ExpressVPN Jadi Rekan Terbaru Dignitas

Dignitas baru saja mengumumkan kerja sama dengan ExpressVPN, penyedia layanan Virtual Private Network (VPN). Melalui kerja sama ini, ExpressVPN akan menyediakan layanan keamanan siber bagi para pemain Dignitas. Selain mengamankan jaringan internet para pemain Dignitas, ExprsesVPN juga akan menyiapkan sistem perlindungan dari serangan Distributed Denial of Service (DDoS).

Sebagai bagian dari kolaborasi ini, Dignitas dan ExpressVPN juga akan membuat konten YouTube yang menjelaskan tentang manfaat layanan VPN. Video tersebut akan diunggah ke channel milik Dignitas serta channel streamer dan pemain organisasi esports tersebut. ExpressVPN bukan satu-satunya penyedia layanan VPN yang memasuki ranah esports. Sebelum ini, penyedia layanan VPN HideMyAss juga menjalin kerja sama dengan tim League of Legends Fnatic. Tak hanya itu, mereka juga memperbarui kerja sama dengan Warthox Esports.

“Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memastikan bahwa kami memiliki jaringan internet yang tidak hanya stabil tapi juga aman karena saat ini, semua kompetisi yang kami ikuti diadakan secara online,” kata James Baker, General Manager Dignitas, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami bangga bisa bekerja sama dengan ExpressVPN, yang akan melindungi tim kami dari lonjakan ping atau terputusnya koneksi dan menjamin setiap anggota kami dapat menggunakan bandwidth maksimal.”

Sementara itu, Vice President, ExpressVPN, Harold Li berkata, “Sekarang, keamanan siber sangat penting, tak peduli apakah Anda sekedar menjelajah internet, bekerja dari rumah, menonton video streaming, atau bertanding di kompetisi esports. Kami senang dapat bekerja sama dengan Dignitas untuk memastikan semakin banyak orang yang sadar betapa pentingnya perlindungan siber saat ini.”

Dignitas merupakan organisasi esports asal Amerika Utara. Pada September 2019, Dignitas selesai melakukan merger dengan Clutch Gaming, menghasilkan perusahaan induk bernama New Meta Entertainment (NME). Ketika itu, CEO Dignitas, Michael Prindiville diangkat menjadi CEO dari NME. Pada saat yang sama, Dignitas juga baru saja mendapatkan investasi senilai US$30 juta.

Vodafone Giants Kolaborasi dengan Red Bull, Fokus ke Fighting Game

Red Bull mengumumkan kerja sama barunya dengan organisasi esports asal Spanyol, Vodafone Giants. Melalui kerja sama ini, Giants akan membuat konten promosi untuk Red Bull di akun media sosial mereka. Fighting game menjadi salah satu fokus dari kolaborasi itu.

Sebelum ini, Red Bull dan Vodafone Giants juga sudah menjalin kerja sama. Salah satu pemain profesional Giants, Joan “Shanks” Namay bertanding di Dragon Ball FighterZ World Tour Finals mewakili Giants dan Red Bull Esports. Menurut laporan The Esports Observer, Namay juga dinobatkan sebagai pemain DBZ terbaik ke-7 di dunia belum lama ini.

Melalui kerja sama baru ini, Red Bull juga menjadi rekan energy drink resmi Vodafone Giants di Giants Fighter Dojo. Markas Giants tersebut terletak di Barcelona, Spanyol dan baru dibuka pada Februari 2020. Seperti namanya, Giants menjadikan Dojo sebagai pusat berkumpul para pemain fighting games di Spanyol.

Vodafone Giants Red Bull
Giants Fighter Dojo. | Sumber: Vodafone Giants

José Ramón Díaz, CEO Vodafone Giants mengatakan bahwa keputusan Red Bull untuk bekerja sama dengan Giants merupakan bukti dari pertumbuhan organisasi esports tersebut. Memang, tahun ini, Vodafone Giants sukses menjalin kerja sama dengan sejumlah sponsor baru, termasuk merek sportswear Nike dan merek lolipop Chupa Chups. Pada Mei 2020, Giants juga mendapatkan investasi sebesar €3 juta (sekitar Rp48,7 miliar). Mereka mengakuisisi rival mereka, x6tence bulan ini dan tim Rainbow Six dari Aerowolf pada Januari 2020.

“Perjanjian kami dengan Vodafone Giants menjadi bukti dari komitmen perusahaan pada sektor esports,” kata juru bicara Red Bull di Spanyol, menurut laporan Esports Insider. “Kami merasa, Giants adalah rekan terbaik kami untuk memasuki pasar esports yang akan tumbuh pesat dalam waktu beberapa tahun ke depan.”

