Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pengguna

Salah satu kunci untuk menjalin keterikatan dengan pengguna adalah meningkatkan pelayanan pengguna. Masalahnya hal tersebut butuh strategi dan keputusan-keputusan matang. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengguna.

Mempekerjakan pekerja yang memiliki empati

Salah satu cara sederhana untuk mendongkrak kualitas pelayanan pengguna adalah memperkerjakan orang-orang tepat di sana. Orang-orang yang memiliki rasa empati untuk memahami permasalahan yang dihadapi pengguna. Dengan rasa empati yang tinggi akan memberikan kesan tersendiri bagi pengguna.

Selain rasa empati keterampilan teknis juga dibutuhkan untuk meningkatkan performa. Salah satunya adalah kemampuan dasar, keterampilan berbahasa, baik bahasa ibu maupun bahasa internasional seperti bahasa Inggris. Dengan kemampuan berbahasa yang baik pelanggan tidak perlu merasa khawatir untuk menyampaikan keluhan atau permasalahan lainnya.

Keterampilan berbahasa yang baik juga membantu dalam menyelesaikan masalah. Kemampuan berbahasa yang baik juga bisa menjadi modal awal berkomunikasi dengan baik. Masalah dicerna dengan baik dan solusi disampaikan dengan jelas sehingga pelanggan tidak perlu bingung.

Bergerak ke arah model komunikasi real time

Selain kemampuan personal seorang customer service untuk membantu meningkatkan kualitas pelayanan pengguna juga dibutuhkan media komunikasi yang optimal. Jika merujuk pada perkembangan teknologi yang ada sekarang model komunikasi real time yang paling optimal.

Sistem chatting, telepon atau yang lainnya yang memungkinkan pengguna mendapatkan solusi permasalahan dalam hitungan menit bahkan detik akan menjadi pengalaman berharga bagi pelanggan dan menjadi image positif bagi bisnis. Meski demikian sistem tiket untuk menyampaikan keluhan masih menjadi cara yang efektif untuk mengatasi berbagai keluhan, utamanya hal-hal berbau teknis.

Yang perlu digaris bawahi adalah jangan terbiasa mengalihkan saluran saat ada interaksi dengan pelanggan. Ini bisa memberikan kesan negatif di mata mereka. Saat mereka menghubungi pusat bantuan atau pusat layanan pengguna tentu ada permasalahan atau minimal ada sesuatu yang ingin mereka tanyakan, jangan bebani mereka dengan harus pindah ke saluran lain.

Menambah jam pelayanan dan jangan terlalu formal

Hal lain yang berperan penting dalam peningkatan kualitas layanan pengguna adalah ketersediaan layanan. Artinya menambah jam pelayanan, misalnya bisa 24 jam sehari dalam seminggu itu menjadi nilai tambah yang berarti. Di samping itu cara berkomunikasi yang santai dan tidak terlalu formal juga bisa menjadi salah satu cara tersendiri untuk tingkatkan kualitas pelayanan pengguna.

Membangun dan Mempertahankan Kepercayaan Pengguna

Kepecayaan sekarang menjadi barang yang berharga. Bagi bisnis penting untuk meyakinkan pengguna dan menjaga kepercayaan mereka. Bukan situasi yang mudah. Butuh membangun integritas dan kredibilitas di beberapa area untuk mendapatkan kepercayaan pengguna. Mungkin bisnis bisa mulai memperhatikan beberapa area untuk fokus membangun kepercayaan dari sana.

Area yang pertama adalah perusahaan. Jika itu sebuah startup maka mulailah fokus pada bisnisnya. Pengguna akan merasa dihargai dan percaya jika mereka merasa dekat perusahaan atau bisnis yang mereka percaya, tempat mereka membayar untuk sesuatu yang ditawarkan. Mulailah dengan pahami bagaimana posisi perusahaan, seberapa banyak penggunanya, bagaimana demografinya, dan apa yang telah perusahaan janjikan.

Area selanjutnya adalah pengalaman. Ini kaitannya dengan pengalaman bisnis, tentang alasan mengapa ada sebuah produk, masalah apa yang coba diselesaikan, dan apa yang dipercaya perusahaan untuk hal itu. Bagikan hal tersebut dengan pengguna, mereka layak untuk tahu. Mencoba membangun kedekatan dan keterikatan dengan mulai memahami satu sama lain.

