Layanan “Bibit Bisnis” Fasilitasi Perusahaan Investasikan Aset di Reksa Dana

Setelah “Bibit Premium“, platform wealthtech Bibit kembali memperkenalkan fitur baru bernama “Bibit Bisnis”. Sesuai namanya, fitur ini ditujukan bagi pemilik bisnis dan perusahaan yang ingin mengoptimalkan dana ‘nganggur’ mereka melalui investasi reksa dana.

Dalam keterangan resminya, Bibit Bisnis dikatakan menjadi opsi diversifikasi aset pemilik bisnis dan perusahaan, termasuk founder startup, melalui produk reksa dana dari berbagai pilihan manajer investasi di Indonesia. Tujuannya adalah mengoptimalkan dana nganggur dan memaksimalkan return mereka.

Menurut Co-Founder & CEO Bibit Sigit Kouwagam, layanan baru ini hadir untuk menjawab situasi yang sering ditemui oleh pemilik bisnis. “Saat aset perusahaan semakin berkembang, banyak yang merasa bingung karena tidak dapat mengoptimalkan idle cash. Di sisi lain, kita tidak mau mengambil risiko dengan uang perusahaan,” kata Sigit.

Bibit mengklaim perusahaan atau pemilik bisnis dapat meraup return hingga 3%-7% dari dana nganggur yang diinvestasikan ke reksa dana. Pemilik bisnis dapat berinvestasi tanpa minimum dana penempatan, biaya transaksi, dan biaya administrasi. Selain itu, mereka dapat menarik dana tanpa biaya penalti.

“Fitur Bibit Bisnis dapat digunakan oleh pemilik bisnis dalam mengelola dana perusahaan dengan efektif untuk memaksimalkan return, tetapi juga tetap menjaga likuiditas dan risiko,” tambahnya.

Berdasarkan pantauan DailySocial.id, fitur Bibit Bisnis sudah muncul di aplikasi yang terletak pada laman Profil pengguna.

Lebih lanjut, pengguna Bibit yang sudah memiliki akun personal dapat menggunakan fitur ini. Caranya, klik ‘toggle‘ untuk switch ke akun bisnis mereka. Diharapkan cara ini dapat memudahkan pengguna memonitor portofolio investasi pribadi dan bisnis secara real-time.

Ada pula fitur Multi Level Access yang memungkinkan pemilik bisnis untuk mengatur siapa yang memiliki akses ke portofolio investasi. Akses ini terbagi ke dalam empat kategori, yakni Owner, Super Admin, Checker, dan Maker, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kewenangan perusahaan.

Investasi reksa dana

Sejauh ini, belum ada fitur sejenis yang dihadirkan oleh platform wealthtech di Indonesia. Fitur Bibit Bisnis dapat menjadi langkah awal untuk mengetahui minat pemilik bisnis untuk menginvestasikan idle cash lewat reksa dana.

Di kalangan investor individual, reksa dana banyak dipilih sebagai produk investasi karena risikonya dinilai lebih rendah dibandingkan instrumen lain. Selain itu, reksa dana juga dapat diinvestasikan dengan modal minim. Demikian juga dengan deposito yang dikatakan punya risiko rendah.

Adapun untuk aset perusahaan biasanya memang banyak dialokasikan untuk investasi ke instrumen lain, baik deposito (risiko rendah) ataupun berinvestasi ke unit usaha lain secara langsung atau melalui unit ventura yang dimiliki.

Adapun, opsi investasi lain seperti saham dan obligasi memerlukan kehati-hatian. Mengutip sebuah sumber, perusahaan perlu menganalisis profil risiko dengan memerhatikan aset, liabilitas, modal, hingga aktivitas operasional jika ingin menginvestasikan dana nganggurnya lewat saham atau obligasi.

Application Information Will Show Up Here

Bibit Bags Over 1,1 Trillion Rupiah Funding Led by GIC

The wealthtech platform Bibit announced to secure over $80 million (more than 1,1 trillion Rupiah) funding in the latest round led by GIC Private Limited (GIC). Also participated in this round Prosus Ventures and other previous investors.

Previously, the news of GIC’s involvement in Bibit has been circulating since February 2022. GIC is an investment fund institution of the Singapore government. Bukalapak and Bank Jago are part of its portfolios in Indonesia.

Bibit is to use the fresh funding for the launching of its latest product and services, technology development, talent hiring, and powering the education program in order to boost the investment penetration in Indonesia.

