Lima Pertanyaan Startup Seputar Penggalangan Dana

Jika proof-of-concept produk sudah sangat matang dan diujicobakan, atau bahkan sudah mencapai MVP-nya, kadang startup membutuhkan dukungan lebih untuk memperbesar traksi dan memperluas pangsa pasar. Di sini investasi sangat dibutuhkan untuk menambah nilai modal operasional. Pada kenyataannya proses tersebut tidak mudah dilalui, pun tatkala startup sudah menemukan investornya.

Terlepas dari cerita hingar-bingar tentang “prestasi pendanaan” dari banyak startup di luar sana, nyatanya banyak founder yang masih merasa gelisah dan ragu ketika akan menghadapi proses pendanaan. Karena implikasinya ada beberapa hal yang akan dikorbankan, misalnya valuasi kepemilikan dan struktur tim inti dalam startup.

Untuk memberikan gambaran lebih gamblang terkait prosesi pendanaan, berikut jawaban dari beberapa pertanyaan seputar pendanaan yang sering ditanyakan.

(1) Kapan startup perlu mencari pendanaan dan berapa?

Paling ideal startup mencari pendanaan untuk meningkatkan modal pada saat benar-benar siap memproses sebuah eksekusi baru. Menilai kesiapan ini sangat bergantung pada keputusan tim co-founder di dalamnya. Menariknya banyak startup sukses melakukan penggalangan dana saat mereka sebenarnya masih memiliki dana modal yang besar. Dikatakan kondisi tersebut akan memberikan fleksibilitas dalam proses penggalangan dana, terutama dalam proses negosiasi.

Terkait dengan besaran investasi juga perlu perencanaan matang. Dalam jargon investor ada istilah “tweener”, yakni cara sopan untuk untuk mengatakan bahwa ekspektasi valuasi terlalu tingi untuk traksi finansial atau operasional yang dicapai startup sejauh ini. Pengukuran di sini harus benar-benar masuk akal. Beberapa startup kadang memilih melakukan dua hal, menurunkan ekspektasi dan/atau memperbaiki eksekusi untuk pertumbuhan bisnis.

(2) Investor mana yang perlu ditargetkan startup?

Yang paling penting untuk diperhatikan di sini adalah menemukan investor sesuai dengan tahapan startup saat ini. Misalnya startup masih berada di tahap awal, maka carilah investor yang memang menawarkan pendanaan untuk startup di tahap tersebut. Misal lagi startup masih berada dalam proses “corporate building mode”, maka fokuslah pada penargetan investor yang dapat membantu pada pembangun perusahaan.

Walaupun mungkin ada beberapa venture capital atau angel investor yang tertarik dengan kualitas produk dan capaian, founder perlu menyeimbangkan antara efisiensi dan optimasi yang bertujuan pada keberhasilan penggalangan dana. Apalagi penggalangan dana tersebut bertujuan untuk meningkatkan modal dan menumbuhkan bisnis. Untuk memaksimalkan probabilitas kesuksesan, upayakan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan proses yang harus dilalui.

(3) Informasi tentang startup apa saja yang boleh dibagikan? Kapan informasi sangat penting perlu dibeberkan ke investor?

Hampir semua venture capital dan komunitas angel investor menyatakan diri dibangun dengan kepercayaan dan reputasi yang baik. Dari situ investor akan menghormati kerahasiaan informasi pribadi startup, walaupun pada beberapa kasus kadang informasi tetap saja bocor. Sebagai langkah antisipasi, startup juga bisa menyimpan berbagai informasi tersebut sebelum proses penandatanganan lembar kerja sama dibubuhkan.

(4) Laporan keuangan seperti apa yang perlu diberikan kepada investor?

Untuk pengajuan penggalangan dana, startup perlu menunjukkan semacam laporan keuangan atau proyeksi keuangan. Bahkan jika masih berada di tahap awal, startup harus mengelola beberapa anggaran untuk memahami jumlah kepemilikan dana dan memaksimalkan waktu untuk meningkatkan modal.

Memahami jenis dana yang paling banyak dibutuhkan untuk operasional adalah salah satu komponen terpenting dari model keuangan. Memahami penggerak tingkat unit pendapatan juga penting saat sebuah startup sudah mulai melakukan monetisasi. Ingatlah bahwa ketelitian belum tentu menjadi indikator ketepatan.

(5) Perlukan penunjuk penasihat untuk prosesi penggalangan dana?

Pada dasarnya penasihat dapat membantu merampingkan proses dengan cara memasukkan banyak ketekunan dan persiapan, sehingga startup dapat lebih fokus menjalankan perusahaan. Mereka juga dapat membantu memberikan akses ke investor yang lebih luas. Konon, tidak setiap perusahaan membutuhkan penasihat, dan keputusan untuk menggunakan penasihat harus dibuat dalam konteks situasi spesifik.