Esports kini memang menjadi industri yang besar. Tidak heran jika ada banyak merek non-endemik yang tertarik untuk masuk ke ranah ini, termasuk Red Bull. Kolaborasi dengan Vodafone Giants bukanlah kali pertama Red Bull menjalin kerja sama dengan organisasi esports. Sebelum ini, Red Bull juga telah menggandeng G2 Esports untuk membuat konten dan menjadi sponsor dari Arshlan Ash, salah satu pemain Tekken 7 terbaik di dunia.

Popeyes Jalin Kerja Sama dengan Tim Call of Duty League, Chicago Huntsmen

Restoran fast food Popeyes memutuskan untuk menjajaki dunia esports. Untuk itu, mereka menjalin kontrak kerja sama dengan Chicago Huntsmen, salah satu tim yang berlaga di Call of Duty League. Kerja sama antara Popeyes dengan Huntsmen sebenarnya telah digodok sejak sebelum pandemi virus corona. Namun, mereka baru mengumumkan kontrak tersebut sekarang. Ini adalah waktu yang tepat bagi Popeyes untuk masuk ke dunia esports, mengingat banyak kegiatan olahraga yang tengah terhenti karena corona.

Dalam kerja sama ini, hal pertama yang Popeyes lakukan adalah menjadi title sponsor dari turnamen eksibisi Call of Duty: Warzone yang diadakan oleh Chicago Huntsmen. Turnamen tersebut melibatkan enam tim dan akan disiarkan pada akhir pekan ini. Selain itu, melalui perjanjian ini, logo Popeyes akan disematkan di jersey dari para pemain Huntsmen. Mereka juga akan mendapatkan akses ke media sosial dan channel digital dari tim esports yang ada di bawah naungan NRG Esports tersebut. Sayangya, tidak diketahui berapa nilai dari kontrak kerja sama yang diperantarai oleh Scout Sports & Entertainment ini.

Popeyes esports
Popeyes akan menjadi title sponsor dari turnamen yang diadakan Chicago Huntsmen. | Sumber: The Esports Observer

“Saat ini, olahraga lain yang Popeyes sponsori tengah terhenti. Jadi, Popeyes mencoba untuk menargetkan kelompok konsumen yang berbeda. Dengan ini, mereka mengerti bahwa esports dan gaming adalah industri yang berkembang pesat dan mereka ingin bisa menjadi bagian dari industri tersebut,” kata Nico Amatia, Senior Account Executive, Scout pada The Esports Observer. “Mereka telah melibatkan diri dalam kompetisi bola basket dan sepak bola tingkat kuliah. Sampai pertandingan olahraga kembali diadakan, mereka ingin menargetkan fans esports, yang sejauh ini belum mereka sasar sama sekali. Fans esports adalah audiens baru yang sangat menarik bagi Popeyes.”

Di tengah lockdown akibat virus corona, kontrak dengan Huntsmen menjadi semakin penting bagi Popeyes. Karena itu, ada beberapa KPI (Key Performance Indicators) dari kontrak ini yang akan disesuaikan. Namun, Amantia berkata, tujuan utama Popeyes menjalin kerja sama dengan Huntsmen adalah untuk membangun brand awareness di kalangan fans esports.

Sebelum Popeyes, telah ada sejumlah merek makanan yang masuk ke esports. Misalnya, pada tahun lalu, Pringles memutuskan untuk menjadi sponsor dari Overwatch League. Sementara itu, di Tanah Air, Ternakopi juga menjalin kerja sama dengan Aerowolf.

Sumber header: Twitter

Gaet 5 Organisasi Esports, BMW Bakal Fokuskan Marketing ke Esports

BMW menandatangani kontrak kerja sama dengan lima organisasi esports ternama, yaitu Cloud9, Fnatic, FunPlus Phoenix, G2 Esports, dan T1 Entertainment & Sports. Melalui kerja sama ini, perusahaan pembuat mobil asal Jerman itu akan menyediakan kendaraan untuk mengantarkan tim dari dan ke tempat pertandingan. Mobil-mobil ini akan menampilkan logo dari masing-masing tim.

Sementara itu, logo BMW akan disematkan di jersey anggota tim esports. Bersama dengan lima organisasi esports ini, BMW juga akan membuat kampanye di media sosial. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama antara BMW dengan lima organsiasi esports tersebut. Menurut perkiraan Forbes, kerja sama BMW dengan masing-masing tim bisa mencapai jutaan dollar.

Cloud9, Fnatic, FunPlus Phoneix, G2 Esports, dan T1, kelimanya memiliki tim yang berlaga di berbagai game, seperti Dota 2, Hearthstone, Super Smash Bros, dan League of Legends. Menariknya, kelima organisasi esports ini merupakan rival di League of Legends, walau kelimanya bertanding di kawasan yang berbeda-beda. T1 berlaga di liga Korea Selatan, sementara Cloud9 di Amerika Utara, dan Fnatic serta G2 merupakan tim asal Eropa, lapor The Esports Observer.

bmw esports
BMW akan menyediakan mobil untuk tim yang menjadi rekan mereka. | Sumber: BMW

“Kami tidak akan bekerja sama,” kata CEO dan Co-owner G2 Esports, Carlos “Ocelote” Rodriguez, seperti yang dikutip dari Forbes. “Kami justru  akan melawan satu sama lain.” Memang, dalam kampanye marketing yang BMW lakukan dengan lima organisasi esports ini, mereka akan menggunakan tagar #UnitedinRivalry.

