Grab Resmikan GrabNow di Indonesia

Setelah merilis GrabNow dalam versi beta awal Juni lalu, hari ini Grab secara resmi meluncurkan fitur terbaru yang memanfaatkan teknologi “nearby” GrabNow. Menggunakan GrabNow, penumpang bisa langsung memilih pengemudi GrabBike yang sedang berada di posisi terdekat.

Layanan GrabNow disebutkan mengutilisasi teknologi proksimitas atau kedekatan milik Google yang menggunakan gelombang ultrasound untuk memasangkan ponsel penumpang dengan mitra pengemudi. Seluruh proses ini diklaim terjadi secara aman melalui teknologi enkripsi.

“Waktu sangatlah berharga bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Jabodetabek, terlepas dari apa yang mereka lakukan dan di mana mereka bekerja, setiap orang ingin menjadi lebih produktif. GrabNow merupakan cara mulus berkendara dengan GrabBike yang dirancang khusus untuk mempersingkat waktu tunggu penumpang. Kami percaya GrabNow merupakan faktor pembeda utama kami dengan para kompetitor,” kata Marketing Director Grab Indonesia Mediko Azwar.

Ditambahkan Mediko, GrabNow diklaim mampu memberikan layanan lebih kepada pengguna untuk menikmati alokasi perjalanan hingga tiga kali lebih cepat berkat solusi pemesanan berbasis proksimitas atau kedekatan perangkat bergerak. Sehingga mampu menghemat waktu para pengguna baik mitra pengemudi maupun penumpang.

“Proses auto-pairing antara penumpang dan mitra pengemudi yang rampung dalam 15 – 30 detik memberikan pengalaman pemesanan yang cepat. Hal ini memungkinkan setiap pengguna tiba di lokasi tujuannya dengan lebih cepat, sehingga memberikan pengalaman perjalanan dengan GrabBike yang lebih baik bagi semua pihak.”

Perjalanan dengan GrabNow bisa dipesan dengan tarif regular GrabBike dan menerima pembayaran baik tunai maupun non-tunai dengan GrabPay.

Perkembangan Grab di Indonesia

Sebagai salah satu layanan ride-sharing, Grab memiliki komitmen untuk berinvestasi kepada teknologi. Setelah sebelumnya mendirikan pusat R&D di Indonesia, Grab juga bakal meluncurkan inovasi terkini lainnya memanfaatkan teknologi.

Beberapa statistik menarik yang disampaikan Grab adalah selama tahun 2017 ini mereka telah melayani 45 juta penumpang di seluruh negara Asia Tenggara, hampir 3 kali lipat jika dibandingkan 16 juta penumpang sepanjang tahun 2016.

Application Information Will Show Up Here

AlphaBeta: “Mobilitas Bersama” Berpotensi Bantu Efisiensi Ekonomi Indonesia

AlphaBeta, perusahaan penasihat bisnis dari Singapura, memprediksikan kehadiran konsep transportasi mobilitas bersama, seperti ridesharing, dapat membantu tingkat efisiensi ekonomi di 33 kota besar Indonesia pada 2020 mendatang. Prediksi ini dipaparkan AlphaBeta kepada media pada Rabu (31/5).

AlphaBeta melakukan penelitian pada tahun ini dengan menyurvei lebih dari 4 ribu mitra dan pengguna Uber, serta menggabungkan data infrastruktur transportasi dan perilaku perjalanan yang dihimpun dari berbagai sumber. Lokasinya tersebar di 33 kota, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, hingga Mataram.

Perusahaan juga mendefinisikan mobilitas bersama sebagai gabungan dari pemanfaatan transportasi berbasis online dan konvensional, sehingga dapat memberi kemudahan akses bagi pengguna dalam mencapai berbagai destinasi dengan hemat biaya.

“Mobilitas bersama dapat berperan penting dalam memecahkan sejumlah tantangan. Inilah saatnya untuk berhenti menganggapnya sebagai sebatas masalah transportasi, tapi sebagai dampak mobilitas bersama untuk seluruh kota dan penduduknya,” ucap Direktur AlphaBeta Fraser Thompson.

Beberapa temuan utama dalam laporan ini meliputi:

1. Efisiensi ekonomi

Thompson mengatakan hasil penelitian AlphaBeta memperkirakan saat ini beban keuangan akibat waktu tempuh perjalanan di kota-kota di Indonesia mencapai Rp498 triliun per tahun. Diprediksikan angka tersebut dapat meningkat sebesar 41% di 2020. Mobilitas bersama dapat memotong biaya hingga Rp138 triliun secara nasional.

