Telkomsel dan Anak Usaha MCASH Hadirkan Solusi Kasir Digital “T-Kiosk”

Telkomsel dan anak usaha MCASH, PT Distribusi Voucher Nusantara (DIVA), mengumumkan kerja sama untuk solusi kasir digital “T-Kiosk”, sebuah layanan aplikasi EDC berbasis Android. Kerja sama ini merupakan bagian dari solusi Telkomsel myBusiness kepada pelanggan di kalangan UKM.

“Kerja sama ini sejalan dengan misi kami untuk memperkuat penetrasi Device, Network, dan Application (DNA). Dalam mendorong penetrasi tersebut memerlukan langkah nyata dan strategi bersama yang melibatkan berbagai pihak termasuk pelanggan segmen SME,” ucap Direktur Penjualan Telkomsel Sukardi Silalahi, Senin (8/10).

Sukardi mengatakan Telkomsel menyiapkan 200 dedicated account manager nasional yang siap melayani pelanggan UKM. Hingga kini lebih dari 30 ribu account UKM di Indonesia yang telah bermitra dengan Telkomsel.

Aplikasi T-Kiosk

Berbeda dengan EDC pada umumnya yang hanya berfungsi sebagai terminal pembayaran, aplikasi T-Kiosk memiliki banyak fungsi, termasuk distribusi produk digital Telkomsel, pengisian pulsa, pembayaran tagihan, pasca bayar, top up saldo T-Cash dan kartu e-money, laporan penjualan, dan laporan keuangan lainnya.

Pengguna T-Kiosk bakal mendapat benefit lainnya, termasuk paket internet 2GB untuk koneksi Diva Smart Outlet ke server aplikasi dan penggunaan Diva Smart Outlet. Seluruh benefit tersebut diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi pengusaha karena mendapat sumber penghasilan tambahan dari pemanfaatan T-Kiosk.

EDC ini dapat memproses pembayaran melalui digital payment Telkomsel, yakni T-Cash. Selain itu, perangkat ini dilengkapi berbagai pembayaran non tunai baik kartu debit, kartu kredit, serta contactless card untuk kartu e-money.

Dalam pengoperasiannya, pengusaha UKM dapat mendaftar melalui Account Manager atau agen-agen yang telah ditunjuk sebagai penyedia layanan. Bisa juga melalui DIVA Intelligent Instant Messaging (instant messaging for business) dengan biaya berlangganan sebesar Rp100 ribu per bulannya.

Komisaris Utama DIVA dan Direktur Utama MCASH Martin Suharlie menuturkan, DIVA menargetkan untuk memodernisasi dan melengkapi UKM di Indonesia dengan teknologi dan berbagai produk inovatif baik digital maupun non digital yang dapat meningkatkan daya saing.

“Kami berkeyakinan untuk dapat mendorong pertumbuhan usaha mereka dalam rangka mendukung program pemerintah dalam mendigitalkan 8 juta SME di tahun 2020. Oleh karena itu, kami sangat gembira dengan kolaborasi bisnis dengan Telkomsel melalui aplikasi T-Kiosk,” terang Martin.

Pihaknya menargetkan setidaknya sampai tiga bulan ke depan sudah dapat mendistribusikan mesin EDC ke 25-30 ribu pengguna. Angka ini berdasarkan jumlah pelanggan Telkomsel di kelas UKM yang berjumlah sekitar 30 ribu pelanggan.

Moka Announces Acquisition of “GetFocus”, India-based Startup

Moka, one of the biggest SaaS (Software as a Services) startup for PoS (Point of Sales) in Indonesia just make a first big step by making an acquisition over an India-based startup, GetFocus. It’s said to be a strategic step for Moka to create a strong engineering line.

Since 2016, Moka’s development is quite significant. On the journey, they’ve managed to acquire support from some investors, including Mandiri Capital, Convergence Ventures, East Venture, Fenox, Northstar Group, and the latest are from Sequoia Capital India, Softbank Korea, EDBI, and EV Growth.

