Mengenal Provesty, Platform P2P Crowdfunding di Bidang Properti

Industri finansial teknologi yang semakin matang membuat banyak bermunculan startup dengan konsep beragam yang berada di sektor ini. Di antaranya yang muncul awal tahun ini adalah Provesty, sebuah platform investasi yang mengusung konsep peer to peer crowdfunding. Sederhananya Provesty berusaha menghubungkan antara perusahaan properti, seperti pengembangan atau perusahaan investasi dengan investor publik. Tujuannya tentu untuk memudahkan publik berinvestasi di sektor properti.

Akses untuk berinvestasi di platform Provesty sudah dibuka sejak Januari tahun ini. Namun dari segi sistem, pihak Provesty masih menjalankan sistem beta dan masih menunggu waktu untuk diluncurkan secara penuh. Meski demikian pihak Provesty menyebutkan sudah ada 500 investor yang terdaftar dan berhasil mengumpulkan Rp2,5 miliar untuk 4 proyek properti.

“Seperti yang kita tahu, investasi di properti memiliki entry barrier yang tinggi. Investor harus mengurus legaliltas, surat menyurat, KPR, survei lokasi, mencari penyewa, pembeli, dan lain-lain. Belum lagi akses-akses ke Properti dengan kualitas tinggi, baik residensial maupun komersial yang memiliki prospek return yang stabil hanya dimiliki segolongan orang tertentu. Dan jika pun semua dapat diakses, investor juga harus menaruh sejumlah besar uang pada satu kelas aset yang tidak likuid, jadi sangat minim diversifikasi atau dengan kata lain memiliki risiko yang tinggi,” terang CEO Provesty Muhammad Afif Izzatullah.

Ia melanjutkan, “Dengan Provesty dan crowdfunding, Investor dapat mendiversifikasikan investasinya ke berbagai tipe Properti, baik itu komersial maupun residensial ataupun mendiversifikasi risiko antara invest di pembangunan (ground up development), fliping rumah untuk jangka pendek, ataupun invest langsung di aset yang stabil misal gedung di tengah kota.”

Afif dan tim merancang Provesty untuk bisa memaksimalkan teknologi dan data untuk bisa melayani setiap transaksi di sistem mereka. Fitur-fitur di dalam sistem Provesty antara lain akses pengguna atau investor ke proyek yang sudah dianalisis due diligence dan juga jaminan keamanan transaksi. Provesty juga memberikan detil informasi properti dan risiko di situs mereka untuk membantu investor mempertimbangkan keputusan mereka.

Sementara untuk produk investasi, saat ini ada dua jenis tipe investasi yang disediakan Provesty, yakni proyek pembangunan (probuild) dan flipping (proflip).  Proyek pembangunan yang dimaksud merupakan proyek konstruksi, seperti pembangunan perumahan.

“Ke depannya Provesty ingin bisa memberikan berbagai alternatif investasi, mulai dari tingkat resiko rendah hingga tinggi, ataupun jangka waktu yang pendek di bawah 1 tahun ataupun jangka panjang di atas 3 tahun, dengan kelebihannya Investor juga bisa mendapatkan imbal hasil dari harga sewa properti,” terang Afif.

Afif dan tim cukup percaya diri dengan apa yang dijalankan saat ini. Afif menilai Indonesia saat ini memiliki potensi pasar yang besar dan pertumbuhan di sektor properti ang cuutp tinggi di Indonesia. Teknologi yang diusung Provesty diharapkan bisa menjadi solusi untuk lebih mengakselerasi pembangunan.

“Kami merupakan startup di bidang teknologi sehingga ingin tumbuh secara cepat dan eksponensial, namun kami juga merupakan perusahaan investasi di bidang industri strategis yaitu properti, sehingga secara operational kami akan bergerak sekonvensional dan se-aman mungkin dengan melakukan due diligence & credit scoring yang akurat berdasarkan data,” imbuh Afif.

Untuk tahun ini Afif menjelaskan Provesty menargetkan untuk bisa mendapatkan pertumbuhan bersamaan dengan menguatkan pondasi due diligence dan credit scoring yang akurat untuk setiap proyek ataupun properti yang masuk di Provesty.

Vexanium Wants to Transform Loyalty Program using Blockchain

Another blockchain-based platform will arrive in indonesia. Vexanium has two Co-Founders, Danny Baskara and Robin Jang. The company focused on creating PaaS (Platform as a service) product for recording reward, loyalty point, creating voucher/coupon tokens, also advertising platform.

