Aplikasi QOIN Sajikan Layanan Mobile Payment untuk Wisatawan Asing di Bali

Satu lagi startup pengembang aplikasi yang siap mengusung suksesi digital payment dan cashless society, kali ini giliran QOIN. Diinisiasi oleh Calfin Leonardo dan Rony Fhebrian, aplikasi QOIN menyediakan sistem mobile payment untuk memudahkan turis internasional ketika melakukan kunjungan wisata ke Pulau Dewata. Selain ingin memberikan kemudahan kepada penggunanya untuk melakukan pembayaran non-tunai, QOIN juga berusaha menjadi sarana penukaran valuta asing digital.

QOIN sendiri baru akan diluncurkan secara masif pada Juni 2017 mendatang, menargetkan kerja sama dengan 5000 merchant yang ada di Bali. Tak hanya merchant dari kalangan ritel besar, tapi QOIN juga ingin bermitra dengan ritel di kelas UMKM. Kendati sudah tersedia dan dapat diunduh, tim pengembang QOIN mengaku saat ini masih terus menggalakkan peningkatan kualitas aplikasi dari sisi keamanan dan fitur.

Fitur utama yang disajikan untuk proses pembayaran ialah dengan QR Payment, sebuah cara yang saat ini banyak diimplementasikan dalam sistem mobile payment. Sampai saat ini berjalannya startup di balik QOIN masih dilakukan secara bootsrapping, untuk kebutuhan operasional mengandalkan hadiah dari kompetisi yang pernah diikuti. Co-Founder Calfin Leonardo mengatakan kendati belum ada pendanaan, beberapa waktu terakhir sudah ada perbincangan dengan angel investor.

Memaksimalkan potensi wisatawan internasional di Bali

Menjawab pertanyaan mengapa di Bali, Calfin memaparkan beberapa data tentang potensi pariwisata. Bali masuk ke dalam lima besar destinasi wisata terbaik dunia, dengan pertumbuhan sektor pariwisata sebesar 8-10 persen per tahun. Pada tahun 2016, tercatat 4,4 wisatawan internasional yang berkunjung ke Bali, menyumbangkan pemasukan sebesar $4,8 miliar. Menariknya dari total angka tersebut, 90 persen ditransaksikan secara tunai.

“…berangkat dari hal tersebut, kami melihat potensi pasar yang sangat besar untuk dikelola, dan memberikan dampak yang signifikan baik dari merchant maupun pemerintah,” ujar Calfin.

Dari sisi merchant, aplikasi QOIN ingin menawarkan kemudahan adopsi sistem pembayaran non-tunai tanpa menggunakan peralatan khusus seperti EDC. Saldo QOIN yang diterima oleh merchant juga dapat digunakan untuk melakukan transaksi di merchant lain yang mengadopsi sistem QOIN. Untuk pencarian dana, merchant dapat melakukan penarikan saldo QOIN secara langsung pada rekening bank pribadinya.

“Aplikasi QOIN menerapkan sistem inklusif, di mana untuk mengadopsi sistem pembayaran QOIN merchant tidak harus menjadi nasabah sebuah bank tertentu. Sedangkan di sisi turis mancanegara, aplikasi QOIN menerapkan biaya yang lebih rendah bila dibandingkan dengan menggunakan kartu kredit, tanpa adanya biaya tambahan dan transparansi biaya tanpa adanya biaya tersembunyi,” jelas Calfin.

Terinspirasi dari kunjungan rekan dari luar negeri ke Bali

Calfin menceritakan, pengembangan QOIN berawal dari keluhan temannya dari luar negeri yang kala itu berwisata ke bali. Keluhan tersebut terkait dengan keamanan memegang uang fisik, tempat penerimaan kartu kredit belum merata terutama di merchant kecil, kekhawatiran terjadi penipuan ketika melakukan penukaran di money changer sampai biaya administrasi yang relatif besar untuk penarikan uang tunai dari kartu kredit bank luar negeri.

“Berangkat dari hal tersebut, kami merancang sebuah metode pembayaran yang difokuskan pada turis mancanegara sehingga memudahkan mereka ketika berkunjung ke Bali tanpa harus pusing mendapatkan dan menggunakan uang tunai,” pungkas Calfin.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Buka Metode Pembayaran Menggunakan “Gift Card”

Tokopedia sebagai salah satu marketplace yang paling dikenal masyarakat Indonesia saat ini kembali menambah jajaran pilihan pembayaran mereka. Kali ini Tokopedia menambahkan metode pembayaran menggunakan kartu hadiah atau gift card. Kode gift card yang dimaksud bisa didapatkan melalui TaDa!, Hadiah.me, dan Excite Shop.

Disampaikan Vice President Tokopedia Melissa Siska Juminto, latar belakang peluncuran fitur baru ini untuk memudahkan dan menjangkau masyarakat Indonesia yang belum pernah melakukan transaksi online dengan berbagai kendala yang mereka hadapi. Bagi Tokopedia sebuah bisnis e-commerce harus inklusif, tidak eksklusif.