Weeks after the latest funding announcement, Moka returns with the new strategic plan by acquiring GetFocus. Haryanto Tanjo, Moka’s CEO said that this acquisition is a form of awareness to develop products using the research team and technology in India.

Currently, Moka claims to have more than 12,000 active merchants using the service daily. GetFocus acquisition will be a part of Moka’s efforts to improve its service quality by making use of GetFocus’ expertise.

“With GetFocus acquisition, Moka will make efforts to keep our technology and leadership on top in providing the best service to all customers,” he explained.

Last September, Moka has secured IDR 355 million of funding. Haryanto said in the release that this funding is for product development along with Moka to be the one-stop service to partners.

To date, Moka has partnered with some e-money providers to add more payment methods in Moka platform. Moka has run Moka Capital service. A p2p lending platform to add more options for merchants.

The acquisition becomes Moka’s strategic step, it’s possible with the new India-based technology and research team, Moka is to launch new services in achieving its goal to be the all-in-one service for partners.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Moka Akuisisi Startup Asal India GetFocus

Moka, salah startup SaaS (Software as a Services) untuk PoS (Point of Sales) terbesar di Indonesia, baru saja mengawali langkah besar mereka dengan mengakuisi startup asal India, GetFocus. Akuisisi ini disebut sebagai langkah strategis Moka memperkuat lini engineering mereka.

Pertumbuhan Moka dari tahun 2016 memang cukup signifikan. Moka dalam perjalanannya berhasil mendapatkan dukungan dari sejumlah investor, mulai dari Mandiri Capital, Convergence Ventures, East Venture, Fenox, Northstar Group, hingga yang paling baru dari Sequoia Capital India, Softbank Korea, EDBI dan EV Growth.

Berapa minggu setelah pengumuman pendanaan terbaru, Moka kembali membuat langkah strategis dengan mengakuisisi GetFocus. Akuisisi ini, menurut CEO Moka Haryanto Tanjo, adalah bentuk kesadaran untuk terus mengembangkan produk dengan memanfaatkan tim riset dan teknologi yang ada di India.

Moka saat ini mengklaim sudah memiliki lebih dari 12.000 merchant aktif dan menggunakan layanan Moka setiap hari. Akuisisi GetFocus akan menjadi salah satu bagian dari upaya Moka untuk meningkatkan kualitas layanan mereka dengan memanfaatkan keahlian yang dimiliki GetFocus selama ini.

“Dengan mengakuisisi GetFocus, Moka akan terus memperkuat keunggulan teknologi dan kepemimpinan kami dalam menghadirkan layanan terbaik bagi seluruh pelanggan,” terang Haryanto.

September lalu Moka baru saja mengamankan pendanaan senilai Rp355 miliar. Menurut Haryanto dalam keterangannya pendanaan tersebut direncanakan untuk pengembangan produk seiring dengan Moka yang mencoba menjadi one stop service untuk mitranya.

Moka saat ini sudah bekerja sama dengan sejumlah penyedia layanan e-money untuk memperkaya metode pembayaran di platform Moka. Moka juga telah menjalankan layanan Moka Capital. Sebuah platform pinjaman p2p lending untuk menambah opsi pinjaman kepada merchant.

Akuisisi ini akan menjadi langkah strategis Moka, dan bukan tidak mungkin dengan memiliki tim riset dan pengembang baru yang berbasis di India Moka akan mengeluarkan sejumlah layanan baru untuk terus menuju cita-cita mereka menjadi layanan yang lengkap bagi mitra.

Application Information Will Show Up Here

Singapore-based “People Analytics” Startup Developer EngageRocket Prepares for Expansion to Indonesia

In the mid-September of 2018, a Singapore-based platform developer startup for people analytics, EngageRocket received a funding worth of $1 million. This round was led by SeedPlus, supported by Found Ventures and angel investor Huang Shao-Ning. Aside from product maturity, EngageRocket will use the funding to develop markets, including Indonesia.

