Rencana dan Fokus Bisnis Zipmex di Indonesia

Besarnya pasar Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa Zipmex yang merupakan platform jual-beli aset digital di Asia Tenggara memutuskan untuk meluncurkan layanan mereka di Indonesia.

Kepada DailySocial, Co-Founder & Chairman Zipmex Indonesia Raymond Sutanto mengungkapkan, investasi aset kripto saat ini telah menjadi topik yang hangat dan sudah diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari makin banyaknya platform serupa yang menawarkan investasi aset kripto, pakar yang menjadi guru kepada masyarakat umum yang ingin mempelajari lebih jauh, hingga tumbuhnya komunitas.

“Dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia, Indonesia memang masih sangat rendah penetrasinya dalam hal investasi aset kripto. Namun Indonesia memiliki potensi bagi aset kripto untuk tumbuh dalam beberapa waktu ke depan.”

Dengan inovasi terkini, Zipmex memperkenalkan dan memberikan akses yang lebih mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan aset digital terbaik dalam berinvestasi. Selain di Indonesia, platform investasi aset digital tersebut juga beroperasi di tiga negara lainnya yaitu Singapura, Thailand, dan Australia.

Zipmex pertama kali didirikan di Singapura pada 2018 oleh Marcus Lim dan  Akalarp Yimwilai. Kemudian berekspansi ke Thailand, Indonesia, dan Australia.

“Perbedaan Zipmex dengan platform serupa lainnya adalah, kami sangat user-friendly. Selain itu Zipmex juga sudah teregulasi Bappebti dan Kominfo. Bermitra dengan BitGo, Zipmex merupakan platform pertama yang memberikan dompet digital dengan asuransi hingga $100 juta bagi seluruh pengguna,” kata Raymond.

Asuransi tersebut diklaim oleh Zipmex bisa melindungi pengguna dari ancaman serangan hacker saat pertukaran dan jaminan keamanan kepada pengguna. Harapannya bisa menumbuhkan lebih besar kepercayaan pengguna untuk berinvestasi aset kripto.

Keunggulan Zipmex lainnya yang bisa dinikmati oleh trader di Indonesia yaitu harga Bitcoin yang lebih murah daripada bursa lokal lain di Indonesia. Zipmex dirancang untuk menangani volume perdagangan dalam jumlah yang besar, sehingga menawarkan harga paling rendah untuk para penggunanya.

Demi memberikan layanan terbaik bagi penggunanya, Zipmex terus berinovasi seperti membuat Z-Launch, Zips Marketplace, ZipNFT (Non-Fungible Tokens), ZipStocks, ZipSpend, dan Ziplend.

Di Indonesia sendiri, Zipmex berkompetisi langsung dengan beberapa pemain sejenis, termasuk Indodax, Tokocrypto, hingga Pintu.

Rencana penggalangan dana dan kolaborasi

Untuk dapat memberikan yang terbaik bagi para pengguna, Zipmex menonjolkan inovasi dalam berbagai fiturnya. Mereka juga menyiapkan aplikasi yang ramah pengguna sehingga mudah digunakan. Langkah Zipmex semakin diperkuat dengan menyediakan aset kripto dengan harga kompetitif dan likuiditas tinggi. Dengan cara ini, Zipmex meningkatkan keunggulan produknya terutama dari sisi fleksibilitas bagi pengguna.

Untuk memperkuat posisinya di Indonesia, telah dijalin kerja sama strategis tahun lalu antara Zipmex dengan aplikasi investasi, Pluang. Menurut Raymond, melalui kerja sama ini diharapkan bisa membuka potensi lainnya bagi Zipmex untuk menambah kerja sama dengan platform lainnya.

“Sebelumnya kami sudah mengenal dengan baik tim Pluang dan mereka membutuhkan produk investasi aset kripto ke dalam aplikasi mereka, dengan alasan itulah maka kerja sama strategis ini kami lakukan,” kata Raymond.

Saat ini Zipmex masih dalam proses finalisasi penggalangan dana seri B. Jika sudah rampung dalam waktu satu bulan ini akan segera diumumkan siapa saja investor yang terlibat dalam putaran pendanaan kali ini. Sebelumnya Zipmex telah mengantongi pendanaan awal dari Infinity Blockchain Holdings. Kemudian saat pendanaan Seri A, Zipmex telah menerima dana segar dari Jump Capital. Secara keseluruhan nilai investasi yang diperoleh Zipmex adalah sekitar $10,9 juta.

“Target kita di Indonesia diharapkan bisa menambah jumlah pengguna, memberikan edukasi secara perlahan kepada masyarakat, menambah aset yang bisa di-trading juga menambah 100 koin hingga akhir tahun ini,” tutup Raymond.

Application Information Will Show Up Here

Pluang Mulai Rilis Produk Investasi Reksa Dana

Aplikasi investasi Pluang mulai merilis produk investasi reksa dana. Bagi nasabahnya, tentu ini menjadi kabar baik karena memudahkan mereka  melakukan diversifikasi aset.

