Pengembang Platform SaaS Supply Chain “Advotics” Dapatkan Pendanaan Awal 39 Miliar Rupiah yang Dipimpin East Ventures

Advotics startup pengembang layanan SaaS Offline-to-Online Analytics hari ini (14/5) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal (seed funding) yang dipimpin oleh East Ventures. Turut terlibat beberapa investor dalam putaran pendanaan ini, namun tidak disebutkan detailnya. Nilai pendanaan mencapai $2,7 juta (atau setara dengan 39 miliar Rupiah). Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk pengembangan teknologi dan mempercepat pertumbuhan pengguna.

Platform Advotics fokus membantu pebisnis rantai pasokan barang (supply chain) dalam mengambil keputusan berdasarkan data. Sebagian besar pelaku bisnis masih mengandalkan metode offline dalam mengelola dan melacak operasional penjualan dan distribusi. Dengan banyaknya dokumen yang harus dikelola secara manual, para pebisnis menghabiskan waktu hanya untuk pekerjaan rutin, bukan untuk sesuatu yang bersifat strategis.

“Klien dapat membeli solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, baik berupa solusi digitalisasi yang menyeluruh atau hanya modul tertentu saja. Advotics juga menyediakan fitur yang sangat diminati oleh pelaku industri, seperti aplikasi produktivitas untuk memantau pekerja di dalam toko dengan sistem pelacakan geografis, sistem pengaturan rute dan pengiriman barang, sistem pemasaran offline-to-online, platform perdagangan B2B, serta dasbor analitik dan business intelligence untuk tim manajemen,” ujar Co-Founder & CTO Advotics Hendi Chandi.

Advotics mencoba mendigitalkan data-data terkait tenaga kerja,  jaringan bisnis, serta aset dan produk fisik milik perusahaan. Tujuan utamanya adalah untuk mengubah data dari aktivitas perdagangan dan pekerjaan offline di lapangan menjadi data berguna yang bisa membantu tim manajemen dalam membuat keputusan bisnis penting seperti penetrasi penjualan, produktivitas, serta strategi penjualan ritel.

Salah satu terobosan yang dilakukan Advotics adalah dengan mendigitalkan produk melalui penggunaan identitas unik, seperti kode QR yang dicetak pada kemasan produk. Hak tersebut dinilai dapat membantu perusahaan melacak keberadaan produk mulai dari distributor pertama hingga ke tangan konsumen, serta melindungi dari adanya pemalsuan produk.

“Tim Advotics berhasil mengatasi inti masalah dalam pemantauan rantai pasokan di Indonesia. Solusi Advotics bisa membantu para perusahaan dalam memantau pergerakan tenaga kerja dan barang-barang mereka. Data point yang dikumpulkan bisa digunakan untuk memahami peta persebaran (heatmap) dari distribusi produk dan mengefisienkan rantai pasokan. Kami percaya ini hanyalah awal dari transformasi rantai pasokan di Indonesia. Kami menyambut baik masuknya tim Advotics ke dalam ekosistem B2B dari East Ventures,” sambut Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Tim manajemen Advotics terdiri atas tiga engineer dengan latar belakang yang beragam, yakni Boris Sanjaya adalah seorang industrial engineer dengan pengalaman konsultasi di Boston Consulting Group (BCG); Hendi Chandi mantan software developer senior di Amazon, serta lulusan dari program teknik komputer University of Washington Seattle; dan Jeffry Tani merupakan pemegang gelar Ph.D. teknik mesin dari MIT.

Platform CariKuliah Permudah Proses Pencarian Kuliah

CariKuliah merupakan platform yang berusaha memudahkan masyarakat untuk masuk ke dunia perkuliahan. Selain mempermudah mencari dan penentuan jurusan, platform ini juga disiapkan untuk terintegrasi dengan universitas untuk pendaftaran dan pembayaran.

Dikembangkan oleh Alejandro Tumiwa dan Michelle Tedja, CariKuliah berangkat dari repotnya mendaftarkan diri ke universitas. Mulai dari permasalahan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan dan waktu yang dihabiskan untuk mengurus pendaftaran.

