Luncurkan Aplikasi, Tinkerlust Ingin Perluas Area Layanan ke Sumatera dan Sulawesi

Indonesia memiliki pasar yang berkembang untuk preloved luxury brand. Ada sejumlah alasan, pertama seringkali harganya lebih terjangkau daripada membeli produk fesyen desainer baru. Alasan kedua, karena lebih ramah lingkungan. Dengan memilih untuk membeli barang bekas, pembeli mengurangi permintaan akan produk baru dan memperpanjang umur barang yang sudah ada, yang secara langsung membantu mengurangi limbah dan carbon footprint.

Tinkerlust, sebagai salah satu platform yang hingga saat ini masih konsisten menghadirkan pilihan preloved luxury brand dengan mengusung fashion sustainability dan circular economy, mengklaim terus mengalami pertumbuhan yang positif.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Tinkerlust Samira Shihab mengungkapkan rencana perusahaan tahun ini setelah meluncurkan aplikasi untuk pelanggan mereka.

Perluas area layanan

Didirikan sejak 2016, Tinkerlust bercita-cita untuk memperkenalkan cara berbelanja yang lebih ramah lingkungan. Di tahun 2020 Tinkerlust telah mengubah posisi mereka menjadi online marketplace yang mendukung gerakan sustainable fashion dengan mengajak brand lokal yang memiliki nilai yang sama  menjual produknya di platform mereka.

Tinkerlust melihat topik mengenai fashion sustainability dan circular economy di Indonesia memiliki kesempatan untuk berkembang ke depannya. Dengan semakin banyak hadirnya brand atau pelaku bisnis yang memiliki misi untuk menerapkan sustainability termasuk bisnis-bisnis yang bergerak di bidang preloved luxury, tentu secara tidak langsung juga akan mempengaruhi dan mengubah gaya berbelanja pelanggan.

Jika di awal mereka lebih memilih untuk berbelanja pakaian fast fashion dan brand new, kini perlahan-lahan mereka mulai beralih dan mempertimbangkan untuk berbelanja preloved fashion berkualitas baik yang bisa mereka gunakan dalam jangka waktu yang lebih panjang.

“Kami pun yakin akan memiliki peluang yang lebih besar dalam membangun sebuah ekosistem bersama dengan pelaku bisnis lain maupun masyarakat luas agar pada akhirnya, kita bisa bersama-sama mempercepat perkembangan pemahaman mengenai sustainability dan circular economy ke semua kalangan di seluruh Indonesia,” kata Samira.

Indonesia telah memiliki kelas menengah yang besar dan terus berkembang, banyak dari mereka yang tertarik dengan barang-barang mewah tetapi mungkin tidak mampu membelinya dengan harga penuh. Hal ini telah menciptakan permintaan akan barang-barang mewah bekas, yang menawarkan cara yang lebih terjangkau untuk mengakses barang-barang bermerek.

Saat pandemi perusahaan sempat mengalami kendala menjalankan bisnis mereka. Tinkerlust pun sempat berada dalam situasi untuk lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan promosi, sehingga berdampak pada pertumbuhan  bisnis. Namun, di tahun 2022 Tinkerlust mengklaim telah berhasil pulih kembali dari dampak pandemi. Tercatat pada Q4 perusahaan bisa mencapai GMV terbesar sepanjang bisnis Tinkerlust.

Hingga saat ini jumlah pengguna terbesar dari Tinkerlust masih berasal dari pulau Jawa dan Bali. Namun, salah satu misi perusahaan tahun ini ingin melakukan ekspansi yang lebih luas ke pulau-pulau utama lainnya seperti Sumatera dan Sulawesi. Usaha untuk ekspansi ini sudah dimulai dengan membentuk hub di Palembang, agar memudahkan seller melakukan drop-off barang yang ingin mereka jual.

“Ke depannya, dengan melakukan pendekatan secara langsung serta menjalankan kampanye marketing yang memang ditujukan khusus untuk audience di daerah-daerah lainnya, harapannya ekspansi ini dapat sedikit demi sedikit terealisasi,” kata Samira.

Terkait dengan opsi pembayaran, saat ini Tinkerlust sudah menyediakan berbagai macam opsi pembayaran. Termasuk di dalamnya cicilan 0% dari bank partner serta platform cicilan online. Sedangkan untuk logistik, mereka bermitra dengan perusahaan penyedia logistik yang salah satunya sudah dilengkapi dengan add-on asuransi yang dikhususkan untuk pengiriman barang luxury.

Luncurkan aplikasi mobile

Aplikasi mobile Tinkerlust / Tinkerlust

Untuk memudahkan pengguna mengakses produk, baru-baru ini telah diluncurkan aplikasi mobile Tinkerlust. Aplikasi tersebut dilengkapi dengan berbagai fitur, mulai dari fast access, fast filtering, dan chat with seller. Bahkan penjual bisa langsung melakukan penjualan barang mereka lewat fitur snap, upload & sell.