Efisiensi tersebut dapat dicapai dengan tiga hal, yakni perjalanan lebih efisien, terutama untuk daerah yang belum secara optimal dilayani oleh transportasi publik; waktu yang dihemat dari pencarian tempat parkir; dan mengurangi kemacetan dengan mendorong konsep carpooling serta transportasi multimoda.

“Adopsi penggunaan layanan ridesharing secara meluas bisa mengurangi 71 juta perjalanan dnegan kendaraan dari jalanan di Indonesia pada 2020.”

Dari sisi efisiensi lahan parkir, AlphaBeta memprediksi saat ini ada 40 ribu hektar lahan yang terpakai untuk tempat parkir kendaraan pribadi. Sekitar 5% dari total lahan parkir tersebut diperkirakan nilai sewanya mencapai Rp95 triliun. Nilai tersebut sebetulnya bisa dikonversi untuk penggunaan yang lebih produktif.

“Lahan parkir di Indonesia tergolong sangat banyak, padahal untuk mengurangi kemacetan dan mendorong orang menggunakan transportasi umum sebaiknya lahan harus dikurangi.”

2. Inklusivitas dan kesejahteraan

Penelitian AlphaBeta mengungkapkan layanan ridesharing merupakan pilihan yang lebih murah, hingga 65% per tahunnya, dibandingkan dengan memiliki mobil. Selain itu, ridesharing juga membuka kesempatan ekonomi bagi 7 juta masyarakat Indonesia untuk memperoleh pendapatan yang fleksibel pada 2020 dan mengantarkan 400 ribu masyarakat Indonesia ke dalam layanan keuangan.

“Layanan ridesharing menyediakan sarana bagi mitra pengemudi untuk membuka rekening bank dan membuat mereka akrab dengan transaksi online. Sebanyak 39% dari mitra pengemudi Uber yang kami survei mengatakan setuju bahwa mereka kini lebih aktif secara finansial sejak bergabung dengan Uber.”

3. Kesehatan dan lingkungan

Dengan mengurangi kemacetan, mobilitas bersama dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara di kota-kota di Indonesia. Bila dilihat menggunakan skenario mobilitas bersama di 2020, emisi gas CO2 kendaraan berkurang sebanyak 159 ribu mega ton, atau sama dengan menyelamatkan 415 ribu hektar lahan dari deforestation (penebangan hutan).

GrabShare Resmi Hadir di Indonesia

Menghadirkan konsep berbagi, Grab yang merupakan platform pemesanan kendaraan melalui aplikasi hari ini meresmikan GrabShare, layanan carpool untuk pengguna di kawasan Jabodetabek. Layanan terbaru ini merupakan pilihan terbaru untuk pengguna yang ingin mendapatkan harga lebih murah, kesempatan untuk berbagi kendaraan dengan pengguna lainnya yang memiliki tujuan yang searah.

Indonesia merupakan negara ke empat yang disambangi Grab untuk layanan GrabShare. Sebelumnya GrabShare diklaim telah memberikan kontribusi untuk Singapura, Malaysia, dan Filipina.

“Belajar dari pengalaman tiga negara sebelumnya, kami pastikan GrabShare Indonesia memiliki algoritma yang tepat dan pastinya mumpuni untuk pengguna Grab di Indonesia,” kata Managing Director Grab Indonesia Ridzky Kramadibrata.

Algoritma GrabShare

Algoritma yang disebutkan Ridzky adalah kemampuan setiap kendaraan untuk memberikan layanan kepada pengguna sesuai dengan jarak terdekat, waktu dan kondisi yang ada, rute perjalanan yang saling berkaitan, suplai mitra pengemudi dan mengurutkan lokasi penjemputan dan pengantaran menyesuaikan dengan kondisi lalu lintas terkini.

Diklaim tidak ada lagi kesalahan jika ada pengguna yang menggunakan layanan GrabShare di pinggir jalan tol atau jalan raya yang sulit untuk disinggahi oleh mitra pengemudi.

“Kita juga pastikan semua pemesanan hanya boleh digunakan untuk dua pemesanan saja dan empat penumpang dalam satu perjalanan tersebut selama tujuan sama,” kata Ridzky.

