[Hands-on] Sony PlayStation Classic yang Dibanderol Rp1,8 Juta

Dalam sebuah acara bertajuk “Play for Everyone” yang diselenggarakan di High Grounds Pantai Indah Kapuk Jakarta (10/12/2018), PlayStation berbagi informasi terbaru seputar kegiatan akhir tahun di Indonesia. Termasuk konsol PlayStation Classic dan dua game terbaru mereka yakni Sekiro: Shadows Die Twice dan Kingdom Hearts III.

Sebagai bagian dari kegiatan akhir tahun, PlayStation mengadakan roadshow “Play for Everything” di Depok dan Jakarta. Selain bisa mendapatkan penawaran menarik, Anda bisa mencoba game-game terbaru seperti Overcooked!2, Kingdom Hearts III, FIFA 19, dan Astrobot: Rescue Mission. Berikut jadwal roadshow PlayStation “Play for Everything”:

  • Margo City, Depok pada tanggal 5-9 Desember 2018
  • Grand Indonesia, Jakarta pada tanggal 12-16 Desember 2018

Pertumbuhan PlayStation

Playstation-Classic

Menurut Ian Purnomo, Public Relations & Developer Relations, Sony Interactive Entertainment Hong Kong Limited Singapore Branch (SIES). PlayStation secara global pertumbuhannya meningkat, di mana sudah lebih dari 80 juta PS4 terjual sejak pertama kali dirilis. Kawasan Southeast Asia merupakan kawasan yang perkembangannya cukup bagus dan Indonesia salah satunya.

Sekedar rekap di tahun ini ada sejumlah game yang dirilis di PS4, mulai dari Monster Hunter: World, lalu ada God of War yang memenangkan nominasi Game of The Year, Detroit: Become Human, Fortnite, Spiderman, hingga PUBG. Sementara, untuk VR ada Astro Bot: Rescue Mission dan Tetris Effect.

Selain itu, pada bulan September – PlayStation menerapkan sistem warranty baru di Indonesia, di mana produk resmi PlayStation akan memiliki stiker hologram yang bertuliskan ‘Produk Resmi Indonesia’.

PlayStation juga mengumumkan bundle konsol PlayStation 4 dengan game FIFA 19 lengkap beserta Dualshock 4 controller yang dibanderol Rp5.799.000. Serta, bundle PlayStation 4 Pro dengan game Red Dead Redemption 2 yang dibanderol Rp7.899.000.

Selain itu, ada Hits Bundle yakni PlayStation 4 yang berisikan tiga game yakni The Last of Us, God of War, dan Detroit Become Human yang dibanderol hanya Rp5.199.000. Kemudian, Party Bundle yakni PlayStation 4 dengan game FIFA 19 dan Overcooked!2 seharga Rp5.699.000.

Satu lagi, PlayStation juga menggelar promo Flash Sale 12.12 di Blibli. Di mana setiap pembelian konsol PlayStation 4 Party Bundle akan mendapatkan diskon sebesar Rp1 juta dan harga khusus Rp10.000 untuk satu unit Dualshock 4 Wireless Controller.

Hands-on PlayStation Classic

Playstation-Classic

PlayStation Classic merupakan konsol game miniatur yang menyerupai tampilan dari PlayStation orisinil. Memuat 20 game, diantaranya Tekken 3, Super Puzzle Fighter II Turbo, Ridge Racer Type 4, Metal Gear Solid, Grand Theft Auto, dan Resident Evil Director’s Cut.

Di acara tersebut, saya berkesempatan bermain game dengan PlayStation Classic. Produk ini memang diciptakan untuk bernostalgia, buat yang benar-benar ingin memainkan game jadul kesayangan yang pernah dulu mainkan. Mungkin Anda juga ingin memperkenalkannya ke si kecil atau keluarga.

Bila tujuannya sebagai konsol game utama di rumah, saya rasa kurang tepat. 20 game yang di dalamnya memang cukup banyak, tapi Anda tak bisa menambah game baru. Ingat, kualitas grafisnya juga belum 3D atau sebagus game-game jaman sekarang.

Wujud PlayStation Classic benar-benar mirip seperti konsol edisi pertamanya, namun ukurannya 80 persen lebih kecil dari edisi orisinalnya. Bila tertarik, PlayStation Classic dibanderol dengan harga Rp1.799.000.