“Lewat inisiatif gift card ini, masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa berbelanja online bisa memberikan kerabat atau kenalannya pengalaman bertransaksi online. Caranya adalah dengan memberikan hadiah berbentuk gift card yang kemudian bisa di-redeem di Tokopedia untuk membeli barang maupun membayar kebutuhan sehari-hari mereka, seperti pulsa, listrik, BPJS dan sebagainya,” terang Melissa.

Lebih jauh ia juga menjelaskan bahwa secara tidak langsung apa yang diupayakan Tokopedia ini merupakan salah satu tindakan untuk mendorong terjadinya less cash society, sejalan dengan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang digagas Bank Indonesia pada kuarter akhir tahun lalu.

“Selain itu, ke depannya kami juga akan mengadakan berbagai promo yang memberikan Toppers (sebutan untuk pengguna Tokopedia) reward berupa kode gift card. Kode yang diperoleh melalui mitra kami maupun promo inilah yang nantinya bisa di-redeem di pulsa.tokopedia.com/gift-card lalu bisa digunakan untuk melakukan transaksi di Tokopedia,” lanjut Melissa.

Hadirnya metode pembayaran baru ini juga menambah jajaran metode pembayaran Tokopedia sebelumnya. Tercatat sudah ada beberapa metode pembayaran, yakni melalui Saldo Tokopedia, Transfer Bank, Mandiri ClickPay, Mandiri e-cash, BCA KlikPay, Kartu Kredit, Indomaret, dan Alfamart.

Application Information Will Show Up Here

Cari Kelas Workshop dengan Mudah Melalui Marketplace MauBelajarApa (UPDATED)

Jika kita berbicara bisnis digital di Indonesia tidak bisa tidak kita akan turut menyematkan pembicaraan mengenai e-commerce, secara lebih spesifik marketplace. Konsep bisnis yang satu ini merupakan yang banyak diterapkan oleh perusahaan rintisan atau startup di Indonesia dalam lima tahun belakangan. Bentuk layanan atau produk yang ditawarkan pun beragam. Salah satunya adalah MauBelajarApa, startup marketplace asal Jakarta ini mengusung konsep marketplace yang menjual tiket workshop.

Startup yang memulai bisnisnya sejak tahun 2014 tersebut digagas oleh Jourdan Kamal, yang sekarang menjabat sebagai CEO dan Daniel Liejardi yang sekarang berperan sebagai CTO.

“MauBelajarApa adalah sebuah platform marketplace yang connect para guru/institution/facilitator workshop kepada para pelajar. Jadi jika ada orang ingin meng-organize sebuah workshop atau mengajar di dalam 1 workshop, mereka bisa daftar sebagai educator dan workshop mereka akan di-publish di website kita (setelah kami review) dan jika ada peminat workshop ingin ikut, mereka tinggal register dan bayar,” papar Jourdan.

Sejak awal kemunculannya MauBelajarApa mencoba membantu pasar pendidikan non akademik di Indonesia untuk bisa dijangkau banyak orang. Di platform MauBelajarApa bisa ditemukan berbagai macam workshop dengan berbagai macam tema. Pengajar-pengajar workshop akan dengan mudah memasarkan kelasnya, demikian juga dengan pengguna yang mudah mencari kelas-kelas workshop yang mereka inginkan.

“Pasar pendidikan non-akademik di Indonesia agak tersebar di Indonesia, sehingga sulit bagi orang-orang untuk menemukan, membandingkan dan membeli kelas-kelas yang mereka inginkan. Misalnya untuk orang-orang yang mau cari tahu untuk belajar calligraphy atau coding class di Jakarta, mungkin mereka agak kesulitan untuk mencari tahu info-info workshop di web. Selain itu, kami (dengan komunitas dan perusahaan lain) juga ingin mencoba membantu orang2 yang mau belajar extra skill di dalam pekerjaannya seperti personal development, social media skill, dan lainnya,” ujar Jourdan.

Untuk memberikan pengalaman pengguna yang baik pihak MauBelajarApa menerima dengan terbuka evaluasi dan masukan dari para peserta workshop agar selanjutnya penyelenggara bisa menghadirkan kelas yang lebih baik dari sebelumnya.

“Biasanya setelah peserta mengikuti sesuatu workshop, kami akan kirim review form ke mereka. Dari sana yang workshop-nya terima banyak hal positif dari peserta, akan kami membuat workshop yang sama lagi. Tapi jika tidak, akan kami beri tahu para pengajarnya dan coba minta mereka untuk improve di workshop yang akan datang,” lanjut Jourdan.

Rencana di tahun ketiga beroperasi

Selama dua tahun terakhir MauBelajarApa telah berhasil mengelola penjualan kelas lebih dari 1.000 workshop dan dipakai 10.000 pengguna. Di tahun 2017 ini, di tahun ketiga mereka beroperasi MauBelajarApa mencoba meningkatkan apa yang telah mereka capai sebelumnya dengan menargetkan bisa mengelola lebih dari 100 workshop per bulan.

“Fokus kami tahun ini akan lebih mengelola workshop yang lebih banyak lagi (selama ini kami hanya handle 100an workshop per bulan) dan target tahun ini kami mau mencapai 500an workshop per bulan. Dan fokus kami juga mau kerja sama dengan lebih banyak komunitas untuk membuat workshop yang bisa meningkatkan skill2 pegawai di dalam pekerjaan mereka.”