“Dengan adanya CariKuliah kami berharap dengan adanya fitur yang kami sediakan (pencarian, pendaftaran, dan pembayaran) dan dengan nuansa yang tidak kaku tetapi penting bisa shaping the mind of students dalam menentukan jurusan dan membantu universitas dalam mempermudah sistem pendaftaran yang selama ini anak-anak harus datang ke universitas hanya untuk mendaftar atau harus buka website satu demi satu untuk mencari jurusan, biaya, dan bahkan pendaftaran (untuk beberapa universitas) yang nantinya akan berlanjut ke karier mereka,” terang Alejandro.

Salah satu fitur yang disediakan CariKuliah adalah fitur pencarian jurusan dan universitas. Alejandro mengklaim pihaknya mengembangkan fitur ini agar semudah mungkin membantu para calon pendaftar untuk mencari. Fitur ini juga dilengkapi dengan artikel-artikel seputar informasi jurusan.

Fitur pencarian kuliah di CariKuliah akan menyediakan pendaftaran universitas melalui satu pintu tanpa harus mengeluarkan biaya lebih untuk mendaftar. Nantinya pengguna akan menghubungkan langsung antara universitas dan pengguna untuk verifikasi dan tracking proses pendaftaran.

Fitur ketiga dari CariKuliah adalah fitur payment gateway. Fitur ini akan memudahkan mahasiswa untuk melakukan pembayaran kuliah karena adanya notifikasi besar biaya dan jatuh tempo pembayaran.

Konsep yang diusung CariKuliah ini serupa dengan apa yang dikembangkan oleh Ikigai. Keduanya sama-sama memiliki visi untuk membantu masyarakat dalam mencari dan menemukan universitas yang cocok dengan pilihannya.

Saat ini pihak CariKuliah menyampaikan bahwa mereka sudah bekerja sama dengan beberapa universitas di Jabodetabek. Untuk sekarang targetnya adalah bekerja sama dengan universitas swasta tapi tidak menutup kemungkinan juga akan bekerja sama dengan unversitas negeri.

“Fokus kami dalam satu tahun ini adalah mendapatkan murid sebanyak-banyaknya dan yang kami targetkan juga bisa bekerja sama dengan lebih banyak universitas lagi. Sedangkan area yang kami fokuskan untuk sekarang hanya di Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Yogyakarta,” tutup Alejandro.

Aplikasi Mashara Sediakan Ruang Diskusi Masalah Islam

Mashara adalah salah satu dari banyak aplikasi bernuansa muslim dari Indonesia. Hanya saja konsep yang diusung sedikit berbeda. Berformat seperti forum diskusi — serupa dengan Quora — Mashara menyediakan ruang tanya-jawab seputar dunia Islam sebagai wadah penyebaran ilmu.

Co-founder Mashara Rizki Ramadhani Nasution kepada DailySocial menceritakan, alasan di balik pengembangan fitur diskusi keislaman adalah kurang tersedianya ruang diskusi keislaman yang sehat di Indonesia. Kebanyakan forum diskusi masih berada di media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan sejenisnya yang tidak dikhususkan untuk umat Islam.

“Ruang diskusi daring kebanyakan masih dikuasai oleh media sosial seperti Instagram, Facebook dan yang lainnya di mana platform tersebut tidak dikhususkan untuk umat islam. Bahkan sebagian tidak ramah muslim. Untuk itu dengan dikembangkannya fitur diskursus ini umat Islam di Indonesia dapat bertanya, menjawab, berdiskusi, dan membagikan konten keislaman dari sumber-sumber terpercaya. Mashara menerapkan prinsip inklusi, kolaborasi, namun tetap menarik,” jelas Rizki.

Semua konten yang ada di dalam fitur tanya jawab Mashara akan menjadi tanggung jawab sepenuhnya yang menuliskannya. Hanya saja, sebagai pemilik platform, Mashara tetap menyediakan tim yang memiliki tugas untuk mengurasi pertanyaan dan jawaban apabila ditemukan pelanggaran ketentuan atau tidak sesuai dengan aturan yang diberikan.