Leong CheeTung, EngageRocket’s Co-Founder & CEO, explained the business debut in Indonesia has started off with some clients, including Tokopedia, Bank Danamon, Shopback, and Mediacorp. The product applied is Engagement & Performance Management for HR system in a company.

“We’re adjusting contents with the local touch in-app to support Indonesia’s unique culture in work/organization. We also plan to develop the mobile app for Indonesian users,” CheeTung told DailySocial.

EngageRocket is aware of each region’s different culture in handling people. Indonesia, for example, CheeTung explained the need to overcome the conventional cult culture of some leaders by providing real-time, confidential, and sustainable feedback. The unique ways are necessary for business leaders to learn about their employees’ performance.

People analytics is a study using quantitative and qualitative data from employees to improve business performance. EngageRocket products aim to support leaders using data to make a better decision, including to boost team confidence or improve skills for innovations.

Using Employee Engagement Pulse module, users can now monitor employee experience, analyze trends and response on regulation and management transition. Later, with 360 Performance Feedback module, users can analyze the leadership performance and relate them to loyalty. Both modules are a package in the Software as a Services series.

CheeTung expressed the optimism towards the Indonesian market. With the amount of 250 million population and 127 million workers, the analytical technology app like this will be a great help for the rise of young leaders and managers in Indonesia. In addition, the public’s digital shifting is considered to be the right moment for the need of people analytics.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Pengembang “People Analytics” Singapura EngageRocket Matangkan Ekspansi di Indonesia

Pertengahan September 2018 lalu, EngageRocket, startup pengembang platform people analytics asal Singapura, mendapatkan pendanaan senilai $1 juta. Putaran pendanaan baru dipimpin oleh SeedPlus, didukung oleh Found Ventures dan angel investor Huang Shao-Ning. Selain untuk pematangan produk, pendanaan ini akan digunakan EngageRocket untuk mengembangkan pasar, tak terkecuali di Indonesia.

Menurut pemaparan Co-Founder & CEO EngageRocket Leong CheeTung, debut bisnis di Indonesia telah dimulai dengan beberapa klien, termasuk Tokopedia, Bank Danamon, Shopback, hingga Mediacorp. Produk yang diaplikasikan ialah Engagement & Performance Management untuk sistem SDM perusahaan. Untuk ekspansinya ke Indonesia, terdapat beberapa hal yang sudah disiapkan, termasuk melakukan translasi aplikasi ke Bahasa Indonesia.

“Kami juga tengah menyesuaikan konten dengan sentuhan lokal di aplikasi, untuk dapat lebih mendukung budaya unik dalam organisasi/kerja di Indonesia. Kami juga berencana untuk mengembangkan aplikasi seluler untuk pengguna di Indonesia,” ujar CheeTung kepada DailySocial.

Tim EngageRocket menyadari betul, setiap wilayah memiliki kultur berbeda dalam penanganan orang. Misalnya di Indonesia, CheeTung memaparkan ada kebutuhan mengatasi budaya “kultus” oleh beberapa pemimpin dengan memberikan umpan balik real-time, rahasia, dan berkelanjutan. Cara-cara yang unik juga dibutuhkan pemimpin bisnis untuk memahami staf pekerja mereka.

People analytics adalah sebuah ilmu yang menggunakan data kuantitatif dan kualitatif dari karyawan untuk meningkatkan kinerja bisnis. Produk EngageRocket bertujuan membantu setiap pemimpin menggunakan data untuk membuat keputusan yang lebih baik, seperti meningkatkan kepercayaan dalam tim atau meningkatkan keterampilan dalam inovasi.

Dengan modul Employee Engagement Pulse, pengguna bisa memantau pengalaman karyawan (employee experience), menganalisis tren dan tanggapan terhadap peraturan dan perubahan manajemen. Lalu, dengan modul 360 Performance Feedback, pengguna bisa menganalisis kinerja keahlian kepemimpinan dan menghubungkannya dengan loyalitas. Kedua modul tersebut dikemas dalam rangkaian Software as a Services.