Saya juga sempat mencoba dua game terbaru Sekiro: Shadows Die Twice dan Kingdom Hearts III. Untuk Sekiro: Shadows Die Twice, para awak media belum diperkenankan mengambil gambar dan video dari game ini. Sekitar 15 menit saat mencobanya, game dari kreator Dark Souls yakni From Software ini sangat cukup menegangkan. Berperan sebagai Shinobi, kita tidak bisa bertarung secara terang-terangan.

Sedangkan, mencoba Kingdom Hearts III rasanya sangat menyenangkan – crossover antara dunia Final Fantasy dan Disney. Game racikan Square Enix ini akan dirilis pada Januari 2019.

Semua Mode Autofocus Sony a7 III dan a7R III Kini Dapat Digunakan dengan Lensa Non-Native

Salah satu alasan mengapa saya pribadi selalu menjagokan kamera mirrorless besutan Fujifilm adalah betapa rajinnya sang produsen merilis firmware update, termasuk untuk kamera-kamera yang sudah berumur. Update-nya memang sering terkesan minor, tapi terkadang pembaruan yang dibawa juga sangat signifikan.

Sekarang, pabrikan kamera lain juga mulai menunjukkan gelagat yang sama. Lihat saja Sony, yang merilis firmware update versi 2.0 untuk kamera a7 III dan a7R III dua bulan lalu. Berdasarkan pengujian intensif yang dilakukan DPReview, penyempurnaan yang dihadirkan update tersebut rupanya sangat krusial.

Utamanya adalah bagaimana update ini memungkinkan pengguna a7 III dan a7R III untuk lebih memaksimalkan koleksi lensa non-native (yang memerlukan adaptor) yang dimilikinya. Berkat update ini, semua mode autofocus jadi bisa digunakan meski yang terpasang adalah lensa dengan bantuan adaptor.

Menariknya, ini juga berlaku buat lensa merek lain, semisal lensa Canon yang dibantu adaptor besutan Sigma atau Metabones. Mode-mode autofocus-nya sendiri mencakup Lock-on AF dengan kemampuan subject tracking, Zone dan Expand Flexible Spot, serta Eye AF.

Sejatinya masih banyak pembaruan yang dibawa update tersebut, semisal opsi untuk menetapkan AF Track Sensitivity pada salah satu tombol custom, serta fungsi bracketing selagi kamera dalam mode silent. Pun begitu, tetap saja yang menjadi bintangnya adalah dukungan atas lensa non-native yang lebih maksimal itu tadi.

Sumber: DPReview.

Paten Bocorkan Teknologi Layar Tekuk Sony yang Tak Biasa

Tahun 2018, tren fokus pada notch dan kamera geser. Tahun depan, aroma akan adanya tren baru sudah tercium dini, di mana industri mobile akan dijejali oleh ponsel dengan layar yang bisa ditekuk layaknya dompet. Konsep desain yang berdasar dari ponsel lipat clamshell namun kali ini tanpa engsel dan area tekukannya ada di tengah layar.

Semua pabrikan smartphone besar seperti Apple, Samsung, Huawei, LG, Motorola sudah bersiap-siap untuk merilis smartphone layar tekuk dalam waktu dekat. Kini Sony juga dikabarkan siap terjun ke arena perlombaan itu.

Pabrikan asal Jepang yang terkenal dengan sensor kameranya ini disebut berencana untuk meluncurkan smartphone yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Sony dilaporkan telah mengajukan paten untuk teknologi mobile yang menampilkan layar tekuk yang transparan.

paten sony

Dilaporkan pertama kali oleh LetsGoDigital via PhoneArena, paten menunjukkan smartphone dengan dua layar. Satu di depan, dan satu lagi di belakang. Layar ini dapat diatur untuk bekerja dalam enam mode berbeda, misalnya dibuat dengan latar solid, transparan, tembus cahaya, ditekuk dan bahkan digulung. Situs web ini juga telah memposting beberapa render tentang bagaimana tampilan smartphone yang dimaksudkan oleh Sony. Paten juga menyinggung soal layar yang bisa digulung yang pernah terlihat beberapa waktu yang lalu.

Sony-Foldable-phone-patent-Leak

Rancangan baru ini jelas merupakan sebuah terobosan yang melampaui apa yang ada dalam ekspektasi banyak orang tentang smartphone layar lipat.  Meskipun masih butuh waktu untuk melihat produk akhirnya, bahkan tak ada jaminan perangkat akhrinya akan benar-benar terwujud, tapi setidaknya hal ini menunjukkan bahwa Sony cukup peka dengan perkembangan tren. Bukan tak mungkin teknologi ini akan menjadi penyelamat divisi mobile Sony yang kembang kempis.