Hal tersebut diklaim yang membedakan layanan dari GrabShare dengan layanan carpool serupa dari kompetitor. Uber sendiri telah meluncurkan UberPool di Indonesia sejak pertengahan tahun lalu.

Grab Indonesia menegaskan sebelum GrabShare dihadirkan, telah dilakukan riset, survei, dan pengumpulan data dengan memanfaatkan machine learning.

“Sejak bulan Januari kami telah melakukan uji coba kepada pelanggan demi mendapatkan behavior yang tepat untuk semua pengguna di Indonesia,” kata Ridzky.

Selain harga yang lebih murah dari layanan GrabCar, dengan potongan tarif hingga 50%, GrabShare menjamin maksimal dua titik pemberhentian serta pemesanan instant untuk pengguna.

“Jika nantinya GrabShare hanya mendapatkan satu penumpang saja mitra pengemudi pun wajib untuk mengantarkan penumpang tersebut sampai tujuan, karena waktu tunggu yang kami berikan hanya 3 menit untuk semua penumpang,” kata Ridzky.

Untuk meminimalisir kerugian untuk mitra, Grab Indonesia akan memberikan insentif kepada mitra pengemudi.

Edukasi kepada mitra pengemudi dan layanan pelanggan 24 Jam

Untuk memastikan layanan terbaru ini sudah siap di kalangan mitra pengemudi, secara agresif Grab Indonesia telah melakukan sosialiasi dan edukasi kepada mitra pengemudi terpilih. Hal tersebut dipastikan agar mitra pengemudi telah mengetahui dan siap dengan layanan yang ada. Sementara pemilihan mitra pengemudi untuk GrabShare saat ini fokus ke mitra yang memiliki rating dan performa yang baik.

“Kami pastikan proses penyaringan untuk mitra GrabShare adalah yang terbaik berdasarkan rating dan performa dari pengemudi untuk menjamin keamanan dari pengguna,” kata Marketing Director Grab Indonesia Mediko Azwar.

Grab Indonesia juga memberikan asuransi kecelakaan pribadi dari Grab Group kepada pengguna yang memanfaatkan layanan GrabShare dan mitra pengemudi. Saat ini GrabShare sudah bisa digunakan dengan pilihan pembayaran yang beragam, mulai dari GrabPay, uang tunai, kartu kredit, kartu debit, dan Mandiri e-cash.

“Pada dasarnya jika ada dua pengguna yang memesan dengan tujuan yang sama bisa dengan mudah menikmati layanan GrabShare dengan harga yang jauh lebih murah dari layanan GrabCar,” kata Mediko.

Untuk memastikan mitra pengemudi, pengguna mendapatkan informasi yang jelas, Grab Indonesia juga menyediakan layanan pelanggan selama 24 jam.

“Dengan teknologi terbaru yang dihadirkan oleh Grab Indonesia, diharapkan bisa mengoptimalkan penggunaan mobil untuk mengatasi kemacetan terutama di kota Jakarta,” tutup Ridzki.

Application Information Will Show Up Here

Daimler Gandeng Uber Kembangkan Mobil Tanpa Sopir untuk Keperluan Ride-sharing

Seakan tidak bisa menutupi ambisinya terhadap mobil tanpa sopir, Uber terus melakukan upaya-upaya khusus untuk mempercepat realisasinya. Terakhir kita tahu, mereka sudah mengoperasikan armada mobil kemudi otomatis hasil kolaborasinya dengan Volvo.

Sejak awal Uber telah menyadari bahwa mereka tak mungkin bisa mewujudkan teknologi ini sendirian, utamanya karena mereka sama sekali tidak punya pengalaman di bidang produksi mobil. Itulah mengapa Uber terus mencari mitra kerja sama yang memang ahli di segmen otomotif, dan yang terbaru adalah perusahaan induk yang memayungi Mercedes-Benz, yakni Daimler.

Namun kemitraannya dengan Daimler ini sedikit berbeda ketimbang yang mereka jalani bersama Volvo. Kalau dengan Volvo, Uber pada dasarnya hanya meminjam SUV XC90, lalu memodifikasi dan membekalinya dengan sistem kemudi otomatis. Di sini, bisa dikatakan Daimler-lah yang lebih banyak bekerja.

Mobil maupun teknologi kemudi otomatisnya akan dibuat oleh Daimler sendiri, sedangkan Uber hanya berperan sebagai penyedia jaringan ride-sharing. Lebih lanjut, armada mobil tanpa sopir itu nantinya akan dioperasikan oleh Daimler, tapi penumpang-penumpang yang dijemput adalah konsumen Uber.

