[Video] Misi Qasir Melayani “Market” Kota Tier 2 dan Tier 3

DailySocial bersama Co-Founder & President Qasir Rachmat Anggara membahas upaya perusahaannya mendigitalisasi usahawan mikro dan kecil di seluruh Indonesia, termasuk yang berada di kota-kota tier 2 dan 3.

Rachmat menjelaskan tantangan yang dihadapi usahawan mikro dan kecil agar mampu bersaing di era digital.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Platform Manajemen Hotel “Zuzu Hospitality” Dikabarkan Galang Dana Tambahan Dipimpin JG DEV

Platform SaaS manajemen hotel Zuzu Hospitality Solutions (rebrand dari Zuzu Hotels) dikabarkan menggalang pendanaan lanjutan sebesar $10,9 juta (sebesar 158 miliar Rupiah). Menurut sumber, putaran ini dipimpin oleh JG DEV, diikuti Visor Ventures.

JG DEV atau JG Digital Equity Ventures, merupakan venture arm dari JG Summit Holdings, Inc., konglomerat digital terkemuka di Filipina, yang berfokus pada Asia Tenggara. Menurut informasi yang kami dapat, investor sebelumnya turut berpartipasi, seperti Wavemaker Partners, Line Ventures. Ada juga Seeds Capital selaku investor baru di putaran ini.

Saat dihubungi DailySocial.id, Co-founder Zuzu Hospitality Vikram Malhi enggan membicarakan terkait pendanaan yang diterima perusahaan. Ia pun menjanjikan pembaruan bisnis yang lengkap dari Zuzu dalam beberapa bulan mendatang. “Terima kasih telah menghubungi kami. Kami tidak tertarik untuk mendorong terlalu banyak hanya pada berita pendanaan saat ini,” ucapnya.

Putaran Seri A sebelumnya berhasil direngkuh perusahaan pada Maret 2019 sebesar $3,7 juta, yang dipimpin Wavemaker Partners, investor yang turut menemani perjalanan Zuzu sejak pendanaan awal.

Pasca-pivot dan tidak menjalankan bisnis budget hotel (B2C), Zuzu fokus memberikan solusi manajemen untuk sistem operasi hotel (B2B). Melalui implementasi sistem digital miliknya, rata-rata hotel dapat menghadirkan efisiensi untuk meningkatkan pendapatan online hingga 30%.

Misi Zuzu ialah memastikan hotel dapat fokus memberikan suguhan layanan terbaik bagi para tamunya, tanpa harus pusing mengurus operasional dan implementasi perangkat lunak yang berbelit untuk pelayanan.

Cakupan operasionalnya tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan berkantor pusat di Singapura. Diklaim pada 2020 kemarin, solusi Zuzu telah dimanfaatkan oleh lebih dari 2 ribu mitra hotel di regional Asia Pasifik.

Di Indonesia sebelumnya juga sudah ada layanan serupa yang memberikan sistem operasi untuk membantu manajemen perhotelan. Salah satunya ialah Caption, startup hospitality berbasis di Yogyakarta, namun demikian akhirnya tutup.

Industri pariwisata mulai pulih

Mengacu dari data Badan Pusat Statistik (BPS), secara kumulatif sepanjang kuartal I 2022 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 74.380 kunjungan, naik 228,24% dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Pada Maret 2022, jumlah kunjungan wisman melonjak sebesar 203,94% dibandingkan Maret 2021. Tercatat jumlah kunjungan wisman melalui bandara Ngurah Rai-Bali menunjukkan peningkatan yang luar biasa sebesar 487 ribu persen, dari 3 menjadi 14.617 kunjungan.

Momentum mudik dan libur Lebaran 2022 akan menjadi sinyal positif bagi industri pariwisata lokal, seiring dengan pelonggaran kebijakan Covid-19. Tren perjalanan di momentum libur Lebaran tahun ini pun diprediksi masih akan mengikuti tren 2021.

Menurut OYO Travelopedia 2021, yang telah melakukan survei kepada 2 ribu partisipan di berbagai negara, termasuk di Indonesia, menunjukkan adanya peningkatan tren selama 2021 dalam hal perjalanan menuju destinasi di wilayah terpencil dan dekat dengan nuansa alam, hingga preferensi bepergian jalur darat dengan kendaraan pribadi atau road-trip.