Sony Indonesia Umumkan Headphone Wireless Noise Cancelling WH-1000XM3 dan WF-SP900

Sony Indonesia telah mengumumkan dua produk headphone terbarunya, yaitu WH-1000XM3 dengan harga Rp5.999.000 dan WF-SP900 dengan harga Rp3.999.000. Dua produk ini menyasar target yang berbeda, lantas fitur apa saja yang ditawarkan?

Sony WH-1000XM3 

sony-indonesia-umumkan-headphone-wireless-noise-cancelling-wh-1000xm3-dan-wf-sp900

Premium noise cancelling headphone WH-1000XM3 ini sudah dilengkapi HD Noise Cancelling Processor QN1. Prosesor baru ini terdiri dari tiga komponen, yaitu digital noise cancelling itu sendiri, sudah mendukung 32 bit Audio Signal Processing, dan DAC + Amplifier. Singkatnya, berkat prosesor QN1 ini WH-1000XM3 menawarkan peningkatan performa noise cancelling dan kualitas suara lebih baik dibandingkan WH-1000XM2.

Selain itu, WH-1000XM3 mengusung fitur baru yang disebut adaptive sound control yang terdiri dari tiga mode. Misalnya saat kita lagi menunggu dan tidak banyak bergerak, noise canceling akan dinonaktifkan dan ambient sound-nya akan fokus ke voice sehingga kita tetap bisa mendengarkan pengumuman.

Sedangkan, saat kita sedang berjalan – mode akan otomatis berubah ke musik dan ambient sound. Jadi, noise cancelling tetap off, tetapi ambient sound-nya normal.

Lalu yang terakhir pada saat travelling, saat diperjalanan menggunakan bus, kereta, ataupun pesawat. Mode akan berubah, noise canceling akan aktif dan ambient sound-nya off. Jadi, kita bisa benar-benar terhanyut mendengarkan lagu sambil menatap dunia luar lewat jendela.

Mungkin Anda bertanya-tanya, bagaimana cara kerja dari adaptive sound control? Jawabannya adalah dengan mendeteksi smartphone, agar fitur tersebut dapat bekerja – pengguna WH-1000XM3 harus menginstal aplikasi Headphones Connect.

sony-indonesia-umumkan-headphone-wireless-noise-cancelling-wh-1000xm3-dan-wf-sp900

Fitur keren lainnya pada WH-1000XM3 ialah mode quick attention yang memungkinkan kita untuk mendengar apa yang terjadi di sekeliling
tanpa harus melepas headphone. Cukup letakkan tangan kanan pada housing headphone sebelah kanan untuk mengurangi volume musik secara instan.

Fitur voice assistant juga sebenarnya tidak kalah menarik, kita bisa memberi perintah suara untuk bertanya atau menjalankan aplikasi tertentu dengan bantuan Google Asisstant atau Siri. Caranya dengan menekan agak lama tombol noise cancelling.

Dibanding seri sebelumnya, body WH-1000XM3 sedikit lebih tipis dan ringan, beratnya 225 gram. Dengan earcup yang lebih lebar sehingga telinga tercover penuh dan bantalan headband yang lebih tebal sehingga lebih nyaman dipakai dalam durasi lama. Menurut saya, ukurannya lebih pas di telinga – tidak terlalu besar dan kecil.

Headphone ini telah dilengkapi kontrol touch panel di sebelah kanan. Tap sekali untuk play/pause musik, double tap untuk mengangkat panggilan telepon.

Kemudian usap ke atas atau bawah untuk menyesuaikan volume, usap ke kanan atau kiri untuk mengganti lagu. Tutup housing headphone untuk mengaktifkan activate quick attention dan tekan lama tombol noise cancelling untuk mengaktifkan voice assistant.

Untuk daya tahan baterainya, headphone ini mampu bertahan 30 jam sekali charge. Ada juga fitur quick charger, di mana men-charge 10 menit kita bisa mendengarkan lagu selama 5 jam.

Sony WF-SP900

Beralih ke WF-SP900, earbud wireless yang dirancang untuk menemani Anda berolahraga. Meski bentuknya mungil, perangkat ini terbilang tangguh – karena telah disertifikasi IPX5.8 dan IPX6 untuk tahan air dan debu. Anda bisa menggunakan WF-SP900 sambil berenang dalam kolam renang atau di laut hingga kedalaman 2 meter.

