Layanan E-Commerce iLotte Masuk Fase “Open Beta”, Sudah Melayani Transaksi (UPDATED)

Setelah melakukan proses pengembangan dan persiapan sejak tahun 2016, saat ini situs layanan e-commerce joint venture Salim Group dan Lotte Group iLotte sudah tampil live dan siap menerima transaksi (pembelian dan pembayaran). Layanan e-commerce, yang hampir semuanya menyediakan produk dan brand milik Salim Group ini sudah dalam versi open beta dan disebutkan akan meluncur resmi akhir tahun atau awal tahun 2018 mendatang.

Kehadiran PT Indo Lotte Makmur, sebagai pemilik brand iLotte, merupakan bagian ekspansi digital Salim Group yang cukup gencar tahun ini. Menariknya, Salim Group disebutkan baru mengakuisisi kepemilikan SK Planet di Elevenia dan kehadiran iLotte bakal melengkapi portofolio Salim Group di industri e-commerce.

Karena Elevenia berkiprah di sektor C2C, sementara iLotte tampaknya bersifat B2C, sangat menarik melihat peta persaingan industri e-commerce di masa mendatang, apalagi Alibaba, pemilik mayoritas layanan B2C Lazada, baru saja masuk sebagai pemegang saham minoritas layanan C2C Tokopedia.

 

SK Planet Disebutkan Keluar dari Elevenia, Jual Sahamnya ke Salim Group

Menurut informasi yang diperoleh dari media Korea Selatan Pulse, SK Planet saat ini dalam proses reposisi bisnis-bisnisnya di luar negeri yang diawali dengan penjualan seluruh sahamnya di Elevenia ke Salim Group. Salim Group sendiri, dalam usaha terpisah, sedang mengembangkan layanan marketplace bersama Lotte Group.

Elevenia adalah joint venture 50-50 SK Planet dan XL Axiata, dengan total suntikan dana hingga kini mencapai hampir 2 triliun Rupiah. Meskipun Elevenia dianggap sukses secara volume transaksi, karena diklaim berada di posisi tiga besar, tetapi hasil tersebut tidak bisa diterjemahkan sebagai pemasukan bagi perusahaan.

Indonesia disebut sebagai exit pertama SK Planet di Asia Tenggara. Setelah Elevenia, SK Planet disebutkan bakal menjual bisnisnya di Malaysia, Thailand, dan Turki.

Keluarnya SK Planet dari Elevenia adalah pukulan telak bagi XL Axiata yang juga telah memberikan “rambu kuning” untuk bisnis digitalnya. Disebutkan SK Planet sendiri di negara asalnya sedang dalam proses penjualan saham ke Lotte Group. Bisa saja nantinya iLotte, yang baru saja memasuki tahap beta, dan Elevenia menjadi entitas gabungan jika keduanya benar-benar dikuasai Salim Group dan Lotte Group.

Application Information Will Show Up Here

Menelusuri Arah Grup Salim Kuasai Dunia Digital

Berbicara mengenai betapa besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia sebagai the next big thing, sudah banyak data acuan yang berseliweran mencoba untuk membuktikannya. Semua pihak pun sadar, tak terkecuali Grup Salim, salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia.

Nama Grup Salim, cukup tersohor lewat berbagai anak usahanya Indofood Sukses Makmur yang merupakan produsen mi instan dengan nama merek dagang Indomie. Untuk sektor ritel, Grup Salim memiliki Indomaret dengan total sekitar 14 ribu gerai tersebar di seluruh Indonesia.

Sedangkan sektor otomotif, ada Indomobil dengan berbagai anak usaha bergerak sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) dan perusahaan multifinance untuk menyokong bisnisnya.

Bagaimana langkah yang diambil Grup Salim untuk ikut terjun ke dalam ekosistem dunia digital? Grup Salim lebih memilih strategi awal dengan mendirikan perusahaan patungan bersama mitra dari luar negeri dan berinvestasi langsung lewat anak usahanya. Terlihat dari aksinya saat terlibat investasi di Rocket Internet untuk pengembangan solusi pembayaran online dan mobile dalam negara berkembang pada 2014.