Kerja sama semacam ini menurut saya terkesan amat ideal karena masing-masing pihak bisa berfokus pada spesialisasinya masing-masing. Namun di sisi lain apakah ini berarti Uber mulai menyerah dengan teknologi kemudi otomatis garapannya sendiri? Bisa jadi, tapi bisa juga Uber sekadar mencoba segala opsi yang mereka miliki untuk mewujudkan ambisinya itu tadi.

Sumber: Uber dan TechCrunch.

Penunjukan Mantan Kapolri dan Manuver Grab di Industri Transportasi Indonesia

Grab hari ini mengumumkan hadirnya mantan Kapolri Badrodin Haiti sebagai komisaris utama Grab Indonesia. Dengan peran barunya ini, Kapolri periode 2015-2016 tersebut akan memantau dan menjaga tata kelola serta kelangsungan jangka panjang perusahaan melalui peran pengawasan terhadap kinerja dewan direksi. Managing Director Ridzki Kramadibrata menyampaikan, bahwa pemilihan Badrodin dilatarbelakangi pengalaman yang luas dalam bekerja bersama pemangku kepentingan, untuk menyelaraskan kepentingan yang beragam.

“Seiring dengan evolusi yang terjadi di sektor teknologi dalam platform pemesanan kendaraan di Indonesia, Pak Badrodin akan memandu dan memastikan Grab Indonesia berkontribusi secara konstruktif terhadap pelaksanaan dari sejumlah kebijakan transportasi dan aturan keselamatan yang baru,” ujar Ridzki.

Seperti diketahui dalam berbagai pemberitaan populer beberapa waktu belakang, bahwa penolakan terhadap layanan ride-hiling, masalah terkait dengan kontrak mitra kerja, upah dan sebagainya sering muncul ke permukaan. Tak hanya terjadi pada Grab, tapi juga pemain lain seperti Go-Jek atau Uber. Dan masalah tersebut tentu akan selalu dihubungkan kepada regulasi. Seperti layaknya sebuah sistem komputer, “back-end” dalam bisnis diperlukan sebagai salah satu strategi, menjadi konsultan dalam menyelaraskan tujuan bisnis dengan kebijakan yang berlaku.

“Saya sangat senang bergabung dengan Grab Indonesia, sebuah organisasi yang berpegang teguh pada misinya dengan rekam jejak yang telah terbukti dalam meningkatkan taraf hidup di Indonesia dan memberikan solusi atas permasalahan lokal. Nilai-nilai tersebut sejalan dengan nilai-nilai yang juga saya pegang teguh, dan saya akan memastikan bahwa Grab akan terus menjadi panutan sebagai perusahaan yang memiliki akuntabilitas dan citizenship. Saya juga akan menggunakan pengalaman saya bekerja di sejumlah daerah di Indonesia untuk memberi masukan sejalan dengan kegiatan ekspansi Grab di Indonesia,” kata Badrodin Haiti.

Tentang manuver Grab di Indonesia

Di Indonesia, dengan brand awalnya GrabTaxi, meluncur pada pertengahan tahun 2014. Sesuai namanya, pada fase awal kehadiran mereka berfokus pada layanan pemesanan taksi (mobil) untuk warga Jakarta. Setahun setelahnya layanan GrabBike meluncur menantang pemain lokal yang waktu itu sudah ada Go-Jek. Persaingan pun mulai memanas, saat terjadi perekrutan besar-besaran pengemudi di ibukota. Kini keduanya fokus melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di Indonesia. Kini Grab memiliki 580.000 mitra pengemudi aktif dalam jaringannya dan telah diunduh di 30 juta perangkat.

Ekosistem pengguna sendiri telah berhasil terbentuk, sehingga perusahaan mulai menggencarkan fokus bisnis lain. Beberapa improvisasi layanan turut dihadirkan, belum lama ini Grab menghadirkan layanan loyalitas pelanggan yang disebut dengan GrabReward, sebuah sistem poin yang akan diberikan kepada setiap transaksi yang dilakukan oleh konsumen. Sebelumnya juga ada layanan “nebeng” GrabHitch dan GrabChat untuk komunikasi antara mitra pengemudi dengan pelanggannya.