Dengan adanya aplikasi mobile tersebut, salah satu target utama Tinkerlust tahun ini adalah menggaet lebih banyak pengguna, baik penjual dan pelanggan baru di marketplace. Berbagai kemudahan berjualan di aplikasi, harapannya bisa meningkatkan minat pengguna dari seluruh Indonesia untuk berjualan di Tinkerlust. Selain itu, perusahaan juga berkeinginan untuk menyediakan layanan yang lebih personal bagi pasar luxury.

“Kami memutuskan untuk meluncurkan aplikasi tahun ini, karena kami merasa konsumen sekarang lebih ‘melek teknologi’ dan telah terbentuk motivasi untuk menjual barang-barang mereka yang sudah tidak terpakai lagi karena konsep preloved sudah lebih umum di kalangan masyarakat. Dengan adanya aplikasi mobile, para seller akan lebih mudah lagi untuk menjual produknya di marketplace kami dan turut menjadi bagian penting untuk fashion berkelanjutan,” kata Samira.

Disinggung apakah tahun ini perusahaan memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, Samira menegaskan mereka tidak menutup kemungkinan jika ada investor lain yang ingin bermitra dengan Tinkerlust. Namun tentu hal tersebut perlu dibicarakan terlebih dahulu dengan investor mereka saat ini, yaitu GDP.

“Bagi Tinkerlust yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bermitra dengan pihak yang memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun Tinkerlust,” kata Samira.

Sebelumnya Tinkerlust telah menerima pendanaan awal tahun 2017 lalu dari dari Merah Putih Inc dan angel investor Danny Oei Wirianto dengan nilai yang tidak disebutkan. Awal tahun 2020 lalu Tinkerlust juga telah membukukan pendanaan. Tidak disebutkan lebih jauh berapa nilai pendanaan tersebut dan siapa saja investor yang terlibat, namun Samira menyebutkan cukup bersyukur pendanaan tersebut rampung sebelum pandemi.

Application Information Will Show Up Here

Jagofon Konfirmasi Perolehan Pendanaan dari Orbit Startups

Platform marketplace ponsel bekas Jagofon dilaporkan menerima pendanaan awal sebesar $150 ribu atau sekitar 2,3 miliar Rupiah dari Orbit Startups, program pengembangan startup tahap awal dari pemodal ventura AS, SOSV.

Dikabarkan pertama kali dalam rangkuman SEA Digest di laman DealStreetAsia beberapa waktu lalu, Jagofon tertulis menerima initial funding diikuti dengan program insentif untuk mendukung pertumbuhan dan penggalangan dana di luar kegiatan demo day.

Founder & CEO Jagofon Stéphane Becquart mengonfirmasi laporan ini, dan mengungkap bahwa perolehan pendanaan tersebut untuk mendorong pertumbuban bisnis dan memperkuat tim Jagofon, baik di sourcing dan operasional.

“Kami akan terus menambah produk kategori produk di luar smartphone, seperti tablet, PC, smartwatch, dan aksesoris produk terkait. Kami juga akan mempercepat SEO dan mendorong keberadaan Jagofon di berbagai channel, termasuk di media sosial, sembari enhance platform kami dengan berbagai fitur baru dan kapabilitas,” paparnya dihubungi oleh DailySocial.id.

Tahun lalu, Jagofon tercatat telah mengumpulkan pendanaan awal sebesar $549 ribu atau setara Rp8 miliar. Pendanaan ini dikucurkan oleh sejumlah investor individu di antaranya Antoine de Carbonnel (CMO Gojek), Gregoire Dumoulin (CEO Bak2 Group), dan Pascal Viguie. Sebelumnya, Jagofon telah memperoleh pendanaan pra-awal senilai $254 ribu.

Tingginya permintaan smartphone bekas di Indonesia mendorong Becquart untuk meluncurkan Jagofon pada 2020 lalu. Dalam pengembangannya, Jagofon mengaplikasikan teknologi machine learning dan AI untuk menghasilkan rekomendasi berbasis data dan prediksi penjualan ponsel bekas kepada para mitra.

Pasar ponsel bekas

Lembaga riset International Data Corporation (IDC) melaporkan penjualan ponsel bekas dan rekondisi global mencapai 282 juta unit di 2022 atau naik 11,5 persen dari tahun sebelumnya dengan total penjualan perangkat 253,4 juta unit.