Grup Salim masuk ke Rocket Internet lewat anak usaha telko berbasis di Filipina, Philippine Long Distance Telephone Company (PLDT). Saat itu, PLDT menyuntikkan dana investasi sebesar 333 juta Euro atau senilai kepemilikan 10% saham di Rocket Internet. Meskipun saat ini investasinya di Rocket Internet belum menunjukkan hasil, malah semakin rendah karena performa saham Rocket Internet yang tidak kunjung membaik, Grup Salim tampak sudah siap untuk terjun lebih dalam di dunia digital.

Rekam jejak Grup Salim mulai kencang ketika mengumumkan kemitraannya dengan berbagai perusahaan asal Jepang demi menguatkan ekosistem layanan e-commerce yang sedang dirintisnya. Salah satunya adalah kemitraan mendirikan perusahaan patungan antara Indomobil dengan Seino Holdings pada 2015.

Dalam wawancara dengan Nikkei, Chairman dan CEO Grup Salim Anthoni Salim mengatakan pihaknya siap bersaing di dunia e-commerce Indonesia, yang terbilang baru saja dimulai. Menurutnya, jika ingin sukses, logistik, manajemen transportasi, dan infrastruktur IT harus sangat kuat.

Alasan itulah yang melandaskan terjadinya kemitraan dengan Seino. Dia menilai Seino memiliki banyak tenaga engineer dan pengalaman berkutat dengan perusahaan IT.

“Perusahaan Jepang banyak memiliki produk yang bagus, proses yang baik, dan yang terpenting adalah pengalamannya. Di sisi lain, dalam negara berkembang seperti ASEAN, dengan populasi sekitar 600 juta menyimpan potensi yang besar. Ini sangat baik untuk menjembatani [keduanya]. Kami sudah beroperasi di lebih dari 40 negara dan kami ingin tumbuh dalam kancah regional demi menjaga keseimbangan,” kata Anthoni.

Setelah mendirikan anak usaha patungan di sektor otomotif, Grup Salim mengumumkan kerja sama patungan lainnya lewat anak usaha PT Indomarco Prismatama, operator waralaba Indomaret, dengan Lotte untuk mendirikan platform e-commerce iLotte (Indo Lotte Makmur).

Nantinya, layanan e-commerce patungan tersebut akan fokus menyediakan barang kosmetik untuk perempuan dari merek Korea Selatan sekaligus menghubungkannya dengan gerai Lotte.

Perusahaan patungan berikutnya yang didirikan adalah PT Indoliquid Technology Sukses, hasil kemitraan dengan Liquid Inc Japan untuk mengembangkan teknologi biometrik. Tujuan yang ingin disasar lewat kemitraan tersebut adalah Grup Salim dapat menyediakan platform otentikasi untuk pembayaran yang fleksibel dan efisien di seluruh Indonesia.

Gebrakan besar Grup Salim lewat akuisisi Bank Ina Perdana

Sektor keuangan menjadi pilar utama yang memayungi seluruh lini bisnis karena di sanalah bisnis sebenarnya berada. Bisnis seperti tidak banyak berarti, bila suatu konglomerasi tidak memiliki anak usaha yang bergerak di sektor keuangan.

Taktik yang digunakan Grup Salim lewat mendirikan berbagai perusahaan patungan dari berbagai sektor sebagai bagian mempersiapkan diri dari dunia digital, semakin terasa lengkap dengan pengumuman akuisisi oleh Grup Salim terhadap bank beraset mini Bank Ina Perdana pada awal tahun ini.

Grup Salim masuk ke Bank Ina Perdana lewat perusahaan afiliasinya, di antaranya Indolife, Samudra Biru, dan Gaya Hidup.

Sebelumnya, Grup Salim pernah memiliki anak usaha di jasa keuangan yakni BCA. Namun, harus terpaksa harus dilepas ketika Indonesia mengalami krisis moneter di 1998.