Aplikasi yang dirilis pertama kali pada tahun 2017 ini juga rutin mengadakan pemberdayaan komunitas dengan melakukan kajian dan diskusi keislaman.

Selain diakses melalui situsnya, Mashara juga bisa diakses menggunakan aplikasi yang sudah bisa diunduh di Google Play. Ada beberapa fitur tambahan yang ada di aplikasi, seperti jadwal dan pengingat waktu salat, penunjuk arah kiblat, dan pesan-pesan motivasi islami. Sejauh ini aplikasi tersebut sudah diunduh lebih dari 70 ribu kali.

“Fokus Mashara tahun ini adalah mengembangkan fitur diskursus keislaman dan khusus untuk di bulan Ramadan tahun ini Mashara menyelenggarakan Cerdas Cermat daring Nasional Islam berhadian umrah untuk tiga orang pemenang, ” tutup Rizki.

Application Information Will Show Up Here

Cara FishGo Membantu Nelayan Indonesia

Satu lagi startup asal Indonesia yang mencoba mengembangkan solusi untuk membantu nelayan Indonesia. Mereka adalah FishGo. Startup asal Bali ini merupakan pemenang gelaran The NextDev 2018. Berbekal solusi yang dikembangkan, mereka bercita-cita untuk membantu menyejahterakan nelayan di Indonesia.

CEO FishGo I Gede Merta Yoga Pratama kepada DailySocial menjelaskan bahwa aplikasi yang mereka kembangkan memiliki tujuan untuk meningkatkan jumlah tangkapan ikan, khususnya para nelayan tradisional. Layanan ini memanfaatkan teknolgi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi untuk menentukan area potensial untuk menangkap ikan.

“Masalah yang ingin diselesaikan oleh FishGo adalah jumlah tangkapan nelayan tradisional yang tidak menentu, sehingga berdampak kepada pendapatan mereka. Hal ini bersumber dari metode penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang masih sanga tradisional, seperti memanfaatkan burung, bentuk awan, pola angin, dan lain-lain.”

“Oleh karena itu kami hadir menwarkan solusi berupa aplikasi yang dapat membantu nelayan menangkap ikan dengan memberikan informasi terkait lokasi yang memiliki potensi terbaik dan waktu paling sesuai untuk melakukan penagnkapan, sehingga nelayan akan mendapatkan kepastian setiap kali beliau melaut,” terang Merta.

FishGo didirikan Merta dengan Anak Agung Gede Aditya Pratama dan Donna Priskila B. Sebagai sebuah startup baru, secara operasional mereka telah menjalin kerja sama dengan sejumlah pemerintah daerah di Bali.

Kini FishGo sudah membantu 16 nelayan dari 16 kelompok yang berbeda untuk pengenalan penggunaan aplikasi. Selain itu mereka juga mengedukasi nelayan tentang penggunaan GPS Eksternal yang sudah diinput koordinat area potensial penangkapan ikan. Data GPS yang terekam kemudian dibandingkan dengan prediksi untuk terus meningkatkan akurasi.

“[Saat ini] Beberapa layanan yang dimiliki FishGo masih dalam pengembangan fitur, dan kami sedang mengembangkan fitur tambahan yang memerlukan beta test terlebih dahulu ke pengguna kini sebelum nanti rampung dan ready untuk kita launch,” imbuh Merta.

Selain area potensial untuk menangkap ikan, aplikasi FishGo juga menyediakan beberapa fitur lainnya, seperti ramalan cuaca dan kondisi ombak. Ke depan mereka juga akan mengembangkan fitur online fish market untuk menghubungkan nelayan dengan yang membutuhkan supply ikan.

FishGo bergabung dengan beberapa startup sejenis, seperti FishOn, Nalayan.id, mFish, dan Aruna untuk membantu memberdayakan teknologi bagi nelayan. Tahun ini FishGo menargetkan bisa membantu 1000 nelayan tradisional dalam kegiatan menangkap ikan sehari-hari.