CheeTung mengungkapkan optimismenya terhadap pasar Indonesia. Dengan 250 juta populasi dan 127 juta angkatan kerja, penerapan teknologi analisis seperti ini akan sangat membantu para pemimpin dan manajer muda yang saat ini banyak bermunculan di Indonesia. Di samping itu, pergeseran masyarakat ke digital juga dinilai menjadi momentum pas untuk kebutuhan people analytics.

Moka Terima Pendanaan Seri B Senilai 355 Miliar Rupiah

Startup SaaS Moka mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai US$24 juta (sekitar Rp355 miliar) yang dipimpin oleh Sequoia Capital India. Investor baru yang bergabung dalam putaran ini ada Softbank Korea, EDBI, dan EV Growth. Investor terdahulu yakni Mandiri Capital, Convergence, dan Fenox turut serta dalam putaran ini.

CEO dan Co-Founder Moka Haryanto Tanjo menuturkan, pendanaan tersebut mayoritas akan diarahkan ke pengembangan produk, seiring fokus Moka yang kini menempatkan diri sebagai platform one-stop-service untuk mitranya. Pasalnya tidak hanya bermain di Point of Sales (POS) saja, Moka telah merambah ke segmen pembayaran dan bantuan modal.

Di segmen pembayaran, Moka telah terintegrasi dengan OVO, TCASH, dan Akulaku. DANA dan Kredivo direncanakan menjadi partner berikutnya. Dengan kerja sama ini, seluruh merchant Moka dapat menerima pembayaran elektronik melalui aplikasi Moka.

Sementara untuk bantuan modal, Moka memiliki unit bisnis terbaru dinamai Moka Capital untuk memberikan kesempatan bagi merchant mendapatkan tambahan modal usaha. Moka Capital bertindak sebagai agregator yang menghubungkan merchant dengan pemain p2p lending yang sudah bermitra, yaitu KoinWorks, Taralite, dan Modalku.

Merchant bisa mengajukan pinjaman langsung dari dasbor dengan nominal pinjaman mulai dari 5 juta hingga 2 miliar Rupiah. Data penting soal kinerja usaha yang tersimpan dalam cloud Moka akan dipakai perusahaan p2p lending untuk mengukur risiko supaya tidak terjadi kredit macet.

“Kita baru memiliki 12 ribu merchant berlangganan di Moka, sementara ada jutaan pelaku usaha yang belum kita jangkau. Untuk short term kita mau fokus ke dalam negeri dulu, mungkin berikutnya ke arah regional bila ada peluang,” terang Haryanto, Rabu (12/9).

Ia melanjutkan, dana segar juga akan dipakai untuk merekrut talenta baru di bidang pemasaran dan teknologi. Saat ini Moka sudah memiliki 400 karyawan, ada kantor pemasaran tersebar di 25 kota, tim teknologi terpusat di Jakarta. Moka juga punya tim kecil untuk data dan teknologi di Singapura.

Perkembangan bisnis Moka

Moka Capital dan perluasan bisnis ke sistem pembayaran, sambung Haryanto, adalah cara Moka dalam menggaet merchant baru tidak hanya untuk skala UKM saja, namun kini sudah menyasar ke enterprise. Semakin tinggi skala bisnis suatu usaha, maka layanannya tentu akan lebih kompleks tidak sesederhana ketika masih jadi UKM.

Menurutnya, akan ada banyak produk yang akan diluncurkan Moka untuk melayani klien korporasi. Kendati demikian, ia enggan membeberkan lebih detail terkait hal tersebut, karena masih dalam tahap pengembangan.

Haryanto memastikan dari sekian banyak pengembangan produk yang sudah ada, tidak akan menggeser bisnis utama Moka sebagai pemain SaaS yang menyediakan mesin POS. Bisnis ini menjadi pintu masuk bagi para merchant sebelum menikmati seluruh pengembangan produk di luar POS.

“Jadi produk yang kita kembangkan itu hanya dikhususkan untuk para merchant yang sudah bergabung.”