Update : Sebelumnya kami menulis MauBelajarApa berasal dari Medan.

DeliverKong Layani Permintaan Pengiriman di Jambi

Bisnis startup di Indonesia terlihat mulai merata. Banyak para pebisnis daerah yang mengubah solusi digital menjadi bisnis. Tentu dengan keragaman permasalahan di masing-masing daerah. Jambi adalah salah satu kota yang memiliki perusahaan startup yang melayani masyarakat kotanya. Salah satu bisnis startup yang tumbuh di Jambi adalah DeliverKong, layanan on demand delivery yang melayani pengiriman mulai dari barang, makanan, hingga pembelian ke merchant-merchant yang ada.

DeliverKong dengan jalinan merchant yang ada juga berfungsi sebagai marketplace yang melayani penjualan online barang-barang lokal dengan harapan bisa terdongkrak berkat pendekatan offline to online yang dilakukan.

Salah satu penggagas DeliverKong, Ronald Rusli, bercerita bahwa sejak beroperasi pada 2016 silam DeliverKong aktif menjalin kerja sama dengan mitra driver, mitra presto, dan seller untuk menambah kekuatan layanannya. Selain itu DeliverKong juga memiliki driver tetap untuk menjamin ketersediaan driver pada waktu-waktu tertentu dan lokasi yang mungkin tidak terjangkau. Perlahan tapi pasti DeliverKong mencoba menjadi salah satu layanan paling diandalkan di Jambi.

Fitur-fitur DeliverKong

Selain fitur pemesanan seperti pada umumnya pada sisi pengguna DeliverKong memberikan keleluasaan bagi para mitra restosan dan merchant mereka untuk melakukan perubahan menu, harga, maupun promo sehingga para merchant dapat memanfaatkannya untuk memberikan penawaran terbaik bagi para pelanggan.

DeliverKong saat ini disebut memiliki jaringan luas dalam hal teknologi ke beberapa perguruan tinggi di Jambi. Ronald menjelaskan:

“Dalam hal operasionalnya, DeliverKong melibatkan para Mahasiswa dari STIKOM DINAMIKA BANGSA baik sebagai konseptor, developer sistem. maupun kurir. Diharapkan dengan memiliki seluruh tim sendiri dari hulu sampai hilir, DeliverKong dapat mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar lokal.”

Jambi dan harapan-harapan DeliverKong

Tumbuh dan berkembang di Jambi, kota yang belum banyak bisnis startup membuat DeliverKong tidak banyak menemui persaingan. Hanya saja DeliverKong tetap berupaya untuk terus meningkatkan kualitas teknologi dan layanannya untuk bisa menjadi pilihan utama masyarakat Jambi dalam hal kirim-mengirim.

Visi DeliverKong tidak hanya menjadikannya sebagai bisnis digital yang sukses tetapi juga membantu bisnis lain untuk berkembang dengan cara bekerja sama dengan pendekatan offline to online. Pendekatan ini diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi semua pihak, baik pengguna maupun merchant, baik restoran atau yang lainnya.

“Target kita saat ini adalah terus menambah jumlah driver, restoran, merchant sehingga para stakeholder di dalam DeliverKong dapat merasakan manfaat berdasarkan tujuan awal kita yaitu menciptakan dunia yang lebih baik dengan kemudahan dalam berbelanja,” ungkap Ronald.

Selain itu Ronald juga menjelaskan saat ini pihak DeliverKong masih berupaya untuk mengedukasi masyarakat, baik pengguna maupun merchant untuk lebih melek tentang pemanfaatan teknologi digital, dalam hal ini aplikasi mobile.

“Untuk kendala yang dihadapi adalah diperlukannya usaha untuk melakukan edukasi kepada masyarakat Jambi mengenai kemudahan bertransaksi melalui aplikasi. Kebanyakan masyarakat kita masih melakukan komunikasi dengan cara melalui chat yang sebenarnya tidak begitu efektif. Edukasi ini terus kami lakukan untuk para driver, Pemilik restoran dan merchant serta khususnya untuk para customer kami,” ungkap Ronald.

Application Information Will Show Up Here

Influlancer sebagai “Endorsement Platform” dan Efektivitas Pemasaran Brand di Media Sosial

Pemasaran dengan model endorsement cukup populer dewasa ini seiring dengan pertumbuhan media sosial yang sangat pesat. Banyak brand (medium ke bawah) yang diuntungkan dengan sistem endrose ini, karena dengan mudah dapat mencapai ke pangsa pasar yang tepat, dengan biaya yang tidak terlampau besar. Menyikapi tren ini, Influlancer hadir sebagai sebuah platform yang menghubungkan antara pengiklan dengan endorser. Melalui web dan aplikasi, Influlancer menjembatani jalinan kerja sama untuk kebutuhan endorsement.

Melalui Influlancer, misi yang ingin diangkat ialah menciptakan brand communication, brand awareness dan brand image. Platform tersebut menyajikan dua pilihan sistem endorse, yakni premium dan reguler. Untuk fitur premium, pemilik brand akan dihubungkan dengan artis dan selebgram yang menerima jasa endorse, sedangkan reguler pengguna akan dihubungkan dengan pengguna aktif media sosial umum yang intensif menggunakan media sosial.