Area berikutnnya adalah produk. Tentu ini berkaitan dengan teknis. Bagaimana fitur-fitur bekerja. Bagaimana layanan bisa membuat pekerjaan mudah, bekerja dengan baik, dan tanpa kesalahan atau error. Pastikan jika fitur-fitur yang ada dibangun dengan sebaik-baiknya sesuai kebutuhan dan yang diharapkan.

Selain itu kepercayaan pengguna juga dapat diraih, dipertahankan dan tingkatkan dengan menunjukkan konsistensi dalam beberapa hal. Misalnya dengan tetap memberikan layanan yang transparan, baik soal harga maupun layanannya. Minta maaf jika ada sesuatu yang menyebabkan kerugian bagi pengguna, selesaikan dengan segera masalah tersebut dan jangan lupa minta feedback berupa kritik dan saran untuk meningkatkan keterlibatan pengguna terhadap bisnis. Tetap konsisten memberikan pelayanan prima terhadap pelanggan juga bisa menjadi hal lain yang berpengaruh terhadap kepercayaan pengguna.

Pada intinya integritas dan kredibilitas dengan fokus pada kualitas bisnis dan layanan yang diberikan. Selanjutnya fokus dilanjutkan ke pengguna. Dari mulai bagaimana kita memperlakukan pengguna hingga memahami setiap kebutuhan dan apa yang pengguna idam-idamkan.

Lima Hal yang Wajib Diketahui Sebelum Membuat Produk Startup

Kehadiran startup dengan berbagai ide dan inovasi, ternyata mampu memberikan inspirasi kepada orang banyak untuk menciptakan layanan atau produk yang beragam. Salah satu kesuksesan dari berbagai layanan startup yang ada saat ini adalah kemampuan mereka untuk mewujudkan ide yang dimiliki menjadi sebuah produk atau layanan langsung kepada publik. Kebanyakan dari mereka tidak menunggu waktu yang lama dan fokus untuk segera membuat produk atau layanan tersebut.

Jika saat ini Anda telah memiliki ide bisnis yang cukup layak dan berpotensi untuk dikembangkan, artikel berikut ini akan membantu Anda menentukan langkah selanjutnya.

Tentukan target

Sejak awal Anda harus bisa menentukan target yang ingin dicapai, apakah fokus utama untuk membuat desain terlebih dahulu atau membuat kerangka untuk front-end, membuat code terlebih dahulu atau fokus kepada akuisisi pelanggan dan penjualan. Tentukan target sejak awal, hindari berbagai gangguan yang ada, yang akan berakibat gagalnya Anda membuat produk. Dengan melakukan hal tersebut, secara perlahan Anda bisa memulai pekerjaan sehingga tahap selanjutnya bisa dilakukan dengan lancar.

Tetap fokus

Kebanyakan sebuah produk akhirnya gagal untuk diluncurkan dikarenakan mulai berkurangnya motivasi yang ada. Agar terhindar dari rasa jenuh dan akhirnya enggan untuk melanjutkan pembuatan produk adalah dengan membuat daftar target yang bisa membantu Anda menjaga momentum agar bisa mewujudkan target. Hal lain yang bisa Anda lakukan adalah dengan menceritakan proyek tersebut kepada keluarga hingga teman Anda. Hal tersebut ternyata dinilai ampuh untuk mendapatkan kritikan dan masukan yang positif terkait dengan produk yang sedang dibuat.

Temukan solusi dari masalah yang ada

Produk yang baik dan bakal diterima dengan oleh publik adalah produk yang memiliki kemampuan untuk mengurai masalah yang ada. Agar nantinya produk Anda tidak menjadi sia-sia, temukan solusi yang terbaik untuk semua masalah yang kerap ditemui oleh masyarakat. Lakukan analisa mendalam dari berbagai perspektif.

Contoh sederhana adalah Instagram, sekilas Instagram tidak memberikan solusi yang langsung kepada pengguna, namun dengan cerdas Instagram merupakan platform yang mudah dan menyenangkan untuk berbagi foto dan informasi terkini antar teman hingga keluarga. Semakin besar potensi produk untuk mengatasi masalah, semakin mudah nantinya Anda mendapatkan pengguna.