Selain itu, lebih dari sepertiga responden Indonesia mengungkapkan lebih menyukai dan memilih bepergian dengan mobil atau sepeda motor pribadi untuk melakukan perjalanan melalui jalan darat. Diperkirakan juga pada momen libur Lebaran 2022, hampir 40% pemudik akan menggunakan jenis kendaraan pribadinya untuk melakukan perjalanan ke kampung halamannya. Dalam hal menginap pun, hotel menjadi pilihan utama dibanding tipe akomodasi lainnya.

Pulihnya sektor pariwisata menjadi sinyal positif bagi pelaku bisnis hospitality, termasuk untuk platform pendukung bisnis seperti yang disuguhkan Zuzu. Ini juga menjadi momentum bagi para pebisnis untuk mengejar kembali capaian yang mungkin sempat tersendat akibat berbagai pembatasan di tengah pandemi.

Mekari Umumkan Pendanaan 720 Miliar Rupiah, Siap Merambah ke Bisnis Fintech

Startup pengembang SaaS untuk bisnis Mekari mengumumkan telah mendapatkan pendanaan lanjutan senilai $50 juta atau setara 720 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin Money Forward Inc, yang merupakan perusahaan penyedia SaaS aplikasi perencanaan keuangan dan akuntansi terbesar asal Jepang. Sejumlah investor terdahulu turut terlibat, kendati tidak dirinci detailnya.

Sebelumnya Mekari telah membukukan putaran pendanaan dari beberapa investor, di antaranya East Ventures, Beenext, Mandiri Capital, Alto Partners, dan Prasetia.

Co-Founder & CEO Mekari Suwandi Soh mengatakan, pihaknya akan mengalokasikan kucuran dana ini untuk berekspansi ke layanan fintech agar dapat mendukung proses transformasi digital para kliennya, terutama di skala UMKM. Belum lama ini Mekari sebenarnya juga sudah mulai masuk ke layanan fintech B2B melalui produk Mekari Flex, yakni dengan meluncurkan platform EWA untuk pencairan gaji lebih awal bagi para pegawai kantoran.

Sejalan dengan itu, Mekari juga ingin meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM, terutama tim produk dan engineering, yang akan menjadi ujung tombak dari perancangan dan pembuatan solusi-solusi inovatif bagi penggunanya.

“Saat pasar sedang memasuki tahap pemulihan ekonomi, transformasi digital sangat penting karena memberikan perusahaan, terutama UMKM, agility yang mereka butuhkan untuk berkembang. Oleh karena itu, fokus utama Mekari adalah untuk mendukung klien kami dalam perjalanan transformasi mereka dengan terus memberikan solusi teknologi yang andal dan inovatif yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka,” ungkap Suwandi.

Potensi SaaS bisnis di Indonesia

Sektor bisnis SaaS sedang berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut riset dari Boston Consulting Group, nilai pasar SaaS di diperkirakan akan meningkat sebesar 25% CAGR dan mencapai $800 juta pada tahun 2023. Sejalan dengan perkembangan ini, Mekari juga telah mencatat pertumbuhan sebesar 11 kali lipat selama 4 tahun terakhir.

Saat ini, Mekari memiliki lebih dari 35 ribu klien dan lebih dari 800 ribu pengguna aktif dengan mayoritas pengguna UMKM. Beberapa brand yang berada di bawah naungan Mekari adalah Talenta, Jurnal, Qontak, Klikpajak, dan Flex; menyediakan solusi teknologi bisnis seperti tools untuk pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penggajian, billing dan akuntansi, Customer Relationship Management (CRM), hingga perpajakan.

“Kami juga fokus mengembangkan berbagai layanan finansial kontekstual untuk membantu perusahaan menyelesaikan berbagai kebutuhan dan tantangan finansial yang unik. Layanan keuangan merupakan faktor pendukung utama dalam meningkatkan akses finansial bagi seluruh pengguna dalam ekosistem Mekari. Langkah pertama yang akan dilakukan adalah perluasan akses terhadap layanan keuangan yang terjangkau dan praktis bagi pelanggan kami,” tambah Suwandi.

