Lenovo Rilis Sederet Perangkat Smart Home Baru

Selain memperkenalkan beberapa seri laptop, Lenovo juga memanfaatkan pagelaran IFA 2018 di Berlin untuk menjadi ajang debut bagi perangkat smart home terbarunya yang tergabung dalam jajaran Smart home Essential.

Lenovo Smart home Essentials sendiri merupakan keluarga baru perangkat terhubung yang diharapkan bakal berfungsi sebagai toko serba ada sederhana untuk pengguna smart home dan arsitek sistem rumah DIY. Sementara aplikasi Lenovo Link berfungsi sebagai pusat kontrol terpusat untuk mengatur dan mengelola semua perangkat yang terhubung. Dengan demikian, pengguna tidak harus repot menggunakan aplikasi individu untuk tiap-tiap perangkat smart home yang diluncurkan ke pasaran.

Lenovo Smart Plug

perangkat rumah pintar Lenovo

Lenovo Smart Plug memiliki ukuran yang terbilang ringkas dan mudah dipergunakan. Alat ini dapat dicolokkan ke stopkontak dan memungkinkan pengguna untuk mengontrol outlet itu dengan smartphone-nya melalui aplikasi Lenovo yang baru. Dengan alat ini, pengguna dapat mematikan atau menyambungkan kembali arus perangkat yang terhubung melalui smartphone. Kendali utamanya tidak hanya melalui remote tapi juga bisa menerima perintah suara.

Lenovo Smart Bulb

perangkat rumah pintar Lenovo

Cara kerja Smart Bulb hampir sama, ia memungkinkan pengguna untuk mengatur pencahayaan dengan cara yang jenius. Tapi tak sebatas menghidupkan atau mematikan, pengguna juga dapat menyesuaikan suhu warna dan juga kecerahan bohlam. Lampu pintar ini dapat menghasilkan cahaya yang menyerupai cahaya di siang hari dan mampu hidup selama 15.000 jam.

Lenovo Smart Camera

Sesuai namanya, perangkat ini berfungsi layaknya kamera konvensional. Bedanya, karena ia juga diharapkan mampu merekam di malam hari, Lenovo menyematkan kemampuan merekam di kegelapan. Resolusi rekamannya di 1080 piksel pada 30fps dan memiliki sudut pandang 355 derajat secara horizontal dan 120 derajat secara vertikal.

perangkat rumah pintar Lenovo

Ketiga perangkat ini dapat diperoleh secara terpisah dalam waktu dekat. Smart Plug dijual seharga $29, begitu juga dengan Smart Bulb. Sedangkan Smart Camera dijual seharga $99 dan akan mulai dijual pada kuartal pertama tahun depan.

Sumber berita Lenovo.

Samsung SmartThings Wifi Adalah Mesh Router Sekaligus Smart Home Hub

Samsung mengawali debutnya di segmen router Wi-Fi berteknologi mesh networking pada bulan Maret tahun lalu lewat sebuah produk bernama Samsung Connect Home. Lompat satu setengah tahun, Samsung telah menyiapkan mesh router generasi keduanya yang diklaim lebih mumpuni.

Kini dijuluki SmartThings Wifi, letak keunggulannya ada pada teknologi jaringan yang dipinjam dari startup bernama Plume. Plume pada dasarnya memanfaatkan AI untuk memonitor penggunaan internet dan mengalokasikan bandwith secara optimal ke masing-masing perangkat yang membutuhkan.

Di Amerika Serikat, reputasi Plume ini terbilang mengesankan. Salah satu penyedia jaringan internet terbesar di sana, Comcast, juga meminjam teknologi berbasis AI besutan Plume untuk digunakan pada produk-produknya sendiri, sekaligus menjadi salah satu investornya.

Keunggulan lain teknologi garapan Plume adalah soal manajemen, baik untuk parental control maupun akses para tamu. Untuk akses tamu misalnya, pengguna dapat menentukan perangkat-perangkat terkoneksi apa saja yang bisa diakses oleh para tamu, sangat cocok bagi mereka yang sering menyewakan kediamannya via platform seperti Airbnb.