Jauhkan keraguan yang ada

Seringkali produk atau layanan gagal untuk diluncurkan karena pemilik masih memiliki keraguan yang cukup besar terhadap produk atau layanan yang dimiliki. Jauhkan pikiran Anda dari hal-hal yang negatif dan rasa khawatir akan penolakan dari calon investor atau pihak terkait lainnya. Belajar dari Brian Chesky pendiri Airbnb yang pada saat awal mendirikan Airbnb, kerap mendapatkan penolakan dari investor karena ide bisnis yang dinilai kurang menguntungkan. Jika Anda yakin produk atau layanan memiliki masa depan yang cerah, lanjutkan proses pembuatan produk.

Minta bantuan

Ketika Anda mengalami kendala atau terhambat dalam sebuah proses pembuatan produk atau layanan, jangan sungkan untuk bertanya kepada orang lain secara langsung atau online. Temukan komunitas atau forum yang sesuai, dan sampaikan masalah Anda dengan mereka. Dari pengalaman yang ada, cara tersebut mampu untuk membantu Anda mendapatkan feedback hingga menemukan solusi.

Enam Cara Tepat Melakukan Riset Pasar untuk Startup

Sebelum memulai bisnis, Anda harus melakukan riset pasar, hal tersebut dapat menjadi perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan. Penulis Kevin Duncan menjelaskan bagaimana untuk mengetahui lebih lanjut tentang kompetitor Anda, pelanggan potensial dan yang paling krusial adalah melihat reaksi mereka terhadap harga dari layanan atau produk yang akan Anda tawarkan.

Lakukan uji coba paling dasar ide bisnis Anda

Jika Anda yakin memiliki ide yang sangat baik untuk bisnis, Anda tidak harus membiarkan diri Anda untuk terlalu yakin dan percaya diri teradap ide bisnis yang ada. Anda harus menguji secara menyeluruh dengan melakukan beberapa riset pasar yang paling mendasar. Dengan melakukan hal tersebut, selanjutnya Anda bisa melanjutkan ke tahap berikutnya.

Tentukan pelanggan yang tepat

Fokus utama tentu saja adalah pelanggan. Anda harus mencari tahu berapa banyak permintaan untuk produk atau layanan, jenis yang orang atau bisnis akan membeli produk dan layanan? Apakah mereka masuk ke dalam kategori yang berbeda? Menjadi hal yang bijaksana untuk fokus pada kategori tertentu dari pelanggan, bukan hanya berharap Anda menarik bagi semua orang, kecuali produk dan jasa Anda memiliki daya tarik pasar dalam skala yang besar. Anda perlu mencari tahu, siapa orang yang membutuhkan apa yang Anda tawarkan.

Menentukan harga yang sesuai

Cari tahu dengan benar terkait dengan berapa banyak dan seberapa sering target pasar akan membeli produk atau layanan yang akan Anda tawarkan, reaksi harga adalah informasi yang paling penting dari semua. Kemudian Anda akan dapat menentukan apakah atau tidak Anda memiliki ide yang layak untuk bisnis. Mungkin ada beberapa pelanggan yang akan siap untuk membayar lebih, hal tersebut bisa diketahui dengan melakukan riset pasar di awal.

Mencari tahu siapa kompetitor

Tingkat persaingan adalah faktor lain yang penting untuk dipertimbangkan. Mengidentifikasi pemain lain di pasar Anda dan mencari tahu apa yang mereka tawarkan. Apakah mereka berhasil, dan jika demikian  mengapa? Apa kekuatan dan kelemahan mereka? Berapa besar harga yang mereka tawarkan dan apakah Anda mampu bersaing?

Jika Anda beranggapan produk atau layanan yang Anda miliki bisa mengalahkan kompetitor tersebut, apakah Anda memiliki rencana cadangan? Anda mungkin harus memotong biaya Anda atau mengubah proposisi Anda. Pastikan Anda memiliki cukup ruang di pasar untuk layanan atau produk yang akan Anda hadirkan.

Mencermati pengaruh eksternal

Hal-hal yang terjadi di luar seperti ekonomi hingga suasana politik, bisa menjadi vital. Jika orang tidak tertarik untuk mengeluarkan uang membeli produk atau layanan yang Anda tawarkan tentunya akan menjadi kendala. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masalah hukum dan legalitas serta aturan yang wajib Anda patuhi terkait dengan layanan atau produk yang akan dihadirkan.

Lakukan pencarian secara online

Cara paling mudah yang bisa dilakukan saat melakukan riset pasar adalah melihat semua informasi yang telah tersedia secara online. Mulai dari siapa kompetitor Anda, target pelanggan yang disasar dan siapa mitra serta supplier yang ideal untuk produk atau layanan Anda.