Untuk daya tahan baterainya, truly wireless sports headphones ini dijanjikan dapat digunakan selama 3 jam saat terhubung dengan smartphone. Serta, 6 jam bila memutar musik yang tersimpan di memori internal yang punya kapasitas 4GB.

Headphone WF-SP900 tersedia di Indonesia dimulai pada pertengahan bulan November dengan harga Rp3.999.000. Sementara, headphone WH-1000XM3 tersedia untuk pre-order di Indonesia mulai tanggal 26 November hingga 4 Desember 2018 dengan harga IDR 5.999.000.

Astro Racik Controller PlayStation 4 Modular Premium Untuk Gamer Pro

Perkembangan esports di console bukan hanya memberikan kesempatan bagi gamer untuk menunjukkan kemampuannya, tapi juga membuka peluang lebih lebar bagi produsen periferal third-party buat menawarkan alternatif dari input kendali yang ada. Penjelmaan kreasi mereka mungkin sudah sering Anda lihat. Contohnya: Razer punya Raiju, dan Scuf menawarkan Vantage.

Biasanya, kendala terbesar dari produk-produk pihak ketiga ini adalah harganya yang mahal sebagai kompensasi dari fitur-fitur canggih di sana. Setelah diakuisisi oleh Logitech di bulan Juli silam, minggu ini Astro Gaming resmi memperkenalkan gamepad tercanggih buatannya, diberi nama C40 TR. Astro C40 TR adalah controller berlisensi resmi PlayStation dengan rancangan modular yang memungkinkan kita menerapkan layout ala gamepad Xbox.

Astro C40 TR 1

Pada dasarnya, Astro C40 TR mempunyai kelengkapan layaknya DualShock 4. Di sana, Anda akan menemukan touchpad, sepasang tombol trigger dan lain-lain. Namun silakan lihat sisi bawahnya. Di sana ada sepasang lagi rear button yang dapat dikustomisasi, serta switch trigger stop berwarna merah yang berfungsi untuk mengatur jarak tarikan tombol pelatuk, sehingga Anda bisa membuatnya lebih pendek dan sensitif, ideal ketika sedang menikmati game-game shooter.

Beberapa produk controller third-party memang meyajikan kemudahan konfigurasi tombol dan stik analog. Namun yang menarik dari Astro C40 TR adalah, selain keleluasaan bongkar pasang stik analog, penggguna bisa mengubah penempatan stik dan directional pad, cukup dengan melepas cover  depannya terlebih dulu. Itu artinya, susunan thumb stick khas DualShock 4-nya dapat Anda ubah jadi layout asimetris ala controller Xbox.

Astro C40 TR 2

Astro C40 TR memiliki dimensi 168x108x53mm dengan bobot 310-gram. Controller ini telah dibekali baterai built-in, dapat diisi ulang via port microUSB, lalu  turut dibekali port audio 3,5mm di area bawah. Dalam pemakaiannya, ada bisa menggunakan mode wired ataupun nirkabel – memanfaatkan frekuensi 2,4Gz dan berjarak maksimal 10-meter.

Astro C40 TR 4

Menariknya lagi, meskipun Astro C40 TR memperoleh sertifikasi PlayStation (kesan resmi ditunjukkan pula oleh penggunaan simbol kotak, ssilang, lingkaran dan segitiga di action button), bukan cuma console current-gen Sony yang didukungnya. Gamepad juga dapat terhubung dengan Windows PC, bahkan ditunjang oleh software yang mempersilakan kita mengonfigurasi fungsi tombol.

Jika tertarik memilikinya, Astro sudah membuka gerbang pre-order C40 TR. Perangkat rencananya akan mulai dipasarkan pada bulan Maret 2019. Harganya memang tidak murah. Gamepad dibanderol US$ 200, lebih mahal US$ 50 dari Xbox Elite Wireless Controller. Belum diketahui apakah Astro akan turut menyediakan versi Xbox-nya.

Via The Verge.

Info Pada Paten Ungkap Controller PlayStation Berlayar Sentuh

Memulai kiprahnya sebagai unit controller alternatif untuk PlayStation pertama, DualShock akhirnya dipilih Sony buat jadi pendamping setia home console-nya. Namun dalam perjalanannya selama lebih dari dua dekade, rancangan DualShock tidak banyak berubah. Di penjelmaan keempatnya, Sony menambahkan touch pad, accelerometer, gyroscope dan light bar.