Menurut Manajer riset IDC Anthony Scarsella, situasi ekonomi global mendorong mayoritas konsumen untuk menghemat pengeluaran. Ini membuat ponsel rekondisi masih diminati karena harganya lebih terjangkau. “Perangkat bekas lebih kuat menghadapi hambatan pasar dibanding ponsel baru karena di banyak wilayah selera konsumen tetap tinggi,” ujarnya dikutip dari Kompas.com.

Sebagai tambahan, baru-baru ini Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis survei penetrasi terbaru. Survei ini dilakukan pada periode 10 Januari-27 Januari 2023 yang mencakup 38 provinsi dengan total responden sebanyak 8.510 responden.

Disebutkan, penetrasi internet Indonesia kini menembus 78,19% di 2023 atau sebesar 215,6 juta dari total 275,7 juta jiwa. Survei juga menemukan tingkat penetrasi urban sebesar 77,36 persen dari jumlah populasi di daerah urban. Sementara, penetrasi internet di daerah rural mencapai 79,79 persen dari total jumlah penduduk di daerah rural.

“Peningkatan penetrasi sebesar 1,17% ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan internet, khususnya semenjak pandemi Covid-19 di 2020,” tutut Ketua Umum APJII Muhammad Arif, Rabu (8/3) lalu.

Carousell Caplok Laku6, Berambisi Pimpin Pasar “Recommerce” di Asia Tenggara

Startup classified marketplace Carousell mengakuisisi Laku6 senilai $25 juta atau Rp375 miliar. Akuisisi ini menjadi strategi Carousell untuk memimpin pasar recommerce (layanan tukar-tambah) di berbagai vertikal produk di Asia Tenggara.

Adapun, transaksi pembelian ini didukung oleh Heliconia Capital yang merupakan perusahaan investasi milik Temasek. Diketahui Heliconia telah menanamkan investasi pertamanya di Carousell pada Oktober 2021.

Dalam keterangan resminya, akuisisi ini menyusul aksi serupa Carousell terhadap marketplace untuk streetwear autentik Ox Street dan platform recommerce retailer Refash.

Co-founder dan CEO Carousell Quek Siu Rui mengatakan, pasar recommerce memiliki peluang win-win-win besar jika dilihat dari berbagai sisi. Pertama, menguntungkan bagi pengguna yang menginginkan like-new device dengan harga terjangkau. Kedua, bagi perbaikan lingkungan karena ponsel bekas dapat digunakan kembali.

Terakhir, menguntungkan bagi bisnis dengan potensi pertumbuhan di atas 2,5 kali lipat. Menurut laporan ReedSeer Strategy Consultant, pasar recommerce untuk elektronik saja di Asia Tenggara diprediksi mencapai $18,6 miliar di 2026.

“Kemitraan ini merupakan kombinasi kuat untuk memimpin pasar recommerce elektronik di Asia Tenggara. Kami didukung teknologi remote diagnonistic berbasis AI milik Laku6, basis pengguna sebesar 10 juta, dan perusahaan investasi terkemuka,” tutur Quek.

Dikatakan sebagai kombinasi kuat karena Laku6 disebut sebagai perusahaan recommerce elektronik yang mendapatkan pendanaan awal terbesar di Asia Tenggara hingga saat ini.

Sementara, Founder dan CEO Laku6 Alvin Yap menambahkan, “Kami memiliki komitmen mendalam untuk membuat produk bekas menjadi pilihan utama. Dengan skala pasar dan investasi Carousell, kami berada di posisi tepat untuk menciptakan formula sukses dan menawarkan solusi kami yang telah terbukti kepada end- user dan merchant,” tuturnya.

Berdiri sejak 2016, Laku6 merupakan platform e-commerce dan tukar-tambah ponsel bekas berbasis aplikasi yang mengandalkan teknologi untuk mengidentifikasi kondisi ponsel bekas dalam kurun waktu dua menit. Laku6 mengklaim telah mencatat transaksi penjualan dan tukar-tambah sebanyak 500 ribu ponsel bekas. Mereka juga sempat menjalin kerja sama strategis dengan Tokopedia untuk menghadirkan produk tukar-tambah di online marketplace tersebut.

Sementara, Carousell mencatat sekitar 2 juta listing baru di kategori elektronik setiap kuartalnya, mengklaim posisinya sebagai platform transaksi elektronik bekas terbesar di kawasan Asia Tenggara. Selain produk fesyen dan elektronik, Carousell juga masuk ke kategori penjualan mobil dan properti.

Pasar smartphone bekas

Menurut laporan IDC, pengiriman smartphone bekas di global diprediksi mencapai 351,6 juta unit dengan nilai mencapai $65 miliar di 2024. Analis menyebut pertumbuhan smartphone bekas didorong oleh pesatnya perkembangan teknologi. Ada dorongan bagi pengguna untuk meningkatkan performa dengan mengganti ke perangkat baru dengan teknologi mutakhir.