Lantaran pengumuman ini masih baru, belum banyak hal yang bisa digali lebih dalam. Hanya saja, ada gambaran besar yang bisa terlihat dari aksi tersebut, yakni ada ambisis besar Grup Salim membuat “BCA kedua”.

Mereka ingin mentransformasikan pembayaran secara non tunai dengan mengembangkan layanan internet banking, mobile banking, e-money, dan lainnya. Berikutnya mereka ingin menghubungkannya dengan jaringan gerai Indomaret yang kini sudah menjadi poin pembayaran transaksi digital.

Sentuh dunia startup lewat Block71

Pendekatan Grup Salim dalam upayanya membentuk ekosistem dunia digital kini mulai bergeser ke ranah startup lewat pengumuman keterlibatannya di pusat komunitas Block71 di Jakarta bersama NUS Enterprise.

Direktur Eksekutif Grup Salim Axton Salim mengatakan inisiatif ini dilakukan karena pihaknya ingin mendukung para wirausahawan sekaligus mendorong perkembangan baru di Indonesia. Dengan fasilitas bantuan jaringan dan pengalaman grup diharapkan akan mendorong masuknya startup dan inovasi ke pasar lokal dan memberi manfaat bagi masyarakat luas.

Axton, seperti halnya Martin Hartono, John Riady, atau Alvin Sariaatmadja, menjadi penerus konglomerasi keluarga yang ingin mencoba peruntungan di dunia digital. Menurut Axton, Block71 dipilih sebagai mitra karena telah memiliki jaringan startup global yang bisa membantu mendorong startup Indonesia mengglobal.

“Kalau untuk startup Indonesia itu kami lihat banyak ide-ide baru. Jadi kami bekerja sama dengan NUS Enterprise agar bisa membawa pasar Indonesia ke Singapura, Tiongkok, dan San Fransisco,” kata Axton, seperti dikutip dari Katadata.

Meskipun agak terlambat, dibanding konglomerasi lainnya, gerakan Grup Salim cukup gesit. Dalam waktu tiga tahun, Grup Salim sudah memiliki berbagai tambahan anak usaha berkat afiliasi dengan perusahaan teknologi di luar negeri.

Ke depannya, grup konglomerasi besar bakal bergantung pada startup untuk berinovasi di sektor teknologi.

Seperti halnya EMTEK yang mulai melengkapi kepingan roadmap teknologinya dengan BBM sebagai perekat, Grup Salim yang memiliki pengalaman panjang di dunia ritel menganggap value chain pendukung industri e-commerce adalah hal penting. Salah satunya adalah investasinya ke layanan logistik Popbox yang mengembangkan smart locker sebagai tempat penyimpanan dan pengiriman barang.

I think opportunity banyak, honestly opportunity banyak. That’s why we start investing,” ujar Axton, kepada Katadata, soal peluang dan langkah Grup Salim menapaki dunia digital Indonesia.

Hadir Sebagai Pusat Komunitas Startup Indonesia dan Singapura, BLOCK71 Jakarta Diresmikan

Berfungsi lebih dari sekedar coworking space, community builder BLOCK71 diresmikan kehadirannya di Jakarta. Diadaptasi dari kesuksesan BLOCK71 di pusat kewirausahaan Singapura, BLOCK71 Jakarta merupakan fasilitas inkubator dengan luas area 1.500 meter persegi yang terletak di kawasan Kuningan Jakarta.

Berbeda dengan fungsi coworking space yang bisa digunakan oleh semua orang, BLOCK71 mengklaim hanya startup terpilih yang bisa memanfaatkan semua fasilitas di BLOCK71 dan bersifat non-profit.

BLOCK71 Jakarta hadir untuk mendukung inovasi dan pengembangan kewirausahaan di Singapura dan Indonesia, dengan menjadi ecosystem builder dan global connector, yang mengkatalisasi dan menghubungkan para pelaku startup. Konektivitas ini yang kemudian dicoba untuk dihadirkan oleh BLOCk71, sebagai jembatan untuk mempertemukan pelaku startup Singapura dan Indonesia dalam komunitas BLOCK71.