Belajar Membangun Startup Sukses dari Mark Zuckerberg

Setelah 12 tahun meninggalkan kampus, Mark Zuckerberg menjadi tamu kehormatan saat acara kelulusan mahasiswa Universitas Harvard angkatan 2017. Dalam pidatonya di hadapan lulusan tahun 2017, Zuckerberg menyampaikan beberapa poin penting yang relevan terkait dengan teknologi hingga tren entrepreneur saat ini.

Kami merangkum beberapa poin penting yang bisa dicermati calon pelaku startup yang berniat untuk meluncurkan startup atau menjadi entrepreneur.

Temukan teman sejati

Salah satu cerita yang disampaikan Zuckerberg adalah bagaimana sulitnya ia menemukan teman baru di masa awal kuliah, namun beruntung ada satu orang yang bersedia untuk mengajak ngobrol hingga akhirnya mengerjakan proyek bersama. Temannya saat itu adalah Kang-Xing Jin yang hingga kini masih bersama Zuckerberg di Facebook.

Inti dari cerita yang ingin disampaikan oleh Zuckerberg adalah terkadang pertemanan di saat kuliah bisa berujung menjadi rekan bisnis yang loyal. Untuk itu cari tahu siapa saja teman saat kuliah yang cocok dan nantinya bisa diajak bekerja sama ketika Anda berniat membangun perusahaan suatu saat nanti.

Bangun bisnis untuk alasan yang tepat

Dalam pidatonya Zuckerberg juga kerap menyebutkan betapa pentingnya alasan yang tepat dan memiliki impact saat membangun bisnis. Sense of purpose menjadi hal yang wajib diterapkan saat Anda ingin membangun startup yang sukses. Bukan hanya memberikan manfaat untuk Anda namun juga orang banyak. Alasan utama atau purpose juga bisa menjadi motivasi ketika Anda mulai merasa kewalahan saat menjalankan bisnis. Menjadi hal yang penting bukan hanya menciptakan peluang dan potensi namun juga menemukan alasan yang tepat.

Jangan jual startup terlalu cepat

Saat Zuckerberg mulai mengembangkan Facebook, banyak perusahaan besar yang mulai melirik teknologi serta inovasi yang dimiliki Zuckerberg dan Facebook. Zuckerberg menolak untuk menjual bisnis yang telah ia bangun, demi tujuan yang lebih besar, yaitu menciptakan inovasi dan bermanfaat untuk orang banyak. Upaya Zuckerberg akhirnya mulai menunjukkan hasil dengan diluncurkannya fitur Newsfeed.

Jika Anda merasa yakin dengan produk atau layanan yang Anda miliki, coba pertahankan terlebih dahulu perusahaan dengan menghadirkan inovasi dan lihat hasilnya, sebelum Anda memutuskan untuk menjual startup.

Jangan takut membuat kesalahan

Sebelum Zuckerberg sukses membuat Facebook, ia telah meluncurkan beberapa produk yang tidak terlalu sukses. Tidak menjadi masalah ketika saat memulai startup Anda gagal dan harus mengulang atau menciptakan inovasi yang baru. Selama Anda terus belajar dari kesalahan dan bisa menemukan dengan tepat, produk atau layanan yang tepat dan bakal diminati oleh pasar.

The greatest successes come from having the freedom to fail – Mark Zuckerberg

Perluas wawasan dan terus belajar

Saat ini teknologi berubah dengan cepat, begitu juga dengan metode, informasi, dan hal-hal penting lainnya yang wajib Anda ketahui. Jangan pernah berhenti belajar, membuka wawasan, dan menggali informasi sebanyak-banyaknya, agar Anda bisa beradaptasi dengan tren dan perubahan teknologi. Pendidikan menjadi faktor pendukung yang wajib diperhatikan setiap saat, agar Anda bisa memiliki wawasan yang cukup untuk memulai usaha hingga menjalankan bisnis setiap hari.

Memperkenalkan DS Academy

Enggak bisa disangkal, kalau dulu pengen keren itu bikin band, sekarang itu bikin startup. Gengsi yang ditawarkan oleh kalimat ‘halo, saya seorang pendiri startup’ itu sekarang menjadi sebuah kebanggaan tersendirisampai-sampai banyak yang berebut mendirikan sesuatu berdasarkan ide yang mungkin saja belum matang, atau sebenarnya bukan sesuatu yang siap menjadi bisnis.