Sejak Moka Capital di luncurkan dua bulan lalu, ia mengklaim telah memfasilitasi pinjaman ke 50 merchant tanpa menyebutkan nominal dana yang disalurkan. Moka akan terus menambah mitra p2p lending agar merchant bisa memiliki banyak opsi sebelum mengajukan pinjaman.

Soal kemungkinan Moka membangun badan usaha sendiri untuk Moka Capital, Haryanto menyebutkan untuk waktu dekat kemungkinan belum ada. Namun pada 2-3 tahun mendatang, ia terus membuka opsi apakah Moka Capital akan diseriusi lebih jauh.

“Untuk sekarang belum ke arah mau jadi perusahaan p2p tersendiri karena kita lihat sekarang bisa dilakukan lewat partner. Tapi dalam 2-3 tahun ke depan kami terus buka kemungkinan, apakah nantinya ada potensi yang bisa kita kerjakan di situ.”

Sejak awal berdiri tahun 2014, Moka mengawali bisnisnya dengan menghadirkan aplikasi POS dengan berbagai fitur yang memudahkan pelaku bisnis, meliputi loyalty program, ingredient inventory, serta fitur merchant intelligence yang dapat membantu menganalisis kinerja bisnis.

Moka tidak sendirian dalam menghadirkan layanannya, perusahaan bermitra dengan startup lainnya seperti Sleekr dan Jurnal untuk sistem akuntansi.

Terhitung Moka telah memiliki lebih dari 12 ribu merchant yang kebanyakan bergerak di bisnis kuliner, sisanya layanan jasa, dan ritel. Berhasil memproses lebih dari 100 juta transaksi dengan volume transaksi mencapai US$1 miliar (hampir 15 triliun Rupiah) per tahunnya.

Application Information Will Show Up Here

SaaS Platform for Business Trip “Travelstop” Ready to Expand to Indonesia Post-Funding

SaaS platform developer for business trip Travelstop (8/27) receives seed funding worth of IDR 17 billion. A Singapore-based startup allows business to manage the whole accommodation using AI-based tools. The seed funding investment was led by SeedPlus, supported by several angel investors.

One focus of this funding is to finalize business expansion, including Indonesia. Observed from the research by Travelstop, Asia Pacific will be the largest B2B travel market. It’s projected to grow up to 10.4% CAGR during 2015-2023. The business trip solution is currently for large companies and traditional business travelers, while the trip with no management in Asia, dominated by millennials, requires more flexible and simple solutions.

“These travelers want to experience more than a trip, and the company is building a modern business trip platform for the next generation. Our goal is not only to provide a fun and flexible travel booking experience but also to make the post-trip cost management more efficient,” Prashant Kirtane, Travelstop’s CEO said.

Travelstop aims to solve this problem through a platform that makes a business trip easier to order and automates expense report for employees. They’re using machine learning and personalization supported by artificial intelligence to create flight and hotel recommendations, shorten the process for business travelers for researching and arranging a trip. Employees also have access to an intuitive expense reporting tool which simplifies the reimburse process.

“We aim to use machine learning and artificial intelligence to escalate experience for the current business travelers, we’ll be ready and flexible by investing in modern infrastructure to advance our business platform,” Vijay Aggarwal, Travelstop’s CTO, said.

This platform provides features to facilitate business with accommodation trip arrangements. Through the app, businesses can automate the reporting process. A data-based approach is applied to all decisions made was scaleable. Another thing is the simplification of the efficient travel accommodation research process, operational teams sometimes have to choose and sort out the accommodation based on certain criteria.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pasca Perolehan Pendanaan, Platform SaaS Travel untuk Bisnis “Travelstop” Siap Ekspansi ke Indonesia

Pengembang platform SaaS travel untuk bisnis Travelstop kemarin (27/8) mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai 17 miliar Rupiah. Startup berbasis di Singapura tersebut memungkinkan bisnis mengelola akomodasi perjalanan secara menyeluruh dengan alat berbasis kecerdasan buatan. Investasi pendanaan awal dipimpin SeedPlus, didukung beberapa angel investor.