Bibit’s Co-founder & CEO, Sigit Kouwagan said, the team believes that everyone has the rights of better future. Bibit is to facilitate Indonesian people to participate in the capital market and to achieve the financial goals through investing in the right way.

“We’re very enthusiastic to welcome GIC as our new investor and very pleased to have other investors that have been loyal to support us for accelerating this mission,” he said in the official statement, Wed (5/25).

Bibit has its debut in early 2019 after being acquired by Stockbit, a space for investors to share ideas about stock investing, news, and real-time information. The platform is designed as a mutual fund “robo-advisor” in Indonesia, helping investors to build portfolios according to their risk profile and investment objectives. Based on the data, 90% of Bibit users are millennial investors who previously had no experience in investing.

To date, Bibit is claimed to have millions of investors, mostly millennials and novice investors, in 500 cities in Indonesia to build investment portfolios based on their risk profile and financial goals in a safe, simple and easy way.

Over the past year, the company has recorded several achievements, including the launch of Stockbit Sekuritas, a fully online e-IPO feature that allows users to participate in the IPO process. In addition, Stockbit Academy was launched as a means for the public to learn stocks for free from experienced financial mentors. Also, the platform also selected by the Ministry of Finance of the Republic of Indonesia as a Distribution Partner (Midis) of Selling Government Securities (SBN) in early 2022.

Based on the Indonesia Stock Exchange (IDX) and the Indonesian Central Securities Depository (KSEI), the number of mutual fund investors in Indonesia grew by 80.3% (YoY) from 4.41 million investors in April 2021 to 7.95 million in April. 2022.

Meanwhile, in the same period, the number of stock investors increased by 66.7% (YoY) and has reached 3.83 million investors. The growth was also due to the rising number of retail investors. Over half of these investors are claimed to use Bibit and Stockbit as investment applications. Despite the significant growth, the number of people who invest in the capital market is still below 4% of the total population.

Its closest competitor, Pluang, previously announced a $55 million funding round earlier this year led by Accel, followed by other investors, including Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, and Jeffrey Zirlin (founder of Axie Infinity), BRI Ventures, Gold House, along with previous investors consisting of Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, and Openspace Ventures, and others.

In addition, Ajaib has officially become a unicorn after closing the $153 million series B funding round.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bibit Kantongi Dana Segar Lebih dari 1,1 Triliun Rupiah Dipimpin GIC

Platform wealthtech Bibit mengumumkan telah meraih pendanaan sebesar lebih dari $80 juta (lebih dari 1,1 triliun Rupiah) dalam putaran yang dipimpin GIC Private Limited (GIC). Putaran ini diikuti pula oleh Prosus Ventures dan investor lain yang sebelumnya telah mendukung Bibit.

Sebelumnya, kabar mengenai masuknya GIC ke Bibit sudah tercium sejak Februari 2022. GIC merupakan lembaga dana investasi pemerintah Singapura. Bukalapak dan Bank Jago adalah salah satu portofolionya di Indonesia.

Bibit akan memanfaatkan dana segar untuk meluncurkan produk dan layanan baru, mengembangkan teknologi, merekrut talenta terbaik, serta memperkuat program edukasi demi meningkatkan penetrasi investasi yang tengah marak di Indonesia.

Co-founder & CEO Bibit Sigit Kouwagam mengatakan, pihaknya percaya bahwa setiap orang berhak atas masa depan yang lebih baik. Bibit hadir untuk membantu masyarakat Indonesia berpartisipasi di pasar modal, serta mencapai tujuan keuangan mereka dengan cara-cara investasi yang benar.

“Kami merasa sangat antusias menyambut GIC sebagai investor baru kami dan sangat senang atas para mitra investor yang selama ini mendukung kami untuk mengakselerasi misi ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (25/5).

Bibit mengawali kiprahnya pada awal 2019 pasca diakuisisi Stockbit, layanan bagi investor untuk berbagi ide mengenai investasi saham, berita, dan informasi secara real-time. Platform Bibit didesain sebagai “robo-advisor” reksa dana di Indonesia, membantu investor memiliki portofolio sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi. Dari data yang diberikan, 90% pengguna Bibit merupakan investor milenial yang sebelumnya tidak berpengalaman terkait investasi.

Diklaim, saat ini, Bibit telah membantu jutaan investor, yang sebagian besar merupakan generasi milenial dan investor pemula, di 500 kota di Indonesia untuk membangun portofolio investasi berdasarkan profil risiko dan tujuan keuangan mereka dengan cara-cara yang aman, sederhana, dan mudah.