Ini bukan kali pertama BMW masuk ke dunia esports. Mereka pertama kali menjadi sponsor esports pada 2017. Ketika itu, mereka menjadi sponsor dari babak final liga League of Legends Eropa. Selain itu, mereka juga pernah menjadi title sponsor dari turnamen balapan virtual BMW SIM LIVE pada 2019. Meskipun begitu, keputusan BMW untuk bekerja sama dengan lima organisasi esports sekaligus menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam dunia competitive gaming.

“Dalam jangka panjang, esports akan menjadi prioritas utama kami,” kata Stefan Ponikva, Head of BMW Brand Experience Shows & Events, menurut laporan Forbes. Dia menjelaskan, pada akhirnya, dana yang BMW alokasikan untuk esports akan melebihi biaya sponsorship untuk olahraga tradisional, seperti golf dan balapan. “Sebagai generasi digital, anak-anak muda jarang menonton TV dan tidak terlalu peduli pada model marketing tradisional. Esports akan menjadi alat kami untuk mendekatkan diri dengan mereka.”

BMW Esports
T1 menjadi rekan BMW di Korea Selatan. | Sumber: T1 Entertainment & Sports

Memang, esports kini tengah naik daun, terutama di tengah pandemik virus corona. Newzoo memperkirakan, jumlah penonton esports mencapai 454 juta orang. Dalam waktu tiga tahun, jumlah itu akan bertambah 190 juta orang lagi. Sementara dari segi bisnis, industri esports diperkirakan akan bernilai US$1 miliar pada 2020. Selain jumlah penonton yang banyak dan terus bertambah, hal lain yang membuat esports menarik adalah fakta bahwa sebagian besar dari penonton esports merupakan generasi milenial atau gen Z. Audiens esports biasanya lebih sering menonton siaran langsung di platform streaming seperti YouTube dan Twitch daripada televisi.

Ponikva juga mengungkap, dana yang BMW gunakan dalam kerja sama dengan lima organisasi esports ini tidak diambil dari biaya marketing lainnya. Sebagai gantinya, BMW berencana untuk mengurangi biaya yang mereka keluarkan untuk mengadakan kegiatan offline seperti trade show. Meskipun begitu, Ponikva sadar, audiens esports tidak akan membeli mobil dalam waktu dekat. Karena itu, dia mengaku, investasi BMW di esports ini mungkin tidak akan berbuah manis dalam waktu dekat.

“Saat waktunya tiba, kami akan tahu bahwa kami telah membuat para fans esports mencintai BMW,” ujar Ponikva. “Dan kami akan menjadi merek mobil pertama yang mereka ingat.”

Angkatan Udara AS Jadi Sponsor Intel Extreme Masters dan ESL Pro League

Di Amerika Serikat, bukan hal yang aneh jika badan militer ikut turun dalam kegiatan olahraga. Angkatan Darat, Laut, dan Udara AS, ketiganya mensponsori para pembalap NASCAR. Sekarang, dengan semakin populernya esports, badan militer AS pun tertarik untuk terjun ke esports. Angkatan Darat AS membuat tim esports sendiri pada 2018. Sementara pada minggu lalu, Angkatan Laut AS mengumumkan kerja sama mereka dengan ESL dan DreamHack. Sekarang, Angkata Udara AS mengungkap bahwa mereka juga akan bekerja sama dengan ESL.

Jika Angkatan Laut menjadi sponsor dari acara DreamHack di Anaheim dan Dalls, Angkata Udara AS kini menjadi sponsor dari Intel Extreme Masters North America 2020 dan ESL Pro League Season 11. Dalam kerja sama ini, Angkata Udara AS akan membuka booth di IEM dan ESL Pro League. Sama seperti Angkatan Laut, branding dari Angkatan Udara juga akan ditampilkan dalam siaran langsung dari turnamen ESL.

“Kami bangga menyambut Angkatan Udara AS sebagai rekan resmi kami untuk turnamen dan liga ESL,” kata Senior Vice President of Brand Partnerships, ESL, Paul Brewer, seperti dikutip dari PC Gamer. “Kami terus menjalin kerja sama dengan organisasi yang juga memiliki nilai yang sama seperti ESL. Mengingat kami juga mendukung Anykey, kami senang bisa bekerja sama dengan Angkatan Udara AS untuk melawan perilaku toxic di dunia gaming dan membuat dunia esports menjadi lebih inklusif.”