Sebagai sebuah cloud marketing platform, Influlancer ditargetkan untuk membantu UMKM dan startup dalam memaksimalkan potensi di ranah digital. Di lain sisi, Influlancer juga ingin menyediakan wadah bagi para endorser untuk memaksimalkan income mereka dalam mempromosikan produk. Sejauh ini menurut keterangan yang terdapat dalam laman Influlancer, tidak ada pemotongan fee dari jasa endorsment yang dilakukan.

Influlancer diluncurkan pertama kali pada Agustus 2016. Dan saat ini Influlancer telah mengantongi lebih dari 2.000 pengguna dengan puluhan kampanye brand endorsement telah dilakukan.

Efektivitas model pemasaran berbasis endorsment bagi brand

Ada sebuah sebaran menarik terkait pola pengguna media sosial dalam mengikuti (follow) figur publik yang memungkinkan untuk melakukan endorsement.

Dengan studi kasus Instagram, survei JakPat bertajuk “Top Endorser in Social Media” yang dilakukan terhadap 262 responden di awal tahun 2016 lalu memetakan fakta menarik. Di usia 16-25 tahun rata-rata pengguna mengikuti figur publik artis (film, musik atau model), laman parodi dan online shop. Di suia 26-29 tahun (film, musik atau model), traveller dan online shop. Sedangkan di usia 30-35 tahun (film, musik atau model), kuliner dan parodi.

Dikaitkan dengan aktivitas yang dilakukan, hanya 34% dari total responden yang mengaku tidak memberikan interaksi terhadap posting yang dipublikasikan (dalam hal ini posting termasuk tentang endorse suatu produk). Sebagian besar melakukan interaksi secara beragam.

Endorsement 1

Disusul dengan data yang menyatakan kepercayaan suatu brand terhadap sistem endorsement. Survei JakPat menyebutkan beberapa konsiderasi yang membuat pemilik brand, statistiknya pun berbeda bergantung jenis produk yang dimiliki. Berikut perbandingan antara produk kecantikan, produk kesehatan dan produk rumah tangga dalam melakukan endorsement.

Tantangan brand untuk memasarkan produk melalui media sosial

Makin banyaknya jenis media sosial di kalangan masyarakat berimbas pada terfragmentasinya pengguna media sosial itu sendiri. Dalam sebuah riset tahun 2015, sejak saat itu penggunaan media sosial mulai mengerucut didasarkan pada beberapa hal, salah satunya usia dan kegunaan. Dari sini brand harus secara tepat mendefinisikan strategi pemasaran melalui kanal media sosial. Pemetaan jenis pengguna ini perlu diketahui untuk membuat kegiatan pemasaran menjadi lebih efektif.

Endorsement 5

Pada akhirnya media sosial juga menjadi tempat, sebuah kerumunan yang berisi berbagai macam jenis pengguna. Tidak semua bisa dijajaki dan diajak untuk menjadi konsumen suatu brand, hanya saja dengan penentuan sasaran yang jelas, bisa jadi ekosistem pengguna tersebut benar-benar dapat dikonversi menjadi traksi atau pembeli produk yang diiklankan melalui kanal media sosial, dengan pendekatan dan penyampaian yang pas.

Application Information Will Show Up Here

Botika Seriusi Sektor B2B, Luncurkan Layanan Chatbot “Botika Travel”

Industri layanan chatbot tampaknya menjadi peluang baru di ranah bisnis digital Indonesia. Salah satu layanan yang coba peruntungan di ceruk ini adalah Botika. Layanan chatbot Botika merupakan layanan yang memanfaatkan teknologi NLP untuk memudahkan proses pencarian dan transaksi produk. Saat ini Botika memiliki produk Botika Travel untuk mengakomodir kebutuhan penyedia layanan tour and travel.

Founder Botika Ditto Anindita kepada DailySocial menjelaskan bahwa bisnis yang mulai dirintisnya sejak September 2016 silam ini akan fokus ke sektor business to business (B2B) dan dengan menawarkan produknya sebagai whitelabel ke pemilik bisnis. Dengan metode ini, Botika diharapkan bisa menjadi platform andalan untuk chatbot bagi bisnis.

“Kami membangun chatbot agar customer tidak perlu meng-install applikasi baru. Cukup menggunakan aplikasi pesan instan yang sudah mereka pakai, seperti Facebook Messenger, Line atau Telegram, mereka sudah dapat berinteraksi dan bertransaksi untuk barang atau jasa yang mereka inginkan,’ ujar Ditto.

Diterangkan Ditto, saat ini Botika baru merilis produk “Botika Travel”, sebuah chatbot yang disiapkan untuk industri tour and travel. Botika Travel dibangun dengan konsep untuk membudahkan pelaku bisnis travel dalam melayani penggunanya.

Capaian dan rencana saat ini

Botika saat ini, menurut Ditto, sudah mendapatkan beberapa pelanggan berbayar di bidang tour and travel. Ditto sendiri masih enggan untuk menceritakan detil siapa saja yang sudah memanfaatkan layanan Botika.

“Kalau sekarang belum kami rilis informasinya ke publik, tapi yang pasti ada 3 yang besar, yang satu fokus ke paket tour, yang satunya fokus ke hotel dan tiket, sering iklan juga di TV. Yang terakhir perusahaan transportasi darat,” papar Ditto.