Selama setahun terakhir, perusahaan telah mencatat beberapa pencapaian, di antaranya peluncuran Stockbit Sekuritas, fitur e-IPO yang memungkinkan pengguna berpartisipasi dalam proses IPO yang 100% online. Selain itu juga ada peresmian Stockbit Academy sebagai sarana masyarakat belajar saham secara gratis dari para financial mentor yang sudah berpengalaman. Serta, ditunjuk oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai Mitra Distribusi (Midis) Penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di awal 2022.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksa dana di Indonesia tumbuh sebesar 80,3% (YoY) dari 4,41 juta investor di bulan April 2021 menjadi 7,95 juta di bulan April 2022.

Sementara itu, pada periode yang sama, jumlah investor saham meningkat 66,7% (YoY) dan telah menyentuh angka 3,83 juta investor. Pertumbuhan disokong oleh melesatnya jumlah investor ritel. Lebih dari separuh investor ini diklaim menggunakan Bibit dan Stockbit sebagai aplikasi investasi. Terlepas dari pertumbuhan yang signifikan, perlu dicatat bahwa jumlah masyarakat yang berinvestasi di pasar modal masih berada di bawah angka 4% dari total populasi.

Kompetitor terdekatnya, Pluang, sebelumnya mengumumkan perolehan pendanaan pada awal tahun ini sebesar $55 juta yang dipimpin Accel. Kemudian diikuti jajaran investor lainnya, di antaranya Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, dan Jeffrey Zirlin (pendiri Axie Infinity), BRI Ventures, Gold House, beserta investor sebelumnya yang terdiri dari Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, dan Openspace Ventures, dan lainnya.

Selain itu ada juga Ajaib yang sudah resmi menjadi unicorn setelah menutup putaran pendanaan seri B $153 juta.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Dorong Penetrasi Investasi, Bibit Rilis Fitur Nabung Reksa Dana Bersama

Aplikasi investasi reksa dana Bibit merilis fitur Bibit Bareng untuk mendorong pengguna berinvestasi reksa dana bersama dengan teman dan keluarga dalam satu portofolio. Inovasi teranyar ini diharapkan dapat mendorong setiap orang untuk mulai menabung dan mencapai tujuan finansial secara bersama.

CEO Bibit Sigit Kouwagam menjelaskan, fitur teranyar tersebut memungkinkan setiap pengguna untuk mencapai tujuan finansial secara bersama. Misalnya, bagi pasangan yang menabung untuk persiapan menikah, teman-teman yang menabung bersama untuk rencana liburan setelah pandemi berakhir, atau orang tua yang nabung bersama untuk mempersiapkan pendidikan anak mereka.

Bibit meluncurkan fitur Bibit Bareng agar masyarakat bisa menabung bersama-sama, berjuang, berusaha, berdisiplin, memantau hasil, dan akhirnya mencapai tujuan investasi mereka bersama,” kata Sigit dalam keterangan resmi, Jumat (10/8).

Untuk mengaktifkan fitur ini, pengguna harus membuat satu portofolio baru. Setelah itu, pengguna bisa mengundang maksimal 10 pengguna lain untuk bergabung dalam portofolio bersama.

Dijelaskan lebih jauh, ada tiga hal yang perlu diperhatikan di dalam fitur ini. Pertama, kegiatan investasi di dalam portofolio bersama dapat dilihat oleh para anggota yang terlibat. Kedua, kepemilikan reksa dana tetap menjadi milik pihak yang berinvestasi dan tidak ada perpindahan kepemilikan. Terakhir, setiap anggota tetap memiliki kuasa penuh atas penjualan dan dana hasil penjualan reksa dana miliknya.

Meskipun dilakukan bersama-sama, setiap reksa dana tetap menjadi milik masing-masing anggota dalam portofolio bersama ini. Apabila tujuan investasi sudah tercapai, nilai investasi akan dibagi secara proporsional sesuai kontribusi masing-masing anggota.

Sigit mengaku optimis kehadiran Bibit Bareng membuat investasi reksa dana tetap mudah, praktis, dan menyenangkan, khususnya bagi investor pemula yang masih ragu untuk berinvestasi.

“Fitur ini juga relevan dengan situasi pandemi yang kita hadapi. Walau harus jaga jarak secara fisik dan mobilitas terbatas, hubungan dengan orang-orang terdekat dapat terus erat karena bisa menabung bareng dan saling menyemangati untuk mencapai tujuan bersama.”

Sebelum merilis fitur teranyar ini, Bibit bersama Bank Jago bekerja sama yang memungkinkan konsumen dapat membuka rekening Jago melalui platform Bibit dan fasilitas autodebet rekening Jago untuk top up reksa dana.

