Melalui Skema “Crowdfunding”, BenihBaik Ingin Pertemukan UKM dengan Investor

Bertujuan untuk menghadirkan layanan yang bisa bermanfaat untuk banyak orang, Andy F. Noya bersama dengan rekannya Anggit Hernowo dan Firdaus Juli mendirikan Benihbaik sebagai platform crowdfunding. Selama ini Andy dikenal sebagai wartawan senior dan memiliki pengalaman membangun Kick Andy Foundation.

Serupa dengan platform lainnya yang digunakan untuk kegiatan penggalangan dana, BenihBaik diharapkan bisa mempertemukan orang yang membutuhkan bantuan dengan orang-orang yang ingin berbuat baik untuk membantu sesama.

“Di situlah BenihBaik.com berperan menjembatani orang-orang baik tersebut untuk menemukan siapa yang layak mereka tolong,” kata Andy.

Secara khusus BenihBaik memiliki dua pilar utama kegiatan. Pertama, pilar yang berkaitan dengan kegiatan sosial. Siapa saja bisa memanfaatkan wadah ini untuk mencari bantuan atas masalah yang mereka hadapi. Mulai dari bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, budaya, bencana alam, dan bantuan sosial lainnya. Kedua, pilar yang berkaitan dengan kegiatan usaha, terutama yang berkaitan dengan kewirausahaan sosial (sociopreneurship).

“Pengusaha-pengusaha kecil bisa memanfaatkan BenihBaik untuk menjual produk-produk mereka, sekaligus sarana bagi investor untuk investasi di perusahaan-perusahaan setara UKM yang kami pilih dan tampilkan di BenihBaik. Dengan demikian para pengusaha skala UKM yang mempunyai dampak sosial juga berpeluang mendapatkan investasi melalui platform ini,” lanjut Andy.

Tidak disebutkan lebih lanjut seperti apa kinerja proses tersebut nantinya. Namun demikian BenihBaik berharap, platform ini juga bisa digunakan pihak terkait untuk dimanfaatkan oleh investor yang ingin menanamkan modal dari pihak UKM terkurasi yang bergabung dengan BenihBaik.

Menjalankan bisnis secara bootstrap

Bagi pengguna yang ingin melancarkan kampanye atau mengumpulkan donasi yang merupakan dua fokus dari BenihBaik, bisa mengakses melalui situs. Bagi mereka yang akan berdonasi, cukup dengan memilih kasus yang akan disumbang, menentukan jumlah donasi dan melakukan pembayaran dengan berbagai macam metode pembayaran.

Pilihan dompet digital yang bisa digunakan seperti Dana, Ovo, Gopay, Doku hingga LinkAja. Pembayaran melalui bank transfer juga dihadirkan.

BenihBaik juga memberikan kesempatan kepada donatur untuk menyumbang melalui platform yang bekerja sama dengan BenihBaik seperti Telkomsel Poin, Tokopedia donasi yang dikenal dengan Toped 500, serta Grab Reward yang bisa dilakukan dari 8 negara tempat Grab beroperasi.

Saat ini BenihBaik masih menjalankan bisnis secara bootstrapping dan belum memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana. Masih fokus kepada kampanye dan donasi yang disediakan dalam platform, mereka menargetkan untuk dapat membantu menggalang dana untuk 150 kasus terkurasi per bulan yang nantinya jumlahnya akan terus ditingkatkan, melalui dukungan teknologi automasi.

“Semakin banyak yang bergabung, semakin banyak investasi yang masuk, maka BenihBaik akan semakin besar. Dengan begitu akan semakin besar juga dampak yang bisa kami berikan untuk membantu masyarakat,” kata Andy.

Saat ini sudah banyak platform crowdfunding yang hadir di Indonesia, di antaranya adalah Kitabisa, Gandengtangan, Indiegogo dan Kolase.

Program SIAP Kembali Hadir, Sajikan Pelatihan Intensif untuk Social Enterprise di Indonesia

Social Innovation Acceleration Program (SIAP) kembali menyelenggarakan SIAP Bootcamp 2019. Program ini menawarkan pelatihan terpadu untuk pelaku startup di bidang sosial –mulai dari validasi produk atau layanan, hingga pengembangan model bisnis.