Application Information Will Show Up Here

Startup SaaS OrderOnline Permudah Penjual Social Commerce Kelola Bisnis

Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, dari 64,2 juta unit UMKM, baru 19% di antaranya yang sudah masuk ke ekosistem digital. Pemerintah sendiri menargetkan 30 juta unit UMKM bisa memasuki ekosistem digital pada 2024. Ragam solusi yang disediakan startup untuk permudah jalan masuk UMKM go digital, kini datang dari berbagai celah aspek bisnis, baik itu fintech, supply chain, logistik, e-commerce, pemasaran, dan lainnya.

Kondisi tersebut tercermin dengan laporan yang diterbitkan DSInnovate bertajuk “MSME Empowerment Report 2021”, terdapat beberapa permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh pelaku UMKM di Indonesia, seperti kekurangan modal, kesalahan penghitungan/transaksi, sulit masuk ke pasar, dan lainnya.

Apa yang terjadi di atas, dirasakan betul oleh Rovan Alfarry (CEO) dan Fazlur Rahman (CTO) bagaimana kesulitannya saat merintis usaha online kecil-kecilannya. Entah itu kesulitan mengecek rekening, lupa membalas pesan konsumer yang terlalu banyak, pencatatan penjualan yang tidak rapi, dan masih banyak lagi. Mereka pun berinisiatif membangun sendiri platform yang dapat menampung seluruh keluhannya tersebut agar semakin mudah berjualan.

“Awalnya, fitur ini hanya digunakan untuk pribadi saja. Tapi saat tahu rekan kami yang juga berjualan online merasa sangat terbantu dengan tools yang kami buat, kami berpikir untuk serius mengembangkan sebagai bisnis yang menjanjikan,” ujar Rovan saat dihubungi DailySocial.id.

Pengalaman tersebut akhirnya melahirkan OrderOnline pada Juli 2018. Rovan menuturkan, visi OrderOnline adalah platform bisnis online yang membantu UMKM bertumbuh dengan menjawab setiap permasalahan yang benar-benar mereka alami secara langsung.

Solusi OrderOnline

OrderOnline membantu pebisnis dalam penjualan melalui form order, manajemen order, manajemen customer, dan manajemen tim. Tiap pengguna dapat membuat toko online sendiri berupa katalog atau landing page di website, lengkap dengan checkout page yang telah terintegrasi dengan fitur COD, e-payment, transfer antarbank, serta tersedia sistem manajemen usaha dan laporan penjualan otomatis.

Solusi yang ditawarkan ini bukanlah barang baru yang disediakan oleh startup SaaS di Indonesia. Rovan bilang, diferensiasi yang diunggulkan OrderOnline adalah pengguna dapat menggunakan checkout page dan menjadwalkan follow up pesanan via WhatsApp. “Kedua fitur ini sangat membantu social commerce atau UMKM yang berjualan di media sosial.”

Dia merinci, setelah penjual mengirimkan checkout page ini ke beragam media sosial, konsumer dapat langsung membeli di halaman tersebut tanpa repot. Kemudian, untuk melakukan follow up konsumer secara berkala dan otomatis di platform OrderOnline yang akan terkoneksi langsung ke WhatsApp. “Hal ini sudah terbukti dapat meningkatkan keberhasilan penjualan.”

Dia melanjutkan, “OrderOnline hadir untuk menyederhanakan dan memudahkan proses bisnis online dengan fitur all-in-one-nya. Tak hanya bicara mengenai penjualan, namun juga manajemen bisnis dan tim yang dapat membantu proses kerja bisnis itu sendiri setiap harinya.”

Tak hanya itu, dari sisi logistik turut menjadi perhatian OrderOnline. Terhitung, perusahaan logistik seperti SiCepat, JNE, J&T, SAP, dan Ninja Xpress telah bergabung dengan platform. Para pebisnis dapat memilih armada logistik yang dekat dengan area usahanya.

Seluruh solusi ini tersedia dalam bentuk berlangganan untuk jangka waktu per bulan atau per tahun. Ada tiga kategori yang tersedia, yakni Personal, Business, dan Enterprise dengan biaya mulai dari Rp149 ribu.