Pangsa pasar besar

Di Indonesia, baru 2% dari total penduduk usia produktif yang berinvestasi di pasar modal. Angka ini tertinggal jauh dari Amerika Serikat (55%), Singapura (26%), dan Malaysia (9%). Kesempatan yang besar ini tentunya harus dibarengi dengan solusi yang relevan dengan kebutuhan pasar.

Langkah Bibit ini bisa dikatakan relevan dengan persoalan sehari-hari yang dihadapi oleh para pengguna dan investor ritel di Indonesia. Fitur Bibit Bareng dengan semangat yang sama, sebelumnya baru hadir di perbankan. Seperti yang dilakukan oleh Jenius, BCA Digital, dan Bank Jago, yang menghadirkan produk deposito yang didesain menarik dan mudah untuk mendorong nasabah menabung bersama-sama.

Sejumlah aplikasi kini juga menyajikan kemudahan kepada masyarakat untuk berinvestasi ke reksa dana. Kompetitor terdekat Bibit adalah Ajaib Reksadana, Bareksa, Pluang, Tanamduit, dll.

Application Information Will Show Up Here

Platform Wealthtech Roketkan Jumlah Investor Pemula

Tren peningkatan jumlah investor retail diprediksi terus berlanjut, mengingat baru 2% dari total penduduk usia produktif di Indonesia yang mengakses produk investasi di pasar modal. Momentum tersebut dimanfaatkan banyak pemain wealthtech, istilah yang kini digunakan untuk mendeskripsikan platform terkait investasi berbasis digital, untuk saling konsolidasi kemitraan agar semakin banyak investor baru yang bergabung.

Mengutip OJK, jumlah SID (Single Investor Identification / Identifikasi Investor Perorangan) mencapai 5,6 juta investor per Juni 2021, naik 44,2% secara year-to-date (YTD) sebesar 3,88 juta investor. Dirinci lebih jauh, SID saham sebanyak 2,5 juta investor (naik 48,32% YTD), SID reksa dana sebesar 4,9 juta (naik 55,27% YTD), dan SID SBN sebesar 538 ribu investor (naik 17,03% YTD).

Peningkatan di aset kripto jauh lebih fantastis. Kemendag mencatat investor di instrumen ini tembus ke angka 6,5 juta orang dengan nilai transaksi Rp370 triliun hingga Mei 2021. Dibandingkan sebulan sebelumnya, tercatat ada 4,8 juta orang dengan nilai transaksi sekitar Rp237,3 triliun.

Penambahan jumlah investor ini, selain didukung momentum, juga turut dipengaruhi inovasi yang dilakukan pemain wealthtech. Dalam catatan DailySocial, mayoritas pemain masih terfokus pada satu instrumen investasi saja, misalnya di reksa dana saja, atau emas saja.

Belakangan para pemain mulai berkolaborasi satu sama lain agar platform-nya semakin kaya dan dapat menjaring lebih banyak pengguna dari beragam profil risiko.

Tren tersebut, menurut Ekonom Indef Nailul Huda, akan terus berlanjut karena wealthtech di Indonesia termasuk masih sangat baru. Bila mengacu pada grafik non-linier, masih dalam masa akselerasi pertumbuhan bersama dengan industri fintech lainnya.

Pada industri fintech yang memasuki akselerasi pertumbuhan, investor-investor biasanya akan menaruh perhatian lebih besar karena nilai valuasinya semakin tinggi. “Kesempatan bagus bagi investor, dengan begitu biasanya semakin banyak pemain di wealthtech,” ujarnya kepada DailySocial.

Hal tersebut berdampak pada pasar yang akan terbentuk menuju persaingan monopolistik, yang mana tidak ada pemain yang dominan. Namun demikian, ia menyoroti kemungkinan platform-platform ini akan mengembangkan ekosistem sendiri.

Salah satu caranya adalah merger dengan sesama pemain wealthtech ataupun dengan platform fintech lainnya semacam fintech payment ataupun bank digital. Cara tersebut relatif lebih murah dibandingkan mengembangkan ekosistem sendiri. “Jika strategi ini dilakukan, maka lambat laun biasanya akan terbentuk pasar yang lebih oligopoli.”

Di sisi lain, bermitra dengan banyak lintas industri wealthtech sebenarnya adalah langkah dalam mengatasi berbedanya regulator yang berlaku di Indonesia. Ada yang diawasi oleh Bank Indonesia, OJK, maupun Bappebti, menimbulkan kesan sebagai hambatan bagi para pemain untuk bergerak lebih cepat.