Samsung SmartThings Wifi

Paket penjualan SmartThings Wifi terdiri dari tiga unit router. Masing-masing unit memiliki jangkauan seluas 140 m², yang berarti kombinasi tiga unit bisa meng-cover rumah besar sekalipun. Seperti halnya mesh router lain, konsumen tentu bisa menambahkan unit ekstra untuk semakin memperluas jangkauan jaringannya.

Sama seperti pendahulunya, SmartThings Wifi juga berfungsi sebagai smart home hub untuk berbagai perangkat yang kompatibel dengan ekosistem SmartThings. Itulah mengapa router ini telah dibekali spesifikasi yang mumpuni macam prosesor quad-core bikinan Qualcomm, RAM 512 GB serta penyimpanan sebesar 8 GB. Semua dikemas dalam dimensi 12 x 12 x 3 cm saja.

Samsung saat ini telah memasarkan SmartThings Wifi di pasar AS seharga $280 untuk bundel isi tiga unit, sedangkan satu unitnya dihargai $120 jika dibeli secara terpisah.

Sumber: SlashGear dan VentureBeat.

June Adalah Oven Pintar Bertenaga AI dan Jeroan ala Smartphone

Sekitar dua tahun yang lalu, sebuah oven pintar bernama June hadir dengan ide yang tak lazim: memanfaatkan artificial intelligence (AI) untuk memasak berbagai bahan makanan dengan tingkat kematangan yang sempurna, tanpa campur tangan terlalu banyak dari manusia. Nyaris semua klaim pengembangnya dapat June lakukan dengan baik, tapi masalah utamanya cuma satu: harganya nyaris $1.500.

Harga itu jelas kelewat mahal, dan dalam kurun waktu dua tahun ini, pengembangnya sudah banyak belajar. Mereka pun memperkenalkan June Oven generasi kedua. Kelebihannya, hampir semua yang bisa dilakukan pendahulunya tersedia di sini, namun konsumen hanya perlu menebus sebesar $600 ‘saja’.

2nd generation June Oven

Ya, $600 memang masih termasuk mahal untuk sebuah oven, namun pada kenyataannya memang belum ada oven lain yang secanggih June. Sistem kecerdasan buatan masih menjadi salah satu fitur unggulan di generasi keduanya ini, demikian pula jeroan ala smartphone, spesifiknya chip Nvidia Tegra K1 dengan prosesor quad-core 2,3 GHz.

Tidak, oven ini tidak bisa Anda pakai bermain Clash of Clans selagi menunggu masakan di dalamnya matang meskipun ia mengemas layar sentuh 5 inci. Layar sentuh itu berguna untuk mengoperasikan oven, dan pada generasi keduanya ini sudah tidak ada lagi kenop stainless steel di bawah layar demi menekan ongkos produksi sekaligus harga jualnya.

Juga absen adalah kemampuan menimbang June generasi pertama. Menurut penjelasan CEO-nya, Matt Van Horn, fitur ini rupanya tidak banyak dipakai oleh konsumen June. Menghapuskannya sekali lagi membantu June untuk semakin menekan harga jual oven pintar generasi keduanya ini.

2nd generation June Oven

Selebihnya, June generasi kedua masih mirip seperti sebelumnya. Di samping chip Nvidia itu tadi, kamera HD yang terdapat di biliknya juga masih ada, yang tetap berfungsi sebagai ‘mata’ buat June. Biliknya sendiri yang berkapasitas 28 liter dan dibuat dari bahan stainless steel kini diklaim lebih mudah dibersihkan.

Kemampuan memasaknya pun tidak berubah, masih mengandalkan elemen pemanas serat karbon yang bisa naik suhunya lebih cepat, sehingga tahap pre-heating sama sekali tidak diperlukan. Selama memasak, pengguna bisa menanyakan sisa waktu yang June perlukan kepada Alexa via smart speaker Amazon Echo. Jumlah preset memasaknya pun telah bertambah dari yang sebelumnya cuma 25 menjadi 100 jenis masakan. June rupanya banyak belajar dari masukan konsumen selama dua tahun ini.

