akan menjual 66 juta unit PlayStation 5 sementara Microsoft akan menjual sekitar 37 juta unit Xbox Series X.

Harding-Rolls mengatakan, kali ini, Microsoft memang lebih siap untuk bersaing dengan Sony jika dibandingkan ketika mereka meluncurkan Xbox One untuk menyaingi PlayStation 4. Salah satu alasannya, Microsoft diperkirakan akan menjual Xbox Series X dengan harga yang sama dengan PlayStation 5. Memang, sebelum ini, Microsoft menjelaskan strategi mereka untuk merilis konsol baru di tengah pandemi. Selain itu, Microsoft juga akan meluncurkan game Halo baru bersamaan dengan peluncuran Xbox Series X. Mereka juga telah menanamkan investasi besar untuk mengembangkan game studio sendiri.

Sayangnya, Harding-Rolls merasa, semua itu tidak cukup untuk membuat Xbox Series mengalahkan PlayStation 5 dalam hal total penjualan. Memang, saat ini, Sony mendominasi pasar konsol dengan PlayStation 4. Mereka juga telah menyiapkan lusinan game eksklusif untuk konsol baru mereka. Tak hanya itu, mereka memiliki fans PlayStation yang setia.

Namun, Harding-Rolls mengaku skeptik pasar konsol akan tumbuh. Dia menduga, total penjualan PlayStation 5 dan Xbox Series X hanya akan mencapai 103 juta unit, lebih rendah dari total penjualan PS4 dan Xbox One. Memang, dari generasi ke generasi, total penjualan konsol buatan Sony dan Microsoft menunjukkan penurunan. Sebagai perbandingan, total penjualan PlayStation 2 dan Xbox menembus 179 juta unit, sementara PlayStation 3 dan Xbox 360 mencapai 171 juta unit, dan PlayStatoin 4 serta Xbox One 157 juta unit per Maret 2020.

“Pasar konsol memang masih cukup besar dan masih akan tetap bertahan selama beberapa generasi konsol ke depan. Namun, dalam 10 tahun belakangan, terlihat bahwa pasar konsol tidak tumbuh meskipun Sony dan Microsoft berhasil meningkatkan penjualan konsol mereka dan cukup fokus dalam mendorong penjualan konsol dengan memasuki kawasan baru,” kata Harding-Rolls, menurut laporan GamesIndustry.

Menurut laporan ComicBook, ada beberapa alasan mengapa pasar konsol game mengalami penurunan, seperti semakin populernya mobile gaming, keberadaan Nintendo Switch, dan meningkatnya ketertarikan untuk memainkan game di PC.

Sumber header: Wccftech

Sony PlayStation 5 akan Berdampak Besar ke Dunia Esports

Sony baru saja meluncurkan PlayStation 5 dan memperkenalkan banyak game untuk konsol tersebut. Peluncuran PlayStation 5 tentu akan memberikan dampak besar pada industri game. Keberadaan konsol next-gen tersebut juga akan memengaruhi dunia esports. Pasalnya, ada sejumlah game esports yang memang dimainkan di konsol.

Beberapa tahun lalu, Sony menjalin kerja sama dengan Activision sehingga semua pertandingan dalam Call of Duty League hanya menggunakan PlayStation 4. Memang, pada awalnya, sempat adalah masalah teknis. Namun, setelah masalah itu diatasi, PlayStation 4 berhasil menjadi platform yang stabil untuk kompetisi Call of Duty. Di masa depan, Call of Duty League juga tampaknya masih akan dimainkan di PlayStation. Dan seperti yang disebutkan oleh Forbes, tidak tertutup kemungkinan, Sony akan memperpanjang kerja samanya dengan Activision untuk mencakup PlayStation 5.

playstation 5 esports
Controller dari Sony PlayStation 5.

Jika Sony ingin agar Call of Duty League hanya menggunakan PlayStation, salah satu hal yang harus mereka perhatikan adalah soal controller. Saat CDL menggunakan controller Bluetooth dari PS4, hal ini menyebabkan masalah koneksi karena pada hari pertandingan, ada ratusan controller yang terhubung ke PS4. Pada akhirnya, controller harus dihubungkan ke konsol menggunakan kabel buatan pihak ketiga. Jika Sony ingin PS5 menjadi konsol utama untuk pertandingan esports, mereka harus mempertimbangkan penggunaan controller berkabel.

Selain Call of Duty, game-game olahraga seperti FIFA, NBA, dan Madden juga dimainkan di konsol. Hanya saja, kompetisi dari game-game ini biasanya diadakan di Xbox dan PlayStation. Dengan peluncuran PlayStation 5, kemungkinan, hal itu tidak akan berubah. Namun, jika Sony bisa menjalin kerja sama dengan publisher salah satu game tersebut sehingga pertandingan game itu hanya diadakan di PlayStation, hal ini bisa menarik publisher lain untuk melakukan kolaborasi yang sama. Untuk merealisasikan hal itu, lagi-lagi Sony harus memastikan bahwa controller dari PS5 memang nyaman digunakan. Mereka juga bisa bekerja sama dengan pihak ketiga untuk membuat controller PS5, yang cukup sering digunakan oleh para pemain profesional.

Selama ini, konsol PlayStation memang sudah digunakan di sejumlah kompetisi esports. Ke depan, pertandingan esports dari game-game seperti Call of Duty dan FIFA juga masih akan menggunakan PlayStation. Namun, akan menarik jika ada game PS5 yang sama sekali baru yang menjadi sebuah game esports.