DiffaGo Fokus Membantu Penyandang Disabilitas

DiffaGo adalah salah satu startup yang yang ditunjuk The NextDev Academy untuk mengikuti gelaran Singtel Group Regional Future Makers 2019 di Singapura. Startup yang bermarkas di Bali ini mengusung konsep untuk membantu para penyandang disabilitas, mulai dari alat bantu gerak, hingga penyaluran ke dunia kerja.

Beroperasi sejak Februari 2018, DiffaGo sudah menjalankan 5 proyek bantuan untuk kaki palsu di empat kota dan satu sekolah untuk anak autis di Bandung. Mereka juga sudah berhasil mendapatkan 210 pencari kerja disabilitas terdaftar yang tersebar di Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan, dan Lombok.

Startup yang dipimpin Ni Komang Ayu Suriani (Suri) ini juga berhasil mendapatkan tujuh perusahaan yang bekerja sama untuk membuka kesempatan bekerja bagi penyandang disabilitas. Saat ini sudah ada sembilan penyandang disabilitas yang berhasil mendapat pekerjaan melalui DiffaGo.

Sebagai sebuah startup, DiffaGo dijalankan dengan modal pribadi atau bootstrapping. Model bisnis yang saat ini dijalankan adalah menjalankan program per program dengan dukungan dana CSR dari perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan DiffaGo.

Semangat yang diusung DiffaGo serupa dengan yang disasar Kerjabilitas. Memudahkan dan menghubungkan para penyandang disabilitas untuk terhubung dengan perusahaan yang menyediakan lowongan kerja.

Kepada DailySocial, Suri mengungkapkan, dirinya beserta tim pendiri menyadari adanya permasalahan yang cukup kompleks yang dihadapi penyandang disabilitas, seperti dalam masalah mencari kerja. Atas dasar itulah DiffaGo dikembangkan. Tidak hanya untuk menghubungkan dengan perusahaan tetapi juga bantuan alat bantu gerak dan pelatihan.

“Karena isu disabilitas ini adalah isu kompleks dan besar. Potensi user yang sangat besar dan masih belum banyak dibantu dengan tepat. Kami juga yakin akan visi kami dalam membantu teman-teman disabilitas,” terang Suri mengenai optimismenya menjalankan DiffaGo.

Layanan Fintech amalan Tawarkan Solusi Penyelesaian Utang

Perkembangan fintech mulai menyajikan layanan yang beragam dan spesifik. Salah satunya digagas oleh amalan, dengan menghadirkan sistem manajemen utang untuk membantu orang-orang yang merasa berat melunasi utang kartu kredit, kredit tanpa agunan, dan kredit kepemilikan rumah.

Selain konsultasi strategi pelunasan, amalan mengembangkan platform pengelolaan utang. Model bisnis yang diterapkan ialah dengan mengenakan success fee bagi pelanggan yang berhasil tertolong.

“amalan menawarkan layanan restrukturisasi utang, kami akan mengusahakan peminjam dan pemberi pinjaman untuk menyetujui solusi yang kami tawarkan; baik itu diskon utang atau skema pembayaran baru yang lebih terjangkau. Kami juga memberikan solusi refinancing, menggantikan utang lama yang lebih mahal dan memberatkan, dengan utang baru yang lebih terjangkau,” jelas Founder & CEO amalan Arne Hartmann.

Dalam operasionalnya, amalan terdaftar ke dalam klaster “Online Distressed Solution” dari OJK berdasarkan POJK No 13/POJK.02/2018. Mereka juga beroperasi di bawah lisensi BPKM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) bernomor 955/1/IU/PMA/2016.

Sejak berdiri di tahun 2014, amalan mengklaim telah menyelesaikan lebih dari 1500 kasus utang dengan nilai total mencapai 30 miliar Rupiah. Proses penyelesaian utang dari amalan hanya membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari, jika peminjam sudah menyiapkan seluruh dokumen dan memiliki akses ke dana yang cukup untuk pelunasan utangnya. Namun, kebanyakan peminjam membutuhkan waktu lebih lama.