Untuk orang sudah berpengalaman di dunia korporat sekalipun, seluk-beluk dunia startup seperti menjadi sesuatu yang aneh dan janggal, lengkap dengan bahasanya sendiri. Dengan cara menghitung keuangan yang memerlukan cara pandang fleksibel, tidak menggunakan template standar, dan harus cepat menyesuaikan dengan keperluan. Bahwa, untuk menjalankan startup itu esensinya adalah eksperimen, dan supaya eksperimen dapat berbuah hasil yang memajukan pembelajaran, cara bereksperimennya pun perlu terarah dan terstruktur.

Karena ini saya dan Rama, CEO DailySocial, berdiskusi dan sepakat untuk menjalankan sebuah eksperimen. Mendirikan dan menjalankan sebuah startup umumnya akan mengalami dua titik krusial: bagaimana mewujudkan ide menjadi sebuah proses bisnis, dan bagaimana menumbuhkan proses bisnis itu ke skala yang lebih besar (sebisa mungkin, secara cepat). Kami memilih untuk mencoba memfasilitas perwujudan ide, dan menjalankan program DS Academy.

Perjalanan karir saya sendiri cukup beragam soalnya. Lulus dari Desain, saya sempat berupaya mendirikan sebuah biro desain bersama dengan teman kuliah saya, tapi karena tidak tahu apa-apa soal membuat perusahaan, usaha ini kandas dengan sendirinya dan saya bekerja di dunia korporat selama 10 tahun, dengan mayoritas pengalaman di bidang musik dan digital. Saya terjun ke dunia startup dari tahun 2012, mengerjakan Ohdio.FM dan Wooz.in, lagi-lagi sambil tidak tahu apa-apa, dan baru mempelajari berbagai metode, istilah dan pola setelah menjalankannya sendiri beberapa tahun. Ini berakibat rugi waktu dan uang, dan beberapa kali salah langkah yang bisa dihindari. Meskipun begitu, menjadi founder merupakan pengalaman yang luar biasa dan saya ingin berbagi pengalaman tersebut ke teman-teman yang ingin menjadi founder.

DS Academy adalah program singkat yang akan berlangsung selama 2 minggu, yang akan memberikan peserta yang terpilih mengikuti, cara berpikir dan proses yang diperlukan dalam mengawali sebuah startup. Dalam usaha memastikan metode dan pola yang disampaikan dalam workshop ini mempunyai dampak, umumnya program ini akan dibagi dua sesi: sesi kelas dan sesi bekerja. Karena kalau seseorang ingin belajar main basket, tak cukup menonton pertandingan atau mendengarkan tips dari pemain berpengalaman, tapi harus mencoba sendiri, dan yang terpenting: berlatih secara terukur.

Program ini akan kami buka untuk pendiri startup yang sudah memiliki minimum viable product, supaya paling tidak sudah ada dasar bekerja. Startup yang dikerjakan kalau bisa tahap awal, maksimum baru mendapatkan seed funding, dan peserta yang mengikuti akan diminta membayar biaya komitmen sebesar Rp 250,000; yang akan dikembalikan sepenuhnya kalau peserta hadir dan mengikuti program secara penuh.

Materi dan metodologinya mengambil sebagian dari pendekatan lean startup, digabungkan dengan pengalaman saya sendiri dan Rama dalam mendirikan dan menjalankan startup masing-masing, maupun pendekatan yang saya gunakan dalam mengajar Music Business di SAE Indonesia. Kami mengundang beberapa fasilitator yang akan membagikan pengalaman praktisnya untuk tiap topik (nama-namanya sedang kami konfirmasi lagi semuanya dan akan diumumkan segera), dan tiap topik akan disertai latihan atau tugas dengan objektif jelas.

Gelombang pertama ini akan kami buka untuk 12 orang pendiri startup, yang akan kami pilih dari pendaftaran yang masuk. Kelas akan dimulai Senin, 5 Juni 2017, dari jam 10 pagi, dan selesai paling sore jam 3 sampai Jumat, 16 Juni 2017 (tidak termasuk akhir pekan). Tidak ada ‘demo day’ karena objektifnya belajar dan latihan, dan setiap peserta akan mendapatkan e-certificate. Tidak ada pembicaraan soal saham karena ini bukan inkubator atau akselerator startup, karena penekanan kami adalah pembelajaran metode. Pada akhir program ini, peserta diharapkan sudah mengerti proses dari awal: pencarian ide, produk, marketing hingga fundraising.

 

 

Belajar dari Enam Kesalahan Pemilik Startup yang Gagal

Belajar dari kesalahan pemilik startup saat membangun sebuah startup bisa menjadi pelajaran yang cukup membantu Anda calon pemilik startup. Sudah banyak startup yang muncul kemudian dalam waktu satu tahun berjalan, terpaksa harus gulung tikar, karena tidak mampu menjalankan bisnis. Salah satu alasan utama startup tidak bisa bertahan adalah, ide yang cukup ambisius, yaitu ingin menjadi the next big thing, pemilihan nama atau logo yang telalu cepat hingga latar belakang pemilik startup yang bukan seorang coder atau engineer.