Sony Resmi Perkenalkan PlayStation 5 Beserta Lusinan Game-nya

Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Lewat sebuah live stream, Sony resmi menyingkap wujud PlayStation 5 secara utuh setelah sebelumnya lebih dulu mengungkap spesifikasi beserta controller-nya.

Kalau Xbox Series X kelihatan seperti sebuah gaming PC, PS5 sebenarnya juga demikian, tapi yang biasanya berasal dari brand Alienware. Ya, desainnya langsung mengingatkan saya pada PC besutan divisi gaming Dell tersebut, dan meskipun gambar-gambar promonya menunjukkan PS5 dalam posisi vertikal, ia sebenarnya juga bisa diposisikan secara horizontal.

Satu hal yang sangat mengejutkan (dan sangat cerdas menurut saya) adalah adanya dua varian PS5: satu dengan Blu-ray disc drive, satu lagi tanpa optical disc drive sama sekali dengan label “Digital Edition”. Spesifikasi dan performa keduanya dipastikan identik, tapi tentu saja varian Digital Edition tidak bisa merangkap fungsi sebagai Blu-ray player. Buat yang penasaran dengan performanya, demonstrasi Unreal Engine 5 (yang dijalankan di PS5) belum lama ini semestinya bisa memberikan gambaran.

PlayStation 5 Digital Edition ini merupakan langkah yang sangat cerdas, sebab saya yakin ada banyak konsumen di luar sana yang benar-benar sudah malas berkutat dengan media penyimpanan fisik (saya salah satunya). Harga jualnya juga sudah pasti lebih terjangkau daripada varian standar yang dilengkapi Blu-ray drive.

Namun perlu diingat juga, keuntungan lain membeli versi fisik suatu game adalah, game-nya itu bisa kita jual saat kita sudah bosan atau sudah menamatkannya. Di Indonesia, pasar game PS4 bekas (secondhand) tergolong cukup besar, dan saya yakin kasusnya bakal sama untuk PS5 nanti.

Sony PlayStation 5

PS5 versi standar yang dilengkapi Blu-ray drive mungkin punya banderol lebih mahal daripada PS5 Digital Edition – sayangnya Sony belum merincikan harga masing-masing varian – akan tetapi konsumennya punya opsi untuk menjual koleksi game fisiknya jika mau.

Selain console PS5 itu sendiri, Sony juga mengungkap sejumlah aksesori yang bakal mendampinginya. Mulai dari charging dock untuk controller DualSense, wireless headset dengan dukungan 3D audio, media remote dengan dukungan perintah suara, sampai sepasang webcam 1080p, semuanya akan dipasarkan bersama PS5 memasuki musim liburan nanti.

9 game eksklusif dari PlayStation Studios

Masih ingat dengan PlayStation Studios? Nama baru dari Sony Interactive Entertainment Worldwide Studios itu telah menyiapkan 9 judul eksklusif untuk dinikmati di PS5. Yang pertama adalah Horizon Forbidden West, sekuel Horizon Zero Dawn yang memukau dari sisi grafik, cerita maupun gameplay.

Dalam Forbidden West, pemain akan kembali menjalankan Aloy, kali ini di lokasi-lokasi baru yang lebih bervariasi. Petualangan yang lebih besar menanti para penggemar action RPG garapan Guerilla Games ini.

Selanjutnya, ada Marvel’s Spider-Man: Miles Morales, sekuel dari Marvel’s Spider-Man karya Insomniac Games. Buat yang pernah menonton Spider-Man: Into the Spider-Verse, nama Miles Morales semestinya terdengar tidak asing. Ya, tokoh utama film animasi dari tahun 2018 itu bakal menjadi protagonis utama di game ini.

Selain Spider-Man, suguhan lain Insomniac Games buat PS5 adalah Ratchet & Clank: Rift Apart. Anda tak harus menjadi penggemar seri Ratchet & Clank untuk bisa mengapresiasi game terbarunya ini; Insomniac berhasil memanfaatkan narasi game yang bertema petualangan lintas dimensi untuk memaksimalkan kapabilitas hardware PS5, terutama SSD super-cepatnya yang memungkinkan sang lakon untuk berpindah dari satu dunia ke yang lain tanpa diinterupsi loading screen sekali pun.

Berikutnya, ada Demon’s Souls yang merupakan remake dari game berjudul sama karya FromSoftware. Grafik yang ditawarkan versi remake-nya ini terlihat istimewa, dan reputasi pengembangnya (Bluepoint Games) yang jadi taruhan. Yup, mereka adalah studio yang sama yang mengerjakan remake Shadow of the Colossus buat PS4 dua tahun lalu.

PlayStation baru tanpa Gran Turismo baru terkesan tidak afdal, dan untuk itulah Gran Turismo 7 eksis. Selain grafik yang makin memukau, Gran Turismo 7 juga akan kembali menghadirkan mode GT Simulation yang legendaris, pengalaman menyetir yang lebih realistis berkat haptic feedback pada controller DualSense, serta dukungan 3D audio untuk menunjukkan posisi mobil-mobil kompetitor.

Game selanjutnya pasti terdengar tidak asing bagi penggemar seri LittleBigPlanet. Sackboy A Big Adventure siap mengajak pemain bertualang bersama maskot imut LittleBigPlanet tersebut. Petualangannya juga tak perlu dijalani sendirian; game ini turut mendukung co-op multiplayer hingga empat pemain sekaligus.