Untuk saat ini, layanan reksa dana baru digulirkan kepada sejumlah pengguna secara bertahap. Pihak Pluang mengatakan, pembaruan aplikasi akan dirilis sepenuhnya dalam minggu ini.

Transaksi reksa dana difasilitasi oleh Pluang Grow (PT Sarana Santosa Sejati) yang saat ini sudah terdaftar di OJK dan KSEI. Pluang Grow sendiri juga dikonfirmasi sebagai unit bisnis di bawah Pluang, difokuskan sebagai platform fintech yang menghubungkan perusahaan Asset Management dengan investor ritel di Indonesia.

Di tahap awalnya, baru dua produk yang disediakan Pluang Reksa Dana, yakni UOBAM Dana Rupiah dan UOBAM Dana Membangun Negeri.

Produk reksa dana yang saat ini tersedia di aplikasi Pluang

Sebelumnya pada akhir tahun 2020 lalu, Pluang baru menambahkan produk investasi aset kripto. Direalisasikan bersama Zipmex sebagai mitra strategis. Sebelumnya Pluang hadir sebagai aplikasi investasi emas, kemudian melebar ke S&P 500.

Pada Maret 2021 lalu Pluang juga baru mengantongi pendanaan pra-seri B senilai $20 juta. Konsorsium pendanaan tersebut dipimpin oleh Openspace Ventures didukung investor yang telah terlibat di putaran sebelumnya, termasuk Go-Ventures.

Dikatakan bahwa dana segar tersebut memang akan difokuskan untuk pengembangan produk finansial baru dan memperluas kemitraan bisnis.

Selain di aplikasi sendiri, startup yang diinisiasi oleh Claudia Kolonas dan Richard Chua itu juga telah terintegrasi dengan beberapa aplikasi konsumer lainnya, termasuk Gojek (GoInvestasi), Bukalapak (BukaEmas), dan Dana (Dana eMAS).

Application Information Will Show Up Here

Wanita dan Investasi: Pentingnya Menjadi Pribadi yang Independen Secara Finansial

Untuk satu alasan, masalah keuangan sering kali dianggap sebagai tanggung jawab laki-laki semata. Dengan semakin banyaknya perempuan yang bekerja saat ini, dunia semakin lumrah dengan konsep kesetaraan gender bahkan di bidang investasi. Di era modern ini, banyak wanita telah menghidupi [atau setidaknya menghasilkan uang] untuk keluarga mereka atau paling tidak untuk diri mereka sendiri. Dewasa ini, mereka telah merencanakan investasi agar bisa mandiri secara finansial.

Berdasarkan Laporan Kesenjangan Gender Global 2021 yang dilakukan oleh World Economic Forum, Indonesia disebut telah menutup 68,8% dari total kesenjangan gender, menempati peringkat ke-101 secara global, meskipun kesenjangan tahun ini memiliki presentase lebih besar 1,3 poin dari periode sebelumnya.

Penyebab utama penurunan ini diprediksi karena partisipasi ekonomi dan kesenjangan peluang yang lebih besar. Alasannya adalah penurunan tajam partisipasi perempuan sebagai peran senior. Di luar indikator ini, partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja jauh lebih sedikit daripada laki-laki (perempuan 55,9% dan laki-laki 84%) sementara kesenjangan upah dan pendapatan tetap besar (masing-masing 69,7% dan 51,7%). Selain itu, 81,8% perempuan menempati pekerjaan di sektor informal (dibandingkan dengan 79,4% laki-laki).

Claudia Kolonas adalah salah satu dari sedikit pendiri wanita di industri teknologi Indonesia. Ia mendirikan platform investasi, Pluang, dengan tujuan menggalakkan inklusi keuangan di Indonesia. Sebagai sosok wanita dalam industri fintech, selalu saja ada tantangan yang harus dilewati. Namun, selama menjalankan misinya, Claudia mencoba menghindari semua hal negatif yang menyelimuti potensinya serta menegakkan kepercayaan diri disaat orang lain mungkin meragukan kapabilitasnya sebagai pemimpin wanita.

Menjadi wanita yang independen secara finansial

Berdasarkan Women and Finance: The Rich Thinking Quantitative Survey 2019 oleh Barbara Steward, CFA, kebanyakan wanita memahami pentingnya mandiri secara finansial. Dalam survei tersebut, lebih dari 200 wanita dari 24 negara ditanyai alasan terpenting mengapa mereka berinvestasi, jawaban terpopuler kedua adalah “untuk menjadi lebih mandiri secara finansial”, dan di posisi teratas adalah, “mendanai masa pensiun”.

Dalam masyarakat yang menuntut patriarki seperti Indonesia, perempuan biasanya memiliki kontribusi yang lebih kecil dalam hal dukungan finansial untuk keluarga. Apalagi ketika mereka sudah menikah, aturan yang sering kali diterapkan adalah dia menjadi tanggung jawab suaminya. Mungkin hal ini terdengar melegakan, namun pada kenyataannya ekspresi ini agak menakutkan, untuk menyerahkan tanggung jawab atas diri sendiri demi apa? tidak ada siapapun yang benar-benar dapat menjamin kesejahteraan hidup seseorang.