“BLOCK71 Jakarta memungkinkan para wirausahawan dan inovator dari Singapura dan Indonesia untuk bekerja sama dan memanfaatkan pengalaman serta sumber daya NUS Enterprise dan Salim Group,” kata CEO NUS Enterprise Dr Lily Chan.

BLOCK71 Jakarta merupakan kerja sama antara NUS Enterprise dan Salim Group yang nantinya bakal menghadirkan jaringan yang komprehensif, termasuk para investor, mitra usaha, mentor, dan industri. Selain itu NUS Enterprise juga menyelenggarakan berbagai program dukungan inkubasi untuk membantu para wirausahawan memulai dan mengembangkan ide mereka.

“Kami memulai inisiatif ini karena kami ingin mendukung para wirausahawan sekaligus mendorong perkembangan baru di Indonesia. Jaringan dan pengalaman Salim Group akan memfasilitasi masuknya startup dan inovasi ke pasar lokal dan memberi manfaat bagi masyarakat di sini,” kata Direktur Eksekutif Salim Group Axton Salim.

Membuka kesempatan startup Indonesia bergabung

Sejak didirikan pada bulan Maret 2017 saat ini ada lebih dari 20 startup bergabung dengan BLOCK71, separuhnya berasal dari Singapura. Beberapa startup termasuk Carro (dealer kendaraan generasi mendatang dan pemodal otomatis), Viddsee (sebuah platform video online), Circles.Life (operator telekomunikasi digital), HelloBill (startup mobile dengan metode POS), perusahaan pslove (pencipta koyo terapi panas) dan 8villages (portal pemberdayaan masyarakat pedesaan).

Meskipun hanya untuk kalangan terbatas, BLOCK71 masih terus membuka kesempatan untuk startup bergabung dengan mendaftarkan diri menjadi bagian dari komunitas.

“BLOCK71 Jakarta terbuka untuk semua startup dan wirausaha yang ingin menjajaki pasar Indonesia. Secara khusus, kami sangat menyarankan perusahaan yang mengembangkan solusi teknologi inovatif dengan potensi skala global, untuk mendaftar dan bergabung dengan BLOCK71 Jakarta,” tutup Lily Chan.

Salim Group Siap Rambah Perbankan Digital di Indonesia

Besarnya peluang sektor perbankan digital saat ini menjadi salah satu alasan mengapa akhirnya Salim Group mengakuisisi 51 persen saham Bank Ina Perdana dengan nilai yang diperkirakan mencapai 42 juta dolar AS atau setara Rp570 miliar. Akuisisi ini dilakukan sebagai upaya Salim Group memperkuat layanan e-payment untuk bisnis online.

“Menjadi masuk akal bagi kami untuk kembali fokus ke perbankan karena transaksi yang dilakukan bank saat ini cukup besar,” kata salah seorang eksekutif Salim Group kepada Nikkei.

Makin meningkatnya penetrasi smartphone membuktikan layanan e-payment semakin dibutuhkan, dalam hal ini sektor perbankan di Indonesia masih memiliki posisi krusial untuk pengembangan layanan e-payment. Keputusan Salim Group untuk mengoperasikan bank milik sendiri karena sangat penting untuk menjalankan bisnis digital end-to-end.

Mengembangkan layanan bank digital di Indonesia

Setelah mengakuisisi Bank Ina Perdana, Salim Group memiliki kesempatan untuk mengembangkan layanan e-payment menargetkan pemain skala kecil dengan menghadirkan layanan keuangan seperti pembayaran elektronik dan pinjaman peer-to-peer, yang saat ini makin marak bermunculan di tanah air. Untuk melancarkan rencana tersebut, melalui Indomaret, yang saat ini telah memiliki jaringan di seluruh Indonesia berjumlah 14 ribu gerai, bakal diterapkan teknologi pengenalan sidik jari yang dikembangkan oleh perusahaan patungan antara Salim Group dengan Liquid yang berbasis di Tokyo.