Angkatan Udara merasa memiliki banyak kesamaan dengan gamer. | Sumber: PC Gamer
Angkatan Udara merasa memiliki banyak kesamaan dengan gamer. | Sumber: PC Gamer

Memang, selain menjadi sponsor dari IEM dan ESL Pro League, Angkata Udara AS juga bekerja sama dengan Anykey, sebuah grup advokasi yang bertujuan untuk membuat dunia esports menjadi lebih inklusif. Tahun ini, bersama dengan Angkatan Udara, Anykey akan meluncurkan Changemaker Program, yang dibuat untuk mendanai program inklusivitas komunitas esports. Dunia esports dan gaming memang masih didominasi pria. Untungnya, ada usaha untuk membuat scene esports menjadi lebih ramah pada gamer perempuan, seperti diadakannya turnamen khusus perempuan GirlGamer Esports Festival. Meskipun begitu, masalah seksisme tetap ada.

Major Ross McKnight, Chief of Air Force National Events Branch, Air Force Recruiting Service berkata, “Ada banyak kesamaan antara Angkatan Udara dan gamer, yaitu tantangan untuk berpikir. Angkatan Udara dan ESL juga sama-sama sangat menghargai integritas — yang merupakan nilai yang sangat penting bagi kami bedua. Kerja sama ini juga menunjukkan kesamaan lain dari dunia esports dan Angkatan Udara, seperti kerja sama, teknologi, dan saling menghargai. Ini akan menunjukkan pada generasi muda Amerika bahwa mereka bisa membangun karir di Angkatan Udara dari hobi dan minat mereka.”

Sumber Header: (Master Sgt. Ted Daigle/U.S. Air Force) via Defense News

Angkatan Laut AS Bekerja Sama dengan DreamHack dan ESL

DreamHack dan divisi Amerika Utara dari ESL mengumumkan kerja sama mereka dengan Angkatan Laut Amerika Serikat. Melalui kerja sama ini, Angkatan Laut AS akan menjadi rekan resmi dalam DreamHack Anaheim yang akan diadakan pada 21-23 Februari 2020 dan DreamHack Dallas pada 22-24 Mei 2020. Dalam kedua acara tersebut, Angkatan Laut AS juga akan membuka booth. Di sana, para pengunjung acara bisa menantang veteran atau perwira Angkatan Laut untuk bermain game. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama ini.

“Sama seperti Angkatan Laut, ada berbagai peran dalam esports yang membutuhkan berbagai kemampuan. Selain itu, esports membutuhkan komitmen kuat jika seseorang ingin menjadi lebih baik,” kata Rear Admiral Brendan R. McLane, Commander, US Navy Recruiting Command, dikutip dari The Esports Observer. “Kerja sama ini memungkinkan kami untuk mendekatkan diri dengan fans esport di berbagai acara DreamHack di Amerika Utara dan juga melalui konten yang disiarkan di channel ESL.” Melalui kerja sama ini, DreamHack juga akan menampilkan branding Angkatan Laut AS dalam siaran mereka, termasuk DreamHack Open.

“Kami bangga karena bisa bekerja sama dengan Angkatan Laut AS,” kata Marcus Lindmark, Co-CEO DreamHack, menurut laporan Esports Insider. “Kami tahu bahwa gaming adalah hobi dari banyak tentara. Jadi, bekerja sama dengan badan militer untuk menyelenggarakan acara di Anaheim dan Dallas memiliki arti khusus bagi kami.”

Memang, popularitas esports membuat semakin banyak merek non-endemik tertarik untuk bekerja sama dengan pelaku esports, baik organisasi esports profesional atau penyelenggara turnamen seperti ESL. Angkatan Laut bukanlah badan militer AS pertama yang mencoba untuk masuk ke esports. Pada 2018, Angkatan Darat AS membuat tim esports mereka sendiri. Tujuan mereka membuat tim tersebut adalah untuk merekrut para gamer. Namun, menurut PC Gamer, keputusan Angkatan Darat AS tersebut menuai kritik karena mereka dianggap mencoba untuk merekrut para gamer yang masih di bawah umur.

Pada Desember 2019, Angkata Laut AS memang mengumumkan bahwa mereka mulai mengalokasikan dana iklan mereka ke iklan digital, termasuk esports. Alasannya karena perkembangan esports yang sangat pesat meski industri esports sendiri masih sangat muda.

Siap Bereksperimen Jadi Kunci untuk Jadi Sponsor Esports

Esports kini tengah menjadi pembicaraan hangat. Semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk mendukung industri ini. Tidak hanya itu, jumlah investor yang tertarik untuk menanamkan modal di perusahaan yang bergerak di dunia game dan esports juga semakin bertambah. Meskipun begitu, belum ada model bisnis esports yang menguntungkan, termasuk League of Legends dari Riot Games yang telah berumur 10 tahun dan memiliki 8 juta concurrent players setiap hari. Ini menunjukkan bahwa meskipun esports diperkirakan memiliki potensi besar, tapi merealisasikan potensi tersebut masih akan memakan waktu.