Cost regulasi ini bisa disiasati dengan merger. Mungkin platform A sudah punya izin OJK, platform B punya izin Bappebti, bisa merger biar menghemat biaya.”

Berikut ini adalah jenis-jenis investasi yang disajikan oleh masing-masing platform wealthtech:

No

Aplikasi wealthtech Emas Reksa Dana Saham atau derivatif Aset kripto

Securities crowdfunding

1 Bareksa

2 Pluang

3 Tanamduit

4 Raiz Invest

5 E-mas

6 Lakuemas

7 Treasury

8 Indogold

9 Tamasia

10 Bibit

11 Ajaib

12 IPOT

13 Invisee

14 XDana

15 Stockbit

16 Halofina

17 Fundtastic

18 Santara

19 Bizhare

20 LandX

21 Crowddana

22 Indodax

23 Tokocrypto

24 Pintu

25 Luno

Aplikasi wealthtech satu pintu

Salah satu pemain wealthtech yang kini makin lengkap kelas asetnya adalah Pluang. Dari awalnya, saat masih menggunakan brand EmasDigi, perusahaan menyediakan produk investasi komoditas emas sebagai produk pertamanya kini sudah melengkapi diri, mulai dari indeks S&P 500, aset kripto, dan reksa dana.

Pengembangan tersebut berjalan relatif singkat sejak rebrand pada Juli 2019. Perusahaan bermitra dengan para pemain di industri terkait, hingga membentuk anak usaha untuk memperoleh lisensi APERD bernama Pluang Grow (PT Sarana Santosa Sejati) agar dapat bermitra dengan perusahaan manajer investasi.

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas menyampaikan rebrand adalah langkah perusahaan untuk sampai pada cita-citanya yang ingin menyediakan sebuah platform yang memudahkan pengguna berinvestasi.

“Pengembangan ini sesuai dengan cita-cita kami untuk menyediakan sebuah platform yang memudahkan penggunanya untuk investasi. Melalui nama Pluang, menjadi semangat baru kami untuk terus mengembangkan produk-produk investasi lainnya pada platform kami,” ucapnya.

“Mulai dari perubahan nama, memberikan edukasi secara organik kepada masyarakat hingga akhirnya berbagai macam produk baru yang kami luncurkan, itu juga yang “melepaskan” branding dari hanya 1 aset jadi ke beragam aset investasi,” sambungnya.

Dengan posisi sebagai one stop investment app, Pluang ingin merangkul semua calon pengguna yang datang dari beragam profil risiko. “Untuk saat ini, mayoritas user kami memang masih memilih emas sebagai portofolio mereka, untuk S&P 500, aset kripto, dan reksa dana dapat dibilang kelas aset yang baru saja booming. Pluang sendiri baru meluncurkan untuk reksa dananya.”

Kondisi tersebut cukup terfleksi dengan profil risiko pengguna yang dicatat perusahaan saat KYC, yakni mayoritas berada di moderat. Meski tidak dirinci lebih jauh, Claudia menyebut pertumbuhan bisnis Pluang pada tahun lalu tumbuh 20 kali lipat. Ia berharap tren kinerja tersebut setidaknya dapat dipertahankan perusahaan pada tahun ini.

“Pluang tetap bermisi untuk memberikan nasabah: akses ke kelas aset yang beragam dengan harga yang terjangkau. Di setiap kelas aset kami akan/sudah menawarkan produk yang menarik dan distinctive di kelasnya masing-masing.”

Tren teknologi robo advisor

Sebelum pemain wealthtech hadir, industri wealth dikuasai pengguna yang datang kelompok tertentu, yakni High-Net-Worth-Individual (HNWI) dan Ultra-High-Net-Worth-Individual (UNHWI). Kelompok ini merasakan layanan portofolio yang dipersonalisasi secara eksklusif dari para wealth manager.

Tapi eksklusivitas tersebut kini dapat dirasakan pengguna dari semua latar belakang ekonomi berkat teknologi robo-advisor yang dikembangkan para wealthtech. Teknologi ini menganalisis data berdasarkan berdasarkan jawaban kuesioner klien, lalu merekomendasikan solusi investasi sesuai dengan tujuan dan kebutuhan klien.

Dibandingkan manusia, robo-advisor dapat menganalisis ribuan variabel secara bersamaan dan efisien. Beberapa variabel yang dipertimbangkan antara lain demografi, waktu, tren historis, analisis teknikal, analisis fundamental, sentimen pasar, dan lainnya.

Dan yang tak kalah penting, nilai jual yang menonjol dari robo-advisor adalah biaya yang rendah dibandingkan dengan penasihat tradisional yang mengenakan biaya manajemen 2% – 3% dari AUM, menurut laporan dari Bambu, startup penyedia teknologi robo-advisor dari Singapura.

Bukan berarti tenaga manusia tidak lagi dibutuhkan pada saat ini. Dengan data yang dikumpulkan oleh robo-advisor, wealth manager berada dalam posisi tepat untuk memahami klien mereka dengan lebih baik – Apa gaya hidup mereka; Ke mana arah tren; Apa kebutuhan dan tujuan mereka?. Lalu mereka kemudian dapat menyusun strategi dan menemukan cara untuk mengatur keputusan investasi, manajemen risiko, dan meningkatkan hubungan penasihat-klien mereka.

Para ahli memperkirakan aset AUM dari industri robo-advisor ini tembus pada angka $1,4 triliun pada 2020 kemarin, tumbuh 47% dan 70,5 juta pengguna baru secara global. Pemanfaatan robo-advisor sudah sampai tahap mature di negara maju, di Inggris misalnya, nilai pasarnya mencapai $24 miliar. Sementara itu, di Singapura dan Hong Kong, mencatat pertumbuhan AUM yang kuat sebesar 400% selama lima tahun terakhir.

Di Singapura, kompetisi wealthtech semakin sengit karena perusahaan keuangan petahana mulai memanfaatkan teknologi robo-advisor. Mengutip dari Fintechnews, persaingan ini hanya akan meningkat karena perusahaan non keuangan terus masuk ke industri wealth.

Salah satunya adalah UOB Asset Management (UOBMA) yang bermitra dengan perusahaan telekomunikasi Singtel untuk meluncurkan layanan robo-advisory di Singapura. Layanan tersebut akan diintegrasikan ke dalam dompet seluler Dash Singtel dan akan memungkinkan pelanggan Dash untuk berinvestasi dalam ETF, managed funds, atau kelas aset lainnya secara langsung melalui aplikasi.

Statista memperkirakan bahwa pada 2020, AUM di Singapura untuk segmen robo-advisor mencapai $1,06 miliar. Diproyeksikan pada 2024 menjadi $2,62 miliar tumbuh 25,3%. Pengguna di segmen ini diperkirakan akan meningkat lebih dari 83% menjadi 192.500 pada 2024 dari sebelumnya dari sekitar 104.900 pada 2020.

Di Indonesia sendiri, teknologi robo-advisor sudah mulai banyak diimplementasikan banyak pemain wealthtech. Bibit menjadi salah satu pengusungnya terutama saat mereka pertama kali berdiri.

CEO Bibit Sigit Kouwagam menjelaskan, teknologi robo-advisor yang mereka kembangkan terbukti secara ilmiah dapat memetakan profil risiko tiap pengguna. Kemudian, dilanjutkan dengan diversifikasi portofolio sehingga pengguna dapat berinvestasi pada berbagai kelas aset berdasarkan profil risiko, kondisi keuangan, dan tujuan finansialnya.

“Lebih dari 50% pengguna Bibit berinvestasi untuk jangka waktu lebih dari 24 bulan dan mereka terus meningkatkan investasinya,” ucap Sigit.

Disebutkan pengguna Bibit telah tembus lebih dari satu juta orang, sebanyak 91% di antaranya adalah investor pemula. Total AUM yang dikelola Bibit mencapai lebih dari Rp5 triliun. Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan pengguna baru Bibit melonjak hingga 10 kali lipat.

Sigit menyebutkan tak hanya robo-advisor untuk menjaring lebih banyak investor baru, pihaknya juga melakukan banyak sejumlah penyesuaian, baik itu dari segi biaya transaksi yang lebih rendah, transparansi biaya dan informasi. “Biaya itu jadi enemy terbesar untuk mengajak orang-orang sebelum sukses berinvestasi jangka panjang.”

Tak menutup kemungkinan Bibit memperluas kelas asetnya di luar reksa dana. Sigit bilang, selain mendengarkan pengguna untuk menghadirkan pengalaman yang lebih baik, juga memiliki semangat kolaborasi untuk menghadirkan konektivitas di dalam ekosistem digital. Sister company Bibit, Stockbit, fokus pada kelas aset saham.

“Kami secara konsusten memantau produk-produk investasi tambahan untuk portofolio jangka panjang pengguna kami. Intinya produk-produk tersebut harus dipastikan agar sesuai dengan profil risiko pengguna, serta kejelasan regulasinya agar kami tetap dapat melindungi seluruh investor.”

Perjalanan edukasi masih panjang

Baik Claudia dan Sigit sama-sama menyadari bahwa edukasi adalah strategi yang harus terus dilakukan secara berkesinambungan dalam upaya mengembangkan wealthtech lebih jauh. Pluang aktif mengadakan program edukasi Pluang Talks dalam bentuk webinar melalui berbagai channel digital di Clubhouse, Instagram Live, dan Telegram Discussion.

“Selama program edukasi ini, memang terlihat antusiasme dari peserta yang hadir dengan banyaknya pertanyaan yang mereka lontarkan.”

Sigit menambahkan, pengetahuan mengenai investasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman berinvestasi seorang pengguna. “Kami berkolaborasi dengan fund managers dan key opinion leaders untuk mengedukasi masyarakat lewat berbagai forum seperti webinar YouTube, Telegram audio chat, dan strategi konten di kanal-kanal media sosial. Ini kami lakukan secara cuma-cuma,” tutupnya.


Foto header: Depositphotos.com

Bibit Secures 418 Billion Rupiah Funding Led by Sequoia Capital India

The online mutual fund platform Bibit announced further funding of $ 30 million or the equivalent of more than 418 billion Rupiah led by Sequoia Capital India. East Ventures, EV Growth, and 500 Startups participated in this round.

In the official statement, fresh funds will be used to develop services to encourage more novice investors in Indonesia.

Bibit’s President Director, Sigit Kouwagam mentioned that user growth has increased significantly to over one million new participants during the past year. “This is due to the increased awareness and education are given to novice investors to save every month consistently and the importance of having good personal financial management principles,” he said, Tuesday (1/5).

Based on IDX and KSEI data, the number of retail investors in Indonesia grew 56% YOY last year. This was partly because of the number of millennials with a growth of 92% new investors, from 21-40 years old. Although it has increased significantly, the participation of the Indonesian people in the capital market is still less than 2% at this time.

“We believe that all people deserve a better future. It helps to increase financial inclusion and driving investment practice in the right way is one way to do this. We are very proud to have Sequoia Capital India’s support to pursue this mission.”

On the same occasion, Sequoia Capital India’s VP, Rohit Agarwal also said, “Globally, we see consumers starting to shift their savings from low-yield products, such as gold and property, to financial products with higher yields. In Indonesia, we see Bibit as a trusted investment platform that can help millions of Indonesians invest optimally.”

East Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, Willson Cuaca added, “Stockbit and Bibit have shown very high growth in the retail investor segment where transaction value growth will increase more than 10 times in 2020. We believe this funding will boost Stockbit’s growth and strengthen. their position as a leading investment platform.”

In addition, Stockbit released Bibit in January 2019, through the acquisition of a majority stake in Bibit with an undisclosed value. Stockbit alone was originally started as an investment community platform to exchange ideas and stock news in real-time.

As part of the Stockbit Group, Bibit is the company’s channel to reach novice investors with easy investments. Bibit utilizes Robo Advisor technology that adjusts products according to the user’s risk profile and investment goals. It is claimed that 90% of Seed users come from millennials.

According to the survey results summarized in the 2020 Fintech Report, currently there are several investment applications targeting consumers. Seeds themselves are the investment application that gets the highest total awareness from survey respondents.

Investment Platform in Indonesia

In terms of mutual funds, Bibit is currently in competition with other players, including Bareksa, Ajaib, and Bukalapak which will soon launch a subsidiary focused on investment products.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bibit Umumkan Pendanaan 418 Miliar Rupiah yang Dipimpin Sequoia Capital India

Aplikasi reksa dana online Bibit mengumumkan pendanaan lanjutan senilai $30 juta atau setara lebih dari 418 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Sequoia Capital India. East Ventures, EV Growth, dan 500 Startups turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Dalam keterangan resminya, dana segar akan digunakan untuk mengembangkan layanan untuk mendongkrak lebih banyak investor pemula di Indonesia untuk terjun berinvestasi.

Direktur Utama Bibit Sigit Kouwagam menjelaskan, jumlah pengguna Bibit naik drastis menjadi lebih dari satu juta investor baru selama satu tahun terakhir. “Hal ini disebabkan meningkatnya kesadaran dan edukasi yang diberikan kepada investor pemula untuk menabung rutin setiap bulan secara konsisten dan pentingnya memiliki prinsip manajemen keuangan pribadi yang baik,” ujarnya, Selasa (5/1).

Berdasarkan data IDX dan KSEI, jumlah investor ritel di Indonesia tumbuh 56% secara YOY pada tahun lalu. Peningkatan ini disumbang oleh kalangan milenial dengan pertumbuhan 92% investor baru, dari kalangan umur 21-40 tahun. Meski naik signifikan, partisipasi masyarakat Indonesia di pasar modal masih kurang dari 2% pada saat ini.

“Kami percaya semua masyarakat berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Membantu meningkatkan inklusi keuangan dan mendorong kebiasaan berinvestasi dengan cara yang benar adalah salah satu cara untuk mewujudkannya. Kami sangat bangga bisa mendapatkan dukungan dari Sequoia Capital India untuk mengejar misi tersebut.”

Dalam kesempatan yang sama, VP Sequioa Capital India Rohit Agarwal turut menyampaikan, “Secara global kami melihat konsumer mulai memindahkan tabungan mereka dari produk dengan yield rendah, seperti emas dan properti beralih kepada produk finansial dengan yield yang lebih tinggi. Di Indonesia, kami melihat Bibit sebagai platform investasi terpercaya yang dapat membantu jutaan masyarakat Indonesia berinvestasi secara optimal.”

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, “Stockbit dan Bibit menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi di segmen retail investor di mana pertumbuhan nilai transaksi naik lebih dari 10 kali lipat pada tahun 2020. Kami yakin pendanaan ini akan mendorong pertumbuhan Stockbit dan memperkuat posisi mereka sebagai platform investasi terdepan.”

Sebagai informasi, Stockbit merilis Bibit pada Januari 2019, melalui akuisisi saham mayoritas di Bibit dengan nilai tidak disebutkan. Stockbit sendiri awalnya dimulai dari platform komunitas investasi untuk saling bertukar ide dan berita saham secara real time.

Sebagai bagian dari Stockbit Group, Bibit menjadi channel perusahaan untuk menjangkau investor pemula dengan investasi yang mudah. Bibit memanfaatkan teknologi Robo Advisor yang menyesuaikan produk sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi pengguna. Diklaim 90% pengguna Bibit datang dari kalangan milenial.

Menurut hasil survei yang dirangkum dalam Fintech Report 2020, saat ini ada beberapa aplikasi investasi yang menyasar kalangan konsumer. Bibit sendiri menjadi aplikasi investasi yang mendapatkan total awareness paling tinggi dari responden survei.

Investment Platform in Indonesia

Di sisi lain, untuk reksa dana, saat ini Bibit berkompetisi dengan pemain lain seperti Bareksa, Ajaib, sampai Bukalapak yang saat ini sedang menyiapkan anak perusahaan yang khusus menangani produk investasi.

Application Information Will Show Up Here

Platform Komunitas Investasi Stockbit Umumkan Perolehan Pendanaan Pra-Seri A (UPDATED)

Di bulan September 2015, platform komunitas investasi Stockbit memperoleh pendanaan awal dari Ideosource. Hari ini mereka mengumumkan perolehan dana lanjutan Pra-Seri A dari 500 Startups dalam jumlah yang tidak disebutkan. Turut berpartisipasi investor terdahulu, Ideosource dan Braavos Ventures. Disebutkan dana ini akan digunakan untuk mendanai pembuatan fitur yang menyasar kaum millennial tahun ini, termasuk juga untuk perekrutan dan ekspansi.

Stockbit, didirikan oleh Wellson Lo, Johny Susanto, dan Sigit Kouwagam, dibuat berdasarkan literasi investasi yang rendah di Indonesia. Di aplikasi mobile-nya, Stockbit mencoba membantu investor pemula belajar soal investasi, dalam bentuk “peniruan” portofolio orang-orang yang lebih ahli di sektor ini dan “menghilangkan” fee untuk mendorong investor pemula lebih aktif bertransaksi. Stockbit memberikan data dan fitur yang selama ini hanya dimiliki investor/institusi besar.

Fitur ini nantinya akan disematkan ke aplikasi mobile Stockbit yang sudah ada di platform iOS dan Android.

Partner 500 Startups Vishal Harnal dalam rilisnya berkomentar, “Apa yang dibangun Wellson dan tim Stockbit berpotensi melonjakkan kelajuan investasi di pasar saham di Indonesia. Mereka memiliki keunggulan tersendiri di dalam kompetisi karena telah menjadi komunitas investor saham terbesar dan paling aktif di negara ini.”

Application Information Will Show Up Here