Claudia berkata, “Saya rasa investasi adalah hal yang esensial bagi wanita. Sangat penting bagi perempuan untuk bisa mandiri secara finansial, terlebih ketika ditinggalkan suami. Ketika wanita sudah menikah, biasanya wanita memiliki beban pengeluaran yang lebih besar, oleh karena itu sangat penting menabung untuk dana darurat. Dana darurat ini akan sangat berguna ketika ada kejadian tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, dll.”

Kemandirian finansial adalah tema penting bagi perempuan. Wanita yang berdaya secara finansial tidak hanya lebih percaya diri tetapi juga lebih produktif dan mampu memiliki keseimbangan kehidupan kerja. Hal ini menjadi salah satu faktor utama yang dapat mengukur prospek kesuksesan seorang wanita.

“Yang paling penting adalah memberikan dukungan bagi wanita, terutama untuk mereka yang sudah berkeluarga, yang ingin masuk ke industri teknologi. Penting untuk memiliki platform yang setara untuk bekerja baik bagi pria maupun wanita,” tambahnya.

Dalam hal kapabilitas investasi, penelitian juga menunjukkan bahwa wanita menghabiskan lebih banyak waktu untuk meneliti pilihan investasi mereka. Meskipun mereka mengambil risiko lebih sedikit daripada pria dalam hal investasi, hal itu tidak secara otomatis berarti menghindari risiko. Sebaliknya, wanita lebih cenderung mengambil tingkat risiko yang sesuai dengan investasi mereka daripada laki-laki. Kedua sifat ini akan menghasilkan hasil investasi yang lebih baik.

Investasi di tengah pandemi

Ada beberapa tujuan investasi yang umum di masyarakat. Beberapa orang berinvestasi untuk mempertahankan kesejahteraan [pasca pensiun], menghasilkan pendapatan [untuk keperluan sehari-hari], atau memperoleh keuntungan dari aset modalnya. Faktanya, platform investasi sedang menuai berkah di tengah pandemi ini. Pada dasarnya, karena orang-orang menghabiskan lebih banyak waktu di internet selama WFH (work from home) dan berinvestasi semakin mudah karena didukung oleh teknologi.

Di Indonesia, beberapa platform tersedia untuk mengakomodasi tujuan-tujuan ini, termasuk Investree, Pluang, Bibit, dan lain-lain. Hal ini memungkinkan orang untuk berinvestasi di emas, pasar modal, reksa dana, dan banyak bentuk investasi lainnya. Semakin mudah dengan satu klik.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dalam empat bulan pertama tahun ini jumlah investor pasar modal meningkat 31,11% menjadi total 5,08 juta. Sedangkan investor reksa dana meningkat 38,85% menjadi 4,40 juta investor.

Sumber: Demografi investor KSEI April 2021

Laporan demografinya juga menyiratkan bahwa perempuan berhasil mempersempit kesenjangan investasi menjadi 38,45% dengan perkiraan nilai aset Rp208,84 triliun. Informasi ini didukung fakta bahwa Pluang, salah satu platform investasi terkemuka di Indonesia, mengklaim mayoritas investornya adalah perempuan. Mengikuti statistik dan tren investasi, perusahaan juga berencana menambah produk-produk baru di tahun ini.

“Tahun ini saya pribadi fokus ke pembelian produk utang pemerintah seperti SUN atau ORI, serta investasi di reksa dana dan juga di obligasi BUMN. Menurut saya, masih banyak peluang untuk meningkatkan nilai produk pendapatan tetap di Indonesia, dan risikonya cukup moderat,” jelas Claudia.

Terlepas dari semua kemudahan menanam uang di platform digital, internet tidak kebal dari berbagai upaya penipuan. Ada beberapa kasus yang melibatkan investasi “bodong” yang menyebar melalui gawai. Masalah ini menjadi sangat rumit dan membutuhkan partisipasi dari seluruh ekosistem. Pasar membutuhkan pendidikan lebih lanjut, pemahaman produk serta tidak melanggar moral dasar.

Kabar baiknya, indeks literasi keuangan dan indeks inklusi keuangan di Indonesia mengalami peningkatan sejak 2019. OJK melaporkan nilai indeks literasi keuangan telah mencapai 38,03%, sedangkan indeks inklusi keuangan telah mencapai 76,19% pada tahun 2020.

Claudia juga menyebutkan bahwa banyak produk investasi menjadi lebih fluktuatif selama pandemi sehingga risiko meningkat. “Kami pikir sangat penting untuk dapat mengedukasi pengguna kami tentang risiko investasi, terutama ketika ada ketidakpastian ekonomi,” tambahnya.