Salah satu fokus pendanaan ialah untuk mematangkan ekspansi bisnis, termasuk di Indonesia. Menurut riset yang ditampung Travelstop, kawasan Asia Pasifik akan menjadi pasar perjalanan B2B terbesar. Diproyeksikan akan tumbuh hingga 10,4% CAGR antara 2015-2023. Solusi perjalanan bisnis saat ini dirancang untuk perusahaan besar dan pelancong bisnis tradisional, sementara perjalanan yang tidak dikelola di Asia, yang semakin didominasi oleh generasi milenial, membutuhkan solusi yang lebih sederhana dan lebih fleksibel.

“Para pelancong ini menginginkan pengalaman perjalanan yang lebih berarti, dan kami sedang membangun platform perjalanan bisnis modern untuk para pelancong di generasi berikutnya. Tujuan kami adalah tidak hanya memberikan pengalaman pemesanan perjalanan yang menyenangkan dan fleksibel, tetapi juga membuat proses manajemen biaya pasca-perjalanan menjadi lebih efisien,” terang CEO Travelstop Prashant Kirtane.

Travelstop mencoba memecahkan permasalahan ini melalui platform yang memudahkan pemesanan perjalanan bisnis dan mengotomasi laporan pengeluaran bagi pegawai. Travelstop menggunakan pembelajaran mesin dan personalisasi yang didukung oleh kecerdasan buatan untuk membuat rekomendasi penerbangan dan hotel, menjadikan berkurangnya jam yang dibutuhkan oleh pelancong bisnis untuk melakukan riset dan memesan perjalanan mereka. Karyawan juga memiliki akses ke alat pelaporan pengeluaran intuitif yang menyederhanakan proses penggantian biaya.

“Tujuan kami adalah untuk memanfaatkan pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan untuk menambahkan pengalaman bagi pelancong bisnis saat ini, sementara kami juga akan sigap dan fleksibel dengan berinvestasi di infrastruktur modern untuk memperkuat platform kami,” ujar CTO Travelstop Vijay Aggarwal.

Platform Travelstop menyediakan fitur yang memudahkan bisnis untuk mengelola pemesanan akomodasi perjalanan. Melalui aplikasi tersebut, bisnis dapat mengotomasi proses pelaporan. Pendekatan berbasis data juga diterapkan agar setiap keputusan yang diambil menjadi lebih terukur. Hal lain yang ingin disajikan ialah penyederhanaan proses riset pencarian akomodasi travel yang efisien, biasanya tim operasional harus memilih dan memilah akomodasi perjalanan didasarkan pada kriteria tertentu.

SaaS Platform Nusatalent Engaged in Human Resource Market

Solutions for job seeking and human resource service are being created and innovation to produce the simplest, most efficient and accurate process. Departing from this vision, Nusatalent works. It focuses on the human resource (HR) field with solutions designed to help the HR team job.

Nusatalent develops two products. First, it’s a head-hunting service developed to help the HR team seeking candidates, interviews, and provide a recommendation for the suitable ones.

The second product is a software to help the HR team create recruitment plans and use its database to find the suitable candidates based on the existing filters.

Vincentia Sherren, Nusatalent’s CSO, told DailySocial that they began its operation in March 2018 with bootstrap funding. Two products of Nusatalent become their business’ leading products.

“Nusatalent is in bootstrapping stage and in discussion with several venture capitals and angel investors,” Sherren explained.

Currently, with the two top products, comes two types of target users. First, students looking for information and internship opportunities or fresh graduates seeking a job. The second target is companies in need of headhunting service and recruitment software.

“Partnership with approximately 100 companies with a total database of 5,000 students,” Sherren said on their achievement.

Nusatalent is optimistic enough to survive, develop, and accepted by the public. It’s because they have passed the market validation stage and working just fine. Now, for the remaining year, they’re targeting to increase student users in their system to be offered to the suitable company in need.