Untuk merangkum semua kesalahan tersebut, artikel berikut ini akan memaparkan hal-hal yang wajib dihindari jika Anda berniat untuk membangun startup.

Hubungan dengan co-founder yang tidak harmonis

Saat ini sudah banyak pemilik startup yang memiliki co-founder dari kalangan keluarga terdekat hingga teman kuliah dan SMA. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki latar belakang yang tepat dan sesuai dengan startup yang ingin Anda bangun dan berisiko terjadinya konflik karena hubungan yang terlalu dekat. Idealnya seorang co-founder adalah mereka yang memiliki kemampuan atau skill yang tidak Anda miliki.

Misalnya Anda berasal dari kalangan teknologi (programmer, developer) carilah co-founder dari kalangan manajemen, pemasaran hingga bisnis yang menguasai bidang tersebut. Anda sebagai pemilik dan co-founder bisa saling melengkapi. Intinya pilih Co-founder untuk alasan yang tepat dan hindari dari kalangan teman hingga keluarga.

Terlalu cepat menentukan nama dan logo

Kebanyakan dari startup di masa awal kerap berganti model bisnis, layanan bahkan produk yang ada. Ketika pivot tidak dapat dihindarkan, tentunya akan lebih mudah dilakukan jika startup yang Anda bangun belum mencetak nama dan logo yang permanen. Tentukan dengan jelas terlebih dahulu model bisnis yang ada, rencana monetisasi, target pasar dan hal-hal terkait lainnya, sebelum Anda menentukan nama yang bersifat permanen.

Tidak melakukan validasi pasar

Hal yang satu ini nampaknya wajib dilakukan oleh startup di masa awal, yaitu validasi pasar. Tentunya sebelum Anda melakukan validasi, lakukan riset pasar sambil menentukan dengan tepat siapa target pasar yang diincar. Kemudian lakukan dialog secara langsung dengan target pasar Anda, jelaskan dan tawarkan produk yang ada. Jika memang ada konsumen atau calon pelanggan bersedia membayar produk yang bakal Anda jual, artinya produk atau layanan Anda telah tervalidasi, dan langkah selanjutnya bisa ditentukan.

Terlalu banyak fitur di situs dan aplikasi

Layanan atau produk yang ideal adalah yang berawal dari fitur yang sederhana terlebih dahulu. Ketika feedback telah didapatkan dan terdapat request atau demand tertentu dari target pasar untuk menambah fitur yang dibutuhkan, baru mulai buat fitur tersebut. Jangan hadirkan layanan atau produk yang terlalu banyak dan terkesan sophisticated, namun faktanya tidak terlalu dibutuhkan target pasar.

Terlalu fokus dengan kegiatan penggalangan dana

Kebanyakan pemilik startup terlalu fokus dengan kegiatan penggalangan dana di masa awal, sehingga menghambat proses pengembangan produk dan layanan. Idealnya jika Anda ingin mengawali bisnis yang sehat, manfaatkan uang pribadi terlebih dahulu untuk membuat prototipe dan tahap awal lainnya, sebelum melakukan penggalangan dana kepada investor. Kegiatan panjang dan melelahkan ini akan berisiko tidak jadinya produk atau layanan yang akan Anda hadirkan.

Tidak menghasilkan pendapatan sejak hari pertama

Kesalahan lain yang juga kerap dilakukan oleh pemilik startup adalah kebiasaan untuk memberikan promo gratis, harga diskon dan penawaran lainnya. Jika startup ingin berjalan stabil dan bertahan, Anda sebagai pemilik startup sudah harus bisa memikirkan sejak awal strategi monetisasi. Jangan menunggu terlalu lama kegiatan ‘membakar’ uang yang akan berisiko gagal hingga bangkrutnya startup.

Empat Persiapan Sebelum Memulai Startup

Mulai bisnis startup bukan perkara mudah, harus ada hal yang dipertimbangkan. Sudah banyak tulisan mengenai bagaimana dan apa yang harus dipersiapkan untuk memulai dan menjalankan bisnis startup. Berikut beberapa hal lain yang mungkin bisa melengkapi artikel-artikel terdahulu mengenai bagaimana memulai dan menjalankan bisnis startup.

Menjalin hubungan

Ketika menjalankan bisnis sudah menjadi rumusan utama kita harus tahu siapa konsumen kita. Selanjutnya yang tak kalah penting kita harus menjalin relasi, dengan semua yang terhubung dengan bisnis kita. Baik itu co founder, tim, konsumen, atau distributor. Hubungan-hubungan yang baik biasanya dimulai dari kesan pertama yang baik. Jika ingin menjalin hubungan yang baik dengan tim, jadilah pemimpin yang terbuka dan aktif berkomunikasi, jika ingin menjalin hubungan dengan pelanggan sediakan saluran komunikasinya, beri kesempatan mereka mengungkapkan apa yang mereka pikirkan. Cara-cara sederhana yang mungkin dilupakan.