Untuk membuat pelayanan lebih efisien, pihaknya juga telah merilis chatbot bernama Amalia. Salah satu fungsinya ialah membantu para konsumen untuk melakukan pengisian data dan memahami skema pelayanan yang diberikan. Dengan penerapan automasi ini, amalan mengklaim mampu meningkatkan jumlah klien hingga 6 kali lipat.

“Saat ini kami sedang berusaha untuk mengembangkan lebih banyak opsi refinancing, meningkatkan kualitas contact center dan menambahkan lebih banyak teknologi automation. Selain itu, awal bulan ini kami baru saja meluncurkan layanan di Malaysia dan sedang dalam tahap perencanaan untuk mulai menawarkan jasa kami di Thailand dan Filipina pada akhir tahun ini,” lanjut Arne.

Sampai saat ini amalan masih bootstrapping, tahun ini direncanakan akan melakukan fundraising. Mengenai target bisnis, perusahaan mematok minimal 1000 utang dapat dikelola setiap kuartal. Tahun ini juga ditargetkan mencapai break even point.

Application Information Will Show Up Here

Safar Perkenalkan Aplikasi Marketplace Perjalanan Umrah

PT Safar Anugerah Indonesia (Safar) meresmikan aplikasi online marketplace untuk perjalanan umrah yang dinamai Safar. Aplikasi ini dikembangkan untuk memudahkan pengguna mencari paket perjalanan umrah. Peluncuran aplikasi ini berkat kerja sama dengan salah satu anak perusahaan Telkom Group, PT Metranet.

Disampaikan Digital Consumer Director PT Metranet Setyo Budianto, pihaknya melihat Safar memiliki potensi yang tinggi untuk berkembang. Dalam kemitraan ini Mitranet akan berperan sebagai partner untuk pengembangan strategi pemasaran dan sosialiasi produk ke calon mitra dan konsumen.

“Kami optimis melalui platform digital advertising andalan kami, pendistribusian iklan digital Safar dapat menyasar ke target audiens yang tepat sesuai dengan profil Safar,” jelas Setyo.

Sebagai layanan marketplace umrah, Safar menekankan dua hal, yakni gampang dan aman. Dua hal penting karena menyangkut kepercayaan pelanggan.

“Gampang, yakni pengguna dapat mencari perjalanan umrah melalui langkah yang mudah serta proses pembelian yang ringkas dan cepat. Aman, di mana dana dari jemaah akan tersimpan dengan aman di joint account dan hanya bisa dicairkan ketika mitra travel telah menyelesaikan tanggung jawabnya pada jemaah,” jelas CEO Safar Andang Sentanu.

Komitmen Safar adalah memberikan pengalaman dan nilai tambah bagi calon jemaah umrah. Ada tiga layanan yang ditawarkan, yakni online marketplace yang menyediakan berbagai macam biro perjalanan umrah, travel management system yang mengelola data ketersediaan paket umrah, dan travel assistance yang merupakan pendampingan selama proses perjalanan umrah.

“Sebagai penghubung antara mitra travel umrah dengan publik, kami ingin terus menjaga kualitas dan kontrol layanan agar benar-benar menghadirkan nilai tambah dari segi kemudahan dan keamanan bagi para peminat umrah. Terlebih umrah adalah perjalanan religius di mana kami ingin pengguna Safar bisa fokus beribadah tanpa memikirkan hal-hal teknis selama perjalanannya. Karenanya kami memiliki tiga fase pendampingan dan monitoring selama umrah,” imbuh Andang.

Sebagai bentuk pelayanan kepada pelanggan, Safar akan membantu mulai dari proses persiapan hingga kedatangan. Pada fase persiapan Safar dan mitra travel umrah yang dipilih akan mendata kelengkapan berkas jemaah seperti tiket, paspor, visa, vaksinasi dan lainnya. Selanjutnya pada fase keberangkatan jemaah bisa memanfaatkan aplikasi Safar untuk memantau jarak masjid, penginapan, dan tempat perbelanjaan. Yang terakhir, pada fase kedatangan Safar akan membantu menyediakan opsi dokumentasi, memorabilia, bahkan pencatatan alumni perjalanan untuk menjaga silaturahmi.