Namun demikian riset pasar yang paling ideal tentunya adalah melakukan kegiatan langsung ke publik dan melakukan percakapan dengan target pasar serta pihak terkait lainnya. Pencarian informasi secara online bisa menjadi salah satu cara, namun disarankan untuk melakukan kunjungan atau aksi langsung ke target pasar.

Mencari Karyawan Pertama untuk Startup

Salah satu permasalahan yang timbul di startup atau bisnis rintisan adalah saat menentukan kapan perlunya mencari talenta baru. Banyak yang harus dipertimbangkan untuk hal satu ini. Mulai dari seberapa besar kebutuhannya hingga kondisi finansial yang dimiliki startup. Belum lagi soal kemampuan dan kecocokan dengan pengguna.

Berikut beberapa cara untuk menentukan saat dan kandidat yang tepat untuk startup.

Fokus pada tim

Salah satu pertimbangan startup untuk mempekerjakan talenta baru adalah kebutuhan. Pastikan tim benar-benar butuh. Karena mempekerjakan talenta baru artinya menjamin gaji mereka, menambah slot pengeluaran. Jika beban kerja masih bisa dikerjakan salah satu dari tim, tidak ada salahnya memaksimalkan potensi yang ada. Tentu dengan memberikan imbalan lebih. Mempekerjakan yang baru harus sejalan dengan kebutuhan. Jika kondisi finansial tidak memungkinkan lebih baik fokus pada tim yang ada. Jangan terlalu terburu-buru dalam menggaet talenta baru.

Cari yang potensial

Jika keputusan sudah bulat untuk mencari seorang karyawan baru pastikan mencari yang sesuai. Mencari talenta yang benar-benar dibutuhkan oleh tim. Menentukan hal yang satu ini tidaklah mudah. Harus ada beberapa tes yang dilakukan, termasuk mendeskripsikan kebutuhan dengan mengajak tim yang lain untuk berdiskusi. Selain kemampuan teknik kemampuan membaur dan menyatu tim juga layak untuk dipertimbangkan.

Mendemonstrasikan kemampuan

Untuk bisa mendapatkan yang sesuai dengan kebutuhan perlu adanya tindakan nyata saat interview. Salah satunya adalah dengan mendemonstrasikan kemampuannya. Persilakan para calon karyawan untuk membuktikan apa yang mereka tulis dalam CV atau lamarannya. Ini bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk menilai kemampuan teknis seseorang.

Mempersiapkan kontrak

Setelah mendapatkan talenta yang cocok pastikan untuk mempersiapkan kontrak yang sesuai. Baik dari segi nilai kontrak maupun beban kerja yang akan dibebankan. Kontrak kerja ini sangat membantu untuk memperjelas status hukum dan kesepakatan di antara keduanya. Dokumen kontrak juga bisa menghindari masalah yang mungkin muncul di kemudian hari.

Tujuh Cara Tepat Menemukan Tenaga Advisor Startup

Salah satu cara yang bisa dilakukan agar startup mendapatkan dukungan moril dan wawasan yang tepat adalah dengan menemukan tenaga advisor. Tentunya tidak mudah menemukan tenaga advisor yang sesuai dengan kultur dan rencana dari startup, karena akan berpengaruh kepada teknologi, target pasar hingga sumber daya. Artikel berikut ini akan mengupas 7 hal yang baiknya diperhatikan saat startup berencana untuk mencari tenaga advisor.

Memiliki pengalaman

Tujuan Anda untuk menemukan tenaga advisor untuk startup adalah berbagi informasi dan pengalaman, latar belakang pendidikan hingga tingkat kecerdasan tentunya penting, namun jika tidak dibarengi dengan pengalaman yang luas akan menjadi sia-sia. Untuk itu pastikan tenaga advisor yang bakal direkrut memiliki pengalaman yang luas dan dan memahami betul bisnis yang Anda jalankan

Bukan dari industri yang sama

Idealnya memang tenaga advisor yang dibutuhkan adalah mereka yang sebelumnya bekerja atau memiliki hubungan yang baik dengan industri yang Anda sasar. Namun hal tersebut terkadang bisa menjadi konflik yang bakal merugikan bisnis Anda. Jika Anda membutuhkan tenaga advisor dalam hal manajemen, teknologi atau pemasaran, upyakan untuk mencari tenaga advisor dari latar belakang yang berbeda dengan sektor bisnis yang Anda sasar.