Berikutnya, ada Returnal yang merupakan third-person shooter tapi dengan elemen roguelike. Jadi setiap kali karakter utamanya mati, permainan bukannya berakhir, melainkan justru membawa kita ke dunia baru yang berubah total. Returnal dikerjakan oleh Housemarque, studio asal Finlandia yang portofolionya mencakup gamegame seperti Resogun maupun Nex Machina.

Twisted Metal dengan nuansa konyol ala Rocket League, itulah kesan yang saya dapat setelah menonton trailer Destruction AllStars. Jujur saya sudah lupa kapan terakhir memainkan permainan vehicle-based combat seperti ini.

Terakhir, ada Astro’s Playroom yang akan tersedia secara cuma-cuma (pre-loaded) di PS5. Game ini melanjutkan petualangan sang robot lucu bernama Astro yang sebelumnya hanya bisa dinikmati lewat medium VR.

Game-game lain dari developer pihak ketiga

Di luar PlayStation Studios, sederet developer dan publisher lain turut memamerkan sejumlah karyanya buat PS5, termasuk komunitas developer indie. Kita mulai dari yang paling ajaib, yakni Grand Theft Auto V. Ajaib karena game garapan Rockstar ini seakan tidak mau mati dimakan usia.

GTA V pertama dirilis untuk PS3 di tahun 2013, sebelum akhirnya dirilis ulang di PS4 dengan peningkatan kualitas visual. Tahun depan, GTA V (plus GTA Online) akan dirilis kembali untuk kali kedua di PS5, dan lagi-lagi dengan janji kualitas visual yang lebih baik, beserta sejumlah penyempurnaan teknis lainnya. Tebakan saya: GTA V bakal berjalan di resolusi 4K 60 fps pada PS5.

Lanjut ke Godfall, game terbitan Gearbox ini bakal menjalani debutnya di PS5 sekaligus PC. Permainan menyuguhkan latar medieval yang apik, dan bakal mengawinkan combat ala Dark Souls dengan elemen looting equipment legendaris ala seri Borderlands. Trailer terbarunya di atas akhirnya menunjukkan model gameplay-nya, setelah sebelumnya cuma hadir dalam wujud trailer sinematik.

Resident Evil Village alias Resident Evil 8 bakal melanjutkan kembali perspektif first-person yang diperkenalkan game sebelumnya. Capcom menjanjikan porsi yang lebih besar pada elemen eksplorasi dan combat, dan jalan ceritanya sendiri melanjutkan peristiwa yang terjadi pada Resident Evil 7.

Sci-fi tapi dengan bumbu mistis, kira-kira seperti itu gambaran yang saya dapat setelah menonton trailer Pragmata di atas. Sejauh ini tidak banyak yang diketahui tentang game bikinan Capcom ini, sebab jadwal perilisannya sendiri masih jauh (2022).

Jujur saya paling excited dengan yang satu ini. Deathloop digarap oleh Arkane Studios, developer di balik seri Dishonored. Kalau melihat trailer-nya, Deathloop akan kembali menerapkan formula stealth yang serupa, lengkap dengan sejumlah skill yang sangat menarik dan menggugah hasrat bermain. Yang sedikit berbeda, selain setting dan persenjataannya, adalah tempo permainan yang sepertinya lebih cepat pada Deathloop.

Shinji Mikami kembali memeriahkan kategori game horor dengan Ghostwire: Tokyo. Protagonisnya merupakan seorang pemuda dengan beragam kemampuan telekinesis dan sihir, dan tugasnya adalah menyelamatkan Tokyo dari kepunahan sekaligus menguak misteri di balik hilangnya 99% dari populasi kota tersebut.

Kalau Oddworld: New ‘n’ Tasty yang dirilis di tahun 2014 merupakan remake dari Oddworld: Abe’s Oddysee, maka Oddworld: Soulstorm ini bisa dilihat sebagai remake dari sekuelnya, Oddworld: Abe’s Exoddus. Namun ketimbang sebatas merombak visual dan gameplay, Soulstorm juga bakal menghadirkan sejumlah elemen yang benar-benar baru.

Judul indie yang paling menarik kalau menurut saya, Kena: Bridge of Spirits dikerjakan oleh Ember Lab, studio yang sebelumnya menekuni bidang animasi dan perfilman. Permainan mengisahkan perjalanan seorang pemuda yang mencoba menguak misteri di balik peristiwa mengenaskan yang menimpa desanya.

Visualnya terlihat begitu menarik, dan developer-nya juga menjanjikan narasi yang mendalam. Combat yang disajikan juga cukup memikat, terutama berkat sejumlah skill yang sanggup memanipulasi kondisi lingkungan di sekitar sang protagonis.

Gameplay lengkapnya belum diungkap, namun teaser di atas sudah bisa menggambarkan grafik menawan yang NBA 2K21 tawarkan. 2K sepertinya sengaja menampilkan adegan-adegan penuh bayangan, sebab seperti yang kita tahu, dukungan ray tracing bakal menjadi salah satu fitur unggulan PS5 di samping waktu loading yang luar biasa cepat.

Digarap oleh pengembang Octodad: Dadliest Catch, Bugsnax mengisahkan petualangan seorang jurnalis ke Snaktooth Island untuk bertemu dan mewawancara langsung makhluk jenaka bernama Bugsnax, yang dideskripsikan sebagai separuh serangga (bug), separuh jajanan (snack). Meski sepintas terlihat penuh kekonyolan, Bugsnax disebut juga bakal menjadi panggung demonstrasi yang pas buat kapabilitas controller DualSense.