Selain itu, sejumlah vendor smartphone kini mulai menyediakan fasilitas tukar-tambah bagi pengguna yang ingin membeli produk keluaran terbaru dengan harga lebih murah. Misalnya, Apple, Samsung, dan Huawei.

Di Indonesia, jumlah perangkat seluler per Januari 2022 menyentuh 370,1 juta atau naik 3,6% dari periode sama tahun lalu. Sementara, penetrasi internet telah menembus 73,7% dari total populasi di periode yang sama.

Selain Laku6, ada pula startup yang bermain di model serupa, yakni Jagofon. Untuk memperkuat layanan e-commerce untuk smartphone bekas, Jagofon mengutamakan dua aspek utama untuk melakukan kontrol kualitas, yakni pemeriksaan IMEI dan fungsionalitas perangkat.

5 Situs Terpercaya untuk Jual Beli Barang Bekas Secara Online

Apabila ada barang menumpuk di rumah, yang bisa Anda lakukan tentu saja tidak harus dengan membuangnya, maka dari itu ada berbagai solusi untuk barang barang menumpuk yang sudah Anda tidak digunakan tetapi masih bagus untuk dibuang. Salah satunya adalah dengan menjualnya di situs terpercaya, berikut ini situs jual beli barang bekas yang bisa Anda coba!

Rekomendasi Situs Jual Beli Barang Bekas

BelanjaBekas

Situs Jual Beli Barang Bekas

Situs satu ini merupakan salah satu situs terpercaya untuk menjual barang barang Anda yang bervariatif, tetapi bagi Anda yang ingin fokus pada penjualan dan pembelian barang bekas elektronik, Belanja bekas bisa menjadi solusi.

Olx

Situs Jual Beli Barang Bekas

Situs yang dahulunya bernama Tokobagus.com kini berubah menjadi OLX dan menawarkan banyak solusi bagi Anda yang ingin membeli dan menjualkan barang Anda. Menggunakan situs ini juga tidak susah, ada tampilan yang sederhana dan mudah dipelajari hingga beragamanya barang yang tersedia, bisa menjadi salah satu pilihan Anda.

Bukalapak

Situs Jual Beli Barang Bekas

Dari namanya, marketplace ini tentunya memberikan kesempatan bagi ANda yang ingin membuka lapak penjualan barang bekas secara online. Barang yang bisa Anda jual juga Apapun dan dimanapun. Situs ini tentunya sudah dipercayai banyak orang dalam melakukan penjualan barang bekas.

Jualo

Situs Jual Beli Barang Bekas

Situs untuk menjual barang bekas yang lainnya adalah Jualo, dimana dalam aplikasi ini Anda bisa mengetahui jarak pembeli dan penjual yang ada disekitar kita.  Konsep dari aplikasi ini cenderung unik, ANda bahkan bisa tukar menukar barang dan juga menawar dari harga yang ditetapkan.

Prelo

Situs Jual Beli Barang Bekas

Prelo yang pada awalnya adalah tempat untuk menjual barang khusus wanita, kini Prelo menjadi tempat jual beli barang preloved Anda. Dengan aplikasi ini tentu saja Anda bisa menjual berbagai barang bekas Anda dengan harga yang murah dan cepat. Keunggulan dari aplikasi ini adalah Anda bisa mengunduhnya melalui smartphone.

Demikianlah rekomendasi situs jual beli barang bekas yang bisa Anda gunakan untuk menjual barang Anda yang sudah tidak terpakai atau membeli barang dengan harga yang murah, pilihlah marketplace atau situs yang menyesuaikan keinginan Anda. Selamat berbelanja!

Aplikasi Rentique Jembatani Pengguna dengan Desainer dan Brand Fesyen

Besarnya minat perempuan Indonesia untuk bisa menyewa bahkan membeli produk fesyen desainer dan berbagai brand, menjadi salah satu alasan utama mengapa Rentique didirikan. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Rentique Dea Amira mengungkapkan, layanannya juga ingin membantu desainer lokal untuk mengenal lebih jauh siapa pelanggan mereka melalui aplikasi.

“Platform penyewaan produk fesyen ini bukan hanya menawarkan produk berkualitas milik Rentique dan mitra desainer lokal, namun juga menyediakan layanan pengiriman, pengembalian, hingga laundry kepada pelanggan dan mitra. Saat ini Rentique sudah tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan lebih dari 55 ribu pengguna aktif.”

Secara umum Rentique memiliki dua pilihan, yaitu one time rental dan dream closet. Pelanggan bisa mendapatkan produk fesyen berkualitas dengan harga terjangkau. Dari sisi demografi kebanyakan pelanggan Rentique adalah perempuan Indonesia yang berusia 20-40 tahun dan profesional atau mereka yang bekerja.