Dari segi pendanaan, Botika saat ini masih bersifat bootstrapping. Meski demikian, mereka sudah berhasil mendapatkan penghasilan dari beberapa klien yang terdaftar dan tengah proses untuk mendapatkan pendanaan.

Saat ini Botika memiliki beberapa fitur yang diunggulkan, salah satunya adalah kemampuan mengenali percakapan Bahasa Indonesia, termasuk percakapan dalam slang dan singkatan-singkatan. Kemampuan tersebut diharapkan bisa membuat pengguna merasa nyaman seolah berkomunikasi dengan teman mereka.

Selain itu Botika juga dilengkapi dengan “chat console”, sebuah fasilitas yang disediakan oleh Botika untuk memudahkan bisnis mengelola percakapan yang ada dari berbagai macam channel yang ada dalam satu layar.  Dengan fitur ini pemilik bisnis bisa melihat semua percakapan dari banyak sumber tanpa harus repot membuka channel satu per satu.

Goers Mudahkan Pencarian Event dengan Kehadiran Situs Versi Lengkap

Setelah menghadirkan inovasi yang diharapkan bisa memudahkan wisatawan asing dan lokal mencari rekomendasi tempat wisata, Goers yang menampilkan beragam kegiatan, acara, kuliner dan informasi terkini kembali mengumumkan inovasinya. Setelah sebelumnya fokus di pengembangan aplikasi mobile, kini situs Goers bisa digunakan untuk memperoleh pengalaman yang sama.

Kepada DailySocial, COO Goers Niki Tsuraya Yaumi mengungkapkan fungsi situs Goers kini lebih lengkap dan beragam. Bermanfaat untuk pengguna sekaligus penyelenggara acara yang ingin mempromosikan acaranya melalui Goers.

“Dulu situs kami bukan menjadi fokus utama karena semua fitur dan informasi lengkap kami pusatkan di aplikasi, kini di situs Goers semua acara dan aktivitas seru di Jakarta dan Bandung bisa diakses melalui situs dan aplikasi,” kata Niki.

Saat ini Goers telah bekerja sama dengan ratusan partner di Jakarta dan Bandung, serta menyediakan ribuan informasi event setiap bulannya. Kategori event yang tersedia diaplikasi juga sangat beragam, dari event konser musik, pameran seni, event keluarga, festival kuliner, event belanja, event olahraga, hingga hiburan malam.

Beberapa layanan lain yang sebelumnya bersifat mobile only, atau hanya memberikan layanan di platform mobile, kini akhirnya juga mengembangkan situs (desktop dan mobile web) agar konsumen memiliki pilihan saat mengakses layanannya.

Situs Goers dilengkapi dengan fitur pencarian dan kumpulan event yang direkomendasikan berjudul Editor’s Pick. Meskipun demikian, saat konsumen ingin membeli tiket, flow-nya masih diarahkan untuk mengunduh aplikasi terlebih dahulu.

“Perihal booking saat ini masih fokus di aplikasi mobile saja, namun ke depannya tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan juga di situs Goers,” kata Niki.

Dashboard khusus untuk penyelenggara acara

Layanan tambahan yang saat ini juga sudah tersedia untuk pihak penyelanggara adalah dashboard atau tampilan khusus untuk penyelenggara acara yang mempromosikan acaranya melalui Goers.

Di laman Partnership, penyelenggara acara dapat mengetahui bagaimana Goers dapat membantu melancarkan event melalui Goers Solution. Dashboard tersebut juga dilengkapi dengan berbagai macam brand yang sudah bekerja sama dengan Goers serta testimonial dari para partner Goers.

“Dashboard khusus penyelenggara acara sendiri sebelumnya sudah tersedia di Goers, namun kini sudah sangat mumpuni untuk menangani beragam jenis acara dan aktivitas yang ada,” kata Niki.

Application Information Will Show Up Here

Habibi Garden Hadirkan Solusi Perawatan Tanaman Berbasis IoT

Potensi Internet of Things (IoT) sebagai salah satu solusi untuk berbagai permasalahan sebenarnya sudah terlihat sejak tren ini pertama kali mendunia. IoT disinyalir mampu memberikan pengguna kontrol terhadap perangkat dengan data real-time. Salah satu pemanfaatan IoT ini tengah coba dikembangkan dan digali di berbagai negara, sesuai dengan permasalahan masing-masing. Di Indonesia sendiri sudah ada banyak solusi IoT yang diperkenalkan. Salah satu yang cukup unik adalah Habibi Garden. Sebuah perusahaan digital yang berusaha memberikan solusi untuk para petani berkomunikasi dengan tanaman mereka.

Istilah berkomunikasi dengan tanaman mungkin agak aneh, namun itu lah yang coba diupayakan oleh tim Habibi Garden. Lebih tepatnya untuk membantu para petani atau pemilik tanaman mengetahui kondisi tanaman, seperti nutrisi dan kebutuhan-kebutuhan lain. Komunikasi tersebut bisa terwujud berkat adanya alat dan juga aplikasi yang terhubung dan didesain dengan berbagai macam sensor seperti sensor suhu, kelembaban, nutrisi media tanaman, intensitas cahaya dan lainnya. Dengan demikian para pemilik tanaman bisa mengetahui kebutuhan tanaman berdasarkan data yang didapatkan dari aplikasi.