Action RPG dengan dunia semi-open world dan elemen survival, deskripsi itu saja sebenarnya sudah membuat Little Devil Inside sangat menarik perhatian, apalagi ditambah dengan grafik poligonal yang apik. Trailer-nya bisa dibilang penuh intrik: sesekali menampilkan setting fantasi dengan beragam monster ala The Witcher, tapi beberapa saat juga menunjukkan suasana kehidupan urban.

Goodbye Volcano High terdengar sangat cocok dijadikan judul sebuah serial TV, dan ternyata developer game ini juga ingin memberikan pengalaman yang serupa seperti kegiatan binge watching drama romansa. Bedanya, berhubung pemain bakal dihadapkan dengan banyak pilihan di sepanjang permainan, narasinya otomatis bakal bercabang dan pada akhirnya menuntut lebih dari satu playthrough untuk mendalami cerita lengkapnya.

Hitman 3 bakal menjadi penutup dari trilogi World of Assassination dan kembali menempatkan pemain sebagai Agent 47, dan kontrak yang dijalaninya dalam game ini disebut sebagai yang terpenting di sepanjang kariernya. Permainan sekali lagi bakal membebaskan kita dalam memilih solusi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan misi, dan itu membuka potensi agar game bisa kita tamatkan lebih dari satu kali (dengan cara penyelesaian misi yang berbeda tentu saja).

Project Athia, judulnya terkesan seperti belum final (dan memang kenyataannya demikian), namun teaser singkatnya di atas berhasil menarik perhatian saya, terutama berkat sejumlah cuplikan gameplay yang turut dihidangkan – biasanya kalau game masih dalam tahap pengembangan, kita hanya akan diberi trailer sinematiknya saja.

Fakta menarik lain seputar game ini adalah, ia dikerjakan oleh Luminous Productions, studio baru yang Square Enix dirikan di tahun 2018, dengan sejumlah personil yang berasal dari tim pengembang Final Fantasy XV.

Apa jadinya kalau Shadow of Colossus mengambil tema sci-fi dengan setting antariksa dan gaya visual cel-shaded? Kemungkinan hasil jadinya mirip game berjudul Solar Ash ini. Solar Ash merupakan game kedua Heart Machine, kreator game indie yang cukup populer dari tahun 2016, yaitu Hyper Light Drifter.

Temanya petualangan lintas planet, tapi ketimbang menyajikan potret galaksi yang penuh warna, Jett: The Far Shore lebih memilih menampilkan suasana kelam di suatu planet mirip Bumi. Trailer-nya penuh dengan misteri, dan itulah yang harus pemain pecahkan dalam permainan bergaya sinematik ini.

Persembahan terbaru Annapurna Interactive berjudul Stray ini menempatkan pemain sebagai seekor kucing yang tersesat di sebuah kota di masa depan. Tujuannya tidak lebih dari sebatas pulang dan berjumpa kembali dengan keluarganya, meski itu tentu bukanlah hal yang mudah, apalagi mengingat kotanya mirip Kowloon Walled City versi cyberpunk.

Pertama diumumkan di akhir 2018, The Pathless mengisahkan petualangan seorang pemanah bersama burung elang peliharaannya di dunia yang penuh keajaiban. Awalnya game ini ditujukan buat PS4, namun sekarang developer Giant Squid mengumumkan bahwa The Pathless juga akan hadir di PS5, dan bakal memaksimalkan kapabilitas hardware-nya, terutama controller DualSense demi semakin menumbuhkan kesan immersive.

Sumber: PlayStation Blog 1, 2.

Bungie Sudah Siapkan Expansion Pack Destiny 2 Sampai Dua Tahun ke Depan

Bungie meluncurkan Destiny pertama kali di tahun 2014. Lalu di tahun 2017, Destiny 2 datang menyusul. 2020 adalah tahun ketiga bagi Destiny 2, dan bersamanya muncul pertanyaan: “Apakah Bungie bakal segera merilis Destiny 3?”

Pertanyaan tersebut cukup wajar mengingat kita juga akan berjumpa dengan console generasi baru tahun ini. Destiny 3 sebagai salah satu game andalan PlayStation 5 dan Xbox Series X merupakan premis yang terdengar menjanjikan. Namun Bungie rupanya tidak sependapat.

Ketimbang merilis Destiny 3 dan melupakan Destiny 2 sepenuhnya, Bungie lebih memilih untu mengembangkan Destiny 2 lebih lanjut. Komitmen mereka tidak main-main, tiga expansion pack bahkan sudah mereka jadwalkan untuk dirilis setiap tahunnya sampai 2022: “Beyond Light” (September 2020), “The Witch Queen” (2021), dan “Lightfall” (2022).

Destiny 2 expansion packs

Singkat cerita, Bungie tidak ingin mengulangi kesalahan sebelumnya, di mana mereka menghidangkan konten baru lewat Destiny 2, tapi di saat yang sama memaksa pemain mengabaikan seluruh progresnya selama memainkan Destiny orisinal. Meski begitu, Bungie mengaku ada tantangan lain yang harus mereka hadapi dengan mengambil rute baru ini.