Investasi bukan sekedar permainan. Mesipun terdengar menyenangkan, apakah Anda rela mempertaruhkan uang untuk bertahan hidup? Hanya karena sebagian besar kolega ‘heboh’ tentang industri yang sedang ramai. Investasi memang fundamental untuk mencapai kemandirian finansial. Namun, sangat penting untuk berinvestasi pada sesuatu yang dapat Anda pahami.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Women and Investment: The Essentials of Being Financially Independent

For one so-called reason, financial matters are often positioned as a male sole responsibility. As more women join the workforce today, the world is shifting towards gender equality even in the realms of investments. In this modern era, lots of women have been supporting [or at least making money] for their family or simply themselves. And now, they are planning their investments in order to be financially independent.

Based on the Global Gender Gap Report 2021 conducted by the World Economic Forum, Indonesia is said to close 68.8% of its overall gender gap, corresponding to a rank of 101st globally, although this year’s gap is 1.3 percentage points larger than in the previous edition.

This decline has resulted mainly from wider Economic Participation and Opportunity gaps. The reason is said to be the sharp drop in the share of women in senior roles. Beyond the performance of this indicator, women participate in the labor market significantly less than men (55.9% of women and 84% of men) and wage and income gaps remain large (69.7% and 51.7%, respectively). In addition, 81.8% of the women’s employment is in the informal sector (compared to 79.4% of men).

Claudia Kolonas is one of the few women founders in the Indonesian tech industry. She founded an investment platform, Pluang, with a goal to promote financial inclusion in Indonesia. As a woman in the fintech industry, it’s impossible to go through without facing any challenges. However, during her mission, Claudia tried to dodge all the negativity that blanketing her potential and put on the confidence as people might throw doubt for her as a woman leader.

Being a financially independent women

Based on the Women and Finance: The 2019 Rich Thinking Quantitative Survey by Barbara Steward, CFA, most women understand the importance of being financially independent. In the survey, more than 200 women from 24 countries were asked the most important reason why they invest, the second most popular answer was “to become more financially independent,” and occupying the top of the table, “fund my retirement.”

In a patriarchal-demand society such as Indonesia, women usually have less contribution in terms of financial support for the family. Especially when they’re married, the rule often applied that she’s become her husband’s responsibility. It may sound like a relief while in fact, the expression is kind of terrifying, to give up yourself in return for what? nobody can really guarantee anybody’s safety.

Claudia said, “I think that investment is very important for women. Because it is very important that women can be financially independent, especially if their husbands leave them. When women are married, these women usually have a greater burden of expenses, therefore, it is very important to save for emergency funds. This emergency fund will be very useful when there are unexpected events such as loss of work, etc.”

Financial independence is a critical theme for women. A financially empowered woman is not just more confident but also more productive and capable of a perfect work-life balance. This is one of the main factors that can measure the prospect of a woman’s success.

“The most important thing is to provide support for women, especially those engaged in a family, who want to break into the tech industry. It’s essential to have an equal platform to work for both men and women,” she added.

In terms of investing capabilities, studies also show that women spend more time researching their investment choices. And while they do take on less risk than men when it comes to investing, it doesn’t automatically translate into avoiding risk. Rather, they’re simply more likely to take on appropriate levels of risk with their investments than men. Both of these findings make for better investing outcomes.

Investing in a time of the pandemic

There are several common investment objectives in the public. Some people invest to ensure safety [post-retirement], generate income [for daily purposes], or gain revenue from their capital asset. In fact, investment platforms are harvesting amid this pandemic. Especially since people spending a lot more on the internet during WFH and investing gets easier as powered by technology.

In Indonesia, some platforms are existed to accommodate these objectives, including Investree, Pluang, Bibit, etc. It enables people to invest in gold, capital market, mutual funds, and many other forms of investment, easier through clicks.

Based on the Indonesian Central Securities Depository (KSEI), in the first four months of this year, the number of capital market investors increased 31,11% to a total of 5.08 million. Meanwhile, mutual fund investors increased 38.85 percent to 4.40 million investors.

Source: KSEI Investor Demography April 2021

The demography paper also implied that women are narrowing the investment gap to 38,45% with an estimated asset value of Rp208,84 trillion. This information is backed by the fact that Pluang, one of the leading investment platforms in Indonesia, claimed that the majority of its investor are women. Following the investment statistics and trends, the company also plans to add more products this year.

“This year, my personal focus is on the purchase of government debt products, such as SUN or ORI, as well as investing in mutual funds and also in state-owned bonds. In my opinion, there are still many opportunities to increase the value of fixed-income products in Indonesia, and the risks are quite moderate,” Claudia explained.

Despite all the convenience to plant money in the digital platform, the internet is not immune to fraud. There are several cases involving fraudulent investment that spreading across devices. This is a very complicated issue that requires the whole ecosystem to contribute. The market needs more education, to fathom the investment product and not to violate basic morals.

The good news, the financial literacy index and financial inclusion index in Indonesia had increased since 2019. OJK reported the value has reached 38.03% for the financial literacy index, while the financial inclusion index has reached 76.19% in 2020.