2nd generation June Oven

Via software update, oven pintar ini bisa ditingkatkan fungsionalitasnya, sama seperti mobil Tesla. Contohnya, pada generasi pertamanya, June kerap menjumpai kesulitan memasak bacon, sebab preset yang tersedia untuk bahan ini cuma ada satu saja. Berdasarkan masukan konsumen, June kini memiliki 64 preset yang berbeda hanya untuk bacon saja.

Jumlah preset yang begitu banyak ini diperlukan sebab faktor yang berpengaruh dalam memasak bacon pun juga banyak; semisal jumlah potongannya, menggunakan lapisan aluminium foil atau tidak, dan lain sebagainya. Selanjutnya, demi memudahkan, AI milik June secara proaktif akan memilih preset yang diperlukan berdasarkan preferensi konsumen yang dicantumkan.

Ketika semua kecanggihan itu ditimbang, maka $600 tidak akan terasa terlalu mahal, apalagi mengingat fiturnya bisa terus bertambah seiring berjalannya waktu. CEO June bahkan sempat mengutarakan rencana mereka untuk menambahkan fitur yang mampu mengubah fungsi June menjadi rice cooker.

2nd generation June Oven

Sumber: Engadget.

Philips Umumkan Cermin Kamar Mandi dengan Bohlam Hue Terintegrasi

Philips belum lama ini mengumumkan deretan produk baru untuk lini bohlam pintar Hue, termasuk satu model tipe Lightstrip untuk di luar ruangan. Model lain yang tak kalah menarik datang dalam wujud sebuah cermin, yang sekarang sudah beredar informasi lebih mendetailnya.

Nama resminya adalah Philips Hue Adore Bathroom, dan ia merupakan sebuah cermin berbentuk bulat yang bagian pinggirnya dikeliling bohlam LED. Bohlam dengan umur sampai 30.000 jam ini tingkat kecerahannya mencapai angka 2.400 lumen, namun Philips telah melengkapinya dengan diffuser sehingga menyalanya tampak soft dan berwarna kekuningan.

Satu hal yang tidak biasa (setidaknya untuk lini Philips Hue) adalah kemampuannya menyala cuma dalam satu warna saja. Namun ini bisa dimaklumi kalau melihat skenario penggunaannya yang ideal untuk ditempatkan di kamar mandi. Itulah mengapa konstruksinya dirancang tahan cipratan air dan telah mengantongi sertifikasi IP44.

Philips Hue Adore Bathroom mirror

Secara fisik Adore Bathroom yang memiliki diameter 22 inci ini terkesan tangguh, terutama berkat bingkai logam yang membuat bobot totalnya jadi mencapai sekitar 5 kilogram. Perangkat datang bersama sebuah remote control yang bisa dipasangkan di tembok layaknya saklar biasa.

Mengingat ini Philips Hue yang kita bicarakan, sudah pasti ia dapat dikendalikan via smart speaker macam Google Home atau Amazon Echo, dengan catatan konsumen memang memiliki unit Hue Bridge di rumahnya. Kabarnya, perangkat ini bakal dipasarkan di dataran Inggris mulai bulan Agustus seharga £230.

Sumber: SlashGear.

Arlo Audio Doorbell Mungkinkan Komunikasi Dua Arah Bagi Pemilik Rumah dan Tamu

Di bawah brand Arlo, Netgear sudah menelurkan beberapa produk keamanan rumah yang cukup dikenal. Arlo Pro 2 misalnya, tiba dengan resolusi yang lebih baik, memberikan visual yang lebih baik untuk mengatasi kondisi yang berbeda. Kini, Arlo kembali meluncurkan produk keamanan baru yang dijuluki Arlo Audio Doorbell dan Chime.

Sederhananya, Arlo Audio Doorbell dan Chime mempunyai fungsi yang hampir mirip dengan Nest Hello dan Ring Doorbell, mendukung audio dua arah sehingga pemilik rumah dapat berbicara dengan siapa pun yang ada di depan pintu, bahkan saat pemilik rumah tidak sedang di tempat. Bedanya, dukungan video di Arlo Audio Doobell ditiadakan oleh Netgear.

Meskipun Arlo Audio Doorbell yang baru tidak mendukung video secara langsung seperti beberapa pesaingnya, Netgear memiliki argumen sendiri, bahwa mereka menyakini sebagian besar pengguna yang mempunyai ketertarikan terhadap produknya ini sudah memasang salah satu kamera keamanan di rumah mereka. Praktis, Arlo Audio Doorbeel dirancang sebagai pengaya, bukan produk mandiri.

screenshot-www.arlo.com-2018-07-24-09-14-15

Untuk memastikan fungsinya bekerja dengan optimal, Netgear membenamkan mikrofon dan speaker ke Arlo Audio Doorbell, sehingga memungkinkan pemilik rumah berkomunikasi dua arah dengan pengunjung. Untungnya, Netgear menawarkan beberapa cara berbeda untuk mendukung pengaturan baru ini. Audio Doorbell dapat menerima pengaturan daya tradisional dan juga dapat digunakan dengan baterai jika pemilik rumah lebih memilih menggunakan skema nirkabel. Jadi, bagaimana pengguna bisa tahu ada tamu jika tidak dilengkapi dengan video? Netgear punya solusinya di aplikasi mobile yang akan disertakan untuk semua pembeli.

screenshot-www.arlo.com-2018-07-24-09-13-16

Di saat yang sama, Netgear juga mengumumkan Smart Chime yang berfungsi sebagai pasangan Arlo Doorbell. Add-on ini memungkinkan pemilik rumah menempatkan lonceng di sudut rumah yang diinginkan, sehingga lebih mudah terdengar ketika seseorang datang bertamu. Belum ada informasi lengkap mengenai fungsi Smart Chime ini, tetapi melihat bentuk dan kegunaan dasarnya, besar kemungkinan perangkat ini berfungsi hanya sebatas alat pengganti bel konvensional.

Smart Chime

Netgear belum mengumumkan berapa harga kedua perangkat barunya ini. Mempertimbangkan fiturnya yang tidak lebih baik dari Nest Hello dan Ring Doorbell, maka kemungkinan besar harganya akan jauh lebih terjangkau.

Sumber berita Arlo.

EverCam Adalah Kamera Pengawas Wireless dari Anak Perusahaan Anker

Kamera pengawas dengan integrasi AI merupakan salah satu tren yang cukup populer di sepanjang tahun 2017. Kini ada satu lagi alternatif yang mencoba mencuri perhatian Anda. Namanya EverCam, dan ia datang dari pabrikan bernama Eufy, yang tidak lain merupakan anak perusahaan Anker.

Keunggulan utama EverCam adalah, ia merupakan perangkat wireless. Di saat kamera pengawas lain harus dicolokkan ke listrik, EverCam bisa beroperasi hanya dengan mengandalkan suplai energi dari baterai berdaya 13.400 mAh. Istimewanya, ia cuma perlu di-charge setahun sekali.

Hal ini dimungkinkan berkat kemampuan EverCam untuk merekam hanya ketika diperlukan saja; semisal ketika ada gerakan terdeteksi, ada objek bersuhu panas atau ada seseorang dengan wajah yang tak dikenalinya. Tentu saja fitur-fitur ini didukung oleh AI yang terintegrasi pada EverCam.

EverCam

Di luar itu, EverCam bakal beroperasi dalam mode standby yang sangat irit daya. Perlu dicatat, estimasi daya tahan baterainya tentu saja bergantung pada seberapa sibuk lingkungan di sekitar rumah konsumen. Dalam kasus daya tahan hingga setahun itu tadi, Eufy bilang bahwa penggunaannya berdasar pada 10 kali pendeteksian gerakan setiap harinya, dan durasi perekaman selama 30 detik setiap kalinya.

Semua rekamannya akan disimpan ke dalam microSD sebesar 16 GB, yang sekali lagi diyakini bisa menampung rekaman untuk 365 hari. Untuk melihat isinya, konsumen harus terlebih dulu menancapkan microSD-nya ke base station EverCam. Unit base station inilah yang bertanggung jawab atas komunikasi via Wi-Fi dengan kamera, smartphone maupun komputer.

Bagi yang memerlukan monitoring secara real-time, Eufy menyediakan layanan cloud storage dengan tarif berlangganan sebesar $3 per bulan. Hal lain yang perlu dicatat, semua fitur EverCam di luar live monitoring ini bisa dinikmati tanpa harus berlangganan.

EverCam

Secara fisik, EverCam tahan air maupun suhu sangat dingin dengan sertifikasi IP66, sehingga konsumen bebas menempatkannya di dalam atau luar ruangan. Instalasinya juga sangat mudah; cukup tempelkan kamera ke permukaan logam apapun, atau dengan bantuan dudukan magnetik.

Kameranya sendiri mampu merekam dalam resolusi 1080p, dengan sudut pandang seluas 140 derajat. Eufy turut membekalinya dengan night vision yang bisa menjangkau area sejauh 10 meter. Seandainya ada yang mencoba memindahkan kamera maupun base station-nya, masing-masing perangkat bakal membunyikan sirene dengan sangat keras.

Eufy saat ini tengah memasarkan EverCam melalui Kickstarter. Selama kampanye crowdfunding-nya berlangsung, harganya dipatok $219, atau $329 untuk bundel 2 unit EverCam. Sayang sekali Eufy sejauh ini belum berencana menawarkannya ke pasar Asia.

Sumber: The Verge.

Qualcomm Kembangkan Chipset Khusus untuk Perangkat IoT yang Mengemas Kamera

Kalau Anda melihat perkembangan perangkat smart home terkini, kamera rupanya memegang peranan penting di mayoritas perangkat. Entah itu vacuum cleaner atau oven, hampir semuanya mengandalkan kamera agar bisa menerapkan fitur-fitur pintarnya, dan saya sama sekali belum menyinggung soal kamera pengawas, yang terus bertambah canggih berkat integrasi AI.

Guna menggenjot perkembangan perangkat-perangkat ini ke depannya, Qualcomm telah menyiapkan lini chipset khusus yang mereka namai Vision Intelligence Platform. Qualcomm bilang bahwa SoC (system-on-chip) yang tergabung dalam lini ini dibuat secara spesifik untuk ekosistem IoT (Internet of Things), bukan sebatas chipset Snapdragon yang dimodifikasi.

Sejauh ini sudah ada dua model chip yang Qualcomm tawarkan kepada produsen: QCS605 dan QCS603. Keduanya sama-sama mengandalkan fabrikasi 10 nm, serta dibekali integrasi teknologi computer vision maupun pengolahan machine learning secara lokal, alias tidak bergantung pada jaringan cloud.

Kendati demikian, ini bukan berarti perangkat yang menggunakan chip ini jadi tidak memerlukan koneksi internet. Qualcomm bilang bahwa chipset-nya sendiri yang akan menentukan kapan harus meminta bantuan cloud, dan kapan harus memroses informasinya secara mandiri, sehingga pada akhirnya perangkat bisa memiliki kinerja yang lebih cepat.

Qualcomm Vision Intelligence Platform

Qualcomm memberikan contoh skenario sebuah kamera pengawas yang ditenagai salah satu dari chipset ini. Kamera tersebut dapat membedakan antatraseorang anak yang terkunci di luar dari seorang pencuri, lalu bertindak sesuai kondisi; kalau yang dideteksi adalah anak sang pemilik rumah, maka kamera bakal menginstruksikan perangkat smart lock untuk membukakan pintu, tapi kalau ternyata yang didedeteksi maling, kamera bakal membunyikan alarm.

Qualcomm sendiri melihat potensi chipset ini pada perangkat seperti kamera pengawas, kamera 360 derajat, robot maupun action cam, mengingat chipset mendukung perekaman dalam resolusi 4K. Qualcomm juga sudah menyiapkan referensi desain kamera 360 derajat berbasis chipset QCS605, sedangkan yang berbasis QCS603 bakal menyusul dalam bentuk referensi desain kamera pengawas kelas komersial.

Sumber: Qualcomm.

Lini TV QLED Samsung Edisi 2018 Dapat Mengontrol Perangkat Smart Home dan Dibekali Bixby

Januari lalu di event CES, Samsung memamerkan teknologi TV baru bertajuk MicroLED, yang diklaim punya kualitas gambar setara OLED, tapi bersifat modular dan fleksibel. Rencananya, lini TV baru tersebut bakal dipasarkan mulai Agustus mendatang, namun sebelumnya Samsung ingin lebih dulu menyuguhi konsumen dengan generasi baru TV QLED-nya.

Lineup TV QLED Samsung untuk tahun 2018 ini terdiri dari empat seri: Q9, Q8, Q7 dan Q6, urut dari yang paling mahal dan paling bagus kualitas gambarnya, dengan variasi ukuran mulai 49 sampai 88 inci. Setiap serinya bakal mencakup beberapa varian, termasuk yang berlayar melengkung. Lalu apa saja pembaruan yang dibawanya?

Samsung QLED TV 2018

Untuk pertama kalinya, TV QLED Samsung kini dibekali fitur full-array local dimming (khusus seri Q9 dan Q8). Local dimming pada dasarnya merupakan salah satu fitur unggulan yang sering dijumpai pada TV LED kelas flagship, berfungsi untuk meningkatkan rasio kontras secara keseluruhan.

Selebihnya, pembaruan yang disematkan lebih mengacu pada aspek kepintaran. TV QLED generasi baru ini sekarang bisa dipakai untuk mengendalikan beragam perangkat smart home (kamera pengawas, termostat, lampu pintar, dll) yang tergabung dalam ekosistem SmartThings kepunyaan Samsung sendiri. Lebih lanjut, asisten virtual Bixby pun sudah terintegrasi penuh ke semua varian.

Samsung QLED TV 2018

Kemudian ada pula fitur yang cukup menarik bernama Ambient Mode. Dalam mode ini, TV akan menampilkan gambar statis sesuai dengan tembok di belakangnya, sehingga TV pun tampak seakan-akan menyatu dengan tembok. Selama dalam mode ini, TV juga dapat menampilkan informasi seperti ramalan cuaca atau headline berita-berita terbaru.

Samsung belum mengungkapkan rentang harga untuk lini TV QLED edisi 2018-nya ini, akan tetapi pemasarannya akan dimulai dalam beberapa minggu ke depan di Amerika Serikat.

Samsung QLED TV 2018

Sumber: Samsung.

Nest Cam IQ Indoor Kini Dilengkapi Integrasi Google Assistant

Sejak diakuisisi Google di awal tahun 2014, Nest Labs yang dikenal sebagai pionir kategori produk termostat pintar ini pada dasarnya dibiarkan beroperasi sendiri, mengeksplorasi ranah smart home yang kala itu masih tergolong baru. Namun per tanggal 7 Februari 2018 kemarin, Nest resmi menjadi bagian dari divisi hardware Google, dengan tujuan untuk memperkuat integrasi hardware dan software di seluruh ekosistem produk Google.

Hasilnya sudah bisa kita lihat sekarang, di mana kamera pengawas Nest Cam IQ Indoor baru saja menerima software update gratis yang menghadirkan integrasi Google Assistant. Integrasi ini pada dasarnya telah mengubah Nest Cam IQ Indoor menjadi Google Home, hanya saja yang kebetulan dilengkapi kamera dan tidak bisa memutar musik.

Semua yang bisa kita instruksikan ke Google Assistant di Google Home bisa dilakukan di sini, mulai dari yang sesimpel membuat reminder sampai yang lebih kompleks, seperti mengontrol lampu pintar Philips Hue, atau produk-produk lain yang kompatibel dengan ekosistem Nest maupun Google Assistant sendiri.

Nest Cam IQ Indoor with Google Assistant

Namun entah kenapa, Anda tidak bisa meminta Google Assistant untuk mengontrol Nest Cam IQ Indoor itu sendiri, setidaknya untuk sekarang. Padahal andai fitur ini tersedia, nilai kepraktisannya jelas bakal bertambah, di mana pengguna dapat menginstruksikan Google Assistant untuk menyalakan kamera saat ia hendak keluar rumah, atau sebaliknya mematikan kamera ketika sudah pulang.