“Bagi kami, bukan masalah jika esports dari game kami belum menguntungkan,” kata Head of Global Partnerships Activision Blizzard Esports, Josh Cella dalam diskusi panel di CES 2020, dikutip dari VentureBeat. “Investasi esports memang masih sangat baru untuk Riot dan Activision Blizzard dan semua pihak yang ada di industri ini. Liga kami baru akan memasuki musim pertandingan ketiga,” ujarnya. Liga yang dia maksud adalah Overwatch League. Meskipun begitu, dia membanggakan, musim kedua Overwatch League telah memiliki rating sekitar 18-34 persen lebih tinggi dari olahraga tradisional. “Tidak ada yang perlu kami khawatirkan. Tentu saja, masalah untung sangat tergantung pada ketetapan masing-masing perusahaan, tapi kami siap untuk bermain untuk jangka panjang.”

Sementara itu, menurut Sarah Iooss, Head of Sales, Americas, Twitch,  memberikan waktu pada perusahaan untuk mempertimbangkan apakah mereka memang ingin menanamkan investasi di esports bukanlah hal yang buruk. Dia juga mengatakan, Twitch selalu berusaha untuk mengumpulkan data dari audiens. “Saat ini, data tersebut memang belum terkait langsung dengan pengiklan di dalam kategori esports. Tapi itu berarti, masih ruang dan kesempatan yang sangat besar bagi perusahaan untuk masuk dalam esports,” ungkapnya. Dia menjelaskan, kerja sama antara pelaku esports dengan perusahaan non-endemik layaknya membangun rumah. “Dimulai dari hal kecil, lalu perlahan tapi pasti, membangun kerja sama dengan saling mendengarkan dan mencoba untuk menemukan metode yang sukses,” katanya.

Sarah Iooss. | Sumber: CTA via VentureBeat
Sarah Iooss. | Sumber: CTA via VentureBeat

Meskipun jumlah penonton esports memang banyak dan masih terus bertambah, bukan berarti industri olahraga tradisional, seperti basket, sudah mati. Menurut Bryan de Zayas, Global Director of Marketing, Dell, salah satu alasan mengapa industri olahraga tradisional lebih besar dari esports adalah karena umurnya yang telah lebih tua. Meskipun begitu, dia percaya bahwa esports akan bisa mengejar ketertinggalannya, terutama karena kita sekarang ada di era digital.

Sementara itu, Cella mengatakan, berbeda dengan pertandingan olahraga tradisional, sejak awal, ekspektasi untuk memonetisasi turnamen esports sudah tinggi. “Dulu, masyarakat tak memiliki ekspektasi yang sama akan ekspektasi mereka untuk turnamen esports sekarang. Turnamen olahraga pada awalnya diadakan sebagai cara untuk menyelenggarakan pertandingan olahraga sebelum tumbuh menjadi industri besar. Sekarang, kita ada di era dimana ekspektasi akan monetisasi turnamen esports sangat tinggi,” ujar Cella. Dia mengaku tidak keberatan dengan tingginya ekspektasi tersebut karena Activision Blizzard memang percaya, esports memiliki potensi besar. Menurutnya, salah satu keuntungan game adalah game sangat mudah untuk diakses. Jika sebuah developer merilis sebuah game, maka game itu akan bisa diakses oleh semua orang di dunia selama dia memiliki perangkat dan internet.

Grace Dolan. | Sumber: VentureBeat
Grace Dolan. | Sumber: VentureBeat

Grace Dolan, VP of Home Entertainment Integrated Marketing, Samsung Electronics America mengaku, dalam diskusi panel, Samsung adalah merek yang paling tidak ada kaitannya dengan game dan esports. Dia mengatakan, tidak semua perusahaan telah siap untuk menanamkan investasi di bidang esports. “Saya rasa, semua orang masih belum merasa nyaman untuk menanamkan investasi di esports. Alasannya karena belum ada satu orang pun yang tahu cara yang benar untuk menanamkan investasi, karena memang belum ada infrastruktur yang baik. Lain halnya dengan olahraga tardisional. Masing-masing olahraga memiliki segmen audiens tersendiri,” ujarnya. Dia mengungkap, sama seperti olahraga tradisional, masing-masing game esports menarik audiens yang berbeda. Misalnya, karakteristik fans game racing Forza berbeda dari penggemar Overwatch. Sayangnya, di dunia esports, segmentasi para penonton baru mulai dilakukan.