Kendati demikian, salah satu yang paling digencarkan tahun ini ialah pemanfaatan GrabPay, sebuah layanan e-money yang didedikasikan untuk melakukan transaksi layanan Grab. Hal serupa turut dilakukan pesaingnya Go-Jek kepada ekosistem pelanggan yang sudah dimiliki.

Inovasi ride hailing di Indonesia, penolakan kian sirna

Permasalahan tentang penolakan nyaris berhasil diselesaikan, walaupun di daerah masih ada beberapa kejadian kecil berbuah dari penolakan layanan, namun sudah tidak semasif dulu. Transportasi adalah kebutuhan setiap orang, sehingga banyak yang berkepentingan untuk menjadi yang terdepan dalam memenuhi kebutuhan ini. Inovasi selalu akan menjadi pemimpin dari segala kemajuan yang ada, akan tetapi ada satu hal yang harus turut diimbangi, yakni kultur.

Pendekatan kultural ini meliputi banyak aspek, mulai dari edukasi masyarakat, penataan regulasi hingga bagaimana bisnis memberikan value kepada bangsa secara keseluruhan. Dengan potensi besar, dibuktikan dengan Grab bervaluasi $1.43 miliar dan Go-Jek menjadi unicorn pertama di Indonesia), bisnis transportasi menjadi ladang sekaligus medan perang yang masih akan terus memanas, seiring dengan makin sadarnya pemain konvensional untuk beralih ke digital.

Uber Luncurkan UberXL di Jakarta

Besarnya minat penggunaan mobil berkapasitas besar, hingga 6 orang, membuat Uber meluncurkan UberXL di Jakarta. Pilihan ini melengkapi ketersediaan UberBlack, UberX, dan UberPool yang lebih dulu hadir,

Untuk mendapatkan pilihan mobil UberXL, tersedia menu khusus yang tertera di aplikasi. Estimasi biaya yang disajikan untuk mobil-mobil UberXL lebih mahal ketimbang UberX dan tidak jauh beda dengan UberBlack. Biasanya kebutuhan seperti ini digunakan orang-orang yang bepergian ke bandara dan membutuhkan kepastian ruang ekstra untuk penyimpanan barang.

Pilihan mobil yang tersedia untuk UberXL di antaranya adalah Avanza, Ertiga, dan Innova. Sebelumnya jenis mobil ini juga tersedia di menu UberX.

Beberapa waktu yang lalu Uber juga menjajaki kerja sama dengan Taksi Express melalui layanan UberX, sedangkan pemesanan selain menggunakan aplikasi juga bisa melalui aplikasi messaging LINE.

Uber dan Express Group Jajaki Kemitraan (UPDATED)

Uber dan perusahaan transportasi Express Group menjajaki kolaborasi dengan mengumumkan pilot program integrasi ride sharing dan program pembiayaan di Jakarta. Melalui kerja sama ini, mitra pengemudi Taksi Express bisa menggunakan layanan UberX untuk menerima pesanan. Di sisi lain, mitra pengemudi Uber memiliki opsi mencicil kendaraan dari Express Group, tanpa atribut taksi atau branding, yang termasuk dalam program Vehicle Solutions Uber.

Kemitraan antara perusahaan taksi dan layanan on-demand ini adalah yang kedua kalinya di Jakarta. Sebelumnya Go-Jek dan Blue Bird sempat mengumumkan penjajakan kemitraan kemudahan pemesanan, meskipun yang terakhir ini belum jelas bentuk konkretnya. Sebelumnya Express juga mengembangkan produk teknologi informasinya sendiri dengan peluncuran aplikasi pemesanan MyTrip.

Baik Uber maupun Taksi Express bisa dipesan melalui aplikasi messaging LINE.

Express adalah salah satu perusahaan transportasi yang terkena dampak, termasuk turunnya kinerja saham dan penurunan pendapatan, akibat hadirnya layanan on-demand. Kerja sama ini diharapkan dapat memperbaiki tingkat utilisasi layanannya, khususnya di ibukota.

“Melalui kolaborasi bersama Uber, kami harap tingkat utilisasi armada Express Group dapat ditingkatkan dan kami dapat memberikan layanan mobilitas yang aman, nyaman, dan menarik bagi penumpang, sekaligus memungkinkan pengemudi kami untuk mendapat manfaat dari teknologi ride sharing yang memberikan fleksibilitas dan peluang ekonomi yang lebih,” kata Benny Setiawan, Chief Operating Officer Express Group.