Untuk menampilkan mitra travel berkualitas dalam sistemnya Safar melakukan screening secara internal, mulai dari pengecekan data di Kementerian Agama, penetapan kandidat, dan pendekatan langsung ke mitra potensial.

Sejauh ini Safar sudah memiliki 11 mitra travel dan menargetkan 50 mitra travel di seluruh Indonesia. Secara bisnis, layanan ini memiliki kemiripan model bisnis dengan PergiUmroh.

“Kami menyadari industri ini sangat mengutamakan kepercayaan. Sebagai middle man kami perlu menjaga kepercayaan dari sisi jemaah dan mitra travel. Karenanya fokus kami saat ini adalah menjalin komunikasi personal kepada calon mitra-mitra travel dan masyarakat tentang layanan kami. Ke depan Safar akan mengadakan roadshow ke kota-kota lain, baik dalam usaha untuk menjalin hubungan kerja sama dengan calon-calon mitra travel, dan sekaligus juga untuk memperkenalkan Safar secara langsung kepada pasar dan calon-calon jemaah,” tutup Andang.

Application Information Will Show Up Here

RingerLaktat dan Kelase Luncurkan Platform Belajar Online Khusus Ilmu Kedokteran

RingerLaktat dan Kelase berkolaborasi meluncurkan platform kursus online di bidang kedokteran. Berbentuk Massive Open Online Course (MOOC), inovasi ini diharapkan mempermudah calon dokter untuk mengakses berbagai materi pembelajaran. Tidak hanya mengenai dunia kedokteran, situs yang bisa diakses melalui RingerLaktat.id ini juga menawarkan materi keperawatan, rekam medis, kesehatan masyarakat dan sebagainya.

Pengembangan platform MOOC RingerLaktat dilatarbelakangi tingginya minat fakultas kedokteran di universitas. Sementara perjalanan menjadi seorang dokter tidaklah sederhana. Kurikulum pendidikan kedokteran tergolong kompleks. Aspek kognitif, afektif dan psikomotor diasah selama 3,5-4 tahun di fase pra-klinik, 1,5-2 tahun di fase koasisten, dan persiapan menghadapi Uji Kompetensi Dokter (UKMPPD).

Di samping itu, menurut pemaparan tim RingerLaktat, pendidikan kedokteran di Indonesia memiliki berbagai tantangan, di antaranya keterbatasan dokter yang berperan sebagai pengajar dan penyebaran dokter di Indonesia yang belum merata. Materi kedokteran termutakhir masih didominasi oleh konten berbahasa Inggris, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi calon dokter. Di sisi lain uji kompetensi dokter sebagai syarat exit exam menyisakan ribuan calon dokter yang belum lulus.

“RingerLaktat merupakan layanan kursus online di bidang pendidikan kedokteran yang pertama di Indonesia. Sebagaimana cairan infus, RingerLaktat salah satu fungsinya untuk meresusitasi kondisi syok atau merehidrasi pasien yang lemah. RingerLaktat hadir untuk membantu calon sejawat di seluruh fakultas kedokteran di Indonesia mendapatkan asupan akses materi pendidikan kedokteran berkualitas,” ujar Co-Founder RingerLaktat dokter Penggalih Herlambang.

Co-Founder RingerLaktat lainnya, dokter Luthfi Saiful Arif, menambahkan, saat ini startupnya telah bekerja sama dengan puluhan dokter dari berbagai universitas dan rumah sakit untuk pengembangan materi berkualitas.

“Kami masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk menggaet lebih banyak dokter agar mau bergabung sebagai pengembang kelas dan fasilitator online. RingerLaktat sangat membuka diri kepada para dokter yang ingin berkolaborasi dalam menyebarluaskan ilmu dan kecakapan yang dimiliki dalam bentuk kelas online gratis maupun berbayar,” ungkap Arif.