Bagi perusahaan yang tertarik untuk masuk ke esports, Dolan menyarankan untuk menentukan target audiens terlebih dulu. “Apakah target audiens untuk merek Anda memang ada di dunia esports, apakah di Overwatch League atau game lain?” ujarnya. Selain itu, hal lain yang harus dipertimbangkan adalah return of investment. “Apa yang ingin Anda dapatkan dari investasi Anda?” Dia mengungkap, satu kelebihan game adalah karena ia berbentuk digital. “Mudah untuk melihat jangkauan Anda, jumlah impresi yang Anda dapatkan. Setelah itu, Anda tinggal bereksperimen.” Dia mengungkap, untuk bisnis monitor dan SSD Samsung, kerja sama mereka dengan Twitch berupa membuat PC di dunia nyata. “Kami tidak tahu apakah orang-orang akan suka dengan itu. Tapi ternyata, mereka menyukainya,” ujarnya. Dia menyarankan, perusahaan yang hendak masuk ke ranah esports untuk melakukan percobaan sebelum memutuskan untuk masuk lebih dalam.

Josh Cella. | Sumber: VentureBeat
Josh Cella. | Sumber: VentureBeat

Iooss menyetujui perkataan Dolan. Kunci sukses kolaborasi antara merek non-endemik dan pelaku esports memang kesediaan untuk saling mendengarkan, baik penonton dan tim internal Twitch, dan berubah. Dia juga mengatakan, tidak ada yang perlu ditakuti ketika sebuah perusahaan hendak memasuki ranah esports. “Kami sering berkata pada rekan kami untuk mencoba masuk ke platform kami. Anda akan dapat menjangkau orang-orang berumur 18 sampai 34 tahun. Coba lakukan sesuatu yang kreatif,” ujarnya.

Cella menambahkan, Activision Blizzard bekerja sama perusahaan riset dan intelijen untuk memastikan bahwa data tentang liga esports mereka yang mereka berikan pada calon rekan atau sponsor mereka memang valid. “Sejak awal, kami meminta Nielsen untuk menghitung AMA (Average Minute Audience), memungkinkan calon rekan atau sponsor untuk membandingkan rating liga Overwatch dengan olahraga tradisional untuk demografi tertentu. Kita juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan intelijen lain, dan kami membayar mereka semua sendiri. Karena kami tahu, pada awalnya, perusahaan pasti akan merasa ragu. Sampai sekarang, keraguan itu masih ada. Kami mau melawan itu semua dengan menyediakan tool untuk menghitung investasi perusahaan dan memastikan semua investor merasa aman.”

Nike Sponsori Seluruh Tim T1, Termasuk Faker

T1 Entertainment & Sports mengumumkan kerja samanya dengan Nike. Melalui kerja sama ini, Nike akan menyediakan pakaian dan sepatu untuk semua pemain dan tim esports T1, Lee “Faker” Sang-hyeok, yang dianggap sebagai salah satu pemain League of Legends terbaik sepanjang masa. Selain itu, Nike juga akan membuat seragam untuk tim T1 dan merchandise berupa pakaian untuk para fans.

Tidak berhenti sampai di situ, Nike juga berencana untuk membangun tempat latihan di markas T1 yang terletak di ibu kota Korea Selatan, Seoul. Nike juga akan membantu T1 dalam membuat program latihan untuk pemain T1. Tujuannya adalah untuk “meningkatkan kemampuan atletik pemain dan tim T1.”

“Saya tidak sabar untuk melihat bagaimana program pelatihan Nike akan meningkatkan performa tim kami dan keseluruhan pemain T1,” kata Faker, dikutip dari Foot Wear News. “Menarik untuk melihat Nike mendukung ekosistem esports dan kami tidak sabar untuk mewakilkan Swoosh di pertandingan.”

Sementara itu, menurut laporan The Esports ObserverBrant Hirst, Marketing Director, Nike Korea berkata, “Kami tertarik untuk mempelajari lebih lanjut kaitan antara kesehatan fisik dengan performa gaming pemain. Atlet-atlet esports T1 memiliki kemampuan unik. Kami percaya, kami akan bisa meningkatkan kemampuan merkea dengan metode latihan yang sesuai.”

Nike pertama kali masuk ke ranah esports pada tahun lalu. Ketika itu, mereka bekerja sama dengan TJ Sports untuk mensponsori League of Legends Pro League (LPL) di Tiongkok. Sementara itu, T1 dulunya bernama SK Telecom. Nama organisasi esports itu berubah menjadi T1 setelah dua perusahaan telekomunikasi raksasa, SK Telecom dan Comcast memutuskan untuk bekerja sama membuat joint venture. Sejauh ini, T1 paling dikenal dengan tim League of Legends mereka. Tim tersebut telah memenangkan League of Legends World Championship sebanyak tiga kali, paling banyak jika dibandingkan dengan organisasi lain.

10 Perjanjian Kerja Sama dan Sponsorship Esports Pada November 2019

Seiring dengan bertambahnya jumlah penonton turnamen esports, semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk menjadi sponsor liga dan tim esports. Perusahaan itu tak melulu perusahaan yang bergerak di bidang gaming dan esports, tapi juga merek non-endemik. Setiap bulan, selalu muncul kabar tentang kerja sama antara perusahaan dengan organisasi esports. Pada bulan November 2019, ada sejumlah perjanjian kerja sama baru yang cukup menarik.

Inilah 10 kerja sama yang diumumkan pada November 2019, menurut Esports Insider.

1. Complexity Gaming dan Herman Miller

Tidak sedikit organisasi esports yang bekerja sama dengan perusahaan pembuat kursi gaming, seperti Astralis yang bekerja sama dengan Secretlab. Namun, Complexity Gaming justru memilih Herman Miller, perusahaan furniture, sebagai rekan mereka. Selain itu, Herman Miller juga menjadi sponsor dari laboratorium inovasi di GameStop Performance Center milik Complexity. Perusahaan furniture itu juga menyediakan meja dan kursi di lab tersebut. Melalui kerja sama ini, kedua pihak juga akan mengumpulkan data untuk menciptakan perangkat yang ergonomis untuk para gamer.

2. Fnatic dan Hello Kitty

Esports tak melulu mengejar kemenangan. Sebagai salah satu sumber pemasukan, sebagian organisasi esports biasanya menjual merchandise, seperti EVOS Esports di Indonesia. Fnatic juga menjual merchandise untuk para fans mereka. Satu hal yang menarik, pada bulan lalu, Fnatic bekerja sama dengan Hello Kitty untuk mleuncurkan koleksi pakaian edisi terbatas, yang mencakup jogger, jaket, jersey, topi, kaos, mousepad, stiker, dan keycap.

fnatic hello kitty

3. Team Vitality dan Orange

Bulan lalu, Team Vitality dari Prancis memperpanjang kerja samanya dengan perusahaan telekomunikasi Orange. Kontrak ini mencakup sponsor pada jersey, kegiatan saat live event, dan juga kegiatan digital dengan Rush Esports. Setelah diperpanjang, kontrak ini akan berlangsung hingga 2021. Sebagai perusahaan telekomunikasi, Orange juga akan melengkapi markas Team Vitality, V.Hive dengan jaringan broadband fiber.

4. G2 Esports dengan Mastercard

Menjelang pertandingan final League of Legends World Championship, G2 Esports mengumumkan kerja samanya dengan Mastercard. Melalui kerja sama ini, mereka ingin mendekatkan diri dengan fans. Salah satu caranya dengan melakukan meet-and-greet. Mendapatkan akses ke fasilitas G2 Esports, Mastercard akan membuat konten tentang kegiatan tim asal Eropa ini. Mastercard juga membuat konten “Priceless Moments” yang akan disiarkan setiap minggu.

5. FACEIT dengan Visa

Mastercard bukan satu-satunya perusahaan dari industri finansial yang tertarik untuk masuk industri esports. Begitu juga dengan Visa. Kali ini, VIsa bekerja sama dengan platform esports FACEIT. Rusia menjadi target pasar pertama mereka. Kerja sama ini juga mendapatkan dukungan dari bank Rusia. Visa dan FACEIT akan fokus untuk membuat dan mendistribusikan program online yang memungkinkan para gamer untuk mengasah kemampuan mereka.

faceit visa

6. FIFA 20 Global Series dengan Gillete

Pada November, Gillette mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor dari FIFA 20 Global Series dari EA. Melalui kerja sama ini, Gillette akan mendapatkan konten, iklan pada saat streaming, dan juga promosi melalui radio atau televisi. Kegiatan sponsorship ini dimulai dengan EA FUT Champions Cup Stage 2 yang diadakan di Romania pada akhir November. Ini bukan kali pertama Gillette masuk ke ranah esports. Sebelum ini, Gillette juga telah bekerja sama dengan sejumlah organisasi esports, seperti EDward Gaming dan Team SoloMid.

7. Riot Games dan 4Entertainment

Riot Games mengumumkan kerja samanya dengan perusahaan broadcast dan events, 4Entertainment untuk membuat liga League of Legends nasional untuk Belanda dan Belgia. Masing-masing liga akan disiarkan dalam bahasa ibu masing-masing negara. Total hadiah untuk liga nasional ini mencapai €25 ribu. Kedua liga ini akan mengadu enam tim dalam musim pertama. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan, jumlah tim akan bertambah menjadi delapan tim.

8. Astralis Group dan Newzoo

Astralis Group, yang berencana melakukan IPO pada bulan ini, mengumumkan kerja samanya dengan perusahaan analisa Newzoo pada bulan lalu. Melalui kerja sama ini, Newzoo akan memberikan data dan insight tentang dunia esports untuk membantu Astralis dalam mengambil keputusan. Sementara Astralis juga akan memberikan data pada Newzoo agar perusahaan intelijen itu dapat membuat laporan yang lebih akurat tentang keadaan pasar esports sekarang.