Memiliki model bisnis yang solid

Pertanyaan pertama sebelum memulai dan menjalankan bisnis adalah apakah layanan atau produk benar-benar memberikan manfaat bagi penggunanya? Beberapa orang memulai startup karena terbawa suasanya atau tren yang terjadi. Terkadang mereka lupa satu hal yang paling mendasar dan paling penting, model bisnis. Sesuatu yang nantinya menentukan apakah bisnis bisa bertahan lama atau tidak.

Bisa memainkan banyak peran

Di dalam startup, utamanya bagi yang benar-benar baru tak jarang founder harus serba bisa untuk mengisi kekosongan tim yang ada. Bisa sebagai seorang analis bisnis, programmer, sales, marketing, desainer, atau bahkan lainnya. Tanggung jawab yang dipegang melebar ke beberapa posisi. Sesuatu yang wajar jika startup belum cukup dana untuk membangun sebuah tim. Kemampuan mengisi beberapa posisi ini perlu dimiliki oleh setiap pendiri startup.

Jika kesulitan, carilah co-founder yang serba bisa untuk bisa bahu membahu membangun. Jika pemasukan dan cash flow sudah dirasa aman mungkin bisa menambah satu atau dua orang untuk bergabung dengan tim untuk bisa membagi beban dan mengakselerasi pertumbuhan bisnis.

Pengorbanan

Selalu ada pengorbanan di setiap sebuah kesuksesan. Jika Anda sudah bertekad untuk mendirikan dan menjalankan startup, coba pertimbangkan apa saja yang Anda korbankan. Bisa hanya berupa waktu, materi, hingga karier yang sudah mapan. Semua harus disadari, jika nanti di tengah perjalanan ketika Anda mulai lelah, daftar pengorbanan itu bisa dijadikan bahan bakar pelecut semangat.

Empat Cara Menanamkan Mindset Membangun Bisnis

Saat ini semua orang ingin menjadi the next Mark Zuckerberg, Brian Chesky, Steve Jobs dan entrepreneur sukses lainnya. Dari sekian banyak startup yang hadir, hanya sedikit jumlahnya yang mendapatkan profit dan bertahan hingga kini.

Ketika semua ide mengedepankan inovasi yang baru, nilai valuasi yang tinggi hingga sukses dengan IPO dan menjadi unicorn, idealnya agar startup bisa bertahan dan sukses fokuskan ide lebih kepada bisnis yang sehat. Hindari rencana awal dengan memanfaatkan uang dari investor dalam jumlah besar, namun bangunlah bisnis sejak awal yang mampu mendatangkan profit dari pelanggan.

Artikel berikut ini akan membahas mindset berbeda yang wajib dicermati oleh calon pemilik startup yaitu jangan bangun sebuah startup namun bangunlah bisnis yang menguntungkan.

Bangun bisnis yang sehat

Langkah awal yang bisa dilakukan untuk membangun bisnis yang sukses adalah sejak awal bangunlah bisnis dalam skala yang kecil namun tetap fokus kepada pertumbuhan. Gunakan uang pribadi untuk memulai usaha atau yang dikenal dengan bootstrap, atau gunakan uang yang didapatkan dari pelanggan untuk menjalankan bisnis. Jangan terlalu bergantung dengan investor atau venture capital.

Jika Anda masih kesulitan untuk memperkerjakan orang, lakukan kegiatan bisnis sambil Anda bekerja sebagai karyawan di perusahaan saat ini. Ketika Anda sudah berhasil mengumpulkan uang dari pendapatan yang ada, serta tabungan dari gaji setiap bulan, Anda pun siap untuk berhenti dari pekerjaan dan fokus dengan bisnis baru.

Temukan ide bisnis yang tepat

Semua entrepreneur sepertinya memiliki impian untuk menjadikan dunia lebih baik lagi. Apa pun ide serta inovasi yang nantinya Anda temukan, pastikan ide tersebut tepat dan tentunya dibutuhkan oleh orang. Salah satu cara untuk menemukan ide yang tepat adalah dengan mencari informasi secara online. Cobalah untuk bergabung dan mencermati secara detil situs seperti Quora atau Reddit, platform ini memungkinkan Anda bertemu dengan orang-orang yang memiliki minat serupa. Gali lebih mendalam kesulitan dan kebutuhan yang mereka inginkan. Ketika ide yang tepat sudah Anda temukan, ciptakan produk dan layanan yang berfungsi dengan baik dan tentunya disukai oleh pengguna.