“This year’s target and also plan is to have approximately 20 thousand students in the database to be distributed over companies for we want to help students having difficulty in finding a job due to intense competition,” she concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup SaaS Kuliner Meeber Rilis Dua Aplikasi Pendukung Restoran Digital

Startup SaaS khusus solusi kuliner Meeber merilis dua aplikasi pendukung untuk dukung konsep restoran digital, MeeberLite untuk merchant dan Meeberian untuk pengguna. Dua produk ini merupakan hasil pengembangan dari produk Meeber sebelumnya yang bergerak di solusi mesin kasir digital MeeberPOS.

CEO Meeber Rudy Hartawan mengatakan pengembangan produk ini adalah jawaban perusahaan dalam menghadapi tantangan bisnis kuliner ke depannya yang menuntut digitalisasi operasional. Menurutnya, baik MeeberLite maupun Meeberian didesain untuk fokus pada layanan dine-in, mengingat 85% transaksi kuliner berasal dari layanan tersebut.

“Setiap pelaku bisnis FnB tentunya mengharapkan bisnisnya makin berkembang. Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah mencapai skala bisnis menengah dan menengah ke atas butuh standarisasi dan otomatisasi dalam pengelolaannya. Kedua hal tersebut hanya bisa dicapai melalui digitalisasi restoran yang menjadi landasan kami lewat pelucuran produk baru ini,” kata Rudy, Selasa (31/7).

Fitur MeeberLite dan Meeberian

Rudy menjelaskan, MeeberLite akan memudahkan merchant dalam memberikan pelayanan di restoran mulai dari sisi layanan penerimaan pesanan pelanggan, pembayaran secara digital, promosi program diskon, dan sistem feedback dari pelanggan.

Sementara itu, Meeberian memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan untuk memesan makanan dan minuman, melakukan pembayaran, memberi ulasan, hingga mendapatkan informasi promosi secara langsung dalam aplikasi.

Kedua aplikasi ini, menurutnya, saling terkoneksi satu sama lain dengan beragam fitur, ada e-menu dan smart order with QR code yang terkoneksi dengan restoran yang dituju. Pelanggan dapat memilih menu yang diinginkan dengan nyaman dan cepat. Selain itu ada menu Waiter Calling, Bill Asking, dan notifikasi Order Ready to Pick Up untuk model restoran quick service.

“Ketika pelanggan datang ke suatu restoran, mereka tidak perlu lagi mengantre lagi untuk melakukan pemesanan. Fitur yang kami hadirkan pada akhirnya menimbulkan dampak efisiensi di sisi manajemen restoran yang tidak butuh banyak SDM lagi. Strategi marketing pun bisa lebih tepat sasaran.”

Pebisnis bisa memaksimalkan bisnis mereka dengan mengandalkan customer insights yang kuat, relevan, dan tepat sasaran. Dengan demikian pebisnis dapat menentukan strategi pemasaran yang tepat dan terukur, sehingga mampu meningkatkan profit. Pelanggan pun juga dapat untung berkat Meeberian, mereka menerima kartu virtual pelanggan loyalitas bisa di-redeem setiap kali bertransaksi.

Rudy menargetkan perusahaan dapat menjaring 500-1000 restoran berskala UKM sebagai penggunanya. Untuk monetisasinya, perusahaan mengandalkan pembayaran MDR (Merchant Discount Rate) dari sistem pembayaran yang telah dihadirkan di platform-nya. Layanan pembayaran yang disediakan mulai dari Dana, Doku, Mastercard, dan Visa.

Sejak pertama kali hadir di Indonesia, Meeber mengusung mesin kasir online MeeberPOS di 2015. Diklaim sekitar 300 merchant telah bergabung sebagai pengguna. Mayoritas beradal dari usaha lokal, kurang dari 5% diantaranya datang dari pebisnis kuliner di Malaysia.

Untuk sementara, kedua aplikasi ini baru tersedia untuk versi Android. Versi iOS sedang dipersiapkan, namun terbatas untuk aplikasi Meeberian.

Application Information Will Show Up Here