“Kami juga memiliki fitur reseller yang dapat membantu mereka membeli barang dalam jumlah yang besar hanya dengan melakukan pembelian via website. Selain itu, kami juga memiliki media edukasi khusus (e-course) di bidang bisnis yang dapat membantu para pengusaha memajukan bisnisnya dari berbagai aspek inti yang dibutuhkan.”

Rencana berikutnya

Meski tidak dirinci secara spesifik, diklaim GMV dari OrderOnline sendiri hampir menyentuh angka Rp300 miliar dengan volume order hingga 1 juta per bulannya. Profil penggunanya berasal dari para penjual di media sosial (social commerce), bukan marketplace yang tersebar di seluruh Indonesia.

Rovan mengatakan, pihaknya fokus pada segmen ini karena ada beberapa keunggulan yang tidak dimiliki marketplace dari sisi pengeluaran yang lebih minim dan tidak adanya persaingan harga. “Kami juga menyasar pebisnis pemula atau yang baru memulai usahanya dengan kemudahan dan otomatisasi bisnis yang kami tawarkan secara online dengan harapan UMKM akan mulai go digital.”

Rencana berikutnya, OrderOnline akan lini bisnis baru seperti e-course OCademy untuk kelas bisnis dan marketing, fulfillment untuk penyediaan gudang penyimpanan dan pengemasan barang, omnichannel untuk sinkronisasi stok lintas e-commerce dan marketplace, layanan ekspedisi OExpress untuk layanan pengiriman paket, hingga financing untuk pendanaan modal usaha seller. “Untuk lini-lini bisnis tersebut sebagian besar akan dimulai di tahun ini,” tutup Rovan.

Perusahaan masih sepenuhnya mengandalkan dana sendiri (bootstrapping) dalam operasional usahanya. Namun dengan skala bisnis yang semakin besar, maka tidak menutup kemungkinan OrderOnline akan menggalang pendanaan perdananya.

[Video] Potensi Platform SaaS untuk Pemasaran

DailySocial bersama Country Manager Insider Indonesia Arifin Iskandar membahas bagaimana Insider sebagai platform SaaS memberikan dampak bagi industri dan apa yang membedakan Insider dengan platform sejenis.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Ambisi Platform Deall Sejuta Cita Bantu Perusahaan Kurasi Talenta Terbaik

“Hiring today sucks” sebuah kalimat yang dilontarkan oleh Andhika Sudarman, seorang lulusan pascasarjana di Harvard Law School, juga perwakilan Indonesia pertama dalam sejarah yang terpilih untuk memberikan pidato pada upacara wisuda di kampus ternama itu.

Data dari BPS menunjukkan dari total 206,71 juta penduduk usia kerja, terdapat lebih dari 21 juta orang atau sekitar 10% yang terdampak pandemi Covid-19. Dampaknya pun beragam, ada yang masih berstatus pekerja dengan pengurangan jam kerja, ada yang sementara dirumahkan, bahkan lebih parah, ada yang kehilangan pekerjaan secara permanen.

Sementara banyak orang yang kesulitan mencari pekerjaan di tengah pandemi. Kemendikbudristek mengungkap sebanyak 1,7 juta mahasiswa jenjang sarjana lulus setiap tahunnya. Hal ini semakin menjadi beban bagi lulusan baru yang harus menghadapi tantangan mencari pekerjaan di tengah pandemi.

“Sebagai salah satu lulusan di era pandemi, saya bisa sepenuhnya merasakan pain poins terutama dari sisi talenta baru yang bingung mau mulai dari mana, perusahaan yang cocok seperti apa, serta kegundahan lainnya,” ungkap Andhika dalam wawancara singkat bersama tim DailySocial.id.

Selain itu, ia juga melihat dari sisi perusahaan juga mengalami kesulitan untuk menemukan talenta yang tepat. “Perusahaan membuka satu lowongan pekerjaan, lalu ada ratusan orang yang melamar. Dari angka tersebut mungkin hanya 1% memiliki kualifikasi yang sesuai,” ujarnya.

Berawal dari pengalaman dan pembelajaran pasar, Andhika kemudian mengembangkan sebuah platform yang diharapkan bisa menjadi solusi untuk para talenta muda berbakat di Indonesia dan juga perusahaan yang sedang merekrut. Deall SejutaCita menawarkan layanan yang bisa membantu perusahaan merekrut 1% talenta pilihan terbaik.