Luncurkan produk dan segera berjualan

Setelah produk atau layanan telah siap untuk diluncurkan, langkah selanjutnya adalah mempromosikan diri. Salah satu cara mudah yang bisa dilakukan adalah dengan menuliskan produk atau layanan tersebut dalam blog, tuliskan konten yang menarik dan cobalah untuk melakukan interaksi langsung dengan target pasar Anda. Produk atau layanan yang dimiliki akan berakhir sukses, jika sejak awal Anda telah mendapatkan feedback dari pengguna.

Tujuan akhir adalah profit

Pada akhirnya tujuan akhir dan realisasi yang utama adalah profit atau pendapatan yang pasti. Hindari kebiasaan untuk memberikan promosi, penawaran harga yang rendah serta kegiatan burning money lainnya. Fokuskan kepada pendapatan dan pastikan bisnis yang Anda jalankan, disukai oleh pengguna dan mereka bersedia untuk mengeluarkan uang untuk menikmati produk atau layanan yang Anda tawarkan.

Mengapa Bekerja di Perusahaan Startup?

Bagi kamu yang seringkali membuat orang tua bertanya-tanya setiap kali pamit bekerja sambil mengenakan t-shirt, celana jeans dan sneaker, kemungkinan besar kamu adalah seorang pekerja di lingkungan startup—atau setidaknya kamu dan kantormu sekarang sedang menganut kultur tersebut.

Sesampainya di kantor, mereka pun bekerja dengan budaya yang santai. Gaya berpakaian dan bekerja yang kasual seperti ini banyak diadopsi oleh karyawan startup dalam keseharian. Lingkungan berbasis open working space juga banyak digunakan sebagai tempat mereka berkolaborasi dan berkarya.

Baik, mungkin sampai di titik ini bekerja di perusahaan startup kedengarannya fleksibel dan tidak rumit. Tapi percayalah, dengan kultur kedisiplinan yang mereka ciptakan sendiri, gaya bekerja seperti ini terbukti telah menghasilkan inovasi-inovasi kelas dunia.

Lantas, bagaimana sistem kerja yang kasual bisa menjadi bagian dari perusahaan raksasa dunia? Mengapa harus kultur startup? Mengapa harus bekerja di startup?

Paling tidak, tiga alasan ini seharusnya dapat memecah rasa ingin tahumu tersebut. Ini dia!

1. Keterlibatan dan jejaring yang kuat

Budaya yang lepas dan santai dari startup memang menjadi magnet tersendiri bagi orang-orang yang senang berkreasi dan berkolaborasi dalam waktu yang bersamaan. General Electric, korporasi yang bisnisnya berada di berbagai segmen—dari migas hingga jasa kesehatan, telah mengaplikasikannya.

Melalui tempat yang menjadi melting pot bagi engineer dan teknisi bernama Digital Foundry, General Electric berhasil menciptakan ide-ide baru, dan bahkan mengajak pelanggan untuk ikut serta berkolaborasi di Digital Foundry.

2. Lingkungan yang siap berinovasi

Salah satu hal yang menyenangkan dari bekerja di perusahaan startup adalah mentalitas orang-orang di dalamnya yang selalu siap dengan perubahan dan tidak khawatir dengan trial-error. Kultur ini yang membuat mereka ingin terus bertumbuh.

Saat bekerja di Google, mantan Direktur Pemasaran Google Brett Crosby punya pengalaman menarik soal pertumbuhan. Kala Google Drive diluncurkan, Brett dan tim punya growth goals yang begitu besar, bahkan mereka sempat tidak yakin dapat mencapai target pada awalnya.

Namun, kultur yang ingin terus bertumbuh dapat mendobrak kenyataan dan menjawab urusan alokasi dana marketing mereka, yang saat itu cukup menyesakkan perusahaan. Hingga pada akhirnya Google Drive dapat diintegrasikan pada Gmail, dan membuat mereka berhasil mencetak target tersebut.

3. Melihat dari sudut pandang yang unik

Produk unik memerlukan orang-orang dengan pemikiran unik di belakangnya. Hal ini berkaitan dengan alasan nomor satu tadi. Lagi-lagi, hal ini dilakukan oleh General Electric.

Sebelumnya, General Electric tak bisa diasosiasikan dengan budaya startup. Tak ada dinding kaca dengan coretan sisa brainstorming dan meja foosball. Tapi, lewat Digital Foundry, General Electric berhasil mematahkan pemikiran tersebut. Hasilnya, Digital Foundry menelurkan, salah satunya, sebuah produk dari seorang data scientist di Digital Foundry yang dapat memilah dan mengelompokkan ribuan gambar MRI dari GE Healthcare, sehingga membuat pekerjaan lebih efisien dan makin efektif.