In this early stage, Vexanium debuts with ICO (Initial Coin Offering) campaign. As any other blockchain startups, they deliver new crypto token called “VEX” as the medium for a transaction. Along with this writing, Vexanium has come to a phase 1 of ICO, after successfully closing the pre-ICO phase.

A decentralized model blockchain is considered to offer efficiency in marketing. In the implementation, Vexanium system will be embedded with business players’ service or app. VEX Token will be the transaction base, company will use the related platform to buy and use it as a loyalty program.

Vexanium business model

Services provided in Vexanium platform / Vexanium
Services provided in Vexanium platform / Vexanium

Vexanium platform ecosystem consists of three main systems. First, Vex Airdrop, is designed to facilitate “blockchain exchanger” business players to distribute VEX token. Second, VEX Platform consists of VEXM Generator and VEXplorer, is designed to facilitate business players to make and manage its own token for marketing. Third, Voucher Exchange, it allows VEX token to be operated by business merchant and consumer.

The loyalty program, for example, allows a business to buy VEX token. After the customization (for example with a business brand), Vexanium system can automatically distribute token in the specific amount to users based on marketing target. Due to its nominal, the token can be exchanged to subsidize purchasing of related products, users can also sell it using the exchange channel connected with VEX, the token will be available in INDODAX.

“Vexanium will be focusing its service in Indonesia, we’ll start from targeting tech-savvy companies. The platform is ready enough, blockchain process is backend, users or merchants have no major difference regarding UI/UX, it looks like loyalty or vouchers in general,” Baskara said to DailySocial.

Massive publication

A number of digital business players in Indonesia have joined Vixanium. Some of those are Calvin Kizana (PicMix), Jason Lamuda (Berrybenka), Anton Soeharyo (Touchten), Edi Sulistyo (Loket.com), and Joseph Aditya (Ralali). These advisors are rumored to be Vexanium’s angel investor.

The advisor’s confidence may be due to the business model and the founder experience in the previous business. Danny Baskara is known as a founder of E-voucher platform. He and his team are currently making a transformation of the previous work using blockchain mechanism. However, he assured that Evoucher and Vexanium are two different entities.

“Vexanium and Evoucher are two separate entities, Evoucher’s business model is centralized like the usual tech startups, as a middleman or a bridge between merchants and customers. Vexanium has a very different business model, the similarity is they act as a bridging solution between merchant and customer,” he added.

As an effort to increase participation in ICO stage, he did some intensive publications in various blockchain events, either local or international level.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Vexanium ingin Transformasikan Platform Loyalitas dengan Blockchain

Satu lagi platform berbasis blockchain akan hadir di Indonesia. Vexanium digagas oleh dua Co-Founder, yakni Danny Baskara dan Robin Jang. Fokusnya menciptakan produk Platform as a Service (PaaS) untuk pencatatan reward, loyalty point, pembuatan tokenisasi voucher/coupon hingga platform periklanan.

Di tahap awal ini, Vexanium mengawali debutnya dengan melakukan kampanye ICO (Initial Coin Offering). Layaknya startup blockchain pada umumnya, Vexanium melahirkan token kripto baru bernama “VEX” untuk dijadikan medium transaksi. Hingga tulisan ini dibuat, Vexanium telah memasuki ICO fase 1, setelah sebelumnya sukses menutup fase pra-ICO.

Model desentralisasi yang ditawarkan blockchain dinilai dapat menghadirkan efisiensi dalam pemasaran. Dalam implementasinya, sistem Vexanium akan di-embed bersama layanan atau aplikasi yang sudah dimiliki oleh pemilik bisnis. Token VEX akan menjadi basis transaksi di dalamnya, perusahaan yang menggunakan platform terkait dapat membeli dan menggunakan untuk program loyalitas.

Model bisnis Vexanium

Layanan yang akan disediakan di platform Vexanium / Vexanium
Layanan yang akan disediakan di platform Vexanium / Vexanium

Ekosistem platform Vexanium terdiri dari tiga sistem utama. Pertama ada Vex Airdrop, ini didesain untuk memudahkan pebisnis “blockchain exchanger” mendistribusikan atau membagikan token VEX. Kemudian yang kedua ada VEX Platform, terdiri dari VEXM Generator dan VEXplorer, didesain untuk memudahkan pebisnis membuat dan mengelola token yang dimiliki perusahaan untuk kegiatan pemasarannya. Yang ketiga ada Voucher Exchange, di dalamnya memungkinkan token VEX dioperasikan oleh merchant bisnis dan konsumen.