Deall SejutaCita menawarkan dua fitur utama, yaitu post jobs, dalam hal ini, perusahaan hanya akan melihat talenta terbaik yang sudah dikurasi dalam platform. Kedua, talent search seperti media sosial untuk para pencari kerja yang sudah dikurasi.

Hingga saat ini, terdapat lebih dari 2,5 juta talenta yang terdaftar di platform ini. Dari jumlah ini, akan dikurasi  dan diklasifikasi menjadi empat kategori yaitu 1%, 5%, 10%, dan 25%. Untuk talenta di luar 25% masih bisa mengikuti berbagai program pengembangan yang tersedia dan dapat diikuti melalui platform.

Selain menawarkan layanan rekrutmen terkurasi, timnya juga membantu dari sisi branding perusahaan, seperti mengadakan acara dan kampanye, termasuk webinar, lokakarya, kompetisi, dan acara CSR. Saat ini platform Deall SejutaCita tengah dalam pengembangan dan akan segera meluncurkan desain aplikasi terbaru mereka.

Sempat pivot

Mulai beroperasi pada Desember 2020, Deall SejutaCita (sebelumnya SejutaCita) mengawali bisnis sebagai platform pengembangan talenta. Layanan ini bertujuan untuk mendemokratisasi informasi event anak muda mulai dari webinar, kompetisi, kelas, konferensi, beasiswa, magang, dan banyak lagi. Harapannya, anak muda bisa menemukan lebih banyak kesempatan untuk membangun CV dan mengembangkan diri melalui aplikasi ini.

“Ketika masih mahasiswa, saya punya tekad untuk sukses, tetapi bingung bagaimana cara memulai. Juga bingung dan merasa hilang akan tujuan hidup, mau jadi apa. Itulah mengapa komunitas SejutaCita dibuat, agar teman-teman bisa mendapatkan informasi dan kesempatan membangun diri, membangun CV, dan mendapatkan pekerjaan yang baik pula nanti,” sebut Andhika yang saat ini menjadi CEO Deall SejutaCita.

Seiring pertumbuhan bisnis, perusahaan mengembangkan layanan menjadi platform pencari kerja. Andhika juga mengungkapkan bahwa solusi yang mereka tawarkan adalah B2B. Deall SejutaCita saat ini fokus menargetkan perusahaan yang ingin menemukan talenta terbaik untuk bisa bekerja di perusahaan mereka.

Meskipun begitu, perusahaan tidak semata-mata mengesampingkan fitur pengembangan talenta mereka. Terdapat berbagai program pelatihan (rekaman) yang dibuat oleh mentor-mentor yang telah bekerja sama dengan Deall SejutaCita. Sudah ada 4 mentor tetap dari perusahaan ternama seperti McKinsey, Google dan L’oreal untuk berbagi pengalaman dan pengarahan dalam proses pencarian kerja.

Belum lama ini, Deall SejutaCita berhasil masuk dalam program akselerator Y Combinator cohort W22. Dalam batch ini, ada 16 startup dari Indonesia yang turut bergabung, termasuk Bananas, Sribuu, PINA, Upbanx, dan lainnya. Selain mendapat pendanaan sebesar $125,000, startup juga akan memperoleh akses untuk mengikuti lokakarya pengembangan perusahaan, kurikulum global, serta mendapatkan dukungan dari jaringan mentor Y Combinator.

“Y Combinator itu seperti Harvard untuk startup. Bukan cuma ilmu yang ditawarkan, tetapi berikut lingkungan serta jaringan luas untuk bisa mengembangkan bisnis jauh lebih besar,” ungkap Andhika.

Selama lebih dari satu tahun beroperasi, perusahaan telah bertumbuh cukup pesat. Selain total talenta terdaftar yang mencapai 2,5 juta, layanan ini juga telah digunakan oleh lebih dari 30 perusahaan termasuk Tokopedia, Kitabisa.com, Ajaib dan Bobobox. “Kita bertumbuh mulai dari 4 orang sekarang menjadi 22 orang. Saat ini kita sedang fokus untuk menggaet lebih banyak mitra perusahaan dan talenta terbaik di Indonesia,” tambah Andhika.

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak platform job marketplace yang menawarkan layanan perekrutan dengan value added yang berbeda. Untuk pemain lokal juga ada beberapa platform yang menangani kebutuhan serupa seperti Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, dan beberapa lainnya.

Selama pandemi mereka juga cukup aktif membantu perusahaan untuk melakukan digitalisasi sistem HR. Misalnya yang dilakukan Urbanhire, kini mereka tidak hanya memosisikan diri sebagai portal lowongan pekerjaan saja, tetapi HR technology dan talent solutions, berkat kemitraan strategisnya dengan Mercer.

Application Information Will Show Up Here

CrediBook Closes Series A Round of 116 Billion Rupiah Led by Monk’s Hill Ventures

A digital bookkeeping SaaS startup, CrediBook, announced Series A funding of $8.1 million (over 116 billion Rupiah) led by Monk’s Hill Ventures, with participation from several former investors, including Insignia Ventures Partners and Wavemaker Partners. Both were invested in the $1.5 million pre-series A round that closed in January 2021.

The company will use the fresh fund for national expansion, technology development, employee recruitment. Furthermore, the expansion of CrediMart’s digital wholesale services, through the addition of product categories and conventional wholesale store partnerships along with the expansion of operational areas.

In an official statement, CrediBook’s Co-founder & CEO Gabriel Frans said, the company will focus on answering operational problems faced by wholesalers, as well as working on great potential in the wholesale segment through CrediMart. Based on the data he quoted, there are around 200 thousand wholesale businesses serving 65 million retailers in Indonesia, contributing more than 60% to GDP.

Moreover, based on non-agricultural MSME activities, the estimated size of the market is $260 billion. “This is a very large number, therefore, CrediBook wants to work on this potential through the launch of a digital wholesale service, CrediMart, in September 2021,” Gabriel said, Tuesday (5/4).

Solving the grocery’s operational issue

CrediMart was born from operational problems experienced by conventional wholesale stores that do not have similar digital wholesale services. For wholesalers, CrediMart provides an online ordering application to make it easier for wholesale stores to receive orders and stock management quickly, and is equipped with digital bookkeeping features. As for retail, CrediMart provides online wholesale shopping services, overdue payments, and next-day delivery services.

Since its launching, CrediMart has served around 60 thousand wholesalers and retailers spread across more than 40 cities. Its partners provide a variety of wholesale products, ranging from daily necessities, leading medicines, stationery and office supplies, to building materials. Its revenue growth is claimed to increase up to seven times, increase 50% daily sales of wholesale partners, and increase unique retail customers by 56%.

“Through the digital bookkeeping application, CrediBook wants business actors to have neat financial reports and facilitate access to financing. Meanwhile, CrediMart is increasing the digital capacity of conventional wholesalers through order management and store inventory. CrediMart’s wholesale partners also welcome the digital services we provide because CrediMart helps to improve their business from the aspect of daily sales.”

For CrediBook alone, it is claimed that 40% of its users come from districts and villages in Indonesia. This application has also helped wholesale and retail players make neat financial reports in less than five minutes and has been proven to help speed up the process of applying for People’s Business Credit (KUR).

Regarding this funding, Monk’s Hill Ventures Partner Susli Lie said, for the last two years his team has been observing Gabriel and the CrediBook team working to comprehensively digitize wholesalers. Currently, the process of procuring wholesale and retail goods is still performed manually and is in dire need of digitization. In terms of potential, there are more than 65 million MSME players can be targeted.

“CrediBook has identified issues that need to be resolved, there are operational efficiency (digital bookkeeping applications and digital wholesalers), access to financing, and encouraging expansion for wholesalers to larger retail customers. We are very pleased to be a part of CrediBook’s journey which has mapped the potential of digitizing bookkeeping and digital wholesalers in Indonesia,” Susli said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

CrediBook Tutup Pendanaan Seri A 116 Miliar Rupiah Dipimpin Monk’s Hill Ventures

Startup SaaS pembukuan digital CrediBook mengumumkan perolehan pendanaan Seri A sebesar $8,1 juta (lebih dari 116 miliar Rupiah) yang dipimpin Monk’s Hill Ventures, dengan partisipasi dari beberapa investor terdahulu, yaitu Insignia Ventures Partners dan Wavemaker Partners. Keduanya merupakan investor pada putaran pra-seri A sebesar $1,5 juta yang berhasil ditutup pada Januari 2021.

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar ini untuk ekspansi nasional, pengembangan teknologi, perekrutan karyawan. Lalu, ekspansi layanan grosir digital CrediMart, melalui penambahan kategori produk dan kemitraan toko grosir konvensional dan perluasan area operasional.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & CEO CrediBook Gabriel Frans mengatakan, perusahaan akan fokus menjawab masalah operasional yang dihadapi pelaku grosir, sekaligus menggarap potensi besar di segmen grosir melalui CrediMart. Berdasarkan data yang ia kutip, di Indonesia terdapat sekitar 200 ribu usaha grosir yang melayani 65 juta ritel dan berkontribusi lebih dari 60% terhadap PDB.

Lebih dari itu, berdasarkan aktivitas UMKM nonpertanian, estimasi besarnya pasar tersebut mencapai $260 miliar. “Angka ini sangat besar, sehingga CrediBook ingin menggarap potensi tersebut melalui peluncuran layanan grosir digital, CrediMart, pada September 2021 lalu,” kata Gabriel, Selasa (5/4).

Menyelesaikan isu operasional toko grosir

CrediMart lahir dari permasalahan operasional yang dialami toko grosir konvensional yang tidak memiliki layanan grosir digital sejenis. Bagi rekan grosir, CrediMart menyediakan aplikasi online ordering untuk permudah toko grosir menerima pesanan dan manajemen stok lebih cepat, serta dilengkapi dengan fitur pembukuan digital. Sementara bagi ritel, CrediMart menyediakan layanan belanja grosir online, pembayaran tempo, hingga layanan pengantaran next-day.

Sejak diluncurkan, CrediMart telah menggaet sekitar 60 ribu pelaku grosir dan ritel yang tersebar di lebih dari 40 kota. Para mitranya menyediakan beragam produk grosir, mulai dari kebutuhan sehari-hari, obat-obatan terkemuka, alat tulis dan perlengkapan kantor, hingga bahan bangunan. Pertumbuhan pendapatannya diklaim naik hingga tujuh kali lipat, meningkatkan 50% penjualan harian rekan grosir, dan meningkatkan unique retail customers hingga 56%.

“Melalui aplikasi pembukuan digital, CrediBook ingin pelaku usaha memiliki laporan keuangan yang rapi dan memudahkan akses pembiayaan. Sementara CrediMart meningkatkan kapasitas digital para pelaku grosir konvensional melalui manajemen pesanan dan inventaris toko. Rekan grosir CrediMart juga menyambut baik layanan digital yang kami sediakan karena CrediMart turut membantu meningkatkan bisnis mereka dari aspek penjualan sehari-hari.”

Untuk CrediBook sendiri, diklaim sebanyak 40% penggunanya berasal dari kabupaten dan desa di Indonesia. Aplikasi ini juga telah membantu pelaku grosir dan ritel membuat laporan keuangan yang rapi dalam waktu kurang dari lima menit dan terbukti bantu mempercepat proses pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Terkait pendanaan ini, Partner Monk’s Hill Ventures Susli Lie menuturkan, selama dua tahun terakhir pihaknya telah mengamati Gabriel dan tim CrediBook yang bekerja untuk mendigitalkan grosir secara komprehensif. Saat ini proses pengadaan barang grosir dan ritel masih dilakukan secara manual dan sangat membutuhkan digitalisasi. Bicara potensinya pun sangat besar ada lebih dari 65 juta pelaku UMKM yang dapat menjadi target pengguna.

“CrediBook telah mengidentifikasi masalah yang perlu diselesaikan, yaitu efisiensi operasional (aplikasi pembukuan digital dan grosir digital), akses pembiayaan, dan dorongan ekspansi bagi pelaku grosir ke pelanggan ritel yang lebih besar. Kami sangat senang menjadi bagian dari perjalanan CrediBook yang telah memetakan kembali digitalisasi pembukuan dan grosir digital di Indonesia yang berpotensi,” ujar Susli.

***
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Application Information Will Show Up Here

[VIDEO] Berkunjung ke Kantor majoo Indonesia

DailySocial mendapat kesempatan mengunjungi kantor majoo Indonesia (majoo). majoo adalah sebuah aplikasi yang mencoba memudahkan para pelaku UKM dalam mengelola bisnis.

Terletak di kawasan Prapanca, Jakarta Selatan, kantor majoo mengusung konsep modern industrial dengan desain mural di tiap lantainya yang memiliki tema berbeda-beda.

Simak liputan lengkap jalan-jalan DailySocial bersama Adi Wahyu Rahadi, CEO majoo.

Untuk video menarik lainnya seputar program jalan-jalan ke kantor startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV dalam sesi DStour.

Qiscus Luncurkan Platform CRM, Bantu Bisnis Tingkatkan Interaksi dengan Pelanggan

Setelah sebelumnya terintegrasi dengan platform CRM (Customer Relationship Management) eksternal, Qiscus meluncurkan platform CRM miliknya sendiri. Startup yang menyajikan platform omnichannel untuk menghubungkan berbagai platform pesan di satu dasbor ini ingin menyelaraskan produk dengan kebutuhan bisnis yang kini makin masif memanfaatkan fitur digital di berbagai lini.

Secara khusus Qiscus CRM terintegrasi ke platform omnichannel. Kendati demikian, integrasi ke layanan eksternal seperti Sales Force dan Microsoft Dynamics tetap bisa dilakukan oleh pelanggan. Rencananya perusahaan akan mulai agresif memasarkan fitur ini kepada target pengguna di kuartal dua mendatang.

Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa startup yang fokus mengembangkan platform CRM, salah satunya Qontak yang kini sudah menjadi bagian dari grup Mekari.

“Penting bagi pelaku bisnis untuk meraih lebih banyak pelanggan, memantau proses penjualan secara menyeluruh, dan mengelola informasi pelanggannya. Maka dari itu, Qiscus berupaya memberikan solusi bagi bisnis dengan meluncurkan CRM yang dapat diintegrasikan dengan omnichannel chat,” kata Co-Founder & CTO Qiscus Evan Purnama.

CRM difungsikan untuk dapat membantu bisnis mengelola hubungan dan interaksi dengan pelanggan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk mengelola proses penjualan dan membantu pencatatan data pelanggan.

Selain membantu proses sales, Qiscus CRM juga dapat digunakan bisnis untuk membuat campaign record terkait strategi pemasaran dan mendapatkan wawasan dari data yang tercatat. Wawasan ini akan memudahkan bisnis untuk mengetahui strategi pemasaran yang berhasil dan yang tidak. Data CRM juga dapat membantu perusahaan untuk mengetahui bagian mana yang perlu dioptimalkan.

Inovasi Qiscus selama pandemi

Untuk membantu bisnis menjalankan bisnis saat pandemi, Qiscus secara rutin meluncurkan berbagai produk dan fitur. Mulai dari Qiscus Robolabs, yakni add-on chatbot builder untuk memberi kemudahan bagi bisnis untuk membuat chatbot sendiri tanpa harus melakukan pemrograman dan cukup mengandalkan Microsoft Excel.

Tahun lalu Qiscus juga telah meluncurkan layanan integrasi Instagram Messaging API lewat solusinya. Integrasi tersebut memungkinkan pengguna mengakses Direct Message dan berbagai platform messaging lainnya melalui satu dasbor saja. Peluncuran ini diumumkan Qiscus seiring telah dirilisnya fase satu Instagram Messaging API secara global oleh Facebook.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Qiscus Delta Purna Widyangga mengungkapkan, hingga saat ini Qiscus telah membantu berbagai bisnis dengan 1000+ klien di lebih dari 10 negara dan seluruh Indonesia. Qiscus juga telah menghadirkan timely conversations at scale dengan lebih dari 50 juta pengguna dan 1 miliar pesan di berbagai fungsi bisnis di lebih dari 20 industri berbeda.

“Kami beruntung bahwa Qiscus terus tumbuh dengan baik di tengah pandemi. Strategi utama kami adalah membantu klien di industri yang terdampak pandemi. Kami juga memfokuskan pertumbuhan kami untuk membantu klien yang industrinya terus berkembang seperti industri kesehatan, asuransi, pendidikan, dan lainnya.”

Application Information Will Show Up Here