SIAP Bootcamp merupakan program antara SIAP sebagai akselerator bisnis sosial dan Social Value UK yang didukung oleh British Council. Keduanya akan bersinergi dalam mengakselerasi pertumbuhan bisnis sosial di Indonesia melalui program Social Enterprise Development (SED) Bootcamp dengan tema Developing Inclusive and Creative Economics (DICE).

DICE sendiri merupakan program untuk meningkatkan ekonomi inklusif di negara berkembang. Tiga fokus utamanya adalah lapangan pekerjaan bagi anak muda, pemberdayaan perempuan, serta pemberdayaan kaum difabel dan marginal.

“Dengan mengikuti program Social Enterprise Development Bootcamp, para founder dapat belajar berbagai kurikulum seperti business model innovation, sustainability scheme, growth planning, impact management, dll, dengan mentor-mentor dan fasilitator yang telah berpengalaman di industri startup dan social enterprise,” ujar Managing Director SIAP Aghnia Banat.

Setiap peserta yang mengikuti program ini akan merintis dan membangun bisnis yang memiliki dampak dan berkelanjutan. Para sociopreneur inilah yang akan menjadi fondasi ekosistem perubahan positif menuju perubahan sistemik dan berkelanjutan. Dalam sinergi ini, SIAP dan British Council akan menyelenggarakan 4 SED Bootcamp di 4 kota, yaitu Jakarta, Makassar, Malang, dan Solo untuk 120 social enterprise terpilih.

Setelah sukses menyelenggarakan 4 program dan menginkubasi lebih dari 50 social entrepreneur di Jakarta, bootcamp kali ini akan terbagi menjadi 5 tahapan utama, yaitu: Online Onboarding, Kick-Off Bootcamp, Online Support, Technical Bootcamp dan Demo Day, serta Post Bootcamp.

Durasi kegiatan intensif selama 1,5 bulan. Para founder akan mendapat kesempatan untuk mendapatkan hands-on mentoring dari para expert, networking dan akses kerja sama dengan stakeholder di bidang sosial.

Untuk rangkaian kegiatan bootcamp, berikut agendanya:

  • Solo: 8 Juli – 23 Agustus 2019 (deadline pendaftaran 23 Juni)
  • Malang: 26 Agustus – 18 Oktober 2019 (deadline pendaftaran 10 Agustus)
  • Makassar: 7 Oktober – 29 November 2019 (deadline pendaftaran 27 September)
  • Jakarta: 21 Oktober – 6 Desember 2019 (deadline pendaftaran 5 Oktober)

Mengenai informasi selanjutnya, bisa didapatkan di www.socialinnovation.id atau melalui instagram @socialinnovation.id.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Innovation Acceleration Program

SIAP Kembali Dihadirkan, Sajikan Rangkaian “Bootcamp” untuk Startup di Bidang Sosial

Social Innovation Acceleration Program (SIAP) akan kembali diselenggarakan tahun ini. Bersinergi dengan British Council, program akselerasi ini siap membantu bisnis sosial (social enterprise) di Indonesia melalui serangkaian aktivitas bertajuk Social Enterprise Development (SED) Bootcamp dengan tema “Developing Inclusive and Creative Economics”.

SED Bootcamp adalah program edukasi intensif selama dua bulan bagi para founder social enterprise. Para founder akan mendapat kesempatan untuk mendapatkan hands-on mentoring dari para pakar, networking dengan investor, dan akses kerja sama dengan stakeholder di bidang sosial.

Bootcamp pertama tahun ini akan diselenggarakan pada tanggal 2 Maret – 13 April 2019, dengan 15 Mentor yang telah berpengalaman di industri startup. Para mentor tersebut adalah Vikra Ijaz (CPO Kitabisa.com), David Soukhasing (Managing Director ANGIN), Gibran Hufaizah (CEO eFishery), Yohanes Sugihtononugroho (CEO Crowde), dan lain-lain.

SIAP dan British Council akan menyelenggarakan bootcamp di empat kota, yaitu: Jakarta, Makassar, Yogyakarta, dan Malang. Ditargetkan 120 startup atau pengusaha sosial dapat berpartisipasi dalam acara ini.

