Melihat Hubungan Erat Bukalapak, Warung, dan Jawa Barat

Roda ekonomi Indonesia digawangi oleh 99,97% pelaku UKM dengan kontribusi lebih dari 60% terhadap ekonomi negara. Pemilik warung tradisional masuk ke dalam salah satu komponennya, karena punya andil penting sebagai denyut nadi ekonomi di kehidupan sehari-hari.

Menurut data Eurominitor International 2018, mayoritas masyarakat Indonesia, India dan Filipina berbelanja di toko kelontong. Dari total nilai pasar ritel sebesar $521 miliar, sebanyak $479,3 miliar atau 92% di antaranya merupakan transaksi toko kelontong.

Dibalik potensi yang besar, ekonomi kelas bawah ini menyimpan tantangan yang besar bagaimana kehadiran teknologi bisa membantu mereka bisa “naik kelas” lewat go digital. Isu yang perlu dijawab, tidak hanya bagaimana mereka dapat lebih mudah memasarkan produknya lewat platform digital.

Aspek lainnya yang perlu diselesaikan, mulai dari sistem pembayaran, logistik, hingga rantai pasokan yang harus efisien. Kesadaran ini akhirnya dicoba dijawab oleh berbagai startup digital, baik yang sudah menyandang status unicorn maupun yang masih berstatus startup.

Solusi yang ditawarkan sangat beragam dan bisa mewakili apa yang menjadi isu selama ini buat pemilik warung. Bukalapak bisa menjadi contoh bagaimana proyek awal khusus pemberdayaan warung tradisional “Mitra Bukalapak” bisa menjadi bisnis yang serius hingga pencetak cuan yang nyata.

Sebagai prolog, pada 2016 Bukalapak membuat sebuah inisiatif bernama Juragan Pulsa Bukalapak yang merupakan cikal bakal dari Mitra Bukalapak. Layanan yang ditawarkan adalah penjualan produk virtual seperti pulsa telepon, paket data, voucher game dan token listrik prabayar.

Dari situ berkembang menjadi Agen Bukalapak untuk menciptakan bisnis O2O pasca memperoleh antusiasme yang positif dari masyarakat. Setahun berikutnya, agen diguyur dengan tambahan layanan agar lebih banyak yang bisa mereka jual, seperti tiket transportasi dan Grosir Agen Bukalapak untuk menciptakan saluran distribusi perdagangan.

Pada tahun berikutnya, memilih untuk rebranding menjadi Mitra Bukalapak sekaligus merilis aplikasinya. Penambahan fitur terus dilakukan pada 2019, dengan merilis fitur investasi emas, pemanfaatan QRIS untuk metode pembayaran dan kolaborasi dengan Google Bisnisku agar lebih mudah menemukan warung melalui Google Maps.

“Kontribusi sudah lumayan meski saya tidak bisa sebut persisnya. Tapi sudah double digit percentage dari total kontribusi bisnis di Bukalapak. Dulu pas awal-awal, masih di bawah 10%, sekarang [Mitra Bukalapak] sudah menjadi bisnis yang menjanjikan,” ujar Co-Founder & Presiden Bukalapak M. Fajrin Rasyid saat ditemui DailySocial di Bandung, pekan lalu (8/3).

Kini Mitra Bukalapak disebutkan sudah berjumlah lebih dari 3,3 juta mitra, terdiri dari 1,5 juta mitra warung tersebar di 189 daerah dan sisanya berbentuk agen individu. Menariknya, sekitar 30% atau setara 500 ribu mitra berada di Provinsi Jawa Barat.

Peta persaingan sebagai bisnis baru

Pada saat yang bersamaan, Bukalapak mengumumkan tambahan fitur baru yang disematkan untuk Mitra Bukalapak. Di antaranya fitur Kirim Uang (bersama Bank Mandiri), Tabungan Emas (bersama Pegadaian), pembayaran E-Samsat dan Samolnas (Samsat Online Nasional), tagihan Telkom/Indihome, dan voucher game.