Saat ini Express disebutkan memiliki 11 ribu unit taksi di seluruh Indonesia, tapi kami tidak mendapatkan informasi berapa unit yang beroperasi di Jakarta.

Pihak Uber mengkonfirmasi pemesanan taksi melalui UberX akan menggunakan skema biaya UberX, termasuk pilihan pembayaran, promo, dan profil (Personal atau Business).

Mitra pengemudi Taksi Express yang berpartisipasi dalam program ini akan melayani permintaan perjalanan melalui aplikasi Uber ketika mereka tidak ada penumpang atau mengambil permintaan dari pesanan telepon/SMS dari call center Taxi Express.

Dari sisi konsumen, akan ada notifikasi (pop up) bahwa kendaraan yang dipesan berupa Taksi Express.

“Kami antusias bahwa Express Group, sebuah perusahaan taksi terkemuka di Indonesia, menggunakan ride sharing dan teknologi untuk menjangkau pangsa pasar baru. Kolaborasi ini ditujukan untuk menjadikan ridesharing semakin handal bagi penumpang dan membuka lebih banyak peluang ekonomi bagi mitra-pengemudi. Kami senang dapat berkolaborasi dengan Express Group,” kata Eric Alexander, Head of Business, APAC, Uber.

Update: Ada tambahan informasi soal penarifan taksi Express yang menggunakan skema pemesanan UberX

Uber Beacon Permudah Proses Penjemputan di Lokasi yang Ramai di Malam Hari

Dengan semakin membeludaknya jumlah konsumen sekaligus mitra pengemudi Uber di berbagai penjuru dunia, startup pelopor bisnis ride-sharing tersebut ingin rider dan driver-nya bisa mendapat pengalaman yang sama-sama enak, terutama pada saat penjemputan di malam hari dan di lokasi yang ramai.

Inovasi mereka kali ini bukan berwujud software, melainkan hardware yang dijuluki Uber Beacon. Fungsi utama Beacon adalah untuk membantu penumpang menemukan mobil jemputan yang tepat dengan cepat, tanpa harus pencicilan mengamati pelat nomor mobil di malam hari.

Caranya adalah dengan lampu LED yang bisa menyala dalam berbagai warna. Yang menentukan warnanya adalah penumpang, ketika mereka melakukan pemesanan. Sesudahnya, Beacon yang terpasang pada kaca depan mobil sang driver akan menyala dalam warna yang sama persis.

Warna LED yang menyala pada Beacon ditentukan oleh penumpang saat melakukan pemesanan / Uber
Warna LED yang menyala pada Beacon ditentukan oleh penumpang saat melakukan pemesanan / Uber

Bagaimana bisa warnanya sesuai? Well, masing-masing Beacon tersambung ke ponsel driver via Bluetooth, yang menyimpan informasi terkait warna LED yang telah ditetapkan penumpangnya. Sinkronisasinya berjalan secara otomatis, dan sang driver tinggal memasang dan melupakannya.

Uber mengklaim Beacon dapat dipasang dan dicopot dengan sangat mudah. Karena memakai LED dan Bluetooth, baterainya pun dijamin awet, sanggup bertahan selama beberapa hari sebelum perlu di-charge kembali.

Saat ini Uber sedang dalam proses membagi-bagikan Beacon ke mitra pengemudinya yang beroperasi di kota Miami, Denver, Nashville dan Newcastle. Rencana ke depannya adalah menjadikan Beacon sebagai fitur standar, sehingga Uber berkomitmen untuk menyediakannya di lebih banyak kawasan mulai tahun depan.

Sumber: Uber.

Go-Jek Dikabarkan Jajaki Pencarian Pendanaan Baru Sebesar 5,2 Triliun Rupiah

Layanan on-demand Go-Jek dikabarkan tengah melakukan negosiasi dengan investor KKR & Co, Warburg Pincus LLC, dan sejumlah investor lain untuk mendapatkan dana segar senilai $400 juta, atau sekitar 5,2 triliun Rupiah. Tak main-main, nilai investasi yang sedang diperbincangkan ini akan membawa valuasi Go-Jek melebihi $1 miliar. Jika kesepakatan ini terjadi, resmi sudah Go-Jek menyandang status “unicorn”.