Dan berdasarkan informasi terkini, ada indikasi Sony Interactive Entertainment berencana untuk membubuhkan layar sentuh di unit kendali baru mereka. Laporan tersebut diungkapkan oleh situs DualShockers berdasarkan paten yang diajukan oleh sang console maker Jepang di United States Patent Office di bulan Oktober silam. Paten ini berisi data teknis, namun seorang user  Reddit menemukan eksistensi dari bagian touchscreen di sana.

Menurut deskripsi di paten, konsep desain perangkat ini tidak terlalu berbeda dari controller yang sudah ada: housing membentuk tubuh utama, ada dua buah bagian memanjang sebagai ekstensinya agar pengguna mudah menggenggam unit pengendali, lalu terdapat sebuah layar sentuh di permukaan teratas tubuhnya, berlokasi di antara kedua grip. Selanjutnya, tersedia dua set tombol diposisikan di dua area, lagi-lagi berada di samping touchscreen.

Dari penjelasan deskriptif tersebut, kita dapat mengintip cara departemen riset dan pengembangan Sony merancang produk. Tapi yang terpenting, kita juga bisa tahu kemiripan unit kendali baru itu dengan DualShock 4 – kecuali pada kehadiran layar sentuh. Tersedianya touchpad dan gyroscope di DualShock 4 memperluas cara pengguna berinteraksi dengan konten, bayangkan fitur baru apa yang dapat disajikan oleh touchscreen.

Setidaknya ada dua probabilitas yang mungkin terjadi berdasarkan info tersebut. Boleh jadi, controller ini diracik sebagai alternatif dari DualShock 4; atau kemungkinan keduanya ialah, perangkat itu merupakan penjelmaan teranyar dari DualShock buat menemani peluncuran console PlayStation next-gen. Tentu saja masih ada peluang ketiga: ia cuma sekadar eksperimen dan tidak dihadirkan jadi produk konsumen.

Membubuhkan layar sentuh di unit kendali untuk console sebetulnya bukanlah gagasan baru. Nintendo sempat menerapkannya di Wii U, lalu dahulu kala Sega juga pernah mencantumkan touchscreen di Dreamcast. Meski berbeda generasi, kedua perangkat ini punya satu kesamaan: mereka bukanlah produk yang sukses secara komersial.

Layar sentuh di controller memang membuat perangkat jadi unik, apalagi produk mengusung jenis panel berwarna. Tapi hal yang terpenting adalah, produsen harus menemukan fungsi esensial dari touchscreen yang bisa menambah kualitas pengalaman gaming, sehingga ia tak hanya jadi sekadar gimmick atau pengalih perhatian.

Sony Umumkan Lensa FE 24mm F1.4 G Master, Body Ringkas dengan Kontrol Lengkap

Lensa E 50mm f/1.8 OSS adalah lensa fix pertama yang saya gunakan, berpasangan dengan Sony Alpha A6000. Sampai sekarang pun saya masih menggunakan lensa fix, yaitu lensa FE 50mm f/1.8 di body Sony Alpha A7.

Kalau ditanya kenapa memilih lensa fix? Alasannya ialah karena memiliki aperture maksimum besar, yakni f/1.8 bahkan ada yang sampai f/1.4. Artinya, kita bisa menghasilkan foto dengan efek bokeh yang mempesona dan tetap bisa memperoleh foto yang cerah di dalam ruangan atau dalam kondisi penerangan temaram.

Tantangannya ialah karena jarak fokal dari lensa ini tetap alias tidak bisa zoom, maka untuk mendapatkan komposisi yang kita inginkan harus repot bergerak maju atau mundur. Selain itu, aperture besar juga memiliki depth-of-field yang sangat sempit. Tetapi, semua itu terbayar karena rata-rata kualitas foto yang dihasilkan relatif lebih tajam.

sony-umumkan-lensa-fe-24mm-f1-4-g-master-1

Bicara soal lensa fix atau prime, Sony baru saja mengumumkan lensa FE 24mm f/1.4 G Master (model SEL24F14GM) di Indonesia. Lensa full frame wide-angle dengan bukaan besar bagian dari lini lensa G Master series andalan Sony ini dibanderol Rp22.999.000.

Dengan ini, lensa native full frame E-mount kini berjumlah 30 dan totalnya menjadi 48 bila termasuk lensa E-mount APS-C. Nah di acara peluncuran lensa FE 24mm f/1.4 GM, saya berkesempatan mencobanya dengan body Sony Alpha A9 – kesannya sebagai berikut.