Dalam kesempatan yang sama, Nest juga memperkenalkan paket baru untuk layanan berlangganan Nest Aware. Kini ada paket seharga $5 per bulan, yang akan memberikan konsumen akses ke hasil rekaman video selama 5 hari ke belakang.

Nest Aware pun juga kedatangan dua fitur baru. Yang pertama untuk membedakan antara orang dan objek pada zona-zona yang sudah ditentukan oleh pengguna. Yang kedua untuk menghapus duplikat pada daftar wajah orang yang berhasil diidentifikasi oleh kamera, atau dengan kata lain, kapabilitas facial recognition yang lebih baik.

Sumber: Nest dan The Verge.

Setelah eSIM, Ada iSIM yang Lebih Kecil Lagi dan Terintegrasi Langsung pada Prosesor

Ketika Apple meluncurkan iPhone 7 di bulan September 2016, banyak yang mengkritisi keputusan mereka meniadakan jack headphone. Apple beralasan kompromi ini harus diambil demi menghemat ruang yang tersedia dalam sasis ponsel, sehingga dapat dipakai untuk komponen yang lebih berguna, seperti misalnya baterai yang lebih besar.

Dari tahun ke tahun, pabrikan smartphone pada dasarnya terus mencari cara untuk menghemat ruang pada produk buatannya. Evolusi kartu SIM menjadi Micro SIM lalu Nano SIM adalah salah satu bentuk upaya ini. Belakangan, smartphone seperti Google Pixel 2 malah mulai menggunakan chip eSIM untuk menghemat ruang lebih banyak lagi.

Meskipun sudah sangat kecil, Nano SIM pada kenyataannya masih memakan ruang sebesar 12,3 x 8,8 mm. Dengan eSIM, angkanya turun drastis menjadi 6 x 5 mm. Akankah ini menjadi bentuk evolusi terakhirnya? Kemungkinan tidak, sebab baru-baru ini ada inisiatif lain yang diajukan oleh desainer arsitektur chipset mobile, ARM.

Mereka merancang sebuah komponen terintegrasi bernama iSIM. Berbeda dengan eSIM yang berupa chip sendiri, iSIM tertanam pada chip yang sama tempat prosesor bernaung. ARM bilang bahwa ukurannya hanya “sepersekian milimeter persegi”, dan ongkos produksinya diyakini tidak sampai 10 sen dolar per unit.

Lebih kecil, lebih murah, iSIM tentunya terdengar sangat menarik di telinga pabrikan smartphone. Ya, akan tetapi agar pengadopsiannya bisa meluas, dibutuhkan juga dukungan dari operator telekomunikasi. Untuk sekarang, bahkan eSIM pun belum begitu banyak yang mendukung.

iSIM bakal sangat ideal untuk perangkat seperti dash cam yang membutuhkan koneksi internet secara konstan / Owl Car Cam
iSIM bakal sangat ideal untuk perangkat seperti dash cam yang membutuhkan koneksi internet secara konstan / Owl Car Cam

Kendati demikian, iSIM akan lebih dulu muncul di perangkat IoT (Internet of Things) sebelum smartphone. Setidaknya untuk sekarang, ARM mengembangkan teknologi ini untuk perangkat-perangkat seperti sensor-sensor wireless yang membutuhkan jaringan selular. Saya pribadi melihat iSIM bisa berperan besar dalam perangkat seperti dash cam.

Tujuan ARM adalah menekan ongkos produksi perangkat-perangkat IoT, sehingga pada akhirnya bisa merambah lebih banyak konsumen. Oleh karena itu, mereka menilai iSIM bakal mendapat lampu hijau dari operator, sebab lebih banyak konsumen berarti lebih banyak pelanggan bagi operator.

Satu hal yang perlu diingat, ARM tidak memproduksi chip-nya sendiri. Mereka hanya menyediakan desain referensinya, dan untungnya ini sudah mereka bagikan ke mitra-mitranya, yang diperkirakan bakal merilis chip dengan iSIM paling cepat menjelang akhir tahun nanti.

Sumber: The Verge. Gambar header: Pixabay.