Disebutkan investasi senilai $400 juta ini akan meningkatkan valuasi Go-Jek di angka $1,2 miliar (sekitar 15 triliun Rupiah). Startup yang sebelumnya mendapatkan pendanaan dari NSI Ventures, Sequoia Capital, dan DST Global ini memang beberapa waktu terakhir fokus pada inovasi produk, termasuk peluncuran Go-Pay dan pembaruan aplikasi mobile. Sedikit minggir dari isu panas seputar “perang” dengan moda konvensional dan regulasi ataupun membakar uang untuk subsidi penumpang.

Langkah serius ini salah satunya dibuktikan dengan akuisisi dua startup asal India beberapa waktu lalu, yang disiapkan untuk banyak melakukan improvisasi kualitas back-end aplikasinya.

Pada sebuah presentasi di bulan Januari 2016, Go-Jek memaparkan memiliki aktivitas pemesanan lebih dari 340 ribu kali per harinya. Upaya Go-Jek merangkul konsumen dengan subsidi yang banyak dinilai sebagai langkah “membakar uang” (pada Oktober 2015 – Maret 2016 dikabarkan menggunakan $73 juta untuk subsidi konsumen) nyatanya memang menumbuhkan pertumbuhan traksi hingga 12 persen. Traksi tersebut berusaha terus dipertahankan dan ditingkatkan, salah satunya dengan pencarian pendanaan ini.

Belum banyak perusahaan lokal (bahkan di tingkat regional) yang sudah memiliki valuasi lebih dari $1 miliar. Grab, sebagai pesaing terdekat Go-Jek, adalah salah satu-satunya.

Application Information Will Show Up Here

Perusahaan Taksi White Horse Gandeng Penyedia Sistem On-Demand

Transportasi online sekarang ini menjelma menjadi layanan yang digandrungi masyarakat sekaligus membuat pusing pengusaha taksi konvensional. Salah satu cara yang dilakukan pengusaha taksi konvensional untuk bertahan dalam persaingan adalah dengan mengoptimalkan teknologi atau menggandeng penyedia layanan transportasi online untuk mengoptimalkan armada mereka. Cara inilah yang coba diambil oleh PT Weha Transportasi Indonesia Tbk. (White Horse)  dengan mencoba menjalin kerja sama dengan penyedia layanan transportasi online seperti Go-Jek, Grab dan juga Uber.

Di tahun 2016 ini White Horse berusaha melakukan transformasi dari layanan taksi konvensional menjadi taksi online. Hal ini dikarenakan keuntungan mereka mengalami penurunan yang cukup drastis di periode 2015. Jika di tahun 2014 mereka berhasil mendapat keuntungan sebesar Rp 96,14 miliar di tahun 2015 turun lebih dari separuh menjadi Rp 34,18.

Seperti diberitakan SWA, Direktur Utama White Horse Angreta Chandra mengatakan langkah transformasi yang diambil adalah dengan mengoptimalkan armada non-produktif untuk bisa bekerja sama dengan perusahaan transportasi online.

Idle capacity yang kami miliki bisa dimanfaatkan untuk kerja sama dengan Go-Jek, Grab, atau Uber,” ujarnya.

Sejauh ini di tahun 2016 White Horse telah mengurangi 200 armada taksi dari total 700 armada di tahun sebelumnya. Sekarang komposisi armada taksi White Horse terdiri dari 200 taksi eksekutif dan 300 taksi reguler.

Sebelumnya pada April silam melalui anak perusahaannya PT Panorama Mitra Sarana White Horse telah menjalin kerja sama dengan Go-Car dalam hal penyediaan izin usaha dan izin operasi angkutan sewa atas nama White Horse kepada mitra individu Go-Car.

Cukup menarik melihat berbagai macam strategi perusahaan taksi konvensional atas respons terhadap hadirnya layanan transportasi online. Ada yang memutuskan memperbarui aplikasi mereka agar lebih mudah dan nyaman digunakan, ada pula yang akhirnya menjalin kerja sama dengan penyedia layanan transportasi online. Bentuk manuver seperti ini lebih masuk akal dibanding dengan melakukan demo besar-besaran yang ujung-ujungnya merugikan banyak pihak seperti beberapa waktu lalu.

Langkah yang diambil White Horse ini juga bisa menjadi bukti bahwa regulasi adalah hal yang paling dibutuhkan untuk menjembatani industri konvensional dengan startup yang membawa perubahan melalui teknologi. Diatur untuk sama-sama menguntungkan, baik sesama pelaku bisnis maupun pengguna.