Claudia also mentioned that many investment products become more volatile during a pandemic, resulting in risk increases. “We think it is very important to be able to educate our users about investment risks, especially when there is economic uncertainty,” she added.

Investing is not a game. As fun as it sounds, will you bet the money you can’t afford to lose? Just because most of your colleagues are constantly bragging about the excitement of the market. Investment is indeed fundamental to reach financial independence. However, it’s very important to invest in something you can fathom.

Pluang Secures Pre-Series B Funding, to Expand Partnerships and Product Development

Investment app Pluang announced to finalize pre-series B fundraising of $20 million or 288.8 billion Rupiah. The funding consortium was led by Openspace Ventures backed by investors who have been involved in the previous rounds, including Go-Ventures.

The company is to use the fresh fund to develop and launch new financial products, expand product offerings among business partners. The company also plans to build a team and develop automation features.

“Previously, these investment assets were only available to the well-off. However, we believe that everyone should have the same opportunity to enhance their savings. Therefore, our new products will later accommodate this goal,” Pluang’s Co-Founder, Claudia Kolonas said.

Pluang has received Series A funding worth $3 million in March 2019. The team claims to reach more than one million active users on the application. The biggest growth is up to 20 times in 2020. Pandemic is said to be a factor triggering this growth that encourages the public to start investing.

“Pluang has successfully demonstrated tremendous business growth in the last 12 months. We are very enthusiastic to support Pluang, along with the company’s ambition to continue to facilitate Indonesians to invest,” Openspace Ventures’ Founding Partner, Shance Chesson said.

Business focus

Pluang’s current focus on product is to utilize government bonds as a means of saving and investing for communities. Feature updates with automation will also help users put saving as a daily routine.

“We plan to expand our product coverage in 2021 by focusing on new products. Therefore, our users can access various investment assets easily and comfortably,” Claudia said.

Currently, Pluang has been selected to provide mini-app features in other applications such as Gojek (GoInvestment), DANA (DANA eMAS), and Bukalapak (BukaEmas). Claudia also said that her team had managed to book efficient user acquisition costs (CAC). To date, gold has proven to be the best choice of its products.

At the end of 2020, Pluang released a new investment product on its platform, allowing users to invest in crypto assets. In collaboration with Zipmex as a partner in transactions, crypto assets offered are starting from Bitcoin and Ethereum as digital currencies with the largest capitalization value today.

Gold investment app

Gold investment is considered to be a good starting point for increasing the penetration of digital investment services to a wider audience – we call it gold as a digital investment catalyst. Apart from having less risk, many Indonesians have done the activity of turning gold into an investment, only by manual method (buying and selling directly at the store.

Based on this information, investment applications have continued to emerge in the past decade, including gold instruments. Our data shows there are at least 9 application providers that offer investment products.

Platform Minimal Investasi
e-mas Rp100
Indogold Rp500
Lakuemas Rp50.000
Pegadaian Rp5.000
Pluang Rp10.000
Sehatigold Rp20.000
Tamasia Rp10.000
Tanamduit Rp10.000
Treasury Rp5.000


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pluang Kantongi Pendanaan Pra-Seri B, Fokus Perluas Kemitraan dan Produk

Pengembang aplikasi investasi Pluang mengumumkan telah merampungkan penggalangan dana pra-seri B sebesar $20 juta atau 288,8 miliar Rupiah. Konsorsium pendanaan tersebut dipimpin oleh Openspace Ventures didukung investor yang telah terlibat di putaran sebelumnya, termasuk Go-Ventures.

Dana segar akan digunakan perusahaan untuk mengembangkan dan meluncurkan produk finansial baru, memperluas penawaran produk di mitra-mitra bisnis. Perusahaan juga memiliki rencana untuk membangun tim dan mengembangkan fitur automasi.

“Sebelumnya, aset-aset investasi tersebut hanya tersedia bagi kalangan yang mampu. Namun kami percaya bahwa setiap orang seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan nilai tabungannya. Oleh karenanya, produk-produk baru kami nantinya akan mengakomodasi tujuan tersebut,” kata Co-Founder Pluang Claudia Kolonas.

Sebelumnya Pluang telah mendapatkan pendanaan Seri A senilai $3 juta pada Maret 2019. Pluang mengklaim telah berhasil merangkul lebih dari satu juta pengguna aktif di aplikasi. Pertumbuhan paling besar berada pada tahun 2020, sampai 20x lipat. Salah satu faktor pemicu pertumbuhan tersebut adalah pandemi yang membuat semakin besar minat masyarakat untuk berinvestasi.

“Pluang berhasil menunjukkan pertumbuhan bisnis yang luar biasa dalam 12 bulan terakhir. Kami sangat antusias untuk mendukung Pluang, seiring ambisi perusahaan untuk terus memfasilitasi masyarakat Indonesia untuk menabung,” ujar Founding Partner Openspace Ventures Shance Chesson.

Fokus bisnis Pluang

Salah satu fokus pengembangan produk Pluang saat ini adalah memanfaatkan obligasi pemerintah sebagai sarana menabung sekaligus berinvestasi masyarakat. Pembaruan fitur dengan atuomasi juga akan membantu pengguna dalam menjadikan menabung sebagai rutinitas sehari-hari.