Selain SED Bootcamp akan ada beberapa kegiatan lain, termasuk Design Sprint. Tahun lalu, program akselerasi SIAP sudah menginkubasi lebih dari 50 penguasa sosial di Jakarta, seperti SaveYourselves.id, Menjadi Manusia, ObabasBaca Pibo, dll.

“Dengan mengikuti SED Bootcamp, para founder dapat belajar berbagai kurikulum seperti Social Entrepreneurship 101 dan Change Theory, Product Development, Market Analysis, Business Model Innovation, Sustainability Scheme, Growth Planning, Impact Measurement dan Assessment, Finance, dan Investment dalam dua bulan. Setelah menyelesaikan program tersebut, terdapat program akselerasi untuk pengembangan produk dan sesi mentoring personal agar para founder bisa mendapatkan feedback mendalam mengenai social enterprise-nya dari para mentor,” ujar Managing Director SIAP, Aghnia Banat.

Segera daftar Social Enterprise Development Bootcamp Batch-4 ini di: http://bit.ly/bootcampbatch4 sebelum tanggal 21 Februari 2019! Mengenai informasi lebih lanjut, bisa didapatkan di situs resmi SIAP www.socialinnovation.id.

Social Innovation Acceleration Program 2019

Disclosure: DailySocial adalah media partner Social Innovation Acceleration Program 2019

Garda Pangan Hadirkan Inovasi Sosial untuk Selesaikan Masalah “Food Waste”

Garda Pangan adalah startup bidang sosial yang ingin menyelesaikan permasalahan “food waste” di wilayah Surabaya. Solusi yang dihadirkan memanfaatkan teknologi untuk dapat terhubung dengan industri terkait – seperti perhotelan, restoran dll—yang acap kali memiliki sisa makanan berlebih. Visi utama Garda Pangan ialah menghadirkan “sustainable and responsible food waste management”.

Founder Garda Pangan Eva Bachtiar menuturkan, Indonesia merupakan negara pembuang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Rata-rata tiap orang bisa membuang 300kg makanan per tahunnya.

Dalam melakukan operasionalnya, Garda Pangan memanfaatkan situs sebagai one-stop service. Terdapat beberapa fitur di website, di antaranya permintaan penjemputan makanan, rekomendasi penerima, pendaftaran mitra hingga laporan lokasi distribusi. Untuk memaksimalkan proses bisnis, saat ini pihaknya tengah mengembangkan aplikasi mobile untuk para penjemput makanan.

Mulai beroperasi sejak Juni 2017, Garda Pangan telah berhasil bekerja sama berbagai restoran, tenant makanan, wedding organizer, distributor buah, bakery, dan pasar organik di wilayah Surabaya. Hingga kini Garda Pangan telah mengumpulkan 52.685 porsi makanan — setara menyelamatkan 7,9 ton potensi sampah terbuang. Mereka juga telah berhasil menyalurkan kepada 43.590 penerima.

Permasalahan “food waste” dan dampaknya

Ada tiga dampak dari food waste yang disoroti oleh Garda Pangan. Pertama dampak ekonomi, karena membuang sampah makanan berarti menyia-nyiakan sumber daya yang dibutuhkan untuk membuat makan tersebut. Dampak kedua adalah dampak lingkungan, hal ini tidak terlepas dari sampah makanan yang tertumpuk di tempat pembuangan akhir mengeluarkan gas metana yang merupakan salah satu gas penyumbang emisi rumah kaca.

Dan dampak berikutnya adalah sosial, karena akan menjadi sebuah ironi jika ada yang membuang makanan tapi di sisi lain masih ada yang kelaparan.

Berangkat dari itu semua pada akhirnya Garda ingin meminimalkan sampah makanan dan mengentaskan kelaparan melalui teknologi yang kembangkan. Garda Pangan menawarkan solusi yang disebut dengan “food rescue”, berusaha menyelamatkan makanan dari potensi terbuang.

“Makanan yang layak akan dikemas ulang, lalu dibagikan secara bermartabat kepada masyarakat pra-sejahtera yang membutuhkan, sementara makanan yang sudah tidak layak akan diolah menjadi pakan ternak dan kompos,” jelas Eva.