Untuk sementara, pembayaran samsat ini baru tersedia untuk konsumen dan Mitra Bukalapak yang berdomisili di Jawa Barat. Disebutkan pembayaran e-samsat yang disalurkan lewat Mitra Bukalapak mencapai Rp30 miliar untuk membayar pajak 40 ribu kendaraan.

Dengan Kirim Uang, masyarakat dapat memanfaatkan keberadaan 1,5 juta warung Mitra Bukalapak sebagai ATM untuk mengirim uang tanpa harus memiliki rekening. Sementara untuk Tabungan Emas, masyarakat dapat berinvestasi emas dari harga Rp10 ribu di warung.

Fajrin menyebut perusahaan akan perluas ke provinsi lainnya agar semua orang bisa memiliki kemudahan. Seluruh fitur teranyar ini adalah pengembangan dari kebutuhan mitra di lapangan. Juga hasil kolaborasi internal bersama dengan mitra.

“Pembayaran Samsat online sebenarnya sudah di aplikasi [konsumen] sudah bekerja sama dengan banyak provinsi. Kita akan segera tambahkan [provinsi lainnya] ke aplikasi Mitra Bukalapak.”

Inspirasi fitur berikutnya yang akan dibawa ke Mitra Bukalapak, menurut Fajrin, bakal ada yang berasal dari aplikasi konsumer. Sebab pada dasarnya, semua fitur tersebut memungkinkan untuk disediakan. Kendala tetap ada, sambungnya, meski sebatas ke hal-hal teknis.

Misalnya, Bukalapak punya fitur investasi reksa dana bernama BukaReksa. Untuk membeli reksa dana pertama kali, butuh proses KYC yang secara teknis ini akan lebih rumit. Beda halnya dengan pembelian tabungan emas yang terbilang lebih simpel.

“Semua fitur di aplikasi Bukalapak kita usahakan juga hadir di aplikasi Mitra, jadi mudah-mudahan bisa ada tambahan [fitur] berikutnya.”

Gencarnya Bukalapak merupakan dalam rangka menciptakan masyarakat inklusif yang tidak hanya terjadi di kota besar, tapi juga di 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Hal ini dapat dilakukan melalui warung sebagai salah satu caranya, melalui Mitra Bukalapak.

Produk ini akan menjadi fokus perusahaan hingga lima tahun ke depan karena dianggap sebagai platform penggerak utama yang dapat meningkatkan adopsi digital dan inklusi keuangan. Menurut laporan “E-warung: Indonesia’s New Digital Battleground” yang dirilis CSLA di 2019 menunjukkan warung tradisional di Indonesia berjumlah sekitar 6 juta.

Fajrin menyebut, pencapaian Mitra Bukalapak hingga saat ini membuat perusahaan cukup berbangga diri karena secara kuantitas dan fitur bisa dikatakan lebih unggul ketimbang pemain lain.

“Awalnya kita bergerak di online dan kita sadar bahwa UKM offline juga perlu diberdayakan. Mungkin kita jadi perusahaan yang bergerak di keduanya secara serius dan [skalanya sudah] besar, ini bisa menjadi kunci diferensiasi yang mungkin belum dijumpai perusahaan lain. Ada perusahaan yang besar
di online, tapi offline-nya enggak terlalu, atau sebaliknya.”

Produk sejenis yang dibuat Tokopedia, bernama Mitra Tokopedia mencatatkan per akhir tahun lalu telah menjaring sekitar 400 ribu pengusaha mikro baik pemilik warung, toko kelontong, dan usaha sejenis lainnya. Sejak dirilis pada November 2018, mitra dapat berjualan produk digital seperti PPOB hingga membeli stok barang.

Shopee juga tidak mau kalah. Sejak aplikasinya dirilis di Play Store pada September 2019, fiturnya pun tidak jauh berbeda. Hingga kini, Shopee belum bersedia merilis produk ini secara resmi ke publik.

Menurut CSLA, model B2B yang diambil para pemain marketplace ini berpeluang mendorong laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) perusahaan ke arah positif.