Sebagai pengembang teknologi pendidikan, peran Kelase dalam kerja sama ini menyediakan platform MOOC yang terkustomisasi.

“Kami merasa tertantang untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada pada bidang pendidikan kedokteran bersama RingerLaktat. Untuk itu kami begitu antusias mengakselerasi bisnis inovasi sosial yang dijalankan RingerLaktat agar dapat memberi manfaat yang lebih luas pada pendidikan kedokteran Indonesia dengan teknologi dan sumber daya yang kami miliki,” ungkap Co-Founder & COO Kelase Winastwan Gora.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Hellobly Sebagai Marketplace Bisnis “Jastip”

Bisnis jasa titip atau jastip kini semakin digemari para maniak belanja di Indonesia. Hal ini menjadi salah satu latar belakang terciptanya Hellobly, sebuah platform marketplace online yang mengakomodasi para pemain jastip dalam satu ruang.

Berawal dari lima individu dengan kapasitas di bidang masing-masing, tercetus ide untuk membuat sesuatu yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru dan menghasilkan bagi semua yang terlibat. Melalui observasi pasar, mereka berhasil melihat animo masyarakat untuk berbelanja namun memiliki keterbatasan sehingga lebih memilih untuk “menitip”.

Selain jarak dan waktu tempuh, tim Hellobly juga menemukan alasan lain yang memicu konsumen untuk menggunakan jastip yakni pengalaman konsultasi yang ditawarkan, pemberitahuan rekomendasi pribadi, serta sebagai salah satu cara baru dalam bertransaksi online.

Hellobly telah tersedia di platform Android sejak awal 2019 dan akan meluncurkan versi iOS di bulan Juni. Ada berbagai macam produk yang bisa dititip, mulai dari buku, fesyen, kecantikan, dan lainnya. Jangkauan transaksi juga sangat luas, meliputi Indonesia, Malaysia, Jepang, US, Eropa dan banyak lagi sesuai dengan permintaan atau penawaran pengguna.

Fitur yang tengah dikembangkan adalah Live Shopping, yang diharapkan bisa memudahkan aktivitas jastip dan konsumen.

Sebagai salah satu marketplace dengan model bisnis yang tergolong baru, Hellobly mengakui bahwa tantangan terbesar mereka adalah untuk mengubah habit. Selama setahun menjalani bisnis, mereka bisa melihat bahwa masih banyak konsumen atau pemain jastip yang membuat kesepakatan di dalam platform, namun melakukan transaksi di luar platform. Hal ini menciptakan gap pada konversi yang kemudian menahan mereka untuk melakukan monetisasi.

“Karena kita baru meluncurkan aplikasi dan aktivasi di tahun ini, kita ingin mendapatkan full cycle dari ekosistem ini. Jadi kita belum berencana untuk monetize, mungkin sampai akhir tahun ini.” ujar Co-Founder dan CEO Hellobly Didit Setiadi.

Memasuki pembahasan tentang regulasi, Didit mengakui bahwa dalam membangun ekosistem ini, mereka membutuhkan dukungan dari semua pihak, termasuk pemerintah. Instansi yang paling dekat dengan industri ini adalah Bea Cukai. Saat ini pihaknya sedang mengatur rencana untuk mengumpulkan semua yang terlibat dalam industri, lalu berdiskusi mengenai regulasi.

“Intinya, pemerintah tahu ada aktivitas jastip. Target kami ke depannya adalah untuk mendapat dukungan dari pemerintah” ujar Didit.

Dari sisi pendanaan, Tim Hellobly mengaku masih berjalan secara bootstrap. Namun mereka sudah mengatur rencana untuk sumber pendapatan, yang paling praktis saat ini adalah mulai menetapkan biaya per transaksi dalam platform. Di akhir bulan ini, mereka juga akan menerapkan sistem pembayaran melalui platform untuk keamanan yang lebih terjamin.

Ketika disinggung mengenai target, Didit menegaskan, “Target kita bukan waktu, tapi growth. Kalau dilihat dari jumlah transaksi, konversi masih sekitar 10-15% dari total instalasi. Kita akan mulai preview kalau sudah mencapai 20-50 %.”