“Memanfaatkan sepenuhnya aplikasi, kami ingin mempermudah proses penyewaan produk fesyen bahkan pembelian kepada perempuan Indonesia,” kata Dea.

Untuk mempercepat pengiriman dan pengembalian barang, Rentique juga menjalin kemitraan dengan Gojek dan Shipper. Untuk pilihan pembayaran Rentique menawarkan pilihan seperti bank transfer, kartu kredit, dan Ovo. Saat ini Rentique telah mendapatkan pendanaan dari venture capital dan beberapa angel investor, namun enggan untuk menyebutkan detailnya.

Pemanfaatan data

dea22

Berbeda dengan platform serupa lainnya yang menawarkan layanan penyewaan hingga pembelian produk fesyen hingga produk preloved, Rentique yang sepenuhnya memanfaatkan proses secara digital, mengelola data pelanggan mereka yang diperoleh melalui aplikasi untuk membantu mitra desainer lokal hingga brand.

“Kebanyakan platform lainnya hanya beli-putus kepada desainer hingga brand. Sementara kami ingin membantu mereka mitra kami meningkatkan bisnis mereka dengan bergabung bersama Rentique. Desainer dapat menambah pendapatan baru, setiap bulannya menghasilkan keuntungan lebih dari 20%,” kata Dea.

Rentique juga membagikan informasi terkait quality control kepada desainer, hal-hal sederhana seperti tren pasar, atau cara agar jahitan kancing dapat diperkuat, mereka meyakini hal tersebut dapat membantu desainer untuk meningkatkan daya tahan barang, dan sebagai bahan pengambilan keputusan yang lebih baik untuk koleksi di masa mendatang.

Dengan demikian diharapkan ke depannya, para mitra bisa mengetahui lebih jelas, siapa pelanggan mereka, produk yang menjadi pilihan dan desain yang diinginkan. Untuk strategi monetisasi yang diterapkan Rentique berupa komisi dari mitra.

Untuk pelanggan dengan mengedepankan proses melalui aplikasi, diharapkan bisa memudahkan mereka mencari dan pada akhirnya melakukan transaksi melalui aplikasi Rentique. Sejak didirikan akhir tahun 2019 lalu, saat ini Rentique telah memiliki lebih dari 5000 produk fesyen dari desainer internasional maupun lokal, dan telah bekerja sama dengan lebih dari 60 brand lokal selama pandemi. Yang mana kebanyakan brand tersebut dipimpin oleh wanita.

Meskipun sempat mengalami penurunan bisnis saat awal masa pandemi tahun lalu, namun saat ini bisnis Rentique kembali pulih dan mulai menerima permintaan dari pelanggan untuk penyewaan produk fesyen secara online.

“Selain produk fesyen ke depannya kita juga ingin menghadirkan produk lifestyle kepada pelanggan. Kami ingin menjadi one stop platform untuk produk fesyen dan lifestyle di Indonesia,” kata Dea.

Tinkerlust Perbarui Strategi Bisnis, Bukukan Pendanaan di Awal Tahun 2020

Platform yang menjual produk fesyen dan aksesoris second-hand atau preloved Tinkerlust susun strategi bisnis baru. Kini mereka gencarkan produk berbasis “sustainable fashion” dan menjalin kolaborasi strategis dengan brand lokal. Masih besarnya sampah yang dihasilkan dari industri fesyen, menjadi salah satu konsentrasi mereka. Tujuannya juga sebagai edukasi bagi masyarakat.

Co-Founder & CEO Tinkerlust Samira Shihab mengungkapkan, gerakan sustainable fashion ini sebelumnya telah sangat familiar dilancarkan di Eropa. Melalui platform Tinkerlust, diharapkan bisa memperkenalkan kegiatan ini kepada masyarakat Indonesia lebih luas lagi.

“Dengan model bisnis baru ini, diharapkan bisa menjadikan Tinkerlust pioneer platform sustainable fashion. Masih konsisten dengan target perusahaan yaitu platform untuk perempuan dan sekarang menambah kemitraan baru dengan brand lokal,” kata Samira.

Sejak didirikan tahun 2015 lalu, Tinkerlust telah memiliki sekitar 200 ribu monthly active user (MAU). Masih memanfaatkan situs web sebagai platform transaksi, Tinkerlust belum memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi. Untuk memudahkan penjual dan pembeli hingga mitra mengakses platform, Tinkerlust menghadirkan tampilan UI/UX sesederhana mungkin.

Meskipun saat ini sudah banyak platform yang menjual produk serupa, namun belum banyak di antara yang secara khusus memfokuskan kepada target pasar perempuan.