“Kami berencana untuk memperluas cakupan produk kami di 2021 dengan berfokus pada produk-produk baru. Sehingga, pengguna kami dapat mengakses beragam aset investasi secara mudah dan nyaman,” ujar Claudia.

Saat ini, Pluang sudah terpilih untuk menyediakan fitur mini-apps di dalam aplikasi lain seperti Gojek (GoInvestasi), DANA (DANA eMAS), dan Bukalapak (BukaEmas). Claudia juga menyampaikan pihaknya telah berhasil membukukan biaya akuisisi pengguna (Customer Acquisition Cost/CAC) yang efisien. Dan sejauh ini tercatat produk yang menjadi pilihan utama pengguna adalah emas.

Pada akhir tahun 2020 lalu, Pluang merilis produk investasi baru di platformnya, memungkinkan pengguna untuk berinvestasi di aset kripto. Menggandeng Zipmex sebagai mitra dalam pemrosesan transaksi, aset kripto yang diperdagangkan mulai dari Bitcoin dan Ethereum selaku mata uang digital dengan nilai kapitalisasi terbesar saat ini.

Aplikasi investasi emas

Investasi emas dinilai menjadi awalan yang baik untuk meningkatkan penetrasi layanan investasi digital ke kalangan yang lebih luas — kami menyebutnya sebagai emas sebagai katalisator investasi digital. Selain risikonya lebih minim, sebenarnya kegiatan menjadikan emas sebagai investasi sudah banyak dilakukan masyarakat Indonesia, hanya saja dengan cara manual (jual-beli secara langsung di toko.

Atas dasar tersebut, di Indonesia dalam satu dekade terakhir terus bermunculan aplikasi investasi yang mencakup instrumen emas. Dari data kami, setidaknya ada 9 penyedia aplikasi yang saat ini bisa digunakan untuk berinvestasi.

Platform Minimal Investasi
e-mas Rp100
Indogold Rp500
Lakuemas Rp50.000
Pegadaian Rp5.000
Pluang Rp10.000
Sehatigold Rp20.000
Tamasia Rp10.000
Tanamduit Rp10.000
Treasury Rp5.000
Application Information Will Show Up Here

Pluang Adds Crypto Asset Instruments for Investment Portfolio Diversification

Entering the end of the year, Pluang released another new investment product on its platform. This time with crypto assets trading, starting with Bitcoin and Ethereum as digital currencies with the largest capitalization value today. The company cooperates with Zipmex as a partner in the transaction.

There are two reasons why Pluang chose Zipmex to integrate into its platform. First, because it has been registered with BAPPEBTI as a crypto exchanger. Second, Zipmex uses BitGo as custodian, with protection (insurance) issued by Lloyd.

Pluang’s Co-Founder, Claudia Kolonas said, “The objective for Pluang to launch this product is to open wider access for Indonesian people into the financial products worldwide.” She also said that one of the priority is to make the transaction/investment process more practical.

“Crypto sales on the Pluang application can be done in real-time. Pluang users can buy, sell, and store crypto tokens in the application comfortably because they are protected by insurance. Currently, deposits and withdrawals can only be made in Rupiah, but we will consider crypto withdrawal features at a later date,” Claudia explained.

Previously, Pluang was known as a gold investment platform. In September 2020, they released the S&P 500 futures investment instrument, allowing Indonesians to invest through a public company in the United States.

Crypto asset is not a popular investment instrument

The decision to add crypto assets into its investment product line tends to be “brave” amid the so-so public interest to invest in digital currencies. It was validated by research we conducted with Populix last July 2020. From a survey of 209 respondents who used digital investment services, mutual funds (67%), gold (62.7%), and stocks (44.5%) were the most chosen instruments.

Research by Pluang involves a larger number of respondents, around 5500 people, has discovered almost the same results. Gold (32%), stocks (15%), and mutual funds (16%) were the most popular. Meanwhile, very few respondents choose crypto assets for their investment.

Regarding this matter, Claudia said that her main objective was asset diversification. “Having an investment allocation in Bitcoin or other cryptocurrencies can provide broad diversification against traditional portfolios, which are usually stocks or bonds,” she said.

Research by Pluang suggests that Bitcoin is the asset with the highest yield in the past year – compared to gold, the S&P 500, and the US dollar. The data obtained is from the beginning of the year to October 2020. The yield is calculated in the conversion of rupiah currency.

Perbandingan imbal balik produk investasi dalam rentang satu tahun terakhir / Pluang
Comparison of the investment products in the past year / Pluang

Crypto assets such as Bitcoin have fairly high market volatility, the up and down is based on public confidence in the digital currency. If you look at the trend in recent times, the price even dropped to $3000.

On that basis, Claudia also suggested that crypto asset products are suitable for long-term investment. “We do not recommend buying Pluang cryptocurrency if there is an urgent need for funds in the short term. So apart from having a moderate to high-risk profile, this product is also recommended for investors who already have investment experience,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Header: Depositphotos.com

Application Information Will Show Up Here

Pluang Tambah Instrumen Aset Kripto untuk Diversifikasi Portofolio Investasi

Menginjak akhir tahun, Pluang kembali merilis produk investasi baru di platformnya. Kali ini giliran aset kripto yang diperdagangkan, dimulai dari Bitcoin dan Ethereum selaku mata uang digital dengan nilai kapitalisasi terbesar saat ini. Perusahaan menggandeng Zipmex sebagai mitra dalam pemrosesan transaksi.

Ada dua alasan mengapa Pluang memilih Zipmex untuk diintegrasikan ke platformnya. Pertama, karena sudah terdaftar di BAPPEBTI sebagai crypto exchanger. Kedua, Zipmex menggunakan BitGo sebagai kustodian, dilengkapi perlindungan (asuransi) yang diterbitkan Lloyd.

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas menyampaikan, “Bagi Pluang, tujuan meluncurkan produk ini adalah untuk membuka akses lebih luas kepada masyarakat Indonesia terhadap produk keuangan dunia.” Ia turut menyampaikan, salah satu hal yang diprioritaskan oleh Pluang adalah membuat proses transaksi/investasi menjadi lebih praktis.

“Penjualan crypto di aplikasi Pluang juga dapat dilakukan secara real time. Pengguna Pluang dapat membeli, menjual, dan menyimpan token crypto di dalam aplikasi dengan nyaman, karena sudah dilindungi asuransi. Saat ini, penyetoran dan penarikan hanya dapat dilakukan dalam Rupiah, namun kami akan mempertimbangkan fitur withdrawal crypto di kemudian hari,” jelas Claudia

Sebelumnya Pluang dikenal sebagai platform investasi emas. Lalu bulan September 2020 lalu, mereka merilis instrumen investasi berjangka S&P 500, memungkinkan masyarakat Indonesia berinvestasi melalui perusahaan terbuka di Amerika Serikat.

Aset kripto bukan instrumen investasi populer

Keputusan memasukkan aset kripto ke lini produk investasinya memang cenderung “berani” di tengah minat masyarakat yang tidak terlalu besar untuk berinvestasi ke mata uang digital. Salah satunya divalidasi oleh riset yang kami lakukan bersama Populix Juli 2020 lalu. Dari survei ke 209 responden pengguna layanan investasi digital, reksa dana (67%), emas (62,7%), dan saham (44,5%) jadi instrumen yang banyak dipilih.

Riset yang dilakukan Pluang sendiri melibatkan jumlah responden yang lebih banyak, yakni 5500 orang, mendapati hasil yang hampir serupa. Emas (32%), saham (15%), dan reksa dana (16%) jadi yang paling populer. Sementara sangat minim responden yang memilih aset kripto untuk investasinya.

Terkait hal ini, Claudia mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah diversifikasi aset. “Memiliki alokasi investasi pada Bitcoin ataupun mata uang kripto lainnya dapat memberikan diversifikasi yang luas terhadap portofolio tradisional, yang biasanya adalah saham atau obligasi,” ujarnya.

Dari riset yang dilakukan Pluang, mengemukakan bahwa Bitcoin menjadi aset yang memiliki imbal hasil paling tinggi dalam satu tahun terakhir — dibandingkan dengan emas, S&P 500, dan dolar AS. Data yang diperoleh adalah kinerja sejak awal tahun hingga Oktober 2020. Kalkulasi imbal hasil dihitung dalam konversi mata uang rupiah.

Perbandingan imbal balik produk investasi dalam rentang satu tahun terakhir / Pluang
Perbandingan imbal balik produk investasi dalam rentang satu tahun terakhir / Pluang

Aset kripto seperti Bitcoin memiliki volatilitas pasar yang cukup tinggi, baik-turunnya berdasarkan kepercayaan masyarakat pada mata uang digital tersebut. Jika melihat tren beberapa waktu terakhir, bahkan harganya sempat anjlok hingga $3000.

Atas dasar itu, Claudia juga menyarankan bahwa produk aset kripto cocoknya untuk investasi jangka panjang. “Kami tidak menyarankan pembelian Pluang cryptocurrency jika ada kebutuhan dana yang mendesak dalam jangka waktu pendek. Jadi selain memiliki profil risiko sedang hingga tinggi, produk ini juga direkomendasikan untuk investor yang telah memiliki pengalaman investasi,” jelasnya.

Application Information Will Show Up Here

Gambar header: Depositphotos.com

Pluang Survey: Gold as the Favorite Investment Instrument During Pandemic

Pluang has just conducted a survey involving 5500 respondents from a number of major cities in Indonesia. Focusing on investing and saving behavior for the millennials. One of the findings, gold is the main choice (32%) for this age group during this pandemic for investment.

Pluang’s VP Business Development, Humprey explained, there are some factors that cause gold to be the top choice for millennials. One of them is affordability with promising reciprocity.