Tiga alasan tadi setidaknya bisa jadi sampel dari bagaimana perusahaan kelas dunia pun berhasil mendobrak pemikiran bahwa kantor bukan hanya menjadi mesin pencetak uang, namun juga rumah imajinasi dan laboratorium inovasi.

Ide-ide besar dan kreatif adalah asupan sehari-hari para karyawan startup. Nah, apakah kamu tertarik dengan suasana kantor seperti ini? Atau, bagaimana kantor idamanmu?

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.

Terapkan Empat Hal Berikut untuk Menarik Minat Developer Perempuan

Saat ini masih banyak startup yang kesulitan untuk menemukan developer perempuan. Mulai dari kurangnya minat dari kalangan perempuan untuk berkarier menjadi seorang developer, hingga belum adanya kesempatan hingga masih minimnya peluang untuk developer perempuan mengembangkan karier. Artikel berikut ini akan membahas 4 hal penting yang wajib dicermati oleh startup, jika berniat untuk menambah jumlah developer perempuan dalam tim.

Perhatikan jumlah developer perempuan

Salah satu alasan pada akhirnya developer perempuan tertarik untuk bekerja di sebuah startup adalah jumlah developer yang saat ini ada. Semakin sedikit jumlah developer yang ada, semakin besar keraguan dari calon developer perempuan tersebut untuk mencoba. Rekrutlah developer perempuan lebih banyak dalam tim Anda, dan ciptakan kolaborasi yang positif agar bisa menarik lebih banyak minat para developer perempuan.

Lingkungan kerja yang nyaman

Saat ini kultur perusahaan, fasilitas yang lengkap sudah menjadi pemandangan yang umum di sebuah startup. Namun demikian jika tidak didukung dengan suasana kerja yang hangat serta kolaborasi yang solid akan menjadi percuma dan tentunya kurang ampuh untuk menarik perhatian developer perempuan. Jika Anda ingin merekrut lebih banyak developer perempuan, pastikan suasana kerja dalam tim akrab dan ciptakan relasi yang positif.

Berikan promosi dengan adil

Berikan kesempatan, penghargaan hingga promosi yang adil bukan hanya untuk developer pria namun juga perempuan. Sampaikan secara langsung jika ada kesalahan yang dibuat atau penghargaan jika kinerja yang baik. Pada umumnya pekerja perempuan, enggan untuk menanyakan perihal promosi, kenaikan gaji dan hal terkait lainnya kepada atasan. Untuk itu jika memang developer perempuan tersebut memiliki skill dan kemampuan di atas rata-rata, berikan promosi yang layak untuk mereka.

Berikan dukungan

Menjadi kaum minoritas dalam sebuah startup sudah menjadi hal yang biasa dialami oleh developer perempuan. Untuk mengimbangi hal tersebut berikan dukungan kepada developer perempuan dengan menunjukkan pendekatan hingga aksi yang positif dan tentunya memberikan impact kepada developer perempuan. Dengan demikian meskipun kalah jumlahnya dibandingkan dengan developer pria, para developer perempuan bisa tetap nyaman bekerja.

Empat Tanda Startup Perlu Memperbarui Kultur Kerja Tim

Sebuah organisasi biasanya berkembang dan dikembangkan berdasarkan visi yang dianut pendirinya. Begitu juga bisnis. Visi menjadi sebuah arah yang coba diupayakan oleh semua orang dalam tim. Di dalam perjalanan mencapai visi inilah kultur atau budaya di dalam perlu disesuaikan dan dibangun secara positif. Dalam perjalanannya membentuk kultur perlu serangkaian tahapan. Berikut beberapa tanda bahwa kultur dalam tim perlu di-upgrade atau diperbarui untuk hasil yang lebih positif.

Memperbarui kebiasaan

Kultur kerja dalam tim biasanya sangat erat kaitannya dengan pola kerja dan produktivitas tim. Jika mulai merasakan tanda-tanda berkurangnya produktivitas mungkin salah satu permasalahannya ada pada kebutuhan untuk memperbarui kultur. Mulai atur kembali kebiasaan, pola, dan ritme kerja agar semuanya kembali seperti yang diharapkan. Kembali ke dalam jalur, dan ritme yang cocok untuk mencapai visi yang diharapkan.

Kurangnya kolaborasi

Salah satu yang penting dalam meningkatkan kontribusi dan produktivitas tim secara keseluruhan selain komunikasi adalah kolaborasi. Saling pendukung peran satu sama lain dalam tim. Jika kolaborasi dirasa mulai menurun dan tidak efektif dalam segi produktivitasnya ini perlu menjadi sorotan. Mungkin tim perlu mendefinisikan kembali bagaimana kolaborasi yang baik senada dengan kultur produktif yang sedang di bangun.