Kesuksesan yang telah diraih

Tenaga advisor yang ideal adalah mereka yang telah bekerja di perusahaan besar atau yang pernah menelurkan startup dengan sukses. Dengan demikian pengalaman, wawasan hingga networking dari mereka, bisa membantu startup Anda tumbuh lebih baik dengan nasehat dan masukan yang didapatkan oleh tenaga advisor tersebut.

Bukan sekedar influencer

Pastikan terlebih dahulu apakah keberhasilan yang telah diraih berdasarkan pendapatan atau profit atau sekedar dikenal secara viral atau memiliki jumlah pengikut di media sosial secara masif. Hanya karena tenaga advisor memiliki pengikut di media sosial dalam jumlah banyak, bukan berarti mereka sesuai dan kredibel menjadi tenaga advisor startup.

Tertarik untuk berinvestasi

Salah satu cara untuk memastikan apakah tenaga advisor tersebut tepat adalah terkait dengan rencana atau niat untuk berinvestasi di startup Anda. Idealnya tenaga advisor harus memiliki keuangan yang cukup dan tentunya memiliki ketertarikan serta minat untuk memberikan dukungan dana kepada startup. Pastikan juga tenaga advisor yang Anda rekrut memiliki mindset layaknya sebagai founder atau pemilik startup.

Memiliki hubungan yang baik

Tenaga advisor yang ideal adalah mereka yang memiliki rasa kepedulian yang besar kepada startup, dan Anda pun pemilik startup juga cukup peduli terhadap tenaga advisor tersebut. Hubungan yang baik serta kemampuan untuk beradaptasi dan berkolaborasi yang solid juga mempengaruhi pencarian tenaga advisor yang tepat.

Bisa menghadapi situasi yang sulit

Tenaga advisor yang baik adalah mereka yang bisa beradaptasi dan menghadapi berbagai kendala yang ada. Pastikan tenaga advisor tersebut bisa membantu Anda menghadapi berbagai situasi dan kesulitan yang ada. Untuk itu pastikan Anda mengenal secara mendalam tenaga advisor yang ingin Anda ajak untuk bergabung dalam startup sebelum penawaran dilancarkan.

Belajar Kepemimpinan dari Kebiasaan Waktu Kecil

Ilmu kepemimpinan mulai banyak dipelajari banyak orang sekarang ini. Hal ini selain membekali diri untuk menjadi seorang pemimpin, juga upaya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tahukah Anda dari sekian banyak ilmu kepemimpinan ada beberapa yang diambil dari kebiasaan waktu kecil kita? Berikut beberapa di antaranya.

Mengucapkan terima kasih

Ini menjadi hal dasar yang diajarkan kepada kita waktu kecil. Setiap tindakan orang lain yang meluangkan waktu, tenaga, pikiran, dan lainnya kita wajib membalasnya dengan ucapan terima kasih. Terdengar sederhana tetapi ilmu berterima kasih ini bisa membuat hubungan menjadi lebih baik dan meningkatkan rasa menghormati satu sama lain.

Mendengarkan lebih banyak

Sebagai seorang pemimpin wajib hukum mengetahui banyak mengenai apa dan siapa yang mereka pimpin. Untuk mengetahui itu semua diharuskan pula untuk lebih banyak mendengarkan dibandingkan bicara. Mencoba mendengarkan sambil memahami permasalahan yang ada. Mendengarkan sambil mengenali satu sama lain. Mendengarkan ide, masukan, atau bahkan kritikan. Sesuatu yang tentu sangat mendasar bagi seorang pemimpin.

Jangan menginterupsi

Sebagai bagian dari menjadi pendengar yang baik adalah tidak memotong atau menginterupsi pembicaraan seseorang. Jika memang mereka butuh tanggapan berikan hal tersebut setelah mereka rampung bercerita. Biarkan mereka menyelesaikannya dengan tuntas. Kalau pun Anda terpaksa atau terlanjur memotong di tengah jalan mintalah maaf dan kesediaan mereka untuk melanjutkan.

Saling membantu

Jiwa individualis muncul seiring berkembangnya waktu. Faktor persaingan pribadi atau ingin menonjol sendiri bisa menjadi faktor buruk yang mengurangi rasa membantu satu sama lain. Rasa kesediaan membantu satu sama lain tidak hanya wajib dimiliki oleh pemimpin. Tetapi pemimpin yang wajib memberikan contoh.