Misalnya untuk program loyalitas, sebuah bisnis bisa saja membeli token VEX. Setelah kustomisasi (misalnya dengan brand bisnis), sistem Vexanium dapat secara otomatis membagikan token dengan jumlah yang ditentukan kepada pengguna sesuai target promosi. Karena bersifat nominal, token tersebut dapat ditukarkan untuk menyubsidi harga pembelian terhadap produk terkait, atau pengguna juga dapat menjualnya melalui kanal pertukaran yang nantinya terhubung dengan VEX, token tersebut juga diperjualbelikan di INDODAX.

“Vexanium akan fokus dulu di Indonesia dan sasaran awal kami adalah perusahaan yang sudah melek dengan teknologi. Untuk (platform) sudah cukup siap, proses blockchain hanya terjadi di backend jadi dari sisi user ataupun merchant tidak ada banyak perbedaan dalam hal UI/UX, hampir mirip seperti layanan loyalty atau vouchers pada umumnya,” terang Danny kepada DailySocial.

Gencar melakukan publikasi

Sejumlah pelaku bisnis digital di Indonesia telah tergabung sebagai advisor di Vexanium. Beberapa di antaranya adalah Calvin Kizana (PicMix), Jason Lamuda (Berrybenka), Anton Soeharyo (Touchten), Edi Sulistyo (Loket.com), dan Joseph Aditya (Ralali). Advisor tersebut dikabarkan juga bertindak sebagai angel investor untuk Vexanium.

Keyakinan para advisor tersebut mungkin dikarenakan model bisnis dan kiprah founder dalam bisnis yang sebelumnya. Danny Baskara dikenal sebagai pendiri platform Evoucher. Yang dikerjakan saat ini oleh Danny dan timnya ialah membuat transformasi dari apa yang sebelumnya dilakukan melalui mekanisme blockchain. Kendati demikian Danny menegaskan bahwa Evoucher dan Vexanium adalah dua entitas yang berbeda.

“Vexanium dan Evoucher adalah dua entitas terpisah, kalau Evoucher bisnis modelnya tersentralisasi seperti tech startup pada umumnya, yakni sebagai middleman atau perantara antara merchant dan pembeli. Sedangkan Vexanium bisnis modelnya sangat berbeda namun persamaannya adalah sama-sama menjadi solusi antara merchant dan pembeli,” ungkap Danny.

Untuk meningkatkan partisipasi di tahap ICO, Danny cukup intensif melakukan publikasi di berbagai acara blockchain, baik acara tingkat lokal maupun internasional.

Inovasi Tami Dental Care untuk Layanan Kesehatan Gigi

Tami Dental Care (TDC) merupakan sebuah startup yang memiliki layanan offline dan online. Untuk offline, TDC memiliki 3 klinik khusus gigi yang terletak di kawasan Bandung dan 12 orang dokter gigi yang siap membantu pasien. Untuk layanan online, TDC menghadirkan aplikasi untuk memudahkan integrasi data pasien dan memudahkan pasien terdaftar untuk membuat janji dengan dokter.

Aplikasi yang dinamai TDC Medical tersebut tidak hanya mewadahi dokter yang ada di TDC tetapi juga dokter dari klinik atau rumah sakit lain. Dari data yang dikumpulkan TDC, pihaknya saat ini memiliki kurang lebih 2370 pengguna, 51 dokter, dan 8 klinik.

“TDC berupaya memecahkan masalah ketimpangan fasilitas kesehatan di Indonesia dengan menyediakan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan berbasis digital untuk membantu masyarakat Indonesia mendapat pelayanan kesehatan yang baik dan cepat,” terang salah satu pendiri TDC Pri Agung Danarahmanto.

Layaknya aplikasi berbasis teknologi, TDC berusaha menghadirkan beberapa solusi untuk kebutuhan dokter, pasien hingga pengelola klinik. Di sisi dokter, TDC berusaha menghadirkan layanan yang mau mengintegrasikan data rekam medis pasien, sehingga meski berbeda-beda klinik data pasien bisa diakses.