Tantangan yang dimaksud adalah menumpuknya konten, yang sebagian mungkin sudah tidak lagi relevan saat suatu expansion baru telah dirilis. Untuk mengatasinya, Bungie sudah menyiapkan solusi dalam bentuk Destiny Content Vault (DCV). DCV bakal menjadi sejenis wadah sirkulasi bagi konten-konten lama yang sudah jarang dimainkan.

Lewat DCV, Bungie juga berencana menghadirkan konten-konten dari Destiny pertama yang sangat populer pada masanya (yang tentu saja sudah dioptimalkan untuk Destiny 2). Menurut Bungie, sirkulasi konten ini penting demi menjaga agar Destiny 2 tidak kelewat kompleks dan tidak dibanjiri bug, tapi di saat yang sama masih bisa menyuguhkan konten-konten baru.

Beyond Light bakal menghadirkan lokasi baru bernama Europa / Bungie
Beyond Light bakal menghadirkan lokasi baru bernama Europa / Bungie

Lalu bagaimana Bungie akan mengantisipasi kedatangan PS5 dan Xbox Series X? Well, Bungie memastikan Destiny 2 bakal tersedia di kedua console tersebut, dan performanya akan dioptimalkan supaya bisa berjalan di resolusi 4K 60 fps.

Namun yang lebih penting lagi, pemain Destiny 2 di PS4 dan Xbox One tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk bisa memainkannya di PS5 dan Xbox Series X. Sederhananya, Bungie bakal menyediakan upgrade secara gratis, dan ini termasuk semua konten ekstra yang pernah pemain beli.

Lebih lanjut, fitur cross-play juga sudah Bungie rencanakan, yang berarti nantinya para pemain PS4 dan PS5 bisa saling bertemu, demikian pula para pemain Xbox One dan Xbox Series X.

Sumber: Destructoid.

NetEase Buka Sakura Studio di Jepang, Fokus ke Game Konsol Next-Gen

NetEase baru saja mengumumkan bahwa mereka akan membuka studio baru di Tokyo, Jepang. Studio yang dinamai Sakura Studio tersebut akan fokus untuk membuat game-game dari konsol generasi berikutnya, seperti Sony PlayStation 5 dan Xbox Series X.

“NetEase Games berharap, kami dapat mengintegrasikan teknologi dan keahlian manufaktur kami untuk memberikan pengalaman bermain game yang sama sekali baru bagi gamer,” kata NetEase, seperti dikutip dari Games Industry.

NetEase adalah perusahaan game terbesar kedua di Tiongkok setelah Tencent. Selama ini, perusahaan game Tiongkok biasanya tidak terlalu memerhatikan game konsol karena pemerintah melarang penjualan konsol. Selain itu, kontribusi game konsol ke total pemasukan industri game tidak mencapai dari 1 persen. Namun, belakangan, Tencent mulai tertarik untuk membawa game mereka ke konsol. Tencent juga menjadi distributor Nintendo Switch di negara asalnya. Jadi, tidak aneh jika NetEase juga tidak mau kalah.

Game PC dan mobile buatan NetEase terkenal dengan kualitasnya. Belum lama ini, mereka mencoba untuk masuk ke pasar game konsol dengan melakukan porting game battle royale mereka ke konsol,” kata Daniel Ahmad, analis senior di Niko Partners, perusahaan analisa game yang fokus ke pasar Asia, menurut laporan Pocket Gamer. “Sekarang, mereka mulai mempertimbangkan untuk menggunakan strategi multiplatform dengan membuat game yang bisa dimainkan di berbagai platform.”

Pada akhir Mei 2020, NetEase memberikan laporan keuangan terbarunya. Ketika itu, mereka mengatakan bahwa pemasukan mereka sepanjang Q1 2020 mencapai 17,1 miliar yuan (sekitar Rp33,8 triliun), naik 18,3 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Memang, di tengah pandemi virus corona, industri game di Tiongkok justru mengalami pertumbuhan. Begitu juga di Amerika Serikat.

Saat mengumumkan laporan keuangan mereka, NetEase juga membanggakan fakta bahwa beberapa game mereka mendapat pengakuan internasional, khususnya di Jepang. Dua game NetEase, Knives Out dan Identity V, memang terbukti populer di Negeri Sakura tersebut.

Sumber header: Facebook

Deretan Event Gaming Paling Dinanti di Pertengahan 2020

Memasuki bulan Juni, segudang berita dari perhelatan E3 biasanya sudah membanjiri media-media gaming. Tahun ini tidak demikian. Seperti yang kita ketahui, E3 2020 resmi dibatalkan akibat pandemi COVID-19.

E3 boleh batal digelar, namun itu bukan berarti industri gaming tahun ini harus melesu. Demi tetap menjaga suasananya tetap meriah di tengah pandemi, sejumlah developer dan publisher memutuskan untuk mengadakan event digitalnya sendiri.

Berikut adalah daftar event gaming paling dinanti di pertengahan tahun 2020. Selain yang digelar developer dan publisher, ada pula event yang diadakan oleh media gaming maupun pihak ketiga lainnya.

Sony PlayStation 5: The Future of Gaming

Sony PS5 Future of Gaming

Tidak seperti Xbox Series X, wujud PlayStation 5 hingga kini masih misteri. Entah kapan Sony bakal mengungkapnya, tapi yang pasti event digital ini dimaksudkan untuk memamerkan sejumlah game yang bakal tersedia di console tersebut.