9. Skybox Technologies dan BLAST Pro Series

Skybox Technologies, perusahaan analisa dan visualisasi akan mengadakan kompetisi membuat AI untuk Counter-Strike: Global Offensive. Tim yang menampilkan kode terbaik dalam program yang Skybox adakan bersama RFRSH Entertainment ini akan mendapatkan US$5 ribu. Sementara lima tim terbaik akan mendapatkan kesempatan untuk menguji kode mereka dalam BLAST Pro Series saat pertandingan berlangsung. BLAST Pro Series akan diadakan di Copenhagen pada tahun depan.

skybox jpeg

10. BLAST dengan Winstrike

BLAST mengumumkan kontrak eksklusif dengan Winstrike pada bulan lalu. Kontrak ini mencakup hak siar dan sponsorship atas BLAST Premier untuk kawasan CIS (Commonwealth Independent States), yang terdiri dari negara-negara yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet. BLAST Premier adalah turnamen baru yang menawarkan hadiah hingga US$4,25 juta. Melalui perjanjian ini, Winstrike akan dapat menyiarkan BLAST Premier di televisi dan platform online. Tak hanya itu, Winstrike juga mendapatkan hak eksklusif atas sponsorship serta marketing dari turnamen tersebut.

Jelang Final LWC 2019, G2 Esports Umumkan Kerja Sama dengan Mastercard

G2 Esports dan Mastercard mengumumkan kerja sama tepat sebelum pertandingan final League of Legends World Championship yang akan diadakan pada akhir pekan ini. Dalam pertandingan final yang diadakan di Paris, Prancis, G2 Esports akan bertanding melawan tim asal Tiongkok, FunPlus Phoenix. Dalam satu tahun belakangan, G2 Esports berhasil menorehkan berbagai prestasi. Mereka sukses memenangkan turnamen untuk kawasan Eropa, League of Legends European Championship (LEC) pada musim semi dan musim panas. Tak hanya itu, mereka juga menjuarai Mid-Season Invitational 2019 dan membawa pulang US$400 ribu setelah mengalahkan Team Liquid di babak final. Jika G2 Esports berhasil menjadi juara LWC, maka organisasi esports asal Jerman itu akan menjadi tim Eropa pertama yang membawa pulang Summoner’s Cup. Tak hanya itu, mereka juga akan menjadi tim pertama yang menjuarai empat turnamen premier dalam satu tahun.

Di situs resminya, G2 Esports mengatakan bahwa tujuan dari kerja sama mereka dengan Mastercard adalah untuk mendekatkan diri dengan fans, salah satunya dengan mengadakan meet-and-greet. Selain itu, Mastercard juga akan mendapatkan akses ke fasilitas G2 Esports, sehingga mereka bisa membuat konten “behind the scene” terkait kegiatan anggota tim G2, seperti pertandingan G2 sepanjang LEC. Tak hanya itu, Mastercard juga mensponsori pembuatan konten digital “Priceless Moments” yang akan disiarkan setiap minggu.

Tim League of Legends G2 Esporst | Sumber: Red Bull
Tim League of Legends G2 Esporst | Sumber: Red Bull

Menurut laporan The Esports Observer, konten Priceless Moments akan fokus pada Michael Winther, ayah dari Rasmus “Caps” Winther. Michael menjadi tenar di komunitas League of Legends karena dia sering mendatangi pertandingan dan menunjukkan dukungan pada anaknya. Mengingat umur atlet esports yang relatif sangat muda, biasanya orangtua memang memiliki peran penting. Christine Yankel, ibu dari pemain profesional Overwatch League menceritakan bahwa dia mencoba untuk memahami Overwatch agar dia bisa mengerti pekerjaan yang ditekuni sang anak.

“Ketika G2 mempersiapkan diri menghadapi babak final League of Legends World Championship, kami dengan bangga memberikan pengalaman eksklusif pada komunitas League of Legends untuk mendekatkan para fans dengan tim yang mereka kagumi,” kata Jeannette Lindo, SVP Marketing and Communications Europe, Mastercard, dikutip dari situs resmi G2 Esports. “Dengan bekerja sama dengan G2 Esports, kami bisa memperdalam keterlibatan kami dalam esports dan memperkuat visi kami untuk menyediakan konten dan pengalaman yang tak terlupakan pada para fans.” Mastercard sudah melibatkan diri dalam industri esports sejak cukup lama. Pada akhir Agustus lalu, mereka mengumumkan bahwa mereka akan menjadi rekan finansial eksklusif dari League of Legends Championship Series (LCS), liga League of Legends di kawasan Amerika Utara. Sementara sebelum itu, mereka juga telah menjadi sponsor dari berbagai turnamen League of Legends, seperti Mid-Season Invitational, All-Star Event, dan bahkan World Championship.