Keselarasan kultur dengan visi

Kultur dibangun untuk memudahkan perjalanan mencapai sebuah visi. Jika visi tak kunjung tercapai dan progres tidak menunjukkan grafik yang membaik mungkin perlu adanya perubahan kultur. Mulai bicarakan lagi dengan co-founder, atau orang-orang terpercaya untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian dibicarakan bersama-sama untuk kembali mendefinisikan kultur yang baik. Demi kebaikan bersama.

Tidak konsisten tentang apa yang dibicarakan dengan apa yang sebenarnya terjadi

Sebenarnya setiap orang dalam tim tak hanya pemimpin harus memiliki sikap konsisten. Apa yang mereka katakan harus sesuai dengan apa yang terjadi atau yang mereka lakukan. Jika sudah mulai banyak yang melupakan hal tersebut itu artinya ada sesuatu yang salah dengan kultur dalam tim Anda. Mulailah mencari jalan keluar untuk memperbaiki kultur dalam bisnis Anda.

Berhenti Mencari Ide Startup, Mulailah Temukan Solusi

Saat ini sudah banyak startup yang hadir menawarkan ide serta inovasi yang diklaim mampu mengubah dunia menjadi lebih baik. Ada yang berhasil namun banyak pula yang tidak bisa melakukan eksekusi dengan baik terhadap ide startup yang dimiliki. Beberapa kasus di Silicon Valley bahkan para entrepreneur muda banyak yang meminta perjanjian atau peraturan terlebih dahulu kepada pihak terkait, saat melakukan pitching atau pertemuan bisnis. Tujuannya sederhana, agar ide yang dimiliki tidak dicontoh oleh kompetitor atau pihak lain.

Namun demikian ide startup yang terlihat cerdas dan luar biasa, akan menjadi percuma jika tidak mampu memberikan solusi atau membantu pengguna untuk memudahkan rutinitas atau pekerjaan mereka. Untuk itu mindset atau pemikiran pun harus diubah, jangan lagi fokus ke ide yang super kreatif, namun lebih kepada bagaimana caranya menemukan masalah yang layak untuk di carikan solusinya.

Artikel berikut bisa membantu Anda untuk menemukan inspirasi, masalah di sekitar, dan solusi terbaik yang bisa dimanfaatkan hingga dikembangkan untuk startup.

Lebih peka kepada lingkungan sekitar

Tanpa disadari saat ini masih banyak orang-orang di lingkungan sekitar yang kesulitan hingga membutuhkan pertolongan dalam hal pekerjaan hingga kebutuhan sehari-hari. Karena tantangan dan kendala yang ada, mereka pun cenderung untuk menerima bahkan mengabaikan masalah tersebut dan harus pasrah dengan situasi yang ada. Salah satu cara terbaik untuk mencari solusi terbaik dari kendala serta masalah, adalah dengan mencermati dengan baik lingkungan sekitar. Buka mata dan telinga, cari tahu kesulitan dan ciptakan solusi terbaik untuk bisa mempermudah kehidupan orang-orang.

Membaca buku dan menonton film sci-fi

Cara yang satu ini bukan hanya menyenangkan namun mampu menggali kreativitas lebih dalam. Entrepreneur ternama yang kerap melakukan kegiatan ini adalah Elon Musk. Sudah banyak ide-ide menarik yang kemudian diwujudkan Elon Musk setelah membaca dan menyaksikan film-film sci-fi (science fiction) berkualitas. Jika Anda ingin tampil beda dan hadir dengan produk hingga layanan yang cukup outside of the box, mulailah kegiatan membaca dan menonton film-film sci-fi.

Coba kegiatan yang baru

Kegiatan yang kita lakukan setiap hari bisa menjadi ide yang menarik dan berhasil untuk startup. Sudah banyak startup asing hingga lokal yang menawarkan layanan serta produk bukan berbasis teknologi, namun lebih kepada kebutuhan sehari-hari. Sebut saja layanan transportasi ojek on-demand dari Go-Jek, Go-Food, penginapan rumah dan apartemen dari Airbnb, pembelian tiket pesawat dan pemesanan hotel dari Traveloka. Semua berangkat dari kebutuhan sehari-hari hingga hobi yang saat ini makin digemari.

Tanyakan langsung kepada orang-orang di sekitar

Melakukan aktivitas secara langsung terbukti menjadi cara yang cukup efektif untuk menemukan ide baru startup. Anda tidak harus menanyakan ke orang banyak, cukup lingkungan atau komunitas yang menarik perhatian dan tentunya layak untuk dicermati. Dari kegiatan tersebut nantinya Anda bisa mengenal lebih jauh harapan, kendala serta keinginan dari mereka. Dengan melakukan kegiatan ini, Anda bisa melihat secara langsung masalah yang ada dan akan terpancing untuk menemukan solusi yang terbaik.