Awalnya dijadwalkan berlangsung pada tanggal 4 Juni via Twitch dan YouTube, event ini akhirnya Sony tunda sebagai bentuk solidaritas mereka terhadap kasus rasisme di Amerika Serikat yang tengah ramai dibicarakan. Sony belum mengungkap jadwal penggantinya.

Night City Wire

Night City merupakan nama lokasi utama dalam game Cyberpunk 2077. Mendengar namanya saja, kita sudah tahu bahwa event ini bakal mengungkap lebih banyak lagi mengenai karya terbaru CD Projekt Red tersebut.

Live stream Night City Wire dijadwalkan berlangsung pada tanggal 11 Juni, akan tetapi akhirnya ditunda menjadi 25 Juni atas alasan yang sama seperti Sony tadi.

Guerrilla Collective

Guerrilla Collective

Guerrilla Collective adalah festival game baru hasil kolaborasi antara Media Indie Exchange dan Kinda Funny Games Showcase. Acara dijadwalkan berlangsung mulai 13 – 15 Juni mendatang.

Beberapa nama familier yang bakal terlibat dalam event ini di antaranya adalah 11 Bit Studios (Frostpunk), Coffee Stain (Goat Simulator), Humble Bundle, Nightdive (System Shock Remake), Paradox Interactive, Sega, ZA/UM (Disco Elysium), dan yang mungkin paling dinantikan sesinya adalah Larian Studios, yang berjanji untuk mengungkap lebih detail soal gameplay Baldur’s Gate 3.

EA Play Live

Biasanya merupakan bagian dari E3, EA Play Live kali ini harus diselenggarakan secara mandiri dan sepenuhnya dalam format digital pada tanggal 11 Juni mendatang. Juga seperti sebelumnya, acara ini bakal menyingkap sejumlah judul game olahraga terbaru besutan Electronic Arts.

Semoga saja EA juga sempat berbagi sedikit soal Battlefield anyar, yang kabarnya siap dirilis tahun depan.

Steam Game Festival: Summer Edition

Steam Game Festival: Summer Edition

Ajang tahunan Steam ini kabarnya bakal menyediakan akses ke versi demo dari sejumlah game anyar dalam durasi terbatas. Acaranya akan dimulai dari tanggal 9 Juni – 14 Juni.

PC Gaming Show

Seperti di tahun-tahun sebelumnya, PC Gaming Show bakal memamerkan beragam judul menarik yang bakal hadir di platform PC, termasuk halnya sejumlah judul indie yang mungkin kurang mendapat sorotan publik. Acaranya bakal disiarkan pada tanggal 13 Juni (ditunda satu minggu dari jadwal aslinya) di channel YouTube PC Gamer, Twitch, Facebook sekaligus Twitter.

Future Games Show

Future Games Show

GamesRadar, sepupu PC Gamer yang masih di bawah satu induk perusahaan (Future Plc), juga akan menghelat acaranya sendiri yang bertajuk Future Games Show. Tanggal siarannya sama, 13 Juni, tapi kemungkinan jamnya yang berbeda.

Sebanyak 30 game kabarnya bakal disajikan, dan acaranya bakal dibawakan oleh Nolan North beserta Emily Rose (voice actor dan actress Uncharted) sebagai host.

New Game+ Expo

Disiarkan lewat Twitch pada tanggal 23 Juni mendatang, New Game+ Expo merupakan hasil kolaborasi antara sejumlah publisher dan developer Jepang macam Atlus, Koei Tecmo, SNK, Natsume, Arc System Works dan masih banyak lagi.

BitSummit Gaiden

Bitsummit Gaiden

Masih seputar game Jepang, BitSummit Gaiden yang diselenggarakan oleh Japanese Independent Games Aggregate (JIGA) bakal menjadi panggung demonstrasi sejumlah judul-judul indie terbaru dari Negeri Sakura. Acara bakal berlangsung selama dua hari mulai tanggal 27 Juni.

The Escapist Indie Showcase

Sesuai judulnya, acara yang diselenggarakan Escapist Magazine bersama GOG ini bakal menyuguhkan sederet konten dari lebih dari 70 developer indie. Acara akan berlangsung selama lebih dari satu hari mulai 11 Juni, dengan hari kedua dan seterusnya yang diisi oleh sesi gameplay sekaligus diskusi.

Summer Game Fest Developer Showcase

Summer Game Fest Developer Showcase

Summer Game Fest merupakan serangkaian event digital hasil inisiatif Geoff Keighley, yang sendirinya dikenal sebagai penggagas acara The Game Awards. Summer Game Fest bakal punya sesi Developer Showcase-nya sendiri, satu di tanggal 22 Juni, dan satu lagi di 20 Juli, dan bakal menyajikan berbagai konten dari sejumlah developer indie macam Panic, The Behemoth, thatgamecompany, Ustwo, maupun Annapurna Interactive.

Ubisoft Forward

Seperti halnya EA, Ubisoft juga berencana menggelar digital showcase-nya sendiri yang bertajuk Forward. Apa saja game baru yang bakal dipamerkan? Sudah pasti Assassin’s Creed Valhalla, demikian pula judul-judul yang sempat tertunda seperti Watch Dogs Legion, Rainbow Six Quarantine, dan Gods & Monsters.

Gamescom 2020

Gamescom 2020

Tidak seperti E3, Gamescom tahun ini memilih menempuh jalur digital sepenuhnya. Sesi pembukanya, Opening Night Live, bakal disiarkan pada tanggal 27 Agustus mendatang. Gamescom 2020 juga disiapkan sebagai penutup dari rangkaian acara Summer Game Fest itu tadi.