Model bisnis fashion commerce berkembang pesat di Indonesia. Sebut saja yang dihadirkan Style Theory, alih-alih menjual, mereka menghadirkan mekanisme penyewaan produk busana bermerek. Beberapa peritel akhirnya juga go-online, seperti yang dilakukan oleh Metrox Group dengan menghadirkan Onmezzo atau Matahari dengan platform digitalnya.

Penggalangan dana dan kampanye “Local Heroes”

Setelah mengantongi pendanaan dari Merah Putih Inc dan angel investor Danny Oei Wirianto dengan nilai yang tidak disebutkan tahun 2017 lalu, awal tahun 2020 ini Tinkerlust telah membukukan pendanaan baru. Tidak disebutkan lebih jauh berapa nilai pendanaan tersebut dan siapa saja investor yang terlibat, namun Samira menyebutkan cukup bersyukur pendanaan tersebut rampung sebelum pandemi.

“Bulan Januari 2020 lalu kami baru saja menyelesaikan penggalangan dana. Untungnya proses tersebut selesai sebelum penyebaran Covid-19. Untuk penggalangan dana selanjutnya kami belum memiliki rencana tersebut,” kata Samira.

Untuk menandai strategi bisnis baru mereka, Tinkerlust akan meluncurkan kampanye “Local Heroes”. Dalam kampanye ini perusahaan mengajak brand lokal yang memiliki visi sejalan untuk berkolaborasi bersama menjual produknya di Tinkerlust. Sekitar 14 brand lokal sudah bergabung, dan telah berkolaborasi menggelar serangkaian acara seperti virtual fashion show dan fashion talk show. Pada kesempatan kali ini TMRW by UOB dan juga Makeover mendukung aksi dari Tinkerlust sebagai exclusive partner.

“Tinkerlust ingin menciptakan ruangan fashion yang lebih sustainable dengan memberikan edukasi kepada konsumen setia kami lewat kolaborasi dengan brand lokal yang memiliki koleksi ramah lingkungan. Ini adalah salah satu bentuk kontribusi dalam mengurangi limbah fashion karena produk tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang,” imbuh Co-Founder & COO Tinkerlust Aliya Amitra.

Layanan “Fashion Preloved” HuntStreet Ekspansi ke Singapura dan Kota-Kota Besar di Indonesia

Besarnya minat pembeli barang-barang mewah secondhand (preloved) saat ini telah memberikan peluang tersendiri bagi layanan marketplace untuk menghadirkan platform khusus penjualan barang-barang tersebut. Salah satu layanan yang mencoba untuk menyasar sektor tersebut adalah HuntStreet, yang didirikan oleh Janice Winata dan Sabrina Joseph pada bulan Juli tahun 2015 lalu.

Di tahun yang ketiga, HuntStreet telah melakukan ekspansi ke Singapura dan berencana untuk menambah lokasi penjualan di kota-kota besar lainnya di Indonesia, selain Jakarta dan Bandung. Masih menggunakan modal perusahaan sendiri (private owned), HuntStreet belum memiliki rencana untuk melakukan fundraising.

Disinggung apa yang membedakan HuntStreet dengan pemain lainnya seperti Reebonz, Banananina dan Tinkerlust, PR HuntStreet Ashley Jaury mengungkapkan, banyaknya jumlah barang preloved yang dimiliki HuntStreet merupakan salah satu keunggulan dari HuntStreet. Selain itu HuntStreet juga menawarkan harga yang bervariasi, mulai dari Rp100 ribu hingga ratusan juta rupiah.

Untuk memastikan barang yang diterima dan dijual bisa dijamin keasliannya, HuntStreet melakukan proses penyaringan ketat selama 1 minggu kepada pemilik barang.

“Ketika barang datang belum tentu barang tersebut akan langsung di jual oleh kami. Setelah melakukan proses penyeleksian selama 1 minggu, tim kami nanti akan memberikan harga jual barang preloved tersebut di HuntStreet kepada pemilik barang,” kata Ashley.

Menawarkan jasa penjualan dan penitipan

Selain menjual barang-barang preloved, HuntStreet juga menawarkan jasa penjualan, penitipan (konsinyasi), maupun fasilitas tukar-tambah barang-barang fesyen mewah milik pelanggan. Dalam hal ini, pelanggan bisa memperoleh uang tunai hasil penjualan, atau pun produk fesyen mewah baru. Saat ini HuntStreet mengklaim telah memiliki ratusan penjual dengan konsep konsinyasi, yang tersebar di seluruh Indonesia, Singapura hingga India.

Selain pembelian barang di situs, HuntStreet juga kerap menggelar kegiatan branded sale di Jakarta. Di gelaran branded sale tahun ketiga, HuntStreet telah menyediakan sekitar 15 ribu barang preloved yang terdiri dari pakaian, tas, aksesoris hingga sepatu.