Dari vertikal bisnis lain, ranah ini juga diramaikan oleh pemain lain seperti GrabKios by Kudo, Warung Pintar, Wahyoo, Payfazz, Netzme dan masih banyak lagi. Konsep yang ditawarkan saling beririsan dengan isu yang selama ini dihadapi agen dan warung tradisional.

Payfazz misalnya menempatkan diri sebagai agen keuangan di desa. Sementara, Wahyoo memosisikan diri sebagai pembentuk ekosistem warung makan dengan memberikan kemudahan stok barang.

Dalam wawancara bersama DailySocial, Co-Founder & CEO PayFazz Hendra Kwik mengklaim model bisnis yang dianut perusahaan yakni B2B2C dianggap mampu memberikan kontribusi bisnis yang positif. Bahkan dia menyebut perusahaan sudah mencetak laba tapi belum positif.

“Tahun ini harusnya positif kalau misalnya hiring stop, tapi kita investasi terus di situ, spent-nya besar,” katanya.

Kontributor terbesar Payfazz berasal dari penjualan produk PPOB karena layanan pembayaran yang disediakan cukup komprehensif. Selain dijual oleh para agennya, PPOB juga didistribusikan secara API (host-to-host/H2H) melalui anak usahanya Billfazz. Lewat Billfazz, API dari PPOB Payfazz dapat digunakan mitra perusahaan yang ingin menjual PPOB.

Hubungan spesial Jawa Barat dengan Bukalapak

Secara historis dan geografis, Jawa Barat punya hubungan yang spesial dengan Bukalapak. Tak heran kalau disebutkan ada lebih dari 500 ribu mitra berada di provinsi ini dari total 3,3 juta di seluruh Indonesia.

CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin menjelaskan, Bandung dipilih sebagai tuan rumah peluncuran juga merupakan bagian dari inisiatif perusahaan tahun ini untuk roadshow ke daerah lainnya untuk mengidentifikasi potensi UKM lokal yang dapat dikolaborasikan dengan berbagai pemangku kepentingan.

“Memasuki dekade kedua, Bukalapak memang berfokus untuk mengoptimalkan potensi UKM yang ada di tiap daerah Indonesia. Warung sebagai salah satu tempat masyarakat dalam beraktivitas ekonomi, memiliki potensi besar untuk jadi kekuatan ekonomi daerah dan mendorong pertumbuhan nasional,” terang Rachmat.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang turut hadir pada acara peresmian, menyebutkan pemanfaatan teknologi di warung dapat menjadi basis kekuatan ekonomi daerah. Menurutnya, semakin banyak warung yang menjual produk virtual, maka semakin menguntungkan bagi pemilik warung dan masyarakat sekitar yang pada akhirnya meningkatkan perekonomian daerah.

Di provinsi ini, lanjutnya, 80% perekonomiannya didukung oleh sektor UKM dengan porsi terbanyak berada di sektor kuliner. Diklaim pula, penetrasi digital telah mencapai angka yang sama. Kondisi ini membuat Pemerintah Provinsi optimis dalam tiga sampai lima tahun mendatang semua jenis perdagangan bisa dilakukan secara digital.

“Tiga basis inilah yang sudah go digital. Saya yakin dalam hitungan tiga sampai lima tahun semua jenis perdagangan di Jawa Barat, baik skala besar atau kecil dan riil seperti warung, bisa menggunakan platform digital,” ujar Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil.

Dia menyebut untuk merealisasikan ambisi tersebut Pemprov tengah menggenjot pengembangan ekonomi berbasis digital untuk UMKM, warung, dan pesantren dengan model kolaborasi Pentahelix.

Konsep ini memperkenalkan bahwa kekuatan pembangunan di suatu negara atau wilayah perlu didukung oleh semua elemen, tidak bisa satu pihak saja. Lima elemen tersebut, mulai dari pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, pengusaha dan media.

Mendukung pernyataan Kang Emil, menurut hasil laporan EV-DCI 2020 memaparkan Jawa Barat memiliki skor indeks 55.0 (skala 100) menempati posisi kedua, setelah Jakarta berdasarkan skor berkaitan kesiapan daya saing digital.

Faktor pendukungnya, antara lain SDM yang didukung dengan jumlah program studi dan dosen bidang digital tertinggi di Indonesia. Alhasil, jumlah tenaga kerja di sektor TIK tergolong tinggi. Infrastruktur digital sudah memadai dan berada di posisi ketiga, setelah DKI Jakarta dan Bali.

Kendati begitu, laporan ini juga menitikberatkan pada tergolong rendahnya kontribusi ICT terhadap PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Lantaran, kepemilikan komputer masih rendah, masuk urutan tiga terendah di antara provinsi lain di Pulau Jawa.

Akses internet melalui laptop di provinsi terendah di Pulau Jawa dan tiga terbawah di level nasional. Fasilitas keuangan seperti ATM belum terbesar merata karena perekonomian di provinsi ini terpusat di beberapa kota saja. Dengan kata lain, Jawa Barat masih punya peluang besar untuk terus berkembang karena tingkat pertumbuhan PDRB sektor ICT adalah tertinggi di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Kembangkan Layanan Publik dan Ekonomi Digital di Jawa Barat

Tokopedia bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mengembangkan pelayanan publik dan ekonomi digital di Jawa Barat, sebagai upaya mengakselerasi pemerataan ekonomi secara digital dengan melibatkan UMKM dan BUMDes.

Inisiasi ini adalah salah satu bentuk komitmen perusahaan sebagai ‘Super Ecosystem’ dalam melakukan pemerataan ekonomi secara digital. Caranya dengan berkolaborasi bersama para mitra strategis, termasuk pemerintah.

Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengharapkan kolaborasi ini dapat mewujudkan pelayanan publik yang mudah, cepat, dan murah. Dia menjelaskan kerja sama ini terdiri dari tiga program kerja, yakni Desa Digital, Jabar Digital Province, dan pemberdayaan petani sayur dan buah.

Desa Digital ini meliputi promosi potensi unggulan daerah, pemasaran produk hasil program ‘One Village One Company’, penguatan kelembagaan BUMDes dan perluasan akses pemberdayaan masyarakat desa melalui Tokopedia Center.

Sementara, Jabar Digital Province merupakan kolaborasi dalam digitalisasi layanan publik. Hal ini mencakup bidang pelayanan penerbitan perizinan dan non perizinan secara online, termasuk pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) lewat Tokopedia E-Samsat, serta kemudahan mengakses tiket pariwisata.

Di sisi lain, Tokopedia dan Pemprov Jabar juga berkolaborasi dengan Sayurbox untuk lebih memberdayakan petani sayur dan buah di sana. Untuk pembangunan Tokopedia Center, akan tersedia di Desa Sukanagara dan Bobojong, Kabupaten Cianjur. William menyebut, di sana masyarakat dapat melakukan transaksi O2O, membayar tagihan dan pembelian tiket.

“Tokopedia Center adalah wujud komitmen kami untuk investasi lebih dalam ke seluruh pelosok tanah air dalam bentuk ruang edukasi sehingga peluang dan kesempatan dunia digital menjadi terjangkau bagi semua masyarakat Indonesia,” ujarnya dalam keterangan resmi.

Tokopedia Center pertama kali dirilis pada September 2018, kini telah hadir di 20 lokasi. Di antaranya Medan, Padang, Bogor, Bandung, Cirebon, Kuningan, Tasikmalaya, Jogjakarta, Surakarta, Boyolali, Malang, Belitung, Makassar, Pontianak, hingga Desa Prabumulih (Palembang).

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menambahkan, sebagai perusahaan teknologi Tokopedia memiliki semangat untuk merevolusi desa sehingga kemudahan digital tidak hanya dapat diakses oleh masyarakat kota besar tetapi juga dapat menjangkau desa.