Unreal Engine 5 Disingkap, Bukan Sebatas Menawarkan Grafik yang Lebih Realistis Begitu Saja

Luar biasa! Kesan itulah yang langsung saya dapatkan saat menonton video demonstrasi Unreal Engine 5. Kalau Anda sudah terpukau melihat kualitas grafik game yang dibuat menggunakan Unreal Engine 4, tunggu sampai Anda melihat demonstrasi Unreal Engine 5 yang dijalankan di PlayStation 5 berikut ini.

Dibanding sebelumnya, Unreal Engine 5 membawa dua komponen yang sangat esensial: Lumen dan Nanite. Sesuai namanya, Lumen didedikasikan untuk menghasilkan efek pencahayaan yang sangat dinamis. Sorotan cahaya matahari misalnya, bisa berubah sudutnya sesuai dengan perubahan waktu dalam game.

Selain lighting yang lebih realistis, Lumen diharapkan juga bisa memicu lahirnya ide-ide gameplay yang kreatif, yang mungkin selama ini tidak bisa terwujud karena terbentur masalah teknis seputar pencahayaan. Saya sudah bisa membayangkan bagaimana Unreal Engine 5 dapat dipakai untuk menciptakan game horor yang amat immersive.

Unreal Engine 5

Komponen yang kedua, Nanite, pada dasarnya dibuat untuk membantu meningkatkan efisiensi dalam proses pengembangan game. Ketimbang harus mengurangi tingkat detail suatu aset 3D agar performa game tetap optimal, developer bisa langsung menambatkan aset 3D berkualitas tinggi seperti yang terdapat pada Quixel Megascans, yang lebih umum dipakai untuk produksi film ketimbang game.

Unreal Engine 4 sendiri sebelumnya sudah beberapa kali dipakai dalam proses produksi film, dan saya tidak akan terkejut apabila ke depannya lebih banyak lagi sineas yang tertarik melibatkan Unreal Engine 5 pada karyanya.

Hasilnya tentu adalah tekstur yang sangat mendetail, dengan satu frame yang terbentuk dari miliaran poligon sekaligus. Andai game yang dikerjakan merupakan game multi-platform, Unreal Engine 5 juga bisa membuatkan secara otomatis beberapa aset 3D dengan tingkat detail yang berbeda-beda, yang disesuaikan dengan kapabilitas hardware tiap-tiap platform, console atau mobile misalnya.

Bicara soal hardware, GPU bukan satu-satunya komponen yang krusial buat Unreal Engine 5, melainkan juga SSD tipe NVMe berkecepatan tinggi. Seperti yang kita tahu, salah satu keunggulan PS5 dan Xbox Series X adalah storage yang sangat ngebut yang dapat meminimalkan atau bahkan mengeliminasi waktu loading, dan ini rupanya juga berperan besar dalam kemampuan perangkat me-render grafik.

Unreal Engine 5

Kalau boleh saya simpulkan, Unreal Engine 5 bukan sekadar menawarkan kualitas grafik yang lebih realistis ketimbang versi sebelumnya begitu saja. Epic Games pada dasarnya ingin memudahkan beberapa aspek game development dengan tujuan supaya developer bisa lebih berfokus pada aspek kreatif ketimbang teknis.

Kalau sebelumnya developer enggan menciptakan suatu level yang mendetail karena takut prosesnya sulit dan memakan waktu, kendala semacam itu tak perlu terjadi lagi nanti saat Unreal Engine 5 sudah tersedia, yang kabarnya baru akan dirilis di tahun 2021. Cukup buat aset level-nya sedetail mungkin, lalu sematkan langsung ke Unreal Engine 5 tanpa perlu menguliknya lebih lanjut supaya optimal.

“Kami mencoba membantu developer untuk menciptakan pengalaman next-gen yang luar biasa realistis, tapi juga ekonomis dan praktis untuk dikerjakan tanpa melibatkan tim beranggotakan 1.000 orang,” demikian penjelasan CEO Epic Games, Tim Sweeney, di wawancara Summer Game Fest, mengenai visinya terhadap Unreal Engine 5.

Mereka tampaknya tidak main-main soal visi ini, sebab mereka juga baru mengubah sistem royalti Unreal Engine. Berkat sistem barunya, developer baru akan dikenakan biaya royalti apabila game-nya telah menghasilkan pemasukan sebesar $1 juta. Semoga saja perubahan kebijakan ini bisa berujung pada lebih banyak developer indie yang mengerjakan game menggunakan Unreal Engine 5.

Sumber: Epic Games dan Ars Technica.

Sony Umumkan PlayStation Studios, Branding Baru untuk Semua Game Bikinannya

Microsoft punya Xbox Game Studios. Sony punya Sony Interactive Entertainment Worldwide Studios. Panjang sekali namanya? Entahlah, yang pasti nama ini sudah mereka pakai selama hampir 14 tahun, namun ke depannya, kita bakal dihadapkan dengan branding baru, yakni PlayStation Studios.

Nama yang jauh lebih catchy dan mudah diingat, PlayStation Studios akan dipakai untuk menandai semua game PS4 dan PS5 yang dikembangkan oleh seluruh developer di bawah naungan Sony; baik yang memang sejak awal didirikan di bawah Sony seperti Polyphony Digital (pengembang seri Gran Turismo) atau Santa Monica Studio (God of War), maupun yang merupakan hasil akuisisi seperti Naughty Dog (Crash Bandicoot, Uncharted, The Last of Us).