“Untuk menambah jumlah produk preloved HuntStreet, kami juga telah melakukan kolaborasi dengan para influencer fesyen. Dengan memanfaatkan popularitas mereka, pembeli bisa melihat barang pilihan dari influencer tersebut untuk dibeli,” kata Ashley.

Capaian dan Rencana Carousell Indonesia Pasca Tiga Tahun Beroperasi

Merayakan HUT-nya yang ketiga, layanan mobile classified app asal Singapura, Carousell, menjabarkan pencapaian dan rencana di tahun 2018. Dari data yang disampaikan terungkap, sebanyak 2,1 juta barang telah terjual di Carousell hingga kuartal ketiga tahun 2017. Kategori terpopuler adalah gadget dan barang elektronik, pakaian pria dan wanita, barang kesehatan dan kecantikan, serta produk perlengkapan bayi.

Di Indonesia sendiri Carousell yang dikenal sebagai platform jual beli barang bekas telah memiliki sekitar 8,8 juta listing, dengan rata-rata sekitar 100 barang preloved yang didaftarkan ke platform dalam waktu satu menit. Dari jumlah keseluruhan pengguna yang ada di Carousell kebanyakan adalah kalangan individu dan hanya sedikit pemilik toko yang menjual barang bekas pakai memanfaatkan Carousell.

“Di usia ke tiga kehadiran Carousell di Indonesia, kami ingin memberikan inspirasi lebih banyak kepada masyrakat Indonesia untuk melakukan jual beli barang bekas memanfaatkan platform Carousell,” kata Co-Founder Carousell Marcus Tan .

Meluncurkan fitur baru memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence

Untuk memberikan layanan lebih maksimal dan proses penjualan lebih cepat, pada tahun 2018 mendatang Carousell berencana untuk meluncurkan fitur-fitur terbaru memanfaatkan teknologi AI. Mulai dari Smart Listing yang bisa memberikan rekomendasi lebih relevan untuk masing-masing pengguna, tampilan Home Screen baru yang didesain lebih personal mengikuti minat dan kesukaan dari pengguna, hingga memperbarui In-App Chat yang saat ini sudah disematkan dalam aplikasi Carousell.

“Semua fitur baru tersebut kami harapkan bisa mempercepat proses pendaftaran barang, penjualan dari sekitar 30 detik hingga menjadi 3 detik sekaligus memperlancar komunikasi antara penjual dan pembeli,” kata Marcus.

Belum melakukan monetisasi

Masih fokus kepada akuisisi pengguna (penjual dan pembeli), Carousell Indonesia hingga kini belum melakukan monetisasi. Hal ini dilakukan menyesuaikan rencana dari Carousell Indonesia yaitu mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan pengguna aktif. Saat ini Carousell telah tersedia di Jabodetabek, Medan, Surabaya, dan Bandung.

“Berbeda dengan Singapura yang pasarnya lebih luas, kami selama 5 tahun terakhir sudah mulai melakukan monetisasi dengan fitur iklan dan tambahan lainnya, sementara di Indonesia kami belum melancarkan kegiatan monetisasi tersebut,” kata Marcus.

Setelah mendapatkan pendanaan Seri B tahun 2016 lalu yang dipimpin oleh Rakuten Ventures bersama dengan Sequia India, Golden Gate Ventures, dan 500 Stratups, sebesar $35 juta (sekitar Rp 458 miliar), saat ini Carousell mengklaim belum memiliki rencana untuk melakukan kegiatan penggalangan dana. Selanjutnya Carousell masih mengembangkan teknologi dan meningkatkan aplikasi mobile agar bisa berfungsi lebih advance.

Application Information Will Show Up Here

Carousell Acquihire Pegawai WatchOverMe, Tiga Di Antaranya Orang Indonesia

Carousell, layanan mobile classified app asal Singapura, melakukan berbagai langkah strategis untuk mendukung pertumbuhan bisnis pasca mendapatkan pendanaan seri B sebesar $35 juta baru-baru ini dengan penguatan produk dan menambah tim teknis (engineer). Carousell mengakuisisi penuh perusahaan aplikasi asal Malaysia, WatchOverMe, meng-acquihire karyawannya, dan merelokasi mereka ke kantor pusat Carousell di Singapura.

[Baca juga: Carousell Bukukan Pendanaan Seri B Sebesar $ 35 Juta]

Quek Siu Riu, Co-Founder Carousell, menjelaskan dari total sembilan orang tim aplikasi WatchOverMe, tidak seluruhnya memilih untuk bergabung. Lima orang dari tim produk dan teknis, yang datang dari berbagai latar belakang, bergabung dengan Carousell.