Untuk uji coba, Salim Group akan mulai menguji layanan baru secara internal untuk 500 ribu karyawannya pada paruh kedua tahun 2017. Nantinya karyawan Salim akan membuka rekening bank di Bank Ina dan membayar barang di Indomaret menggunakan pembaca sidik jari yang terhubung dengan rekening mereka.

Salim Group juga berencana untuk mengembangkan layanan peer-to-peer transfer uang dan pinjaman melalui gerai indomaret yang berfungsi sebagai cabang dari bank. Hal tersebut diungkapkan oleh  Presiden bank Ina Edy Kuntardjo. Kegiatan tersebut akan mulai diimplementasikan pada tahun 2018 mendatang. Saat ini Bank Ina masih terus berbenah terkait sistem utama dari perbankan, untuk meningkatkan proses transaksi yang nantinya akan dilakukan melalui Indomaret.

Langkah Salim Group ini menambah daftar panjang usahanya memasuki bisnis berbasis teknologi di Indonesia. Salim dan Lotte saat ini sedang membangun layanan e-commerce Indo Lotte. Mereka juga membawa co-working space Block 71 ke Indonesia.

Maraknya layanan perbankan digital lokal hingga asing di Indonesia

Bukan hanya Salim Group dengan Bank Ina Perdana yang membidik layanan perbankan digital di Indonesia, bank lokal dan bank asing lainnya juga sudah mempersiapkan perbankan digital.

Salah satu bank asing yang mulai serius merambah layanan pembayaran digital, adalah Digibank milik bank DBS (Singapura) diperkenalkan ke publik India April 2016 silam. Digibank disebut-sebut menjadi satu-satunya layanan mobile-only bank yang ada saat ini. Dengan dilengkapi teknologi AI (Artificial Intelligence) untuk membantu para penggunanya, Digibank mencoba menghadirkan pengalaman baru dalam dunia perbankan.

Bank lokal lainnya yang saat ini sudah menunjukkan niatnya untuk menjadi bukan sekedar bank biasa adalah bank BTPN, yang menawarkan terobosan baru dalam dunia perbankan berbentuk aplikasi yang dirancang dapat membantu masyarakat dalam mengatur finansial pribadi lebih mudah lewat perangkat smartphone, dinamai Jenius.

Produk terkini yang sempat dipuji oleh Menkominfo Rudiantara, dibuat untuk menyasar segmen orang dengan mobilitas tinggi dan akses ke konektivitas internet.

Meskipun masih dalam pengembangan, besarnya peluang dan faktor pendukung yang ada bisa menjadi kunci utama Salim Group memasuki perbankan digital di Indonesia.

IDMarco, Layanan E-commerce B2B dari Salim Group

Perusahaan konglomerat Indonesia, Salim Group meluncurkan layanan e-commerce IDMarco yang menyasar target pasar B2B. Langkah ini merupakan usaha Salim Group mengejar ketinggalannya dalam memasuki segmen digital. Salim sendiri telah menyiapkan layanan e-commerce ritel hasil joint venture dengan Lotte Korea Selatan yang siap beroperasi tahun ini dan co-working space Block 71 Jakarta.

Kepada DailySocial, President Director IDMarco Budhi Wibawa menyebutkan layanan terbaru Salim Group ini hadir demi menjawab kebutuhan pasar untuk berbelanja grosir yang mudah, aman, cepat, dengan harga bersaing, sebagai bagian dari digital transformasi yang sedang dilakukan.

“IDMarco bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan di dalam Salim Group untuk penyediaan produk-produk seperti FMCG (Fast Moving Consumer Goods) yang kami jual dalam bentuk grosir secara online.”

Secara khusus IDMarco menyediakan produk beragam untuk pemilik warung, UKM, perusahaan, dan komunitas serta individual yang ingin berbelanja grosir. Produk-produk yang dijual saat ini adalah produk yang diproduksi atau didistribusikan Salim Group.