Keseriusan Sony dalam memperlakukan branding PlayStation Studios bisa kita lihat dari video di bawah ini, yang disebut bakal menjadi salah satu animasi pembuka pada seluruh game bikinan mereka ke depannya. Sayangnya ini tidak mencakup judul-judul yang sudah terlanjur digarap dan mendekati jadwal perilisan macam The Last of Us Part II dan Ghost of Tsushima.

Cukup disayangkan pula kita tak akan melihat branding PlayStation Studios pada Horizon Zero Dawn versi PC. Padahal ini bisa dibilang merupakan salah satu kesempatan besar bagi Sony untuk memamerkan kekuatan brand PlayStation di luar platform-nya – ibarat mengingatkan bahwa ke depannya gamegame berkualitas macam Horizon Zero Dawn akan hadir secara eksklusif (atau setidaknya lebih dulu) di PlayStation.

Brand recognition memang adalah salah satu alasan terkuat di balik lahirnya PlayStation Studios. Seperti yang saya bilang tadi, PlayStation Studios jauh lebih mudah diingat dan dikenali ketimbang Sony Interactive Entertainment Worldwide Studios yang kerap disingkat menjadi SIE Worldwide Studios.

Selain game bikinan keluarga Sony sendiri, PlayStation Studios juga akan digunakan pada game yang digarap oleh developer luar yang dikontrak oleh Sony. Di sini bisa kita lihat bagaimana PlayStation Studios bakal bertindak sebagai publisher layaknya Xbox Game Studios dari kubu Microsoft.

Sumber: GamesIndustry.biz.

Mari Berkenalan Dengan Controller DualSense Untuk PlayStation 5

Controller merupakan bagian dari identitas sebuah console game dan, dalam mendesainnya, tiap produsen mengambil pendekatan yang berbeda. Microsoft tak banyak mengubah wujudnya setelah era The Duke. Sedangkan Nintendo terus bereksperimen di tiap generasi hardware. Sementara itu, DualShock yang tadinya merupakan periferal sekunder diadopsi untuk menemani PlayStation 2 hingga produk current-gen Sony.

Melihat respons positif gamer terhadap DualShock, banyak orang (termasuk saya) berasumsi bahwa ‘keturunannya’ juga akan mendampingi PlayStation 5. Dugaan ini betul sekaligus salah. Baru saja Sony menyingkap penerus DualShock 4. Di sana produsen tetap mempertahankan elemen-elemen favorit gamer, namun tak lupa mencantumkan deretan teknologi baru dan mengemas semuanya dalam rancangan bertema futuristis. Menariknya, controller tak lagi mengusung titel ‘DualShock’. Sony menamainya DualSense.

IMG_08042020_123517_(1000_x_650_pixel)

Senior vice president Hideaki Nishino menjelaskan bahwa sesuai namanya, lewat DualSense, timnya mencoba mengedepankan aspek yang jarang jadi perhatian developer game serta desainer periferal: sensasi sentuhan. Itu sebabnya mereka repot-repot mengembangkan teknologi haptic feedback untuk menggantikan metode getaran di DualShock yang mulai menua.

Selanjutnya, Sony membenamkan sistem adaptive trigger di L2 dan R2 sehingga aksi yang Anda lakukan di permainan (seperti menarik tali busur panah atau menekan pedal gas kendaraan) terasa lebih realistis. Demi memaksimalkan efek tersebut, produsen turut memodifikasi sudut tombol pelatuk, sekarang jadi lebih miring.

Dari sisi penampilan, wujud DualSense lebih berisi dari DualShock 4 – jadi sedikit menyerupai controller Xbox One. Tak seperti biasanya, gamepad menyajikan dua warna. Di versi awal ini, warna putih tampak mendominasi permukaan DualSense, dihias oleh hitam di bagian ‘dalam’. Garis-garis dan pelat grip dibuat diagonal dan inilah yang menonjolkan kesan futuristisnya. Sony memindahkan light bar dari depan ke samping touchpad, lalu mengubah tombol PS menjadi bergaya cut out mengikuti logo.

IMG_08042020_123541_(1000_x_650_pixel)

Selain pada body, tema monokromatis diimplementasikan pula pada tombol action (dengan simbol segitiga, kotak, silang dan lingkaran). Warna-warninya digantikan oleh abu-abu. Sony juga memperluas fungsi tombol Share, dan memberinya istilah baru: Create. Produsen belum menjelaskan secara detail fitur-fitur anyar di sana, hanya menjelaskan bahwa tombol ini akan ‘memberikan para pemain cara baru buat menciptakan dan berbagi konten’.

Sebagai pelengkap, Sony menyematkan rangkaian microphone built-in (pertama kalinya tersedia di controller mereka) dan meng-upgrade bagian baterai, memastikan daya tahannya lebih lama tapi juga lebih ringan. Di luar itu, produsen tetap mempertahankan layout tombol dan penempatan stik analog secara simetris khas DualShock.

“DualSense menandai sebuah perubahan radikal dari controller yang kami tawarkan sebelumnya dan mewakili lompatan ke generasi selanjutnya,” tutur CEO SIE Jim Ryan. “Bersama dengan fitur-fitur inovatif di PlayStation 5, periferal anyar ini akan mentransformasi cara kita menikmati permainan – wujud dari misi kami untuk terus mendorong batasan dalam bermain.”

Sumber: PlayStation.