Dari sisi pasien dan klinik, TDC berusaha menghadirkan kemudahan bagi masing-masing, kemudahan untuk membuat janji untuk pasien dan kemudahan untuk mengelola klinik, mulai dari laporan kunjungan, pembayaran dan laporan-laporan lainnya. Saat ini, aplikasi TDC tersedia di situs mereka dan belum tersedia di Google Play atau App Store.

Dari penuturan Pri Agung, saat ini TDC menyediakan beberapa fitur unggulan, seperti fitur pemeriksaan yang lengkap dengan data diagnosis penyakit, harga dan odontogram (diagram gambaran gigi) yang interaktif. Ada juga fitur pendaftaran online, chat pasien dengan dokter hingga fitur loyalitas pengguna atau penggunaan poin reward.

Beberapa yang tengah direncanakan TDC di tahun ini adalah membuka dua klinik baru dan menambah jumlah pengguna aplikasi mereka.

“Peluang TDC sangat besar, baik sebagai klinik offline maupun sebagai aplikasi online karena berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kesenjangan fasilitas kesehatan di Indonesia masih sangat besar. Banyak daerah kekurangan fasilitas kesehatan dan bahkan belum terjangkau. Dengan pendekatan online dan offline, maka TDC dapat menjangkau wilayah yang sulit dijangkau dan memudahkan pasien untuk mendapat pelayanan kesehatan yang baik. Hal tersebut menjadi peluang bagi TDC untuk melayani dan memperoleh banyak pengguna,” ujar Pri Agung.

 

SmarTernak Jadi Solusi IoT untuk Optimalkan Peternakan

SmarTernak merupakan solusi yang dikembangkan DycodeX berupa perangkat manajemen ternak berbasis Internet of Things (IoT) yang diharapkan bisa membantu peternak Indonesia memantau hewan ternak mereka. Perangkat ini didukung Kementerian Pertanian Indonesia

Solusi SmarTernak merupakan perangkat precision livestock farming (PLF). Fitur-fitur yang ditawarkan mencakup fitur pelacakan hewan ternak, mendeteksi aktivitas hewan ternak, estimasi kesehatan hewan ternak, hingga membaca kondisi lingkungan hewan ternak. Data-data tersebut dipancarkan secara real time dan bisa dibantu melalui aplikasi yang ada di perangkat mobile.

Dalam pengembangannya, DycodeX berperan penuh dalam pengembangan sistem dan alat-alat yang digunakan, sementara pemerintah mendukung dalam penyedian lahan untuk uji coba.

“Sejauh ini kami masih bekerja sama dengan peternakan yang dimiliki oleh Kementerian Pertanian Indonesia. Tujuan utama kami dalam waktu dekat adalah mengaplikasikan SMARTernak ini di wilayah peternakan Kementan agar dapat menjadi solusi untuk pemerintah terkait issue Livestock Farming khususnya sapi di Indonesia,” jelas Public Relation Representative DycodeX Veronica Blandine.

SmarTernak bekerja dengan beberapa sensor yang mampu secara langsung mendeteksi aktivitas hewan ternak secara real time. SmarTernak didesain untuk bisa langsung diimplementasikan dengan mengalungkan sensor pada hewan dan memasang koneksi.

Untuk koneksi, SmarTernak menggunakan teknologi LoRa atau yang dikenal sebagai Long Radio. Teknologi ini diklaim lebih ekonomis dibandingkan dengan GSM. Untuk range coverage mengikuti kontur peternakan masing-masing.

“Karena berbasis radio, LoRa mengharuskan adanya gateway yang terpasang di wilayah peternakan. Satu buah gateway dapat menerima informasi lebih dari 20 device tergantung kontur wilayah yang sebelumnya saya sebutkan. Untuk saat ini ukurannya masih disesuaikan untuk hewan ternak berbadan besar seperti sapi, namun bila memiliki macam hewan ternak lainnya, kami terbuka untuk layanan customize,” imbuh Vero.

Solusi DycodeX ini bisa jadi salah satu solusi berbasis teknologi yang bermanfaat untuk mengoptimalkan peternakan dan menggali lebih jauh potensi dan masalah yang ada di peternakan. Pihak DycodeX sendiri berharap solusi yang mereka rancang ini tidak hanya stok pangan yang bisa diprediksi tetapi juga kesehatan hewan ternak, sehingga para peternak maupun investor bisa mendapat laporan yang lebih lengkap.

“SMARTernak akan sangat membantu peternakan yang mengadopsi jenis peternakan bebas atau yang tidak mengikat hewan ternak. Hal ini akan lebih menghemat biaya operasional monitoring. Prinsip LoRa yang line-of-sight akan lebih optimal apabila diletakkan di tempat yang lebih tinggi, sehingga coveragenya akan lebih banyak.”

Ototanesia, Situs Penyewaan Mobil di Makassar

Berangkat dari permasalahan sulitnya menemukan rental mobil di Makassar, sebuah startup bernama Ototanesia hadir. Startup ini diinisiasi Fajri Irvan sejak tahun 2016 lalu. Kebetulan penelitian tugas akhirnya kala itu juga berkaitan dengan bisnis rental mobil. Konsep yang ditawarkan Ototanesia mencoba menghilangkan kesulitan yang sering ditemui calon perental mobil, seperti menyesuaikan kebutuhan dan penyedia layanan.

Untuk model bisnis, Ototanesia menggunakan mekanisme B2B, yakni dengan memberikan layanan kepada pemilik jasa penyewaan kendaraan. Layanan tersebut berupa tempat khusus (special placement) informasi mobil di situs dan membantu vendor mobil memasarkan jasanya melalui pemasaran internet (SEO, Facebook Ads, dan lain-lain).

Di tahap pengembangan selanjutnya, Ototanesia menargetkan untuk melahirkan sebuah mobile apps untuk layanan, karena saat ini baru tersedia dalam website saja. Selain itu, rencana ekspansi juga sudah mulai dipersiapkan, saat ini baru merangkul wilayah Makassar dan Gowa, ke depannya ingin beroperasi di seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

Saat ini sudah ada 15 vendor penyedia jasa penyewaan mobil yang sudah bermitra. Layanan bus pariwisata juga mulai ditambahkan untuk melengkapi daftar produk. Sembari mematangkan rencana ekspansi, Ototanesia terus berusaha memperluas kemitraan dengan pemilik jasa mobil sewa.

Kepada DailySocial, Founder Ototanesia Fajri Irvan mengungkapkan permasalahan startup di sana. Permasalahan berkutat pada isu legalitas. Fajri mengaku saat ini startupnya sudah memiliki akta perusahaan, namun belum terealisasi dalam bentu CV maupun PT. Prosesnya masih dirasa sulit. Harapannya ada pihak (inkubator atau akselerator) di wilayah setempat yang dapat membantu kelancaran proses ini.

Layanan Rental Power Bank dari ReCharge Hadir di Jakarta

Mobilitas masyarakat Indonesia saat ini didukung penuh perangkat smartphone mereka. Selain komunikasi, smartphone juga sering dimanfaatkan untuk bertransaksi, menikmati hiburan dan media sosial, hingga mengakses berkas pekerjaan. Menjaga smartphone untuk tetap menyala menjadi sebuah kebutuhan. Dengan ide yang cukup unik, ReCharge hadir sebagai layanan penyewaan power bank.

ReCharge memanfaatkan teknologi untuk membantu masyarakat menyewa dan mengembalikan power bank dengan mudah. Sebutan on demand power bank rental mungkin tidak berlebihan, karena untuk memanfaatkan layanan ini masyarakat perlu memasang aplikasi untuk mengetahui lokasi terdekat “stasiun” ReCharge dan bertransaksi.

Saat ini ReCharge sudah hadir di 50 lokasi di Jakarta, seperti Pacific Place Mall, FX Mall, Pondok Indah Mall, Emporium Mall, dan beberapa cafe dan restoran di sekitar mall-mall yang sudah disebutkan.

Diterangkan CEO ReCharge Dick Listijono, pihaknya saat ini hanya mengembangkan layanan untuk penyewaan power bank. Mereka membuka jaringan ReCharge Stations di tempat-tempat ramai. Hadirnya ReCharge Station di kafe, restoran, dan rumah sakit diharapkan bisa meningkatkan pelayanan terhadap pengguna.

Sistem yang diterapkan ReCharge mungkin tergolong baru di Indonesia, namun sistem ini sudah bisa ditemui di negara seperti Tiongkok.

Dick sendiri cukup optimis bisa diterima masyarakat Indonesia karena populasi pengguna perangkat smartphone yang tumbuh berbarengan dengan adopsi yang cepat untuk penggunaan media sosial, layanan e-commerce, dan layanan lainnya. Hal ini berimbas pada kebutuhan daya (batere) smartphone untuk selalu menyala.

Saat ini pekerjaan rumah terbesar ReCharge ialah perluasan jaringan ReCharge Stations yang ada. ReCharge menargetkan kehadirannya di 500 lokasi tahun 2018  ini, termasuk sejumlah lokasi di luar Jakarta.

Application Information Will Show Up Here

PergiUmroh Hadirkan Marketplace Terkurasi untuk Layanan Haji dan Umroh

Belakangan ini di Indonesia muncul berbagai berita mengenai penipuan agen perjalanan travel yang sudah merugikan konsumen. Banyak yang tergiur janji berangkat umroh dengan biaya murah namun belum mendapat kepastian keberangkatan. Permasalahan ini tampaknya yang coba diselesaikan oleh PergiUmroh dengan layanannya. Mereka menghadirkan curated marketplace untuk jasa perjalanan umroh dan haji.

PergiUmroh sendiri menawarkan kemudahan akses dan sistem yang bisa dipantau langsung oleh pengguna. PergiUmroh akan melakukan kurasi kepada agen travel yang menjadi mitra untuk kemudian disajikan ke para penggunanya.

“Kami memberikan layanan yang mudah diakses calon jamaah dari laman web. Calon jamaah dapat memilih paket yang diinginkan berdasarkan preferensi, memantau prosesnya secara mandiri dari awal pendaftaran hingga akhir menuju keberangkatan. Tanpa harus diribetkan mengenai proses yang menyusahkan,” terang Public Relations PergiUmroh Salwa Shahab.

Untuk memastikan kualitas layanannya proses seleksi agen pihak PergiUmroh menganut ketentuan “5 Pasti” yang dicanangkan oleh Kemendagri, yakni pasti berizin travelnya, pasti jadwalnya, pasti terbangnya, pasti hotelnya dan pasti visanya. Selain itu pihak PergiUmroh juga berusaha menyaring agen perjalanan didasarkan dari histrorical track record selama beberapa tahun terakhir.

Saat ini PergiUmroh sudah memiliki enam mitra agen perjalanan yang tergabung, di antaranya Madinah Iman Wisata, UMI Tour and Travel, Pena Tour, Patih Indo Permai, Sarana Tour, dan Basmah Tour. PergiUmroh juga juga menyediakan fitur Pantau untuk memudahkan pengguna memantau rencana ibadah mereka.

“Melihat pasar Indonesia sebagai pasar jamaah umroh yang terbesar yaitu sebanyak 634.990 orang memberikan kesempatan baik bagi kami. Kini umroh cenderung menjadi tren traveling di Indonesia. Beberapa insiden penipuan pada agen haji dan umroh menyadarkan kami bahwa umat muslim di Indonesia butuh jasa yang bisa diandalkan,” imbuh Salwa.

Saat ini PergiUmroh dikomandoi oleh Faried Ismunandar sebagai CEO, Abdul Almaujudy sebagai COO, dan Daus Gonia sebagai Head of Technology. Di tahun 2018 PergiUmroh tengah mengupayakan untuk menambah lebih banyak mitra dan produk yang ditawarkan, menambah metode pembayaran dan tipe pembiayaan untuk lebih mudahkan penggunanya.

Aplikasi DarahKita Permudah Masyarakat di Palopo Temukan Pendonor Darah

Awal Desember 2017 lalu, Firmansyah Ibrahim, Ahyar Muawwal, dan Zulkarnain Mahsyur berkolaborasi mengembangkan aplikasi DarahKita yang diluncurkan di Palopo, Sulawesi Selatan.

Hal yang melatarbelakangi inisiatif Darahkita adalah kebutuhan darah sering tidak terpenuhi oleh PMI setempat. Banyak keluarga pasien yang harus mem-broadcast pesan di instant messenger dan media sosial mereka saat membutuhkan.

“Ini sungguh tidak efektif dan memakan waktu yang lama. Kami dari tim DarahKita hadir memberikan manfaat teknologi melalui aplikasi sehingga dapat memudahkan keluarga pasien mendapatkan darah dengan lebih cepat dan banyak nyawa yang bisa terselamatkan,” ujar Firman.

Saat ini, jangkauan layanan DarahKita baru di Sulawesi Selatan. Mayoritas pengguna yang terdaftar berasal dari Kota Makassar dan Kota Palopo.

Aplikasi ini mirip dengan inovasi yang sudah ada sebelumnya, yakni aplikasi Reblood. Keunggulan yang coba diusung DarahKita, pencari donor dapat langsung chat dengan calon pendonor.  Selain itu, DarahKita juga memiliki fitur semacam aplikasi crowdfunding. Bukan dengan bentuk uang, melainkan jumlah kantong darah yang dibutuhkan.

Ada beberapa fitur lain di aplikasi DarahKita. Pertama, fitur “Cari dan Chat” yang memungkinkan orang dapat mencari pendonor di wilayah sekitar. Selanjutnya ada fitur “Pencarian Lokasi dan Event”. Di sini ditampilkan lokasi donor darah terdekat pada setiap kota yang ada. Jika ada acara donor darah pada kota tersebut, akan muncul pemberitahuan kepada calon donor yang siap untuk mendonor.

Terakhir ada fitur “Reward” yang memungkinkan melakukan redeem terhadap poin yang didapatkan pendonor setiap kali mendonor untuk ditukarkan dengan merchandise menarik yang disiapkan mitra DarahKita.

Untuk saat ini DarahKita, yang merupakan aplikasi sosial atau yang sering disebut socioprenuer, lebih mengandalkan dana-dana CSR perusahaan. Tapi ada model bisnis yang direncanakan ke depannya agar aplikasi ini bisa bertahan lama dan bermanfaat, seperti menjalin kerja sama dengan layanan transportasi online dalam hal pengantaran calon donor.

DarahKita masih berkutat keterbatasan finansial sehingga banyak daerah yang belum tersentuh. Banyak ajakan untuk melebarkan sayap ke daerah-daerah tertentu, tetapi kendala dana operasional menjadi penghambat saat ini.

Ke depan, Firman dan rekan berharap makin banyak pihak yang mau menjalin kerja sama mengembangkan aplikasi ini untuk kepentingan masyarakat umum. Selain itu, DarahKita berharap, layanannya dapat menjangkau ke seluruh daerah di Indonesia, terutama kawasan Timur.

“Setelah bagian Timur ini dapat terlayani dengan baik, kami juga akan memberikan manfaat ke Indonesia bagian Barat,” jelas Firman.

Application Information Will Show Up Here

Niagakuliner Akomodasi Jasa Katering Pontianak secara Online

Niagakuliner merupakan startup Pontianak yang berusaha memecahkan permasalahan produk katering di wilayah tersebut. Didirikan sejak tahun 2017, para Co-Founder melihat ada potensi untuk meningkatkan bisnis kuliner melalui mekanisme pembelian dan pemesanan online.

Layanan yang disediakan Niagakuliner adalah pembelian dan pemesanan katering dalam jumlah besar, umumnya digunakan untuk kebutuhan acara tertentu. Mekanismenya berupa emesanan pre-order untuk waktu mendatang. Adapun makanan disediakan oleh mitra bisnis jasa katering dan rumah makan di sekitar Pontianak.

“Harga jual katering di Niagakuliner sendiri sangat bervariasi tergantung dari harga yang diberikan oleh penjual katering masing-masing. Rata-rata untuk harga katering mulai dari Rp20.000 sampai Rp35.000 per paket,” jelas Co-Founder Niagakuliner Dany Riansyah Putra.

Mengenai model bisnisnya, setiap penjual yang memasarkan menunya di Niagakuliner tidak dipungut biaya apa pun, kecuali mereka menginginkan fitur tambahan seperti statistik penjualan dan/atau iklan teratas. Fitur premium mengenakan biaya bulanan senilai Rp100.000 – Rp125.000. Niagakuliner juga mendapatkan fee dari pemasang iklan.

“Untuk keuntungan dari transaksi mitra, tidak kita potong, karena target kami saat ini untuk meraih banyak pelanggan dulu,” ujar Dany.

Niagakuliner lahir dari Gerakan Nasional 1000 Startup Digital. Startup ini didirikan oleh empat Co-Founder yaitu Dany Riansyah Putra sebagai Hipster, Ade Hendini dan Felix Anthony sebagai Hacker, Eka Endah sebagai Hustler.

Ke depan, Dany dan rekan-rekannya akan mengenakan tarif dari setiap keuntungan yang diperoleh mitra mereka. Namun saat ini Niagakuliner masih membutuhkan tenaga pengembangan teknologi dan pemasaran, karena saat ini teknologi dinilai masih dalam tahap pengembangan dan dilakukan riset untuk mencari titik fokus pemasaran Niagakuliner.