Dengan inovasi social enterprise yang dihadirkan, Garda Pangan beberapa kali mendapatkan penghargaan, di antaranya Go Startup Indonesia 2018 (Juara 1), Best of the Best Talent Scouting NextDev 2018, dan Startup with Best Social Impact oleh Tempo tahun 2017.

“Tahun 2019 Garda Pangan berencana untuk mengembangkan bisnis dengan menarik sebanyak-banyaknya klien baru dari industri hospitality dan industri makanan. Pendekatan inovatif yang ditawarkan Garda Pangan merupakan hal yang sangat baru, sehingga membutuhkan kanal-kanal promosi yang gencar untuk meningkatkan exposure dan minat dari industri tersebut untuk mulai beralih kepada pengelolaan sampah makanan yang lebih bertanggung jawab,” papar Eva.

Ia lebih jauh menjelaskan bahwa saat ini Garda Pangan terus berupaya untuk bisa melakukan advokasi kepada pemerintah kota Surabaya untuk ikut peduli dengan isu food waste. Eva dan tim Garda Pangan percaya bahwa keterlibatan pemerintah akan bisa mendorong iklim yang lebih kondusif bagi para bisnis akanan untuk ikut bergabung dalam gerakan ini.

Solusi dari Garda Pangan sangat mungkin bisa diterapkan di kota-kota besar lainnya di luar Surabaya. Hanya saja saat ini Eva dan tim tidak ingin terburu-buru melakukan ekspansi, meski ada mimpi untuk membawa manfaat Garda Pangan lebih luas lagi.

“Tentu saja kami punya mimpi bahwa gerakan Garda Pangan ini bisa berkembang di seluruh kota di Indonesia. Akan tetapi kami juga tidak ingin terburu-buru. Kami sadar Garda Pangan masih sangat muda, dan kami ingin memperkuat terlebih dahulu pondasi di Garda Pangan Surabaya sebelum membuka cabang di kota lain. Kami juga masih fokus mengumpulkan best practice yang nantinya bisa diterapkan di kota lain,” tutup Eva.

SIAP Kembali Buka Pendaftaran Program Inkubasi untuk Startup di Bidang Sosial

Laporan tentang perkembangan startup bidang sosial di Indonesia yang dirilis Angel Investment Network Indonesia (ANGIN) pada tahun 2017 mengemukakan bahwa sekitar 80% dari pemain yang ada tidak bertahan lama. Penyebab utamanya para startup masih kesulitan melakukan validasi bisnis dan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar. Kondisi tersebut juga membuat startup kesulitan dalam menerima pendanaan dari investor. Terlebih di Indonesia sangat minim kisah sukses dari sebuah startup sosial yang dapat dijadikan rujukan.

Kurangnya jejaring, sumber pendanaan, akses pengetahuan, jiwa kewirausahaan dan juga belum terbentuknya ekosistem wirausaha sosial yang memadai menambah permasalahan para pendiri startup sosial untuk berkembang. Melihat hal tersebut, William Hendradjaja (Co-Founder Impact Hub Jakarta), Aldi Ulaan (General Manager Kolaborasi.co), dan Aghnia Banat (Managing Partner SIAP), menginisiasikan sebuah program bernama Social Innovation Acceleration Program (SIAP).

SIAP adalah sebuah program edukasi dan inkubasi yang bertujuan meningkatkan kapasitas founder startup sosial melalui dua program utama, yaitu: Social Enterprise Development (SED) Bootcamp dan Advancement Stage. SED Bootcamp adalah program mentoring yang berlangsung intensif selama dua bulan bagi para founder. Pada program ini, para founder berkesempatan untuk mendapatkan hands-on mentoring, networking, dan akses kerja sama dengan stakeholder di bidang sosial seperti NGO.

Setelah lulus dari bootcamp ini, SIAP akan mengurasi 3 startup ke dalam Advancement Stage, dengan 3 program yang lebih mendalam, yaitu: product development, network enhancement, dan impact assessment. Pada batch pertama, SIAP telah menginkubasi 10 startup, terdiri dari iBeasiswa, WarungKebunku, SehatMental.id, PiBo, LeloqBelu, SiPanen, Venambak, Obabas, SiPanen dan SecondChance.  Antusiasme baik dari pelaku startup di Jakarta membuat SIAP bersemangat membuka program SED Bootcamp batch kedua pada 11 Agustus – 22 September 2018 mendatang.