Body Ringkas dengan Kontrol Penuh

Sebelum bicara tentang teknologi di dalamnya, mari bahas bagian luarnya dulu. Salah satu kelebihan lensa fix ialah ukurannya yang ringkas dan lensa FE 24mm ini punya diameter filter 67mm, ukuran body 75,4mm x 92,4mm, dan bobot yang ringan – hanya 445 gram.

Hal yang saya suka ialah kontrol tambahan di body lensa. Biasanya desain lensa fix Sony sangat minimalis, hanya dijumpai ring untuk manual fokus. Namun pada lensa FE 24mm didapati aperture ring, aperture click switch, tuas AF ke MF atau sebaliknya, dan tombol focus hold – bagi saya semua itu cukup berarti untuk kontrol lebih cepat.

Desain Optikal Baru

sony-umumkan-lensa-fe-24mm-f1-4-g-master

Lensa FE 24mm f/1.4 GM ini menggunakan desain optikal baru,
yang mampu menangkap detail dengan resolusi tinggi pada seluruh frame, bahkan pada aperture f/1.4.

Lensa ini terdiri dari 10 kelompok berisi 13 elemen, termasuk dua elemen XA (extreme aspherical) dan tiga elemen ED (Extra-low-Dispersion) yang secara efektif menahan saggital flare agar titik sumber cahaya direproduksi secara akurat dan lapisan Nano Coating juga digunakan untuk mengurangi flare dan ghosting.

Selain itu, lensa ini memiliki jarak minimal fokus 24mm dan sebagai lensa wideangle – lensa ini juga serba guna untuk kebutuhan foto maupun video. Tentu saja, ideal untuk fotografi landscape, portrait, street, dan penikmat foto di malam hari.

Berikut ini sejumlah hasil foto menggunakan lensa lensa FE 24mm f/1.4 GM:

DSC00031

Bila Anda tertarik, keran pre-order lensa FE 24mm f/1.4 GM telah dibuka pada tanggal 19 hingga 28 Oktober 2018 dengan harga Rp22.999.000 di Blibli.com. Kemudian akan tersedia di gerai-gerai Sony pada tanggal 3 November 2018.

Setelah 12 Tahun, Akhirnya Online ID PlayStation Network Bisa Diubah

Beberapa hal paling menantang bagi pelanggan baru PlayStation Network adalah memilih nama, beradaptasi dengan bagaimana layanan ini bekerja, serta memaklumi jika ada ‘maintenance‘ dadakan. Tak seperti di Steam atau EA Origin, sejauh ini identitas PSN Anda bersifat permanen, dan penentuan jadi semakin sulit karena ‘nama-nama keren’ mungkin sudah digunakan orang lain.

Kurangnya fleksibilitas dalam menggota-ganti identitas PSN sudah lama dikeluhkan para pengguna. Mendengar begitu banyaknya permintaan user, Sony akhirnya mengumumkan rencana untuk melakukan uji coba fitur penggantian online ID PlayStation Network melalui console PlayStation 4. Langkah ini sangat menarik karena perlu waktu lebih dari satu dekade bagi Sony buat merespons permohonan gamer. Layanan PSN telah tersedia selama kurang lebih 12 tahun, meluncur di era PlayStation 3.

Ketika fungsi ini tiba, penggantian identitas PlayStation Network dapat dilakukan lewat menu Setting atau laman profile di PlayStation 4. Anda dipersilakan mengubah seluruhnya atau tetap mencantumkan ID sebelumnya agar teman-teman bisa mudah mengenal Anda. Pengguna harus memutuskan dengan bijak karena kita tidak lagi dapat memodifikasinya begitu identitas sudah diubah.

Sony memberikan satu kesempatan gratis untuk mengganti nama, namun buat penggantian selanjutnya, Anda perlu membayarkan biaya sebesar US$ 10 setiap kali ingin mengubahnya – atau US$ 5 untuk pelanggan PlayStation Plus.

Perlu Anda ketahui bahwa tidak semua game dan aplikasi kompatibel dengan perubahan online ID PlayStation Network, khususnya untuk judul-judul lama; baik di PlayStation 4, PlayStation 3 maupun PS Vita. Sony menjelaskan bahwa beberapa permainan yang tidak mendukungnya akan memunculkan pesan eror. Sebagai jalan keluarnya, Anda tetap bisa mengembalikan indentitas ke nama sebelumnya tanpa dikenakan biaya.