Application Information Will Show Up Here

Mamang.id Sediakan Teknologi untuk Pedagang Makanan

Mamang.id (Mamang) dikembangkan dengan membawa semangat membuat online UKM, pedagang keliling dan warung kaki lima di bidang jajanan dan makanan. Digitalisasi yang dilakukan diharapkan bisa membuat mereka “mudah ditemukan” pelanggan dan merapikan catatan penghasilan mereka.

Platform ini dikembangkan oleh Taufik Hajami dan Hadid Mubarak. Keduanya merupakan alumni Politeknik Negeri Bandung yang memiliki misi yang sama, membantu UKM di Indonesia melalui teknologi. Setelah melewati serangkaian survei, lahirlah Mamang.

Mamang mulai terjun ke lapangan dan memberikan pengarahan dan edukasi mengenai manfaat teknologi kepada pelanggan pada bulan Oktober 2018. Hampir setengah tahun berjalan, kini mereka sudah mendapatkan lebih dari 750 pedagang terdaftar yang semuanya berada di kota Bandung.

“Karena respon dari pedagang positif ketika mereka akan dibantu oleh teknologi, hanya saja perlu edukasi untuk sebagian besar pedagang di Indonesia yang masih belum melek teknologi. Saat ini untuk meyakinkan pedagang kami mendatangi lagnsung dan menjelaskan langsung kepada mereka, karena masih cukup sulit jika melalui media digital. Kita juga akan mencoba untuk bekerja sama dengan komunitas-komunitas pedagang dan kuliner yang ada di setiap wilayah di Indonesia,” terang CEO Mamang Taufik Hajami.

Saat ini Mamang memiliki tiga layanan. Yang pertama adalah aplikasi pedagang. di dalamnya terdapat menu untuk memasang foto dagangan, deskripsi, dan juga lokasi berjualan. Di dalam aplikasi ini juga pedagang akan mendapat fitur untuk mengelola menu dan fitur POS (Point of Sales). Lengkap dengan laporan statistik, resep dan lainnya.

Mamang juga menyediakan aplikasi untuk pembeli. Tujuannya memudahkan masyarakat mencari jajanan atau makanan di sekitar pengguna sesuai dengan kategori atau kata kunci. Informasi yang akan didapatkan meliputi informasi jadwal, lokasi, dan menu pedagang dan event.

Layanan ketiga, yang baru saja diluncurkan, adalah layanan crowdfunding. Fitur ini memungkinkan masyarakat terlibat dalam pendanaan UKM di bidang jajanan atau makanan. Di dalamnya pengguna bisa mendanai, mendapatkan laporan penjualan, bagi hasil, dan informasi sejenis.

“Prosesnya kita melibatkan orang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun untuk menjadi mentor UMKM, sehingga diharapkan masalah-masalah yang sering muncul dalam usaha bisa dicegah sebelumnya. Mentor ini yang akan membantu UMKM merencanakan pendanaan dan hitungan lainnya, termasuk komposisi bagi hasil. Sehingga setelah kami validasi kami masukkan ke daftar UMKM yang membutuhkan pendanaan, barulah para investor dapat mulai mendanai melalui halaman investor,” terang Taufik.

Selanjutnya, setelah terkumpul, dana akan diserahkan ke mentor dan pelaku usaha menjalankan rencananya. Mamang akan menyediakan aplikasi mencatat setiap aktivitas dan transaksi yang terjadi.

Sebagai layanan yang belum genap berusia satu tahun, Mamang terus berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan layanannya. Salah satunya adalah dengan memperkuat sektor pemasaran. Targetnya tahun ini Mamang menargetkan terbentuk 300 UKM baru.

“Fokus kami saat ini adalah terus meningkatkan jumlah UMKM yang terdaftar dan terdanai melalui layanan crowdfunding dan mencari pendanaan yang akan digunakan untuk biaya marketing,” jelas Taufik.

Application Information Will Show Up Here