“As many as 32% of the millennial generation reportedly tried new investments, namely gold. This is the highest percentage compared to other well-known investments such as mutual funds, stocks, and deposits,” Humprey said in his presentation.

Humprey’s presentation shows that the new investment in gold chosen by their respondents far outperformed other forms of investment such as stocks (15%), mutual funds (16%), deposits (8%), to p2p lending (4%). Another factor that helped catapult the popularity of gold in the Kiwari group was the price of gold which had risen significantly in the April-July 2020 period.

This survey actually captures that the budget for investment tends to decrease. Millennials are known to save more during this pandemic. Millennial saving enthusiasm is known to increase by around 5-10%. However, the pandemic factor has also caused the millennial generation’s budget allocations to change a lot. The costs of transportation and travel are two budget items that have diminished considerably since the pandemic began.

The unprecedented situation due to the Covid-19 outbreak is enough reason for millennials to allocate more money to save. The need for pension funds, emergency funds, family savings, buying property, medical expenses, and education funds are respondents’ top priorities when saving.

Nevertheless, the survey overall found that millennials still prefer to save their money in the form of investment (59%) rather than saving (41%). Meanwhile, the most attractive investment, as mentioned earlier, is gold.

“There are 54% of millennials having new investment during the pandemic and gold is the main choice,” said Humprey.

As a digital investment platform, he believes gold offers great opportunities for companies during a pandemic. Gold is indeed one of the investment products offered by Pluang along with other products. The Pluang movement to take advantage of this opportunity has actually been seen since actively engaging other platforms to offer gold investment products.

Gojek and Dana are two of the names they have partnered with over the past few months. Humprey also admits that this is reflected in their current user profile and activity. “So the big picture of investment is very attractive, especially in gold, especially during this pandemic,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Survei Pluang: Emas Jadi Instrumen Investasi Favorit Selama Pandemi

Pluang baru saja menggelar survei yang melibatkan 5500 responden dari sejumlah kota besar di Indonesia. Berfokus pada perilaku investasi dan menabung generasi milenial. Salah satu temuannya, emas jadi pilihan utama (32%) bagi angkatan usia tersebut selama pandemi ini dalam berinvestasi.

VP Business Development Pluang Humprey menjelaskan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan emas jadi pilihan utama milenial. Salah satunya adalah keterjangkauan dengan timbal balik yang cukup menjanjikan.

“Sebanyak 32% generasi milenial dilaporkan mencoba investasi baru yaitu emas. Ini merupakan persentase tertinggi dibandingkan dengan investasi lain yang banyak dikenal seperti reksa dana, saham, dan deposito,” ucap Humprey dalam paparannya.

Paparan Humprey memperlihatkan investasi baru berupa emas yang dipilih responden mereka jauh mengungguli bentuk investasi lainnya seperti saham (15%), reksa dana (16%), deposit (8%), hingga p2p lending (4%). Faktor lain yang turut membantu melambungkan popularitas emas di kelompok kiwari ini adalah harga emas yang sempat naik signifikan pada periodel April-Juli 2020.

Survei ini sejatinya menangkap bujet untuk investasi cenderung berkurang. Milenial diketahui justru lebih menabung selama keadaan pandemi ini. Gairah menabung milenial diketahui meningkat sekitar 5-10%. Namun faktor pandemi juga yang menyebabkan alokasi anggaran generasi milenial banyak berubah. Biaya untuk transportasi dan pelesir merupakan dua pos anggaran yang berkurang jauh sejak pandemi berlangsung.

Ketidakpastian segala hal yang dibawa oleh wabah Covid-19 cukup menjadi alasan bagi milenial untuk mengalokasikan lebih banyak uang untuk menabung. Kebutuhan dana pensiun, dana darurat, tabungan keluarga, membeli properti, biaya kesehatan, hingga dana pendidikan menjadi prioritas teratas responden saat menabung.

Kendati demikian secara keseluruhan survei mendapati milenial masih lebih banyak memilih menyimpan nilai uangnya dalam bentuk investasi (59%) ketimbang menabung (41%). Sementara investasi paling dilirik, seperti disebut sebelumnya, adalah emas.

“Ada 54% milenial memiliki investasi baru selama pandemi dan emas adalah pilihan utamanya,” terang Humprey.

Sebagai platform investasi digital pun meyakini emas menawarkan peluang besar bagi perusahaan selama pandemi. Emas memang salah satu produk investasi yang ditawarkan oleh Pluang bersama produk lainnya. Gerakan Pluang memanfaatkan kesempatan ini sebenarnya sudah terlihat sejak giat menggaet platform lain untuk menawarkan produk investasi emas.

Gojek dan Dana adalah dua dari sekian nama yang mereka gandeng selama beberapa bulan terakhir. Humprey pun mengakui hal itu tercermin dari profil dan acitivity user mereka saat ini. “Jadi gambaran besarnya investasi sangat menarik khususnya emas terlebih di masa pandemi ini,” imbuhnya.

Application Information Will Show Up Here