“Ke depannya kami juga akan memasarkan produk-produk di luar FMCG dan juga tidak menutup kemungkinan produk dari luar group kami,” kata Budhi.

Untuk logistik dan pengiriman, IDMarco memanfaatkan tim internal yang ada, namun untuk memberikan layanan lebih kepada pembeli IDMarco juga melancarkan kemitraan dengan layanan logistik pihak ketiga.

“Pengiriman barang dilakukan oleh tim internal di Salim Group dengan semua sistem yang sudah terintegrasi. Kami di IDMarco melakukan monitoring dan memastikan bahwa pengiriman sesuai dengan SLA yang sudah dijanjikan kepada konsumen. Disamping itu kami juga menjalin kerja sama dengan pihak ketiga untuk melengkapi solusi dan cakupan area kami,” kata Budhi.

Untuk pilihan pembayaran, IDMarco menyediakan pilihan bank transfer, internet banking, virtual account, dan kartu kredit yang didukung oleh beragam mitra bank. Rencananya IDMarco juga akan mengembangkan pilihan pembayaran dengan menggandeng partner penyedia jasa pembayaran yang diminati pasar.

Memperluas wilayah layanan

Untuk memaksimalkan layanan yang ada, saat ini IDMarco baru menyediakan layanan kepada pembeli di kawasan Jabodetabek. IDMarco berencana memperluas wilayah layanan di semua kota-kota besar di Indonesia dan kemudian seluruh Indonesia secara merata di tahun 2017 ini.

Meskipun masih terbilang baru dan belum secara resmi diluncurkan, saat ini IDMarco telah melakukan kegiatan pemasaran secara offline. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan target pasar yang dituju.

“Untuk jangka panjang, kami akan seimbangkan dengan strategi online untuk menyasar komunitas dan UKM yang memang sudah berjualan secara online,” tutup Budhi.

Kembangkan Teknologi Biometrik, Salim Group Dirikan Perusahaan Joint Venture

Sebagai salah satu konglomerat besar di Indonesia, Salim Group mulai mengembangkan teknologi terkini dengan menggunakan teknologi biometrik dengan mendirikan perusahaan joint venture bersama Liquid Inc Japan (Liquid). Perusahaan yang bernama PT Indoliquid Technology Sukses (Indoliquid) ini nantinya akan mengombinasikan teknologi dari Liquid yang mampu melakukan otentikasi biometrik dalam skala besar dengan tingkat akurasi dan kecepatan tinggi.

Teknologi tersebut akan digunakan untuk berbagai macam industri seperti manufaktur, agribisnis, distribusi, jasa keuangan, ritel hingga layanan e-commerce. Kerja sama ini sebelumnya telah dijalin sejak bulan November tahun lalu, namun awal tahun 2017 kolaborasi kedua perusahaan kembali diperkuat.

“Kami sangat gembira dalam pembentukan joint venture dengan Salim Group, sebagai mitra terbaik untuk teknologi kami dan pilihan berkolaborasi. Melalui joint venture ini, kami dapat menyediakan platform otentikasi yang fleksibel dan efisien di seluruh wilayah Indonesia. Kami merasa terhormat dan juga menanti untuk mengembangkan platform pembayaran next generation dan platform bisnis di Indonesia, yang akan memberikan kontribusi untuk mendukung gaya hidup masyarakat dan memiliki dampak bisnis besar di Indonesia,” kata CEO Liquid Inc. Jepang Yasuhiro Kuda.

Sebelumnya Liquid yang berbasis di Jepang telah berhasil mengembangkan platform otentikasi biometrik untuk proses pembayaran hanya dengan menggunakan sidik jari di taman hiburan. Selain sidik jari nantinya teknologi tersebut juga bakal digunakan untuk pengenalan wajah, identifikasi dan verifikasi. Teknologi tersebut juga bisa digunakan untuk layanan perbankan seperti pergantian kartu ATM, sehingga pengguna tidak lagi harus menggunakan kartu, PIN dan password ketika akan mengambil uang di ATM. Teknologi tersebut saat ini juga sudah banyak digunakan di mesin ATM di Jepang.