Bermain!

Bermain di sini bukan berarti menganjurkan kita untuk bermain. Melainkan berpikirlah seperti anak-anak ketika mendapat mainan. Bagaimana antusias mereka, rasa ingin tahu, semangat, dan tidak memiliki rasa takut sedikit pun dalam mengambil keputusan. Hanya saja untuk perkara bisnis semua itu harus tetap harus diperhitungkan meski sekali-kali nekat itu perlu.

Tiga Cara Tepat Membangun Kultur Startup yang Positif

Agar startup bisa tumbuh dengan baik, menjadi hal yang krusial untuk membangun kultur perusahaan sejak awal. Hal ini terutama berpengaruh kepada startup yang baru saja mulai menjalankan bisnis. Tujuannya agar perusahaan bisa berkembang dengan baik dan lancar. Artikel berikut ini akan membahas tiga hal yang wajib diperhatikan ketika membangun kultur di startup.

Jangan mudah terpengaruh dengan lingkungan luar

Hal utama yang wajib diperhatikan oleh startup adalah membangun kultur startup harus dimulai dari kalangan internal, meskipun suasana politik sedang memanas, kondisi luar yang kurang mendukung jangan menjadikan startup Anda tidak memiliki kultur startup yang sesuai. Apa pun kendala yang dihadapi, kesulitan yang ada, membangun kultur startup sejak awal bisa membantu Anda pemilik startup menjalankan bisnis sesuai dengan tahap yang jelas dan target yang ingin dicapai.

Pertajam intuisi

Ketika waktunya membangun startup percayakan intuisi Anda, meskipun pekerjaan makin berat dan tantangan yang harus dihadapi tidak pernah berhenti datang, tumbuhkan terus intuisi yang dimiliki terkait dengan bisnis yang ada. Intuisi juga bisa membantu Anda menemukan ide dan produk atau layanan yang tepat untuk startup, untuk itu pertajam terus intuisi Anda ketika sedang menjalankan bisnis.

Fleksibel

Kebanyakan pendiri startup terlalu percaya diri dan yakin dengan ide awal sehingga enggan untuk mengadopsi perubahan atau mengubah produk atau layanan yang dimiliki. Dengan dinamika dunia startup tampaknya Anda harus bisa lebih fleksibel ketika waktunya menjalankan bisnis. Coba dengarkan dengan baik apa yang diinginkan oleh pelanggan, pertajam terus intuisi yang ada dan upayakan untuk bisa lebih fleksibel saat menjalankan usaha.

Lima Hal Dasar yang Wajib Diketahui Saat Membangun Startup

Membangun startup merupakan proses yang panjang dan juga melelahkan. Bukan hanya bisa berakhir kegagalan, namun jika tidak dibarengi dengan ide serta eksekusi yang tepat, bisa menjadi upaya yang sia-sia. Artikel berikut ini akan membahas 5 hal dasar yang wajib dicermati oleh Anda calon pelaku startup, sebelum terjun ke dunia startup yang cukup berat, berubah dengan cepat dan dinamis.

Mulai sekarang juga

Apa pun idenya, seberapa rumit produk yang bakal diluncurkan, idealnya adalah ketika Anda merasa siap dan memiliki niat yang cukup kuat terhadap startup, mulai segera startup Anda. Lalui proses yang ada, apakah nantinya startup Anda bakal berhasil atau tidak, akan ditentukan dari aksi yang telah Anda lakukan. Jangan tunda terlalu lama rencana dan niat Anda untuk memulai startup.

Ciptakan ide yang beragam

Ketika satu ide startup ternyata tidak berhasil, jangan langsung menyerah. Carilah ide lain yang menarik dan tentunya memiliki potensi untuk berkembang. Idealnya ketika Anda berniat untuk terjun ke dunia startup, buatlah beberapa ide yang beragam, sebagai cadangan jika ide awal yang menurut Anda paling solid, ternyata tidak berfungsi dengan baik.

Dirikan startup bersama

Menurut Paul Graham dari Y Combinator calon entrepreneur baiknya tidak memulai usaha seorang diri. Ajaklah rekan kerja, teman baik hingga kerabat untuk ikut serta. Apakah itu dalam bentuk pendanaan, ide, tenaga hingga kreativitas. Saat ini banyak startup yