Lepas Status Beta, GeForce Now Resmi Meluncur dan Siap Menyaingi Stadia

Dahulu dikenal sebagai Nvidia Grid, GeForce Now merupakan upaya sang rakasasa teknologi grafis dalam menyediakan platform cloud gaming. Di masa uji coba beta yang dimulai pada tahun 2013, Nvidia telah melakukan berbagai eksperimen, misalnya lewat pengadaan fitur ‘buy and play‘ serta virtual desktop. Selama beta berlangsung, GeForce Now bisa diakses dari Windows, Mac serta perangkat Shield (Portable, Tablet dan Console).

Tujuh tahun berselang, pagi ini GeForce Now resmi melepaskankan status beta-nya dan meluncur secara lebih luas. Kehadirannya tentu saja akan meramaikan ranah gaming on demand, tapi perlu ditekankan bahwa metode penyajiannya cukup berbeda dari Stadia. GeForce Now tidak mencoba menawarkan pengalaman gaming ala console, namun menjanjikan kemudahan akses ke konten-konten di platform yang sudah ada – mirip Skyegrid atau Shadow.

GeForce Now 1

Nvidia menghidangkan GeForce Now dalam dua tingkatan, yaitu gratis dan berbayar bertajuk Founder. Untuk menggunakannya, kita harus mendaftar (tidak dipungut biaya) dan memiliki game-nya terlebih dulu, bisa dibeli dari Steam, Epic Games Store atau Battle.net. Opsi gratis cocok buat mencoba, sedangkan keanggotaan premium menyuguhkan teknologi eksklusif yang belum pernah ada di layanan cloud gaming sebelumnya.

Pengguna GeForce Now gratis dipersilakan menikmati video game via cloud selama satu jam. Setelah waktu tersebut habis, kita diharuskan buat memulai sesi dari awal. Anda bisa segera bermain lagi, namun jika ada banyak orang yang menggunakan layanan ini, Anda perlu mengantre. Tentu saja, sejumlah fitur premium tidak hadir di versi gratis tersebut.

GeForce Now 2

Dengan menjadi pelanggan Founder, Anda dihidangkan teknologi ray tracing tanpa perlu memiliki PC berkartu grafis GeForce RTX serta mendapatkan sesi bermain selama enam jam. Beberapa judul yang telah didukung ray tracing di GeForce Now meliputi Wolfenstein: Youngblood, Call of Duty: Modern Warfare, Metro Exodus, dan Deliver Us the Moon. Menariknya lagi, biaya berlangganan GeForce Now juga sangat terjangkau, hanya US$ 5 per bulan selama setahun plus gratis di tiga bulan pertama (ada kemungkinan Nvidia akan mengubah harganya di waktu ke depan).

Kapabilitas lain yang membuat GeForce Now lebih unggul dibanding Stadia adalah, kita tak perlu membeli game lagi jika sudah memilikinya. Pengguna hanya tinggal menyambungkan akun Steam atau Epic Store mereka. Saat ini, GeForce Now mendukung lebih dari 100 permainan, minus beberapa judul semisal Control dan Red Dead Redemption 2. Nvidia juga berencana untuk memperluas dukungan platform sehingga layanan dapat digunakan via Chromebook.

Satu hal yang perlu digarisbawahi ialah, GeForce Now belum tersedia merata di seluruh dunia. Pengguna harus bertempat tinggal di dekat data center agar layanan dapat tersaji lancar. Perusahaan kabarnya memiliki sembilan data center di Amerika Serikat, lima di Eropa, dua di Jepang dan satu di Korea Selatan. Selain itu, kita membutuhkan internet berkecepatan minimal 15Mbps, dengan rekomendasi 25Mbps dan jaringan wireless 5GHz.

Via PC Gamer & TechCrunch.

Nvidia Luncurkan Lini GPU RTX Super, Hadirkan Peningkatan Performa dalam Harga yang Sama

Belum ada satu tahun sejak Nvidia mengumumkan lini GPU GeForce RTX, akan tetapi mereka merasa sudah waktunya untuk melakukan penyegaran. Saya bilang penyegaran karena yang kita temui bukanlah seri RTX kepala 3, melainkan masih RTX kepala 2, tapi yang sudah diimbuhi embel-embel “Super”.

Sejauh ini yang diperkenalkan baru tiga model: RTX 2060 Super, RTX 2070 Super, dan RTX 2080 Super. Dua yang terakhir secara resmi menggantikan pendahulunya yang non-Super, sedangkan RTX 2060 non-Super masih akan tetap dipasarkan dengan harga yang lebih murah ($349).

Dibandingkan dengan pendahulunya, lini RTX Super ini disebut menghadirkan peningkatan performa sebanyak 25% secara rata-rata. Memang tidak terlampau signifikan, dan itulah mengapa nomor modelnya juga belum berubah.

RTX 2070 Super

Secara teknis, ketiga model Super ini mengusung jumlah CUDA core dan texture unit yang lebih banyak ketimbang sebelumnya. Base clock dan boost clock-nya pun juga ikut naik. Khusus untuk RTX 2060 Super, ada peningkatan di sektor memory yang cukup melimpah: kapasitasnya naik dari 6 GB menjadi 8 GB, bus width-nya menjadi 256-bit, bandwith-nya menjadi 448 GB/s, dan kecepatannya menjadi 14 GHz.

Mungkin ini yang menjadi alasan mengapa Nvidia memutuskan untuk masih menjual RTX 2060 non-Super, sebab peningkatan yang dibawa varian Super-nya cukup drastis, setidaknya di atas kertas. Satu hal yang tak boleh dilupakan, peningkatan performa ini juga berarti ada penurunan efisiensi. Meski tidak terlalu besar, setidaknya konsumen harus tetap jeli, terutama yang kapasitas PSU-nya memang cukup terbatas.

RTX 2080 Super

Terlepas dari itu, kekurangan lini RTX Super ini masih sama seperti sebelumnya, yakni minimnya jumlah game yang tergolong “RTX-ready“, setidaknya untuk sekarang. Semuanya hanya masalah waktu, tapi ini tentu bisa mempengaruhi niat konsumen untuk meng-upgrade GPU.

Rencananya, RTX 2060 Super dan RTX 2070 Super bakal dipasarkan mulai 9 Juli mendatang dengan harga yang sama seperti sebelumnya, masing-masing di angka $399 dan $499. RTX 2080 baru akan menyusul pada tanggal 23 Juli dengan banderol $699.

Sumber: Ars Technica dan Nvidia.

MSI Luncurkan Laptop Ber-GPU Ray Tracing High End GE75 Raider di Indonesia

CES 2019 merupakan titik awal kemunculan laptop-laptop berteknologi real-time ray tracing Nvidia, dan MSI ialah satu dari beberapa nama pertama yang segera menyediakannya. Kemampuan tersebut dihadirkan oleh kartu grafis baru Nvidia GeForce RTX, menjanjikan lompatan kualitas visual terutama pada aspek pencahayaan dan bayangan (belakangan, Nvidia juga berencana buat membawa ray tracing ke GTX).

Sesuai tradisi, Micro-Star International tak pernah membuang-buang waktu untuk memastikan produknya bisa segera dimiliki gamer – termasuk para konsumen di Indonesia. Minggu ini, sang produsen hardware asal Taiwan itu mengabarkan ketersediaan salah satu laptop gaming anyar yang mengusung varian high-end GeForce RTX, yaitu MSI GE75 Raider. Saya menduga, pendaratan GE75 di tanah air akan dibuntuti oleh notebook-notebook baru mereka lainnya.

GE75 4

GE75 Raider diklaim sebagai laptop berlayar 17-inci pertama yang dipersenjatai GeForce RTX 2080. MSI menyebutkan bahwa perangkat ini didesain khusus bagi kalangan antusias, menyajikan penampilan ‘agresif’ yang direpresentasikan oleh lekukan serta sudut ala punggung naga – dipadu finishing anodized pada tubuh hitam dengan striping merahnya. Produsen juga tak lupa membekalinya bersama keyboard SteelSeries berpencahayaan RGB per-key, mempersilakan Anda buat mengutak-atik warna LED di masing-masing tombol.

GE75 3

Sebagai jendela akses ke dunia digital, MSI mencantumkan panel 17,3-inci beresolusi 1920x1080p, refresh rate 144Hz dan waktu respons 3-milidetik. Viewing angle-nya seluas IPS dengan kemampuan mereproduksi warna 100 persen sRGB. Layar tersebut dibingkai oleh bezel berukuran tipis – hanya setebal 5,7mm. Pemangkasan pada bingkai memang mengurangi volume tubuhnya (397×268,5×27,5mm). MSI menyampaikan bahwa GE75 Raider berukuran 15 persen lebih kecil dari rata-rata notebook gaming 17-inci lainnya.

GE75 5

GeForce RTX 2080 bukan satu-satunya GPU yang dapat Anda pilih. MSI turut menyediakan dua opsi kartu grafis lain, yaitu RTX 2070 (model berkode 8SF) dan RTX 2060 (8SE). Komponen ini ditemani oleh prosesor Intel Core i7 8750H, RAM DDR4 16- hingga 32-gigabyte, serta penyimpanan berbasis SSD 256/512GB plus hard drive 1-terabyte. Lalu untuk menjinakkan panas yang dihasilkan hardware-hardware tersebut, produsen mengandalkan sistem pendingin Cooler Boost 5, berisi dua kipas dan hingga delapan heat pipe tembaga.

GE75 2

Sempat saya singgung sebelumnya, tersedia tiga varian GE75 Raider yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan Anda. Daftar dan harganya adalah sebagai berikut:

  • GE75 Raider 8SE (RTX 2060, RAM 16GB, SSD 256GB) – Rp 30 juta
  • GE75 Raider 8SF (RTX 2070, RAM 32GB, SSD 256GB) – Rp 39 juta
  • GE75 Raider 8SG (RTX 2080, RAM 32GB, SSD 512GB) – Rp 48 juta

Teknologi Ray Tracing Akan Hadir di Kartu Grafis GeForce GTX

Deep learning super-sampling dan real-time ray tracing merupakan dua dari deretan fitur yang menjadi daya tarik utama kartu grafis anyar Nvidia, GeForce RTX. DLSS ialah teknologi berbasis AI, difokuskan buat mendongrak frame rate. Ray tracing sendiri dihadirkan untuk meningkatkan kualitas grafis, terutama dari aspek bayangan dan pencahayaan. Bagi gamer, bagian inilah yang paling mencuri perhatian.

Pertanyaan yang sering terdengar dari pengguna GPU Nvidia generasi sebelumnya adalah, apakah ray tracing merupakan alasan kuat untuk beralih ke RTX? Sebuah jawaban yang tak diduga tersingkap di Game Developers Conference 2019. Di sana, Nvidia mengumumkan bahwa fitur ray tracing akan dihadirkan buat GeForce GTX sehingga pemiliknya bisa mencicipi kecanggihan teknologi grafis itu dan (mungkin) dapat lebih memahami mengapa RTX dibanderol di harga tinggi.

Dalam waktu dekat, ray tracing akan mendarat via Game Ready Driver, di kartu grafis GTX kelas menengah hingga model-model yang lebih canggih – baik varian desktop, laptop ataupun Max-Q. Daftarnya meliputi GTX 1060 6GB sampai GTX 1080 Ti, termasuk GTX 1660 dan 1660 Ti. Kedua model tersebut ialah GPU berarsitektur Turing yang lebih terjangkau, tapi awalnya tidak dibekali real-time ray tracing.

Di GDC 2019, product management director GeForce Justin Walker menjelaskan keinginan mereka agar puluhan juta konsumen bisa menjajal ray tracing  hingga tingkatan tertentu. Langkah ini mendapatkan lampu hijau dari Epic Games dan Unity Technologies sebagai dua nama besar di ranah pengembangan engine game. Dan dengan dapat diaksesnya ray tracing di GTX, Nvidia sepertinya ingin agar ada lebih banyak developer mendukung DXR (DirectX Raytracing).

Ray Tracing GTX 3

Meski terdengar menggembirakan, kita perlu menggarisbawahi kalimat ‘hingga tingkat tertentu’ tadi. Tentu saja hanya RTX yang mampu menghidangkan ray tracing paling optimal. Bahkan GTX 1080 Ti tetap akan kewalahan tanpa adanya RT dan tensor core. Di uji coba internal Nvidia, kartu grafis Pascal top-end kelas konsumen itu cuma bisa menyuguhkan 18-frame rate per detik saat Metro Exodus dijalankan di resolusi 1440p dengan ray tracing menyala.

Ray Tracing GTX 2

Perlu diketahui pula bahwa penerapan ray tracing di tiap permainan berbeda-beda. Di Metro Exodus, fitur grafis ini dimanfaatkan buat menciptakan efek ‘global illumination‘ yang mensimulasikan pencahayaan seperti aslinya. Ia adalah satu dari sejumput game yang menunjukkan pada dunia potensi dari teknologi tersebut. Sedangkan di Battlefield V, ray tracing hanya dititikberatkan pada aspek bayangan dan pantulan objek. Itu artinya secara teori, GeForce GTX dapat menangani ray tracing di Battlefield V lebih baik dibanding Metro Exodus.

Ray Tracing GTX 1

Nvidia belum menyampaikan secara spesifik tanggal pelepasan ray tracing di GeForce GTX, tetapi berdasarkan informasi dari Polygon, ada dugaan kuat driver anyar mereka akan dirilis pada bulan April besok.

Sumber tambahan: Engadget.

Mengulik Keunikan 2 Laptop Gaming Acer Predator Triton Baru

Dengan menyimak CES, kita bisa mendapatkan gambaran mengenai produk serta teknologi seperti apa yang akan hadir di sepanjang tahun. Satu hal yang memeriahkan segmen laptop di 2019 ialah tersedianya kartu grafis berteknologi ray tracing Nvidia, GeForce RTX. Para produsen tentu tak membuang-buang waktu. Brand-brand semisal Asus, MSI, dan Gigabyte diketahui mulai membawa laptop ber-RTX ke tanah air.

Anda mungkin sudah memahami fitur-fitur yang ditawarkan oleh GeForce RTX berkat gencarnya pengenalan yang dilakukan produsen. Namun ketika kompetitor senegaranya terlihat fokus mempresentasikan kualitas grafis, Acer juga mencoba bermain-main dengan desain eksperimental. Setelah sempat menggarap desktop replacement monster berlayar melengkung beberapa tahun silam, kali ini produsen PC asal Taiwan itu mengusung konsep panel berputar lewat Predator Triton 900.

Namun Triton 900 bukan satu-satunya notebook high-end andalan Acer untuk berkiprah di tahun ini. Di CES 2019, perusahaan juga menyodorkan opsi alternatif dengan wujud familier yang dititikberatkan pada aspek keringkasan. Acer menamainya Predator Triton 500. Dan kurang lebih dua bulan selepas pengumumannya, kedua produk melakukan pendaratan di Indonesia. Triton 500 sudah resmi dipasarkan, sedangkan saudara berlayar putarnya dapat di-pre-order.

Triton 16

 

Mengenai dua Triton baru

Dalam debut Predator Triton 900, Acer menyampaikan bahwa pembuatannya didorong oleh keinginan mereka buat merombak penyajian laptop tanpa mengorbankan performa. Berkat layarnya yang dapat diputar, terbuka beragam skenario penggunaan. Lalu konsumen juga diberi keleluasaan untuk menemukan posisi paling ‘ergonomis’ saat ber-gaming. Sebagai perangkat convertible, Triton 900 menyuguhkan empat mode pemakaian: notebook, display (layar mengarah ke belakang), tablet, dan ‘Ezel’ yang diprioritaskan bagi interaksi via layar sentuh.

Triton 10

Predator Triton 500 sendiri merupakan pewaris Triton 700 yang tersedia di Indonesia bulan Oktober 2018 silam. Ia adalah laptop berlayar 15-inci 144Hz yang ramping, dengan ketebalan hanya 17,9mm dan bobot 2,1kg sehingga memudahkannya diselipkan dalam tas serta dibawa-bawa. Mengikuti tren populer di segmen laptop ultra-tin, Triton 500 dibekali bingkai layar tipis berukuran 6,3-milimeter. Acer memilih Nvidia RTX berdesain Max-Q sebagai komponen utama di dapur pacu grafis, dan menjanjikan daya tahan baterai sampai delapan jam.

Triton -2

 

Inovasi desain

Pemakaian engsel ‘Ezel Aero’ di Predator Triton 900 memang menjadi aspek yang paling mencuri perhatian, tetapi ada banyak invosi desain esensial – dan kadang terselubung – bisa ditemukan di sana. Tubuh Triton 900 terbuat dari konstruksi logam, dan Acer terlihat berusaha untuk meminimalkan volumenya. Agar badan tetap ramping tanpa mengorbankan ruang hardware, produsen menempatkan GPU dan CPU di zona terpisah dari keyboard.

Triton 9

Efeknya, Triton 900 mempunyai layout yang menyerupai ROG Zephyrus – dengan keyboard, rankaian tombol macro dan bagian touchpad merangkap numpad menjorok ke depan. Papan ketik ini dibekali pencahayaan RGB per-key, sehingga Anda bisa memilihkan warna buat masing-masing tombol. Sistem serupa juga diterapkan di Predator Triton 500, tapi yang membuat Triton 900 berbeda ialah pemanfaatan papan ketik mekanis berprofil slim clicky-nya.

Triton 12

Meski wujudnya tidak terlalu bulky, Triton 900 sudah masuk ke segmen desktop replacement. Beberapa orang mungkin tak keberatan membawa laptop berukuran besar, tetapi tubuh all-metal perangkat ini membuatnya sangat berbobot. Saya belum mengetahui berapa berat keseluruhannya, namun butuh perjuangan hanya untuk membolak-balikkan laptop ketika saya ingin mengambil foto.

Triton 15

Triton 900 menyajikan layar sentuh berjenis IPS seluas 17,3-inci dengan resolusi 4K. Panel tersebut mampu merespons sepuluh titik sentuhan dan membaca gesture berbeda, serta dibekali teknologi Nvidia G-Sync buat membasmi efek screen tearing. Menariknya, Acer tampak tak mau buru-buru mencantumkan high-dynamic range di layar seperti yang sudah dilakukan Dell pada laptop Alienware dan Lenovo untuk lini Legion-nya.

Triton 17

Desktop convertible tersebut juga menyimpan sebuah rahasia menarik. Melengkapi port fisik standar, Triton 900 memiliki USB slot tersembunyi buat mencantumkan wireless adapter controller Xbox One S. Setelah dicolokkan, dongle bisa disembunyikan dalam chassis.

Triton 20

Triton 13

 

Pembaruan di dalam

Efek dari pemakaian komponen-komponen high-end seperti Nvidia GeForce RTX dan prosesor Intel Core i7 8th-gen adalah temperatur yang tinggi. Untuk menjinakkannya, Acer memperbarui desain kipas Aeroblade 3D mereka. Perancangan fan generasi keempat itu terinpsirasi dari ujung sayap burung hantu, memanfaatkan bahan logam. Dibanding jenis plastik, 49 buah bilah Aeroblade berketebalan hanya 0,1mm yang ada di sana mampu meniupkan angin 45 persen lebih banyak.

Triton 19

Di dalam Triton 900, terdapat dua fan Aeroblade 3D yang mampu berputar lebih cepat 11 persen via teknologi Coolboost beserta enam heat pipe. Di saudarinya yang lebih tipis, jumlah kipas Aeroblade lebih banyak: ada tiga buah dan dikombinasikan bersama lima pipa pendingin.

Triton 4

Predator Triton 500 menyuguhkan opsi kartu grafis Nvidia GeForce RTX 2060 dan 2080 berdesain Max-Q, sedangkan Triton 900 dipersenjatai GPU RTX 2080 kelas desktop. Keduanya diotaki oleh Intel Core i7 8750H – tersedia pula pilihan prosesor 8950H khusus Triton 900 – serta dilengkapi RAM dual channel DDR4 2666MHz maksimal 32GB.

Triton 6

Battlefield V dan Metro Exodus digunakan Acer untuk mendemonstrasikan kinerja laptop-laptop baru mereka, dipilih karena telah didukung oleh teknologi real-time ray tracing. Battlefield V berjalan sangat lancar di Predator Triton 900 tanpa perlu mengaktifkan mode overclock. Metro Exodus sendiri saya uji langsung di setting grafis ultra dengan resolusi 1080p serta opsi ray tracing dan fitur Nvidia HairWorks menyala. Permainan terhidang mulus tanpa kendala.

Triton 8

 

Alasan konsumen memilih Predator

Kita semua tahu bahwa lini Acer Predator bukanlah produk murah. Di Indonesia, Predator Thronos boleh dikatakan sebagai pemegang rekor set gaming PC termahal. Saya bertanya pada presales manager Acer Dimas Setyo mengenai apa alasan konsumen memilih produk gaming mereka. Ia menyebutkan tiga poin. Pertama, mayoritas perangkat Predator gampang di-upgrade. Kedua, pusat servisnya mudah ditemukan dan Acer berkali-kali memenangkan penghargaan Indonesian Customer Satisfaction Award. Dan ketiga, produk mereka jadi favorit berkat kehadiran fitur-fitur unik.

Triton 7

Seperti deretan produk Predator sebelumnya, Triton 500 dan 900 tidak hanya dikhususkan bagi gamer. Beragam fungsi serta fitur di sana juga sangat berguna untuk para pekerja kreatif dan kalangan pencipta konten.

Triton 5

 

Harga dan ketersediaan

Seperti yang sempat saya sebutkan, Predator Triton 500 sudah siap untuk dipinang. Model ber-GPU RTX 2060 Max-Q dibanderol Rp 35 juta dan varian dengan kartu grafis RTX 2080 dijajakan di harga Rp 54 juta. Lalu buat memiliki Predator Triton 900, Anda perlu mengeluarkan uang lebih banyak lagi, produk dijual seharga mulai dari Rp 70 juta ‘saja’, rencananya akan tiba di bulan April 2019.

Triton 3

CES 2019 Jadi Saksi Lahirnya Deretan Laptop Gaming Berteknologi Real-Time Ray Tracing dari MSI

Diumumkannya GeForce RTX 20 menandai fajar baru di ranah teknologi visual. Ketika hardware saat ini cukup canggih untuk menjalankan konten-konten hiburan berat, para perusahaan teknologi mulai mengekspolarsi cara lain untuk meningkatkan kualitas grafis, misalnya lewat dukungan real-time ray tracing. GPU-GPU anyar ini telah tersedia buat desktop, dan kita hanya tinggal menunggu waktu hingga ia tiba di platform lain.

Eksistensi varian ‘mobile‘ kartu grafis GeForce RTX sudah menjadi tema diskusi sejak berbulan-bulan silam. Meski saat itu sang perusahaan asal Santa Clara belum mengonfirmasi keberadaannya, banyak orang yakin ia akan mendarat dalam waktu dekat. Momen penyingkapan laptop ber-RTX ternyata dilakukan di CES 2019, dan MSI menjadi salah satu brand yang dengan cekatan mengusungnya.

Seperti pembahasan di artikel sebelumnya, upgrade ke GPU berteknologi real-time ray tracing Nvidia diterapkan pada tiga keluarga notebook andalan sang produsen hardware Taiwan, yakni seri GT, GS dan GE. Mereka tetap mengusung desain dan fitur serupa seperi varian sebelumnya, namun tentu saja MSI sudah menyiapkan satu model yang ditunjuk jadi bintang panggung di pameran teknologi terbesar di dunia ini: GS75 Stealth. Ia adalah versi 17-inci dari GS65 Stealth (dahulu punya nickname Stealth Thin).

MSI 2 11

 

Apa itu real time ray-tracing?

Sebelum mengulik lebih jauh, saya ingin menyegarkan ingatan kita soal real-time ray tracing. Di bidang grafis komputer, ray-tracing ialah metode render dengan mengikuti lintasan cahaya sebagai pixel, saat sebuah objek virtual berinteraksi dengan objek lain. Tekniknya tidak benar-benar baru, namun sangat membebani sistem. Di video game, ray tracing menuntut hardware berkecepatan tinggi.

MSI 2 4

Di dalam permainan, real-time ray tracing memengaruhi pencahayaan serta kualitas pantulan objek di benda-benda virtual. Misalnya, pantulan api di tubuh mobil atau bayangan orang pada genangan air di jalanan berbatu. Fitur grafis tersebut tentu saja berpeluang mendongrak level realisme sebuah game.

MSI 2 6

Ketersediaan ray tracing buat publik berpotensi mendorong kemajuan ranah visual game satu langkah lebih jauh. Buat saya, hal paling menarik dari laptop-laptop ber-GeForce RTX racikan MSI adalah, kehadiran GPU baru di sana tidak mengubah konsep form factor perangkat mereka. GS, khususnya, masih terlihat ramping seperti sebelumnya.

MSI 2 9

 

Tradisi baru

Seperti arahan baru yang telah dimulai oleh GS65 Stealth Thin, GS75 Stealth turut mengedepankan desain elegan dan minimalis. Konstruksi tubuhnya terbuat dari logam, dibentuk secara presisi, lalu MSI memberikan sentuhan sandblast di permukaannya dan membubuhkan lapisan rose gold di area potongan. Laptop memiliki dimensi 396,1×259,5×18,95mm dan bobot 2,29kg. Saya pribadi sangat menyukai bagian dalam grille heat sink berwarna emasnya.

MSI 2 2

Menurut MSI, ukuran tersebut membuatnya tampil lebih 60 persen lebih mungil dibanding rata-rata notebook gaming berlayar 17-inci. Laptop bertubuh tipis memang kadang menimbulkan kekhawatiran terkait daya tahannya. Untuk itu, produsen turut meng-upgrade bagian engsel. Komponen penyambung body dan layar di sana dibuat dari bahan aluminium berwarna emas, kini punya daya cengkeram yang lebih mantap.

MSI 2 2

Agar konsumen lebih mudah mengidentifikasi versi terkini, MSI mengganti bagian logo tameng naga laser engraved menjadi lapisan glossy emas-perunggu. Warna ini menggantikan merah yang digunakan oleh GS terdahulu dan seri gaming lain. Kombinasinya dengan hitam membuat GS75 (dan GS65) terlihat lebih serius serta netral, sehingga lebih besar peluang bagi kalangan non-gamer serta kaum Hawa untuk meliriknya.

MSI 2 7

Pembaruan juga MSI terapkan pada bagian input serta output. Dalam pemakaian sehari-hari, kadang kita memperlakukan touchpad sebagai pilihan terakhir – ketika kita lupa atau sedang malas membawa mouse. Di GS75, produsen memperlebar bagian touchpad, kemudian mempermulus permukaannya demi meningkatkan responsivitas dan akurasi.

MSI 2 3

Di aspek output, MSI memanfaatkan radiator pasif untuk meningkatkan kualitas suara. Metode ini merupakan jawaban atas keluhan pengguna terhadap kurang memuaskannya mutu audio laptop, terutama model-model berukuran tipis. Eksistensi radiator pasif berguna buat meningkatkan dentuman bass.

MSI 2 3

 

Hardware garang di tubuh tipis

Baik GS75 Stealth ataupun adik 15-incinya dipersenjatai oleh prosesor Intel Core generasi kedelapan (ada pilihan hingga i7) serta kartu grafis GeForce RTX dengan opsi paling high-end 2080 8GB Max-Q. Kedua model dibekali memori RAM DDR4-2666 berkapasitas maksimal di 32GB. GS75 Stealth sendiri punya kejutan buat kita: ia siap menunjang tiga buah SSD berkat volume tubuhnya yang lebih besar.

MSI 2 4

Satu hal perlu kita sadari adalah, hardware berperforma tinggi pasti akan menghasilkal panas tinggi pula. Nvidia memang sudah lama mengajukan rancangan Max-Q, tetapi penanggulangan panas secara optimal sangat bergantung pada solusi thermal buatan produsen sendiri. Kabar baiknya, MSI bukanlah pemula di bidang ini. GS75 Stealth dilengkapi bersama Cooler Boost Trinity+ yang mempunyai jumlah pipa pembuangan panas lebih banyak.

MSI 2 5

Perpaduan antara GeForce RTX dan Cooler Boost Trinity+ memperkenankan GS75 dan GS65 Stealth menjalankan game-game berfitur ray tracing dengan memuaskan. Saya merasakan sendiri bagaimana laptop ultra-thin ini sanggup menangani Battlefield V di opsi grafis ultra plus RTX aktif. Untuk bagian layarnya, MSI kembali mengandalkan panel IPS-level beresolusi 1920×1080 plus dukungan refresh rate 144Hz.

MSI 2 10

 

Ketersediaan

MSI berani mengklaim bahwa GS75 Stealth akan menjadi laptop berlayar 17-inci dengan GeForce RTX pertama yang tersedia di pasar, namun belum mengungkap waktunya secara spesifik. Penjelasan dari representasi MSI di CES 2019 mengindikasikan bahwa kita hanya perlu menunggu beberapa minggu hingga produk-produk baru ini bisa mulai dipinang.

MSI 2 1

Catatan: DailySocial adalah salah satu media yang mendapatkan undangan MSI Indonesia untuk mengikuti konferensi pers CES 2019 di The Venetian Las Vegas. 

 

Sepenuhnya Upgradeable, Alienware Area 51m Bisa Diibaratkan PC Berwujud Laptop

Peluncuran GPU Nvidia RTX versi mobile memicu kehadiran banyak laptop gaming baru. Kita sudah melihat persembahan dari Razer, dan kini giliran Dell yang unjuk gigi lewat brand Alienware miliknya.

Di panggung CES 2019, Dell resmi memperkenalkan Alienware Area 51m. Namanya boleh meminjam nama laptop pertama Alienware, akan tetapi Dell benar-benar merancangnya sebagai laptop gaming pamungkas, dan itu bukan semata diwakili oleh spesifikasi kelas atas saja.

Alienware Area 51m

Seperti yang saya bilang, GPU Nvidia RTX merupakan salah satu fitur yang diunggulkannya, dengan varian termahal yang mengemas RTX 2080 versi desktop yang sudah diciutkan fisiknya oleh Dell sendiri. Lalu di bagian prosesor, ada Intel Core i9-9900K, salah satu chip desktop tercepat Intel saat ini.

Namun yang membuat Area 51m sangat istimewa adalah, komponen-komponen itu tadi bisa konsumen ganti dengan yang baru layaknya sebuah PC. Ini berbeda dari mayoritas laptop gaming yang mengaku bersifat upgradeable, tapi pada kenyataannya hanya bisa diganti RAM dan komponen storage-nya saja.

Alienware Area 51m

Bicara soal RAM dan storage, Area 51m dapat dikonfigurasikan hingga mengemas RAM 64 GB DDR4 dan kombinasi storage 2 TB SSD + 1 TB hybrid drive. Beralih ke layar, pengguna akan disambut oleh layar 17,3 inci beresolusi 1080p, dengan pilihan refresh rate 60 atau 144 Hz, serta dukungan G-Sync dan Tobii eye tracking yang opsional.

Perihal konektivitas, Area 51m mengemas port Thunderbolt 3 (USB-C), 3x USB-A 3.1, HDMI 2.0, Mini DisplayPort, Ethernet 2,5 Gbps, dan port untuk menyambungkan Alienware Graphics Amplifier alias GPU eksternal.

Alienware Area 51m

Begitu perkasanya Area 51m, ia memerlukan dua adaptor sekaligus. Kendati demikian, kalau hanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan ringan yang tidak membutuhkan kinerja CPU maksimal, pengguna cukup memasangkan satu adaptor saja. Baterainya sendiri memiliki kapasitas 90 Wh, tapi kita jelas tak boleh berharap banyak jika melihat spesifikasinya.

Semua ini tentunya harus ditebus dengan harga yang mahal ketika Dell mulai memasarkannya pada 29 Januari nanti. Varian termurahnya dibanderol $2.549, harga yang pantas untuk perangkat yang bisa diibaratkan sebagai PC berwujud laptop.

Sumber: The Next Web dan Engadget.

Mengintip ASUS TUF FX505, Zephyrous S, dan Strix GL12CX

ASUS sebentar lagi bakal meluncurkan tiga perangkat terbarunya yang ditujukan untuk bermain game. Ketiga perangkat itu adalah laptop gaming ASUS TUF FX 505, Zephyrous S, dan Strix GL12CX. Rencananya, ketiganya bakal diperkenalkan secara umum pada bulan Desember 2018 ini.

ASUS Panda

Perangkat pertama yang bakalan menjadi “jagoan” ASUS pada akhir tahun 2018 ini adalah Zephyrous S, sebuah laptop gaming yang memiliki badan yang ramping namun spesifikasinya tinggi. ASUS pun mengklaim bahwa Zephyrous S merupakan laptop dengan GeForce 1060 tertipis di dunia.

ASUS Zephyrous S - Atas

ASUS pun membuat  sistem pendingin Zephyrous S memiliki lebih banyak baling-baling, membuatnya lebih dingin dari seri sebelumnya. Namun, hal unik yang dimiliki oleh laptop ini adalah kemampuannya untuk bisa diisi ulang baterainya dengan menggunakan power bank.

Perangkat kedua adalah ASUS Strix GL12CX yang merupakan sebuah desktop gaming. Tidak tanggung-tanggung, ASUS pun menyematkan prosesor kencang dari Intel dengan Core i9-9900K dan mendukung overclocking. Graphics Card yang digunakan adalah NVIDIA dengan seri sampai RTX 2080.

ASUS STRIX GL12CX

GL12CX pun dibalut dengan casing dengan desain dari ASUS sendiri. Casing menawan dari ASUS ini dipersenjatai dengan warna warni LED yang cantik. ASUS juga tidak lupa menempatkan bay untuk SSD agar dapat dicopot kapan pun diinginkan.

ASUS TUF FX505

Perangkat terakhir adalah laptop ASUS TUF Gaming FX505. Laptop gaming yang satu ini diklaim oleh ASUS memiliki ketahanan yang kuat karena memiliki sertifikasi militer. Pada saat acara perkenalan berlangsung, Panda Pan selaku ROG Global Technical and Marketing beberapa kali membanting laptop yang satu ini. Yang paling ekstrim, beliau membanting laptop tersebut ke lantai dan ternyata tetap menyala!

ASUS TUF Gaming FX505 juga memiliki desain yang cukup unik. ASUS menaruh semua port dan slot expansion seperti USB dan LAN pada bagian sebelah kiri dari laptopnya. Hal tersebut menghindari para pengguna terganggu saat bermain dengan menggunakan mouse.

ASUS akan meluncurkan ketiga perangkat ini pada bulan Desember 2018 ini. Tentunya, harga jual dari ketiganya juga bakal diumumkan pada peluncurannya. Oleh karena itu, yuk kita tunggu saja kehadirannya.

Tool Baru Nvidia Mempersilakan Kita Dongkrak Performa GPU via Sekali Klik

Berbeda dari proses overclocking beberapa tahun silam, produsen terus mengusahakan agar fitur ini tersaji sederhana dan dapat diakses oleh pengguna awam sekalipun. Kapabilitas ini mulai sering ditemukan di sejumlah desktop built-up dan laptop gaming, tapi masih belum merata. Tak semua brand menyajikannya, dan jika ada, overclocking ‘instan’ umumnya baru dapat dilakukan pada CPU dan memori.

Namun ada langkah menarik yang diambil oleh Nvidia. Untuk mengiringi peluncuran keluarga kartu grafis GeForce RTX seri 20, Nvidia turut menyiapkan tool yang memungkinkan pengguna – gamer dan kalangan antusias khususnya – mendorong lebih jauh kapabilitas GPU di sistem mereka secara lebih simpel. Perusahaan teknologi grafis asal Santa Clara itu menamainya Nvidia Scanner.

Pada dasarnya, prosedur overclocking tradisional memang bukan untuk semua orang. Kegiatan ini menuntut kita buat mempunyai pengetahuan mendalam soal hardware, lalu prosesnya membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Salah sedikit, ada resiko Anda akan merusak komponen PC (yang tidak murah) secara permanen. Scanner membuat overclocking lebih sederhana dan tak memakan banyak waktu.

Berbeda dari AMD Overdrive atau MSI Afterburner, Nvidia Scanner bukanlah tool yang bisa pengguna unduh. Scanner sejatinya adalah API untuk developer, penyajiannya mirip seperti software development kit Nvidia NVAPI. Di waktu ke depan, seluruh program overclocking akan menggunakannya. Saat ini, perusahaan tengah menggodok Scanner bersama dengan nama-nama seperti MSI, Gigabyte, Asus, dan EVGA.

Scanner bekerja dengan mengandalkan sistem Nvidia buat mengetahui seberapa jauh performa GPU di PC kita dapat didongkrak. Dengannya, produsen mencoba menghilangkan prosedur ‘coba-coba’. Nantinya, pengguna hanya tinggal menekan tombol ‘tes’, kemudian software Scanner segera memindai voltase kartu grafis dan melakukan sejumlah pengujian.

Proses tersebut memakan waktu kurang lebih 20 menit, dan setelahnya, muncul-lah profil overclocking maksimal yang bisa diakses via satu atau dua kali klik tanpa membuat PC Anda crash atau menyebabkan kerusakan hardware.

Menariknya, Scanner tak cuma bisa dimanfaatkan oleh pemilik GPU GeForce RTX seri 20 saja. Nvidia juga punya rencana agar kemampuan ini dapat diakses oleh varian kartu grafis generasi sebelumnya, meski belum diketahui kapan produsen akan menyediakannya. Scanner sendiri dijadwalkan untuk meluncur bersama GeForce RTX seri 20 pada tanggal 20 September 2018 nanti.

Scanner merupakan sebuah pernyataan bahwa dalam menggarap GeForce RTX seri 20, Nvidia tidak hanya memfokuskan perhatiannya ke teknologi AI dan penerapan ray tracing di game, namun juga pada performa grafis ‘mentah’ GPU.

Via The Verge. Tambahan: PC World.

Teknologi Ray Tracing Belum Bisa Dinikmati Saat GeForce RTX Meluncur

Bisa kita lihat dari namanya, teknologi real-time ray tracing merupakan nilai jual utama Nvidia dalam menawarkan GeForce RTX seri 20. Ray tracing merupakan teknik render untuk mensimulasikan efek bayangan senyata aslinya dengan menggunakan resolusi penuh. Kendalanya adalah, teknik tersebut menuntut performa harware yang sangat tinggi.

Ketika mayoritas sistem gaming PC kini tak lagi kesulitan menyajikan permainan dengan detail tinggi, memang tak mengherankan jika aspek bayangan/pantulan jadi perhatian Nvidia berikutnya. Kurangnya pemahaman publik mengenai ray-tracing mungkin membuatnya kurang diapresiasi, namun dengan kemampuannya mereplika efek pantulan sesungguhnya, kualitas visual game meningkat jauh: Anda tak hanya bisa melihat bayangan musuh di mobil, tapi juga melihat jelas tekstur permukaan mobil.

Sudah ada 11 permainan siap mendukung real-time ray tracing, beberapa yang paling terkenal di antaranya ialah Shadow of the Tomb Raider, Battlefield V, Metro Exodus, serta Control – game terbaru garapan tim di belakang Max Payne. Namun ada kabar kurang menyenangkan bagi Anda yang tak sabar ingin menikmati fitur ini: ray tracing belum bisa diaktifkan ketika GeForce RTX meluncur nanti.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh vice president of content and technology Nvidia Tony Tamasi dalam acara presentasi RTX Editor’s Day pada PCWorld. Menariknya, penundaan tersebut ternyata bukan diakibatkan oleh belum siapnya pihak Nvidia ataupun developer game, melainkan belum adanya dukungan API DirectX Raytracing. Microsoft DirectX Raytracing diumumkan beberapa bulan silam, namun baru bisa diakses via versi preview Windows Insider.

Tamasi menyampaikan bahwa fitur real-time ray tracing baru dapat dinikmati kurang lebih satu bulan setelah lini GeForce RTX 2080 dan RTX 2080 Ti tersedia, tepatnya sesudah Microsoft melepas Windows 10 October 2018 Update. Ia merupakan update besar kedua untuk OS Windows 10 yang dirilis tahun ini – setelah pembaruan di bulan April kemarin.

Selain ray tracing, fitur bertajuk Deep Learning Super-Sampling juga menjadi andalan Nvidia di GeForce RTX. Perusahaan belum menjelaskan cara kerjanya secara rinci, hanya menyampaikan bahwa DLSS memanfaatkan kecerdasan buatan dan deep learning untuk ‘mengajarkan’ kartu grafis cara me-render visual permainan secara lebih tajam sembari mempersingkat waktu prosesnya hingga dua kali lipat dibanding metode anti-aliasing yang ada sekarang.

Saat ini, jumlah game yang mendukung DLSS lebih banyak dari ray tracing. Beberapa dari mereka adalah permainan online populer, sebagian sudah tersedia, dan tidak menutup kemungkinan game berfitur ray tracing juga memanfaatkan DLSS: PUBG, SCUM, Darksiders III, Hitman 2, Ark: Survival Evolved, Shadow of the Tomb Raider serta Final Fantasy XV.