CTO Habibi Garden Irsan Rajamin kepada DailySocial bercerita, perusahaan yang mulai beroperasi pertengahan tahun lalu ini dirintis bersama rekannya Dian Prayogi Susanto yang bertindak sebaai CEO yang bertanggung jawab untuk bisnis. Selain itu Habibi Garden juga bekerja sama dengan beberapa mitra di bidang pertanian untuk lebih mudah mengenali dan dekat dengan tanaman.

“Sejak pertengahan tahun 2016 di bulan Juni dan kantor kami ada di kota Bekasi. Sekarang kami sedang berfokus pada kebun binaan baru kami berlokasi di Cianjur desa Pasir Cina. Di sana kami sedangkan mencoba teknologi Habibi Garden pada tumbuhan Cabai,” terang Irsan.

Diawali dari hobi dan keresahan

CEO Habibi Garden Dian Prayogi disebut sebagai salah satu inisiator untuk ide solusi yang ditawarkan oleh Habibi Garden. Dian yang memiliki hobi berkebun di pekarangan rumahnya ini sering lalai memberikan nutrisi dan melakukan penyiraman, hasilnya tak jarang tanamannya terkena wabah jamur. Masalah ini yang coba diselesaikan oleh Habibi Garden, terlebih jika masalah yang terjadi menghampiri lahan yang lebih luas lagi. Pemberian pupuk dan air, pendeteksian wabah penyakit dari awal menjadi target kunci yang bisa ditangani oleh alat Habibi Garden saat ini.

Untuk pengguna, saat ini Habibi Garden tengah mencoba menyasar para petani yang sudah memiliki infrastruktur Green House. Karena petani seperti itu cenderung lebih dekat dengan teknologi di bidang pertanian.

Melihat perangkat Habibi Garden bekerja

Selalu menarik melihat perangkat IoT bekerja. Seperti kita ketahui IoT tidak hanya bekerja dan dikontrol oleh manusia, ada mekanisme untuk menghubungkan mesin dengan mesin untuk bisa saling terhubung, berkomunikasi, dan bertukar data, atau yang sering dikenal dengan Machine to Machine (M2M). Teknologi inilah yang diterapkan oleh Habibie Garden. Dengan memasang sensor pada alat yang diletakkan di dekat tanaman dan terhubung dengan aplikasi pengguna bisa memantau data-data tanaman. Selain monitoring solusi yang disuguhkan Habibi Garden juga meliputi penyiraman dan pemupukan secara otomatis.

“Teknologi kami menggabungkan aplikasi mobile dan hardware yang bertujuan untuk melakukan fungsi monitoring kebun dari manapun dan kapanpun. Dengan hal tersebut petani dan kita sebagai orang awam dapat mengetahui kondisi tanaman/kebun kita. Tidak hanya monitoring tanaman, dengan teknologi Habibi Garden kebun kita juga dapat melakukan penyiraman dan pemupukan secara otomatis. Ini yang sering disebut M2M artinya alat kami dapat berkomunikasi sendiri antara sensor dengan controller sehingga fungsi petani bisa lebih fokus pada fungsi pengawasan melalui aplikasi, perawatan tanaman (pemotongan dahan daun), pembukaan lahan baru dan pemanenan,” lanjut Irsan menjelaskan.

Untuk tahun ini Habibi Garden tengah berfokus untuk melakukan riset yang lebih mendalam tentang cabai setelah kemarin berhasil menerapkan teknologi mereka di perkebunan tomat. Alasannya harga cabai yang tiap tahunnya melambung tinggi dan bahkan bisa setara dengan harga 1 kg daging sapi. Kini Irsan dan tim Habibi Garden tengah aktif melakukan kerja sama dengan banyak petani cabai dengan mengikuti forum-forum petani cabai yang ada.

Aruna dan Revolusi Digital di Industri Kelautan Indonesia

Aruna dan PasarLaut (bagian dari Aruna) menjadi salah satu startup yang mengawali debut di sub-sektor ekonomi kelautan. Dalam sebuah kesempatan, DailySocial mewawancara Co-Founder dari Aruna Farid Naufal membahas tentang potensi di industri maritim dan bagaimana strategi bisnisnya dalam menangani industri terkait di Indonesia dengan pendekatan digital.

Mengawali perbincangan, Farid memaparkan beberapa data tentang potensi sumber daya laut di Indonesia yang belum dioptimalkan. Data tersebut ia kutip dari pemaparan Prof. Rokhim Dahuri, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia periode 2001-2004. Nilai industri kelautan di Indonesia bisa mencapai lebih dari $1 triliun.

Khusus untuk perikanan sendiri, data dari Worldfish Assosiation dan Kementerian menyebutkan bahwa nilai dari perdagangan ikan di Indonesia mencapai $5,3 miliar, dengan pertumbuhan industri sebesar 8,91% per tahun, terbesar dari sektor lain di Indonesia. Saat ini juga masih di peringkat pertama di Asia Tenggara untuk nilai dan jumlah ekspor komoditas laut, bersaing dengan Thailand.

Ekonomi kelautan belum memberikan dampak optimal kepada para pelakunya

Melihat keadaan tersebut, Co-Founder Aruna Farid Naufal Aslam, Indraka Fadhlillah, dan Utari Octavianty berpikir seharusnya besarnya potensi tersebut mampu menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Setidaknya taraf hidup nelayan lebih sejahtera dan daerah pesisir pun tergolong ke tatanan daerah maju. Faktanya jika merangkum dari data Badan Pusat Statistik (BPS) penghasilan rata-rata nelayan per bulan hanya sebesar Rp 1,1 juta.

Kecilnya pendapatan untuk membuat peminatnya pun derastis turun, dalam 10 tahun terakhir jumlah nelayan berkurang hingga 50%, menjadi hanya sekitar 800 ribuan di seluruh Indonesia. Selain itu tingkat konsumsi ikan nasional pun bila dibandingkan dengan negara (maju) lain masih rendah, Indonesia masih ada di kisaran 40 kg per kapita per tahun.

“Kami melihat hal tersebut bisa terjadi salah satunya karena masalah konektivitas informasi antara titik produksi, dalam hal ini sentra-sentra nelayan, dengan pasar dan industri yang tidak maksimal,” ujar Farid.

Keadaan di lapangan, nelayan kesulitan mencari pembeli selain dari para pengepul yang ada di daerahnya saja. Dampaknya bargaining power mereka sangat lemah, dan harga sering kali dikendalikan oleh pengepul dan tengkulak. Begitu juga sebaliknya, para pembeli ikan skala besar (pemborong) kesulitan mencari persediaan ikan yang mereka perlukan, karena minimnya informasi ke berbagai daerah produksi perikanan Indonesia. Sehingga tidak jarang mereka juga dipermainkan oleh “middle-man” yang mengambil keuntungan karena memiliki informasi persediaan ikan tertentu.

Teknologi informasi dan internet diyakini menjadi jawaban

Aruna melihat teknologi informasi dan internet bisa membantu memecahkan permasalahan ini. Untuk itu ada dua hal yang dilakukan Aruna sebagai realisasi dari solusi permasalahan tersebut. Pertama dengan mendigitalkan data di sisi nelayan dan membuatnya bisa diakses secara real-time setiap hari. Dan kedua membuka akses data tersebut kepada siapa saja, terutama pihak yang berkepentingan memajukan industri perikanan (pemborong hasil laut hingga konsumen biasa).

“Untuk yang pertama kami membuat aplikasi bernama eTPI, versi digital dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sebuah platform manajemen data untuk pengelola TPI dan koperasi nelayan yang berada di pesisir Indonesia. Aplikasi ini memiliki fitur sesuai dengan proses bisnis yang terjadi di TPI dan Koperasi Nelayan seperti pencatatan hasil tangkap (inventory), aplikasi kasir (point of sales), pencatatan data nelayan, akuntansi dll,” jelas Farid.

Dengan aplikasi tersebut Aruna ingin membantu pengelola TPI dan Koperasi bisa mengelola datanya secara lebih efisien. Adanya data digital juga memungkinkan untuk dilakukan integrasi dengan platform online agar bisa diakses siapa saja.

Farid melanjutkan, “Untuk yang kedua, saat ini kami membuat portal PasarLaut.com, untuk membantu menghubungkan potensi nelayan di daerah langsung dengan industri dan pelaku jual beli ikan dalam skala besar. Data-data yang kami tampilkan di PasarLaut.com merupakan data-data yang kami peroleh langsung dari aplikasi eTPI, sehingga kami bisa menampilkan data potensi sesuai dengan kondisi real yang ada saat itu.”

Aruna ingin menjadi bagian revolusi di bidang ekonomi kelautan

Tim Aruna

Tiga pendiri Aruna mengaku memiliki spesialisasi berbeda. Ketiganya bertemu lantaran berkuliah di jurusan dan universitas yang sama, yakni Manajemen Bisnis IT di Telkom University. Farid Naufal Aslam memiliki latar belakang dalam pengembangan teknologi digital dan e-commerce, Indraka Fadhlillah memahami operasional karena berasal daerah pesisir sehingga tahu persis keadaan di wilayah tersebut, dan Utari Octavianty juga berasal dari sebuah daerah pesisir di Balikpapan yang dipercaya mengurus berbagai hal terkait pemasaran dan finansial.

Awalnya mereka mendapat ide untuk membuat platform e-commerce untuk hasil laut dan perikanan untuk diikutsertakan dalam berbagai perlombaan, dan beberapa kali menang. Dan dari situlah ketiga co-founder tersebut akhirnya memutuskan untuk terus mengembangkan idenya sampai sekarang, didukung dengan masuknya beberapa rekanan dan anggota tambahan tim. Saat ini tim Aruna berjumlah 8 orang.

Sejalan dengan visinya, tahun 2017 ada beberapa yang ingin dicapai oleh Aruna. Secara garis besar mereka berencana meluncurkan platform trading yang lebih lengkap untuk para pelaku di industri perdagangan perikanan, berkaca dari pengalaman bertransaksi selama ini. Di sisi cakupan wilayah, Aruna berencana melakukan ekspansi (menambah jumlah partner koperasi/TPI) ke daerah lain dengan potensi perikanan besar. Hal tersebut diharapkan mampu meningkat jumlah transaksi yang ada, sehingga bisa meningkatkan revenue.

“Dari progress di Q4 tahun 2016 lalu kami mendapatkan total inquiry lebih dari 3500 ton pemesanan ikan dalam jumlah besar, namun kapasitas koperasi kami hanya mampu menyuplai 100 ton per bulannya. Sehingga diharapkan dengan adanya tambahan mitra, terjadi peningkatan jumlah transaksi melalui platform kami,” ujar Farid.

Target pangsa pasar Aruna adalah segmen B2B, bisnis yang memesan ikan dalam jumlah besar. Jumlah minimal pembelian yang kami layani adalah 100 kg untuk sekali transaksi melalui portal PasarLaut.com.

“Posisi Aruna sebagai perusahaan digital yang sangat dekat bisnis riil perdagangan perikanan di Indonesia. Sebenarnya ada beberapa model revenue stream yang bisa kami jalankan saat ini agar bisnis ini bisa sustainable ke depannya, tapi saat ini yang kami gunakan adalah sebagai perantara antara pihak koperasi dengan pembeli akhir. Kami mengambil transaction fee dari setiap trading yang terjadi dengan rata-rata fee sebesar 10%,” pungkas Farid.

Penyedia Layanan Kebersihan On-Demand KliknClean Hadir di Indonesia

Kemudahan yang ditawarkan oleh layanan on-demand saat ini makin marak keberadaannya di tanah air. Setelah GoMaid, Go-Clean , Seekmi dan Beres, layanan terkini yang hadir di Indonesia adalah KliknClean. Layanan yang saat ini sudah bisa diakses di iOS, Android serta desktop secara khusus memfokuskan kepada tim pembersih internal, berbeda dengan layanan on-demand lainnya yang kebanyakan melancarkan kemitraan dengan masyarakat umum.

“Semua cleaners yang kami rekrut di KliknClean adalah semua pegawai dari KliknClean dan bukan mitra, dengan demikian kami bisa menetapkan standar sesuai dengan KlinClean yaitu dengan memberikan pelatihan atau training kepada semua cleaners di KliknClean,” kata CEO KliknClean Steven Ghoos kepada DailySocial.

Steven Ghoos sendiri sebelumnya sempat menjabat sebagai Managing Director Lamudi Indonesia. Startup yang baru berjalan sekitar 6 bulan ini mendapat investasi dari Asia Summit Capital, yang sebelumnya juga telah memberikan investasi kepada perusahaan jasa di Indonesia yaitu Centrepark dan Carefast.

“Jika Carefast menyasar segmen B2B kami di KliknClean ingin mencoba untuk meng-cater pasar B2C untuk on-demand dan B2B untuk jasa kebersihan. Dengan pengalaman dan kemampuan yang telah dimiliki oleh partner, kami mengetahui dengan jelas bagaimana caranya melakukan pelatihan dan mengembangkan skill untuk para cleaners kami,” kata Steven.

Steven juga menambahkan hal tersebut merupakan nilai tambah dari KliknClean yang mencoba untuk memfokuskan pasar B2C di Indonesia, dengan mengedepankan kualitas, konsistensi dan kepercayaan pelanggan.

Pilihan beragam untuk pemesanan hingga pembayaran

Selain bisa dipesan menggunakan aplikasi mobile dan desktop, KliknClean juga menawarkan layanan chat message melalui WhastApp atau SMS bagi pelanggan yang terbiasa melakukan komunikasi melalui chat message. Setelah melakukan pemesanan dan memberikan informasi yang dibutuhkan, tim KliknClean akan merekomendasikan cleaners yang akan melakukan pekerjaan.

“Pelanggan bisa melakukan pemesanan minimal 2 jam di awal, proses pemesanan cepat dan mudah sesuai dengan waktu yang diinginkan serta berapa jumlah ruangan yang ingin dibersihkan. Untuk ruangan kantor kami menyediakan meter persegi untuk luas ruangan yang akan dibersihkan,” kata Steven.

Hingga kini KliknClean mengklaim telah memiliki sekitar 500 pelanggan dan 50 cleaners dan menargetkan akan menambah 100 cleaners, dengan area layanan khusus Jakarta saja. Untuk pembayaran selama masa promosi KliknClean mengenakan harga Rp 40 ribu selama 2 jam untuk pelanggan.

“Nanti usai masa promo berakhir kami juga akan memberikan paket berlangganan kepada pelanggan setia kami dengan harga khusus,” kata Steven.

Untuk pilihan pembayaran KliknClean menawarkan pembayaran secara tunai, bank transfer dan kartu kredit, untuk ke depannya KliknClean berencana untuk menambah pilihan pembayaran lainnya.

“Tahun 2017 ini masih banyak pencapaian yang ingin kami raih, di antaranya adalah perluasan area layanan bukan hanya di Jakarta tapi juga kawasan Bodetabek, penambahan jumlah cleaners hingga penambahan jumlah transaksi hingga 500 per harinya. Dengan demikian menjadikan KliknClean one stop household untuk masyarakat Indonesia,” pungkas Steven.

Application Information Will Show Up Here