Batch kedua ini akan dibuka untuk 30 startup yang bergerak di bidang pertanian, pendidikan, dan kesehatan. Sekurangnya akan ada 14 orang mentor yang akan mengisi sesi, beberapa di antaranya Aria Widianto (VP Strategy & Partnership Amartha), Iqbal Hariadi (Head of Marketing Kitabisa.com), Dimas Pramudya (Internal Growth GO-JEK), Dondi Hananto (Partner Patamar Capital), Aldi Adrian Hartanto (Head of Investment Mandiri Capital Indonesia) dan Afifa Urfani (Chief Marketing Crowde).

Bagi startup yang berminat, pendaftaran akan dibuka hingga tanggal 4 Agustus mendatang. Pendaftaran dapat dilakukan melalui tautan berikut ini http://bit.ly/batch2siap.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Innovation Acceleration Program

Dukung.id’s Mission to Improve Educational Quality

Initiated because of concern on Indonesia’s education, Zaky Zakaria created Dukung.id. As an Executive Director, he said that there are so many educational issues in Indonesia nowadays.

Dukung.id is introduced as an attempt to help public and government to accelerate the distribution of quality and access to Indonesia’s education. It’s a crowdfunding platform to support campaign related to educational activities in Indonesia.

“Education issues can’t be solved only by the government. The public should have contributed. The one who knows the issue in the area is its own population. The one aware of the teachers’ concern is not the ministry or the officials but their neighbors. The first one to know school’s damage is not government officials but the environment.”

The solution can be found anywhere, Zakaria added. After a few discussion with several parties, he found solutions, new ideas, movements, and spirit from the people, but there’s no specific platform for it.

“For those who want to use Dukung.id, just enter the site, register, and fill out the form. Follow the instruction. Later, the team will verify the identity and initiatives,” he added.

dukunggg

After verification, users can directly use the donation. The success of the initiatives depends on its distribution coverage. Therefore, spread the initiatives through social media. Monetizing strategy applied by Dukung.id is to take 5% fee of every donation.

Dukung.id platform is similar to crowdfunding mechanism, but it’s focused on education, particularly in the remote area.

Dukung.id positive activity

Up until now, Dukung.id has supported six activities, two of them have been accomplished. Computer for change is an example, a movement from Tedihouse and volunteers. There’s also campagin to build Rumah Teladan in Nusa Tenggara Timur, a study center for Waturaka people, literacy act of Panti Baca Ceria, and so on.

Dukung.id also provides donation options for trusted and registered organization. It’s to facilitate users who want to donate. Each initiative consists of five categories,: extracurricular, infrastructure, props, research, and campaign.

“In 2018, we’re trusted as people’s top of mind to find a solution and to solve educational issues,” Zakaria said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Dukung.id dan Misinya Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Berangkat dari kepeduliannya kepada dunia pendidikan di Indonesia, Dukung.id didirikan oleh Zaky Zakaria. Kepada DailySocial, Zaky selaku Executive Director mengungkapkan saat ini banyak sekali masalah pendidikan, yang mungkin terlalu panjang jika dijabarkan.

Dukung.id hadir sebagai usaha membantu pemerintah dan masyarakat untuk percepatan pemerataan kualitas dan akses pendidikan di Indonesia.

“Masalah pendidikan tidak bisa selesai hanya dengan peran pemerintah saja. Harus ada peran dari kita sebagai masyarakat. Karena yang tahu persis masalah pendidikan di wilayahnya adalah masyarakat itu sendiri. Yang tahu ada guru yang kesusahan, bukan menteri atau pejabat. Tapi tetangga dari guru tersebut. Yang tahu informasi pertama ada bangunan sekolah yang rusak, bukan dinas atau pejabat, tapi masyarakat di wilayah tersebut.”

Zaky menambahkan, pada akhirnya solusi juga bisa datang dari mana saja. Dari pertemuan dengan beberapa pihak, Zaky menemukan banyak solusi-solusi, ide-ide baru, gerakan-gerakan dan semangat yang datang dari masyarakat, namun belum ada platform khusus untuk menampung semua.

“Bagi mereka yang ingin memanfaatkan platform Dukung,id, tinggal masuk ke situs, daftar lalu isi formulir. Ikuti petunjuk yang ada. Setelah itu tim kami akan melakukan verifikasi identitas dan inisiatif tersebut,” kata Zaky.

Setelah di verifikasi pengguna sudah bisa menerima dukungan (donasi) tersebut. Keberhasilan inisiatif tergantung dari seberapa luas inisiatif tersebut tersebar. Untuk itu sebarkan Inisiatif tersebut melalui akun media sosial yang dimiliki. Strategi monetisasi yang diterapkan oleh Dukung,id adalah, mengambil fee sebesar 5% dari setiap donasi yang terkumpul.

Sekilas platform yang dihadirkan oleh Dukung,id sama dengan cara kerja dari crowdfunding. Namun Dukung.id ingin fokus kepada pendidikan saja, terutama di pelosok daerah.

Kegiatan positif Dukung.id

Hingga kini Dukung.id telah menjalankan enam kegiatan, dan tercatat dua kegiatan sudah selesai dikerjakan. Di antaranya adalah Computer for change, sebuah gerakan dan teman-teman Tedihouse dan relawan, membangun Rumah Teladan di Nusa Tenggara Timur, pusat belajar bagi warga di Waturaka, gerakan literasi dari Panti baca ceria dan Hidden gems dan lainnya.

Dukung.id juga menyediakan pilihan donasi kepada organisasi yayasan yang terdaftar dan terpercaya. Hal ini memudahkan pengguna yang ingin memberikan donasi. Masing-masing inisiatif tersebut terbagi menjadi lima kategori, yaitu ekstrakurikuler, infrastruktur, alat peraga, penelitian dan kampanye.

“Tahun 2018 ini kami dipercaya oleh masyarakat dan menjadi top of mind, jika ingin mencari solusi dan juga membantu menyelesaikan masalah pendidikan pasti ke Dukung.id,” pungkas Zaky.

Program Edukasi “SIAP” Kembali Inkubasi Startup di Bidang Sosial

Di antara banyak lanskap yang digeluti oleh startup Indonesia, social enterprise atau kewirausahaan berbasis sosial menjadi salah satu yang cukup diminati. Startup yang fokus pada social enterprise umumnya menekankan pada dua aspek sekaligus, yakni bagaimana mereka memberikan dampak kepada masyarakat secara umum dan bagaimana mereka dapat bertahan dengan model bisnis berkelanjutan. Dalam realisasinya, ternyata masih banyak tantangan untuk mencapai dua tujuan utama tadi.

Beberapa faktor yang masih menjadi PR bagi para pelaku kewirausahaan sosial di antaranya kurangnya jejaring, sumber pendanaan, akses pengetahuan, mentorship, dan belum terbentuknya sebuah ekosistem wirausaha sosial yang memadai. Untuk itu William Hendradjaja (Co-Founder Impact Hub Jakarta), Agustian Hermanto (Co-Founder Collective.id), Aldi Ulaan (General Manager Kolaborasi.co), dan Aghnia Banat (Project Director LocalStartupFest) menginisiasi sebuah program bernama Social Innovation Acceleration Program (SIAP).

SIAP adalah sebuah program edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas founder social enterprise melalui 4 program utama, yaitu: Social Enterprise Development (SED) Bootcamps, Project Matchmaking, Product Development Week dan Demo Day. Para founder yang bergabung dalam SIAP berkesempatan untuk mendapatkan mentorship, networking dan akses pendanaan yang tepat. Pada program bootcamp pertama di tahun 2017, SIAP telah menginkubasi 6 social enterprise dari berbagai bidang, mulai dari kesehatan, lingkungan, pariwisata, hingga edukasi.

“Dengan mengikuti program Social Enterprise Development Bootcamp, para founder dapat belajar berbagai kurikulum seperti Change Theory, Product Validation Method, Growth Hacking, Impact Assessment & Metrics, sampai Sustainability Strategy dalam 2 bulan. Setelah menyelesaikan program tersebut, terdapat Advancement Program untuk pengembangan produk dan sesi mentoring personal agar para founder bisa mendapatkan feedback mendalam mengenai social enterprise-nya dari para mentor,” ujar Aghnia sebagai salah satu inisiator SIAP.

Di tahun 2018 ini SIAP akan fokus menginkubasi social enterprise pada bidang agrikultur, edukasi, dan kesehatan. Mentor-mentor yang telah tergabung dan akan berpartisipasi pada bootcamp tahun ini antara lain Vikra Ijas (Co-founder dan CMO Kitabisa.com), Sofian Hadiwijaya (Co-Founder Warung Pintar), Yohanes Sugihtononugroho (Co-Founder dan CEO Crowde), Fajar Anugerah (Partner Patamar Capital), dan Stephanie Arrowsmith (Co-founder ImpactHub).

Tahun ini SIAP membuka kesempatan bagi 30 peserta untuk mengikuti program bootcamp. Acara akan diselenggarakan pada tanggal 31 Maret – 19 Mei 2018 mendatang.  Peminat dapat memperoleh informasi lebih lanjut dan melakukan pendaftaran dengan mengunjung laman resmi SIAP www.socialinnovation.id.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Social Innovation Acceleration Program 2018

Startup “Social Enterprise” Campaign Peroleh Investasi dari Ken Dean Lawadinata

Berdiri sejak dua tahun yang lalu, platform social enterprise Campaign tahun ini mendapatkan investor baru yang sudah tidak asing lagi di dunia startup Indonesia. Ken Dean Lawadinata, yang kita kenal sebagai Co-Founder Kaskus, secara khusus menjadi investor tunggal Campaign.

Sebelumnya Campaign, yang dipimpin CEO William S. Gondokusumo, menjalankan layanan platform kampanye untuk komunitas secara bootstrapping dan memberikan layanan konsultan teknologi kepada korporasi. Dalam dua tahun terakhir sumber dana untuk menjalankan bisnis di Campaign berasal dari pendapatan perusahaan.

“Tahun ini kita mendapatkan investor baru yang secara khusus ingin fokus kepada edukasi dengan memberikan impact investment kepada komunitas dan tentunya platform di Campaign,” kata William.

Saat ini Campaign telah memiliki sekitar 200 individu dan komunitas di Indonesia dan juga lebih dari 60 individu dan komunitas dari luar Indonesia.

Tidak sekadar platform social enterprise

Secara khusus Campaign memiliki platform berbasis digital yang memudahkan komunitas untuk mempromosikan kampanye melalui aplikasi. Teknologi yang dimiliki oleh Campaign, diharapkan bisa mendorong kesuksesan kampanye yang dimiliki oleh kalangan individu hingga organisasi di Indonesia dan juga secara global.

“Selain aplikasi kami juga memberikan pelatihan, konsultasi dan edukasi kepada kalangan individu hingga organisasi agar bisa lebih baik lagi merencanakan hingga merilis kampanye mereka secara digital,” kata William.

Sebagai investor, peranan Ken Dean Lawadinata bakal memberikan arahan hingga masukan kepada tim Campaign untuk bisa melancarkan misi mereka sebagai startup social enterprise lokal.

“Sebagai investor saya sangat peduli dengan apa yang dijalankan oleh Campaign. Untuk itu sebisanya saya akan membantu apa pun yang dibutuhkan oleh Campaign, namun demikian fungsi saya sebagai investor tidak terlalu banyak terlibat hanya terus menjadi pemerhati,” kata Ken.

Strategi monetisasi dan rencana Campaign selanjutnya

Saat ini komunitas yang ingin meluncurkan kampanye melalui Campaign tidak dikenakan biaya. Begitu juga dengan kegiatan rutin edukasi hingga pelatihan dengan menghadirkan pakar hingga kalangan profesional. Strategi monetisasi yang dilancarkan Campaign adalah jika ada korporasi yang ingin melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) atau kampanye khusus melalui Campaign. Dari situlah pendapatan Campaign dihasilkan.

“Belajar dari pengalaman kami di tahun pertama menjadi konsultan teknologi hingga media sosial kepada korporasi, Campaign bisa menghidupi bisnis hingga berjalan selama 2 tahun. Selanjutnya kegiatan tersebut bakal dilancarkan,” kata William.