Menariknya, lanjutnya, tiga orang dari mereka yang bergabung adalah berkebangsaan Indonesia, satu orang dari berasal Malaysia, dan satu lagi dari Ukraina.

Bila ditotal kini tim engineer Carousell memiliki delapan kewarganegaraan yang berbeda. Sebelumnya mereka sudah memiliki karyawan berkebangsaan Lithuania, India, Taiwan, dan Singapura. Salah satu engineer baru tersebut adalah lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), Abraham Krisnanda.

“Hal inilah yang membuat dia [Abraham] dan tim teknis lainnya sangat bernilai, karena track record kinerjanya sudah cukup dikenal di Singapura. Mereka itu punya passion yang tinggi di IT, problem solver, dan menyukai tantangan,” terang Quek, Rabu (31/8).

Carousell memiliki ambisi untuk membangun tim berkelas dunia yang terdiri dari designer dan engineer. Menurutnya, dengan keragaman kewarganegaraan menjadi hal penting dalam melayani komunitas global, sekaligus memberikan kebutuhan masing-masing.

“Melalui acquihire ataupun perekrutan individual, mereka sangat penting dalam mendorong Carousell ke tahap selanjutnya.”

Tim teknis tersebut, sambungnya, akan bertugas dalam perbaikan produk Carousell dari peningkatan user experience. Fokusnya untuk memudahkan proses penjualan barang dan menarik pengguna untuk menjual dan membeli barang.

Carousell juga menambah satu orang senior di industri teknologi yang bergabung ke dalam tim, yakni Andrius Baranaukas sebagai Director of Product. Berbekal pengalamannya selama di Vinted, marketplace untuk barang preloved, seperti membangun layanan komunitas Vinted, chat, dan logistik, Adrius diharapkan bisa meningkatkan kemampuan produk Carousell sebagai pemimpin di industri mobile classified.

Penambahan anggota baru tim membuat Carousell memiliki lebih dari 90 karyawan di seluruh dunia. Quek menjelaskan tim produk dan teknis Carousell yang berjumlah lebih dari 20 orang berasal dari 8 negara.

Sampai akhir tahun, Quek menargetkan ingin menggandakan jumlah tim dari posisi saat ini. Artinya jumlah karyawan yang ingin dipekerjakan Carousell bisa hampir mencapai 200 orang.

“Kami senang dapat bicara dengan tim ataupun mereka yang tertarik dalam memecahkan masalah penting tentang teknologi, terutama bagian seperti machine learning, data science, dan Al untuk memperbarui pencarian dan community engagement.”

Perlu diketahui, sebelumnya WatchOverMe adalah aplikasi yang diciptakan untuk membantu perempuan merasa aman dengan mengirimkan notifikasi ke kontak darurat saat dalam keadaan bahaya. Teknologi ini fokus pada keamanan dan menyampaikan kebutuhan komunitas. Hal ini dipercaya menjadi landasan kuat bagi kesuksesan Carousell.

Dalam situsnya, pihak WatchOverMe mengumumkan pembubaran diri per 31 Agustus 2016. Seluruh layanan yang dimiliki aplikasi tersebut akan menjadi open source sehingga bisa dimanfaatkan dan didistribusikan banyak pihak. Pengguna WatchOverMe sudah mencapai 250 ribu di seluruh dunia.

Fokus Carousell

Indonesia tetap menjadi negara utama yang paling menarik bagi Carousell, terutama dengan jumlah penduduk sebanyak lebih dari 250 juta orang. Quek mengungkapkan pihaknya melakukan beberapa penyesuaian fitur lokal mulai dari penggunaan bahasa dan mata uang. Selain itu, interface aplikasi pun juga dibuat lebih simpel dan mudah dimengerti.

Carousell juga akan terus melakukan edukasi ke komunitas di Indonesia dan memasarkan kemudahan berjualan barang preloved.

“Kami banyak berinvestasi untuk pasar Indonesia dibandingkan dengan negara lainnya, karena Indonesia punya potensi besar yang bisa kami capai.”

Carousell saat ini sudah beroperasi di 13 negara di seluruh dunia, termasuk di Singapura, Taiwan, Hong Kong, dan Australia. Pihaknya  mengklaim sudah memiliki lebih dari 35 juta listing secara global. Secara pertumbuhan bisnis, Carousell tumbuh lebih dari 20 kali lipat sejak Desember 2014.

Untuk rencana negara berikutnya yang akan dibidik Carousell, menurut Quek, masih dalam pertimbangan. “Kami masih mempelajari negara berikutnya yang akan kami bidik, untuk sementara ini kami baru menambah Hong Kong pada Juli kemarin,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here