Hampir seluruh permainan PlayStation 4 kabarnya mendukung fitur ini, terutama game-game yang dirilis setelah tanggal 1 April 2018. Begitu fungsi perubahan nama ini resmi meluncur global, Sony Interactive Entertainment berjanji untuk memublikasikan daftar game yang kompatibel lengkap via situs PlayStation.com.

Buat sekarang, fungsi ini dapat diakses oleh sejumlah pengguna yang telah mendaftarkan diri dalam program uji coba beta sistem software PlayStation 4. Sony akan meluncurkan fitur baru tersebut buat seluruh pengguna console current-gen mereka di ‘awal tahun 2019’ dan berjanji untuk mengungkap update dalam waktu dekat.

Jika diberi kesempatan, saya ingin mengubah ID PlayStation Networks supaya sama seperti nama akun Steam.

Sumber: Blog PlayStation.

Sony Konfirmasi Bahwa Mereka Sedang Mengembangkan Console Next-Gen

Menakar dari produk generasi sebelumnya, perjalanan PlayStation 4 dan Xbox One akan berlangsung kira-kira dua sampai tiga tahun lagi hingga penerusnya diluncurkan ke publik. Tanda-tanda pengembangan yang dilakukan Sony sempat terungkap, tapi baru Microsoft saja yang terang-terangan mengakuinya lewat pengungkapan Project Scarlett di ajang E3 2018 bulan Juni kemarin.

Kali ini giliran Sony Interactive Entertainment yang angkat suara soal status produk next-gen mereka. Dalam wawancara dengan Financial Times, CEO Kenichiro Yoshida membenarkan bahwa console maker asal Jepang itu tengah mengembangkan perangkat gaming baru. Yoshida memang belum menyebutkan kata ‘PlayStation’, tapi melihat kepopuleran brand tersebut, kemungkinan besar produsen kembali mengusung namanya di perangkat anyar itu. Pertanyaannya sekarang adalah, apakah Sony akan sekadar menambahkan angka 5 di belakang namanya?

Komentar Yoshida juga mengindikasikan bagaimana Sony sedang bersiap-siap menyongsong akhir dari siklus hidup PlayStation 4, walaupun belum ada petunjuk mengenai berapa lama penerusnya akan tiba. Menurut sang CEO, sangat penting bagi mereka untuk menyiapkan hardware ‘generasi selanjutnya’. Tentu saja, aspek yang belum dibahas lebih jauh adalah komponen-komponennya.

Namun informasi dari sumber berbeda mengisyaratkan nama produsen yang dipercaya oleh Sony (dan kemungkinan Microsoft) untuk mengotaki platform next-gen mereka. Di bulan Mei kemarin, principal programmer Sony Eropa sempat ketahuan mengutak-utik teknologi AMD, tepatnya mengakses github LLVM yang berkaitan dengan prosesor Ryzen generasi pertama. Lalu dalam interview bersama Jim Cramer, CEO Dr. Lisa Su menginformasikan bahwa AMD kembali berkolaborasi dengan Sony dan Microsoft.

Berdasarkan narasumbernya, Financial Times melaporkan bahwa console baru Sony itu ‘tidak begitu berbeda’ dari apa yang pernah mereka tawarkan sebelumnya, khususnya dilihat dari basis arsitekturnya. Namun meski kehadiran platform next-gen tidak terelakkan, sebetulnya tidak ada alasan bagi Sony untuk buru-buru meluncurkan PlayStation ‘5’. PlayStation 4 tengah menikmati kesuksesan sebagai console terlaris saat ini, dan gamer masih menanti judul-judul besar seperti The Last of Us Part II, Death Stranding dan Ghost of Tsushima.

Sebagai komparasi, sang rival Microsoft tampaknya akan mengambil pendekatan berbeda dalam menghidangkan Xbox baru. Format home console tradisional mungkin akan tetap dipertahankan, namun kabarnya, konsumen juga diberikan solusi alternatif berupa metode streaming/cloud gaming. Arahan tersebut diperkuat oleh pengumuman Project xCloud hari Selasa lalu. Pada dasarnya, xCloud memungkinkan kita menikmati game Xbox di perangkat apapun, didukung oleh data center Azure.

Via Games Industry.