Hingga kini Campaign telah menjadi platform kampanye untuk brand seperti Autan, Vivo hingga kegiatan CSR perusahaan asing. Selanjutnya Campaign masih memiliki banyak kegiatan untuk membantu komunitas, di antaranya adalah meetups, hub dan Next-Gen Cycle.

“Membangun komunitas adalah hal yang penting untuk membangun Indonesia lebih baik lagi. Saya berharap Campaign tidak hanya membuat perubahan di Indonesia tapi juga secara global,” tutup William.

Application Information Will Show Up Here

Save Youselves Hadirkan Layanan Edukasi dan Konsultasi Kesehatan Mental

Startup yang menyasar layanan sosial dan kesehatan mental saat ini masih belum banyak di Indonesia, kebanyakan startup yang menyasar social enterprise berupa dukungan donasi atau ekonomi sosial. Salah satu startup yang mencoba untuk memberikan layanan konsultasi untuk kesehatan mental adalah Save Yourselves.

Didirikan oleh tiga co-founder yaitu Indri Mahadiraka, Riva Rumamby dan Syatitah Muharina, Save Yourselves memiliki tujuan untuk membawa perubahan dan impact untuk kesehatan mental di Indonesia.

“Kami membahas tingkat bunuh diri di Indonesia yang terus meningkat, dengan mayoritas demografi anak muda. Lalu muncullah ide untuk membuat sebuah platform online yang accessible, educational dan juga low-cost. Kami memulai dengan membuat akun Line untuk support chat bagi pengguna yang ingin bercerita dan membutuhkan dukungan,” kata Indri kepada DailySocial

Belajar dari latar belakang salah satu co-founder yang memiliki pendidikan psikologi, Save Yourselves mencoba untuk menyentuh isu-isu kesehatan mental.  Setelah menjalankan layanan selama beberapa waktu, Save Yourselves mulai mengikuti beberapa kompetisi, salah satunya adalah Startup Weekend. Pada November 2016 Save Yourselves terpilih sebagai pemenang dari Startup Weekend Jakarta.

“Hal ini membuat kami makin terpacu untuk melanjutkan perjuangan kami dalam isu mental health. Pada Februari 2017 kami diundang untuk mengikuti akselerator bisnis yang berfokus dalam social enterprise yaitu SIAP (Social Innovation Acceleration Programme),” kata Indri.

Layanan yang dimulai dari sebuah inisiatif sederhana untuk membantu orang, kemudian menjadi sebuah bisnis sosial. Pada Juni 2017 Save Yourselves lolos seleksi top 100 startups Echelon Asia Summit, dan berangkat ke Singapura untuk pitch ide. Save Yourselves masuk sebagai startup terbaik dari kategori Health and Lifestyle Vertical dan merupakan top 6 dari Asia.

Layanan edukasi dan support chat

Saat ini Save Yourselves telah memiliki kontributor sebanyak 26 orang. Dalam waktu 8 bulan, Save Yourselves telah memiliki total pengguna sebanyak 5640 orang di seluruh platform, dengan total hampir 1500 orang yang pernah memanfaatkan fitur Chat Save Yourselves. Sejak diluncurkan layanan paling banyak yang dimanfaatkan oleh pengguna adalah bagian edukasi dan support chat.

“Kami sangat bangga dengan tim kami dan juga para kontributor, mereka adalah sekumpulan orang yang passionate dengan isu mental health. Target kami adalah untuk meningkatkan kuantitas layanan kami agar bisa mencangkup lebih banyak orang, dan juga meningkatkan sisi edukasional dari platform kami,” kata Indri.

Saat ini Save Yourselves hanya bisa diakses melalui situs, sementara untuk platform Chat bisa digunakan melalui akun Line Save Yourselves (@vol7047). Untuk ke depannya Save Yourselves diharapkan bisa menjadi platform alternatif untuk membantu lebih banyak masyarakat di Indonesia yang membutuhkan bantuan dan konsultasi terkait kesehatan mental.

“Kami memperhatikan bahwa, banyak dari pengguna memang membutuhkan bantuan namun masih sulit untuk membuka diri dan bercerita ke orang-orang terdekat. Di luar itu, stigma mengenai kesehatan mental juga membuat pengguna ragu untuk mendapatkan bantuan kesehatan psikologis yang profesional,” tutup Indri.