“Kami berharap para pelaku UMKM dan BUMDes setempat bisa lebih melek teknologi karena kita punya potensi yang luar biasa; apalagi kalau disentuh teknologi, masyarakat Jabar dapat mencapai kemandirian ekonomi sekaligus berkontribusi lebih aktif dalam memajukan ekonomi negara,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Segera Luncurkan E-Samsat Pembayaran Kendaraan Bermotor, “Pilot Project” di Jawa Barat

Setelah sebelumnya meresmikan Kantor Research & Development di Bandung Jawa Barat, Bukalapak berencana umeluncurkan layanan bayar pajak kendaraan bermotor melalui aplikasi, E-Samsat. Untuk fase pertama, Bukalapak fokus untuk kawasan Jawa Barat. Layanan ini akan diluncurkan secara resmi rencananya bulan Januari 2019 mendatang.

Hanya melalui aplikasi Bukalapak, nantinya warga Jawa Barat, bisa melakukan pembayaran pajak untuk kendaraan bermotor. Meskipun masih menjadi pilot project dan terbatas hanya di Jawa Barat, namun Bukalapak berencana untuk memperluas layanan ini ke provinsi lainnya.

Melalui kerja sama ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Bukalapak berharap dapat mempermudah berbagai urusan warga Jawa Barat dengan pemerintahnya, termasuk tersedianya berbagai informasi dalam satu portal. Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas kegiatan masyarakat serta mempercepat proses pelayanan publik oleh pemerintah.

“Sejak pertama kali didirikan kami memiliki visi untuk memberdayakan UKM melalui pemanfaatan teknologi. Hingga saat ini kami terus berinovasi untuk mewujudkan visi tersebut, diantaranya melalui kantor riset dan pengembangan serta kolaborasi dengan pemerintah. Kami harap hal ini dapat semakin memajukan industri UKM Indonesia serta membangun ekosistem digital yang maju,” kata Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid.

Sebelumnya Satlantas Polres Metro Bekasi menggandeng Tcash, Bank BRI, dan GO-PAY untuk penerapan pembayaran nontunai (cashless payment service) untuk pembuatan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dan Surat Izin Mengemudi (SIM).

Bukalapak tambah mitra di tahun 2019

Selama tiga bulan terakhir, Bukalapak agresif menambah jumlah mitra Bukalapak (sebelumnya agen Bukalapak) di seluruh Indonesia. Mitra yang kebanyakan terdiri dari warung dan toko kelontong ini, difasilitasi dengan metode pembayaran yang didukung Buka Dana, Kartu Visa/MasterCard/JCB, dan tunai ke warung itu sendiri.

Kepada DailySocial, Fajrin mengungkapkan, saat ini Bukalapak telah memiliki sekitar 400 ribu mitra di seluruh Indonesia. Jumlah ini menurut Fajrin akan terus bertambah sesuai dengan target dari Bukalapak. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga ke Sumatera hingga Papua.

“Saya tidak bisa mengungkapkan lebih jauh tentang pertumbuhan mitra Bukalapak saat ini. Namun kami pastikan saat HUT Bukalapak nanti, akan kami sampaikan perkembangan dari mitra Bukalapak,” kata Fajrin.

Disinggung apakah tahun 2019 mendatang mitra Bukalapak menjadi salah satu fokus bisnis dari Bukalapak, Fajrin menegaskan hal tersebut tentunya bersamaan dengan target dari Bukalapak lainnya.

Upaya Bukalapak meningkatkan usaha dari pemilik warung di seluruh Indonesia mulai serius ditunjukkan setelah sebelumnya agen menjadi mitra. Mitra Bukalapak adalah program perluasan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan pengusaha kecil menengah terutama warung dengan teknologi sederhana. Mitra Bukalapak bisa berjualan produk virtual, bayar tagihan, juga belanja grosir untuk stok warung dengan mudah hanya dari smartphone.

Konsep serupa juga diikuti Tokopedia dengan brand agen Tokopedia. Tokopedia mengklaim agen Tokopedia diluncurkan untuk mendorong pendapatan pengusaha UKM dengan menjual produk digital dan grosir secara online to offline (O2O). Ada aplikasi tersendiri yang perlu diunduh untuk bertransaksi dengan para pembeli dan sudah tersedia di Google Play.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Resmikan Kantor R&D dan Luncurkan BukaBike di Bandung

Bertujuan untuk merekrut talenta berkualitas serta mengembangkan produk dengan baik, Bukalapak meresmikan kantor Research & Development di Bandung Jawa Barat. Gedung yang menampung tenaga engineer Bukalapak ini nantinya bertanggung jawab untuk menghadirkan inovasi sekaligus mengakomodir keperluan pengembangan produk Bukalapak di platform.

Menurut Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid, dipilihnya kota Bandung sebagai pusat R&D Bukalapak berangkat dari banyaknya talenta berkualitas di Bandung yang berasal dari mahasiswa di universitas sekitar. Juga adanya permintaan dari karyawan Bukalapak untuk bekerja di Bandung.

“Untuk investasi sendiri tidak terlalu banyak yang kita gelontorkan untuk kantor riset dan pengembangan Bukalapak di Bandung ini. Karena yang kita lakukan hanya merenovasi gedung serta melengkapi fasilitas kepada pegawai,” kata Fajrin.

Saat ini Bukalapak telah memiliki sekitar 650 tenaga engineer yang bertugas untuk mengembangkan teknologi seperti AI, IoT dan lainnya. Masing-masing-masing tim bekerja secara dedicated untuk mengembangkan produk hingga menghadirkan inovasi untuk kepentingan Bukalapak. 

Proses ini diklaim oleh Bukalapak, mampu meningkatkan kreativitas para engineer untuk bekerja dan mempercepat proses , validasi hingga peluncuran produk. Selain tenaga engineer di Bandung, Bukalapak juga memiliki tenaga engineer profesional di Jakarta, Yogyakarta, Medan, dan Surabaya. 

Meluncurkan BukaBike

Dalam kesempatan tersebut Bukalapak juga turut meluncurkan fitur BukaBike khusus untuk kawasan kampus ITB Bandung. Fitur penyewaan sepeda dengan memanfaatkan teknologi QR Code ini, nantinya bisa dinikmati dengan memanfaatkan aplikasi Bukalapak. Selain QR Code, BukaBike juga dilengkapi dngan smart lock, solar panel dan GPS.

“Saat ini BukaBike masih tersedia di Bandung saja, terutama di kawasan kampus ITB secara gratis. Rencananya layanan ini juga bisa dinikmati di kota-kota lainnya,” kata Fajrin.

Untuk memastikan teknologi yang diterapkan di BukaBike berjalan dengan baik, Bukalapak membangun sistem tersebut secara in-house. Kemudahan serta fleksibilitas yang ditawarkan oleh BukaBike juga memungkinkan Bukalapak untuk melakukan scale up produk untuk memfasilitasi pabrik hingga perkantoran untuk kemudian memanfaatkan layanan BukaBike kedepannya. Fitur BukaBike dapat diakses melalui aplikasi Bukalapak.

Turut hadir dalam acara tersebut adalah Gubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil yang menyambut baik hadirnya fitur BukaBike dan pusat riset serta pengembangan Bukalapak di Bandung. Jawa Barat sendiri saat ini fokus sebagai provinsi pariwisata dan digital. 

“Saya menyambut baik kehadiran R&D di Bandung. Teknologi saat ini sudah tidak bisa ditahan lagi perkembangannya. Selama Bukalapak bisa membantu pemerintah Jawa Barat mengadopsi teknologi, saya akan mendukung upaya yang dilakukan oleh layanan e-commerce seperti Bukalapak,” kata Ridwan.

Application Information Will Show Up Here

Pemkot Bandung Kerja Sama dengan Facebook Berikan Pelatihan Bagi UKM

Dalam perkembangannya media sosial tidak lagi hanya menjadi media komunikasi masyarakat tetapi juga menjadi salah satu media promosi yang cukup efektif. Salah satunya adalah Facebook. Bahkan Facebook tak segan untuk terjun langsung memberikan pelatihan ke UKM untuk meningkatkan bisnis mereka. Paling baru adalah kerja sama antara Pemerintah Kota Bandung dan Facebook dalam program “Boost Your Business” yang diselenggarakan kemarin.

Dalam acara tersebut Facebook akan memberikan pelatihan bagi UKM untuk mengembangkan pengetahuan, keahlian, dan penerapan teknologi yang UKM butuhkan untuk mengembangkan bsinis mereka dalam ekonomi global seperti saat ini. Untuk bisa bersaing dengan produk luar negeri yang masuk ke Indoneisa seiring dengan pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam acara yang digelar di Pendopo Kota Bandung, Jalan Dalem Kaumkurang Minggu (14/2) kemarin lebih 300 pelaku UKM di Kota Bandung berpartisipasi.

Menanggapi kerja sama ini Walikota Bandung Ridwan Kamil menyampaikan:

“Acara ini diharapkan bisa mendorong produk-produk kreatif Bandung agar bisa memasarkan produk mereka secara kompetitif di Facebook dan belajar untuk memasarkan produknya secara online ke pasar Internasional yang lebih luas sehingga mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi negara.”

Walikota yang akrab disapa Kang Emil tersebut juga menyerukan masyarakat Bandung tidak terlalu panik dalam menghadapi MEA. Acara yang diselenggarakan Facebook ini bisa menjadi diharap bisa menjadi inspirasi Bandung untuk lebih proaktif dalam menghadapi tantangan MEA.

Selain mendukung acara ini Kang Emil juga titip pesan kepada Facebook agar menyiapkan platform pembayaran untuk diimplementasikan dalam sistem bisnis Facebook untuk UKM di kota Bandung. Platform ini nantinya diharapkan bisa memudahkan UKM di Bandung untuk menangani pembayaran dari luar negeri.

“Kalau di Indonesia kan enggak masalah, tapi saat dengan orang (negara) lain itu gimana. Jadi gimana caranya supaya UKM ini bisa tetap bertransaksi, menerima duit dengan bahasa yang dimengerti,” terang Kang Emil.

Saat ini di Indonesia solusi pembayaran yang mudah dan memudahkan memang terus dicari. Tak heran jika startup finansial teknologi dalam hal solusi pembayaran terus bermunculan. Menarik untuk menanti apakah harapan Kang Emil tentang platform pembayaran dari Facebook akan segera direalisasikan.

Pemkot Bandung Siapkan Aplikasi Ojek Tradisional untuk Saingi Go-Jek

Kehadiran Go-Jek di Bandung membawa angin segar bagi masyarakat kota kembang, tapi di saat yang bersamaan menghadirkan ancaman bagi para ojek konvensional. Untuk itu Wali Kota Bandung Ridwan Kamil berencana menyiapkan aplikasi serupa Go-Jek untuk membantu para ojek pangkalan.

Continue reading Pemkot Bandung Siapkan Aplikasi Ojek Tradisional untuk Saingi Go-Jek

Uber Angkat Bicara Terkait Larangan Operasional di Bandung

Tim Uber ungkap kekecewaan atas pelarangan di Bandung / ShutterstockKontroversi Uber di tanah air terus saja terjadi. Yang paling baru saat Walikota Bandung Ridwan Kamil mengungkapkan sikapnya yang menolak Uber dengan alasan banyak regulasi yang belum dipenuhi oleh Uber. Tentang larangan tersebut, pihak Uber buka suara dengan mengungkapkan beberapa fakta dan mengklaim bahwa Uber menghormati dan sudah mematuhi regulasi setempat. Continue reading Uber Angkat Bicara Terkait Larangan Operasional di Bandung

Ridwan Kamil Soal Layanan “Ride Sharing” di Kota Bandung

Ridwan Kamil Ttolak Uber dan Grab Taxi, serahkan Go-Jek ke pemerintah pusat / Shutterstock

Pernyataan terbaru dikeluarkan Walikota Bandung Ridwan Kamil tentang layanan ride sharing. Di beberapa media Ia menolak keberadaan Uber dan Grab Taxi karena dianggap ilegal. Sementara untuk Go-Jek, Kang Emil (sapaan akrab Ridwan Kamil) menyerahkan permasalahan tersebut ke pemerintah pusat mengingat ojek selama ini tidak termasuk dalam salah satu moda transportasi yang tertuang dalam aturan resmi. Continue reading Ridwan Kamil Soal Layanan “Ride Sharing” di Kota Bandung