Sony Tiadakan Acara PlayStation Experience untuk Tahun 2018

Selain Electronic Entertainment Expo (E3) dan Tokyo Game Show (TGS), ajang PlayStation Experience (PSX) juga merupakan salah satu ajang pameran yang sering ditunggu-tunggu para gamer. Terutama para pengguna PS4 dan para console pendahulunya. Pameran tersebut biasanya diadakan setahun sekali di Amerika Serikat dengan dihadiri perusahaan-perusahaan besar seperti Activision, SEGA, juga Square Enix.

Acara PSX sering kali menjadi tempat perusahaan-perusahaan game itu menguak pengumuman penting. Judul-judul blockbuster seperti The Last of Us Part 2, Crash Bandicoot N. Sane Trilogy, serta Yakiza Kiwami pun pertama kali diumumkan di pameran tersebut. Sayangnya Sony baru saja memberi kabar yang kurang menyenangkan. Untuk tahun 2018 ini, tidak akan ada acara PSX.

Kabar tersebut disampaikan oleh Shawn Layden, pimpinan Sony Interactive Entertainment Worldwide Studios, dalam podcast resmi PlayStation. Dilansir dari Eurogamer, PSX yang biasanya hadir tiap bulan Desember, tahun ini ditiadakan karena kurang banyak game baru untuk dipamerkan.

Read Dead Redemption 2 | Screenshot
Read Dead Redemption 2 akan terbit di bulan Oktober | Sumber: Rockstar

“Untuk 2018, saya tahu ini akan mengecewakan sebagian orang, tapi kami memutuskan untuk tidak mengadakan PlayStation Experience tahun ini. Kami tidak akan mengadakannya di Amerika Serikat. Alasan di baliknya adalah karena kami tidak punya … kami mencapai banyak progres di berbagai game yang sedang kami buat… dan sekarang Spider-Man sudah terbit, jadi kami sedang menyongsong tahun 2019, dengan game seperti Dreams dan Days Gone.

Tapi kami tidak punya cukup banyak (game) untuk menarik orang-orang berkumpul ke suatu lokasi di Amerika Utara dalam rangka mengadakan acara tersebut. Kami tidak mau memasang ekspektasi yang sangat tinggi lalu tidak memenuhinya. Ini keputusan yang berat, tapi kami telah menentukan bahwa tahun ini kami tidak mengadakan PlayStation Experience,” demikian keterangan Layden dalam siaran podcast tersebut.

Spider-Man | Accolades
Siapa sangka game tema superhero bisa sepopuler ini | Sumber: Sony

Alasan yang diutarakan Layden cukup dapat dimengerti. Tahun 2018 adalah tahun yang penuh dengan judul-judul besar. God of War, Detroit: Become Human, dan Spider-Man telah memperkuat jajaran game eksklusif PS4 dengan sangat kuat. Judul-judul multiplatform besar pun telah dirilis, seperti Monster Hunter: World, Dragon Ball FighterZ, hingga Dragon Quest XI: Echoes of an Elusive Age. Wajar bila para developer game butuh waktu sebelum merilis konten dahsyat berikutnya.

Sementara itu, judul-judul besar yang akan terbit dalam waktu dekat sudah sering dipamerkan di ajang lain. Battlefield V misalnya, akan dirilis bulan November, jadi bila PSX diadakan maka judul ini sudah agak “basi”. Begitu pula dengan Read Dead Redemption 2 yang sangat ditunggu-tunggu. Game lain seperti Devil May Cry 5 atau Ace Combat 7: Skies Unknown pun rasanya tak perlu publikasi tambahan.

Ace Combat 7 | Screenshot
Ace Combat 7, salah satu game yang banyak ditunggu | Sumber: Bandai Namco

Momen PSX Amerika Serikat yang jatuh di bulan Desember kali ini sedikit kurang menguntungkan. Beda dengan PSX South East Asia 2018 yang digelar di Thailand pada bulan Agustus kemarin. Saat itu masih banyak info menarik untuk disajikan, salah satunya yang masih cukup “hangat” adalah tersedianya playable demo untuk Kingdom Hearts III.

Beberapa pihak berspekulasi bahwa tak adanya PSX 2018 punya kaitan dengan rumor bahwa Sony telah mempersiapkan peluncuran PS5. Apakah hal itu benar atau tidak, kita hanya bisa menebak-nebak. Tapi menurut saya saat ini Sony sedang ada di posisi yang sangat baik, dan antisipasi para gamer akan judul-judul baru Sony di tahun 2019 akan tetap tinggi meski tanpa PSX.

Sumber: Eurogamer