Integrasi dalam jaringan bisnis Salim Group

Biometrics Athentication Devices

Dengan mengembangkan teknologi biometrik tersebut Salim Group berencana untuk melakukan integrasi dengan keandalan jaringan bisnis Salim Group di pasar Indonesia dan sektor perdagangan internasional, meliputi Indofood (FMCG, dengan merek utama Indomie), Indomobil (otomotif), Indomaret dan Indomarco (ritel dan distribusi).

Dalam hal ini Salim Group bakal mengembangkan teknologi tersebut untuk platform pembayaran yang aman, untuk keperluan seperti belanja online, transaksi perbankan dan e-money dan kemajuan teknologi, pasar biometrik diharapkan dapat terus berkembang dan tumbuh secara global.

“Melalui joint venture ini, kami akan memberikan kepada konsumen, platform otentikasi yang dapat diandalkan. Dengan keahlian dari Liquid Inc dalam menciptakan platform otentikasi biometrik berskala besar dan pengalaman kami dalam mengelola jaringan bisnis berskala besar, kami percaya platform ini akan membawa manfaat bagi konsumen kami dan ekosistemnya,” ujar Chairman Salim Group Anthoni Salim.

Selanjutnya Indoliquid akan mengembangkan dan mempromosikan platform generasi selanjutnya dari distribusi, teknologi pembayaran untuk aplikasi biometrik yang akan memberikan kontribusi untuk situs layanan e-commerce dan e-payment di toko-toko ritel di Indonesia dan pasar global.

Salim Group Kian Mantapkan Langkah di Segmen E-Commerce O2O

Februari lalu Salim Group dikabarkan telah menandatangani kesepakatan dengan  salah satu raksasa ritel Korea Selatan Lotte Group untuk bersama-sama menggarap pasar e-commerce. Kesepakatan tersebut menghasilkan sebuah perusahaan Join Venture (JV) yang diperkirakan akan segera beroperasi di awal tahun 2017. Dan baru-baru ini dikabarkan perusahaan milik konglomerat Anthoni Salim tersebut telah berhasil mengamankan 50 persen kepemilikan atas perusahaan JV tersebut.

Seperti diberitakan DealStreetAsia, perusahaan JV yang baru akan melibatkan PT Indomarco Prismatama. Dengan keterangan ini tampak jelas bahwa kemungkinan perusahaan e-commerce baru akan mengandalkan jaringan retail  yang tersebar di seluruh Indonesia, dan prediksi perusahaan JV ini mengandalkan konsep online-to-offline (O2O) mendekati kebenarannya. Sementara kabar mengenai detil kolaborasi dan nilai investasi keduanya belum dipublikasikan.

“Kami masih berbicara dengan Lotte. Nilai kesepakatan belum diputuskan, tapi saya percaya itu cukup besar, ” ujar Salim.

Kerja sama dengan ini merupakan salah satu dari sejumlah rencana ekspansi yang telah disiapkan pihak Lotte Group. Dengan menyasar salah satu sektor pasar potensial di ranah e-commerce. Perkembangan infrastruktur internet, tingginya tingkat adopsi perangkat mobile seperti smartphone, dan perkembangan pasar e-commerce menjadi beberapa alasan mengapa Salim Group berusaha menghadirkan platform e-commerce.

Dengan kurang lebih gerai 11.000 Indomaret yang ada tersebar di seluruh Indonesia dan jaringan Lotte yang memiliki department sore, 41 toko ritel, 31 franchise cepat saji dan sejumlah bisnis lainnya perusahaan e-commerce hasil JV ini setidaknya akan mengganggu dominasi pemain yang lebih dulu beroperasi.

Jika melihat pergerakan yang dilakukan MatahariMall, JD dan Blibli akhir-akhir ini gelaran diskon atau perang harga masih menjadi salah satu strategi untuk meraup banyak kunjungan dan pembeli. Tetapi selain itu gerakan MatahariMall dengan memberikan opsi kredit tanpa kartu kredit dan asuransi untuk transaksi juga bisa menjadi cara lain menarik perhatian pengguna.

Kami sempat memprediksikan bahwa melihat bagaimana Elevenia membangun bisnisnya, setidaknya perusahaan JV ini membutuhkan kucuran dana sebesar Rp 1,5 triliun untuk bisa mengejar ketertinggalan start dari perusahaan-perusahaan yang lebih dulu beroperasi.

Platform E-commerce Joint Venture Salim Group dan Lotte Akan Beroperasi 2017

Salah satu keluarga konglomerat Indonesia Salim telah menandatangani persetujuan pembentukan Joint Venture (JV) e-commerce dengan raksasa ritel Korea Selatan Lotte. Kolaborasi ini akan memanfaatkan jaringan ritel Lotte di Indonesia dan jaringan Salim Group yang diperkirakan mulai beroperasi di awal tahun depan (2017). Kerja sama Salim dan Lotte bakal menjadi JV Indonesia-Korea Selatan kedua di sektor e-commerce setelah Elevenia.

Berdasarkan pemberitaan media Korea Selatan kemarin (22/2), Chairman Lotte Group Shin Dong-bin dan Chairman Salim Group Anthoni Salim telah sepakat melahirkan bisnis baru melalui JV yang akan terjun di industri e-commerce. Di bulan September lalu, Anthoni bulan September lalu memang menegaskan rencana Salim Group memasuki pasar e-commerce Indonesia, seperti halnya sejumlah konglomerat lain, dan kemitraan dengan Lotte menjadi realisasinya.

Tak ada kata terlambat, pihaknya menargetkan mampu meraup kue dari total nilai industri yang diharapkan bernilai $20 Miliar pada tahun 2020 nanti. Sejauh ini tidak disebutkan berada modal yang bakal dikuncurkan untuk JV ini, tapi melihat bagaimana Elevenia membangun bisnisnya, setidaknya 1,5 triliun Rupiah harus disiapkan JV ini untuk mengejar ketertinggalan dibanding layanan e-commerce yang sudah ada.

Sejauh ini Lotte tercatat memiliki satu department store, 41 toko ritel, 31 franchise restoran cepat saji, dan lainnya di Indonesia. Sementara Salim Group memiliki cabang bisnis yang beragam seperti pangan, infrastruktur, logistik, telekomunikasi, media, dan real estate. Salim juga memiliki 11.000 gerai Indomaret yang akan menjadi bagian rencana besar solusi platform e-commerce masa depan ini.

Melalui Indomaret, nampaknya kedua belah pihak akan mengimplementasikan konsep O2O (online-to-offline) yang terintegrasi dengan seluruh toko ritel Lotte dan memperkenalkan jajaran produk terbaik dan terbaru melalui platform e-commerce tersebut.

Di bawah kepemimpinan Shin, Lotte memang telah agresif menyasar pasar Asia Tenggara terutama Indonesia sebagai pasar kunci bisnisnya. Deal Street Asia mengelaborasikan bahwa skemanya kali ini didasari kesempatan yang terbuka dari populasi dan demografi Indonesia yang sangat potensial. Momentum yang turut dimanfaatkan adalah rampungnya roadmap e-commerce yang memberi kejelasan dan masa depan industri ini untuk pembangunan ekonomi digital nasional.

Grup Salim Siap Berpartisipasi di Ranah E-Commerce di Indonesia

/ Shutterstock

Sudah bukan rahasia lagi ranah e-commerce di negara telah berkembang menjadi tambang emas baru yang menggiurkan, termasuk di Indonesia. Faktanya, terhitung sudah ada delapan perusahaan besar yang telah melebarkan sayap ke sektor e-commerce di Nusantara. Kini, salah satu konglomerasi terbesar Indonesia, Grup Salim, juga turut menyatakan siap untuk berpartisipasi.

Continue reading Grup Salim Siap Berpartisipasi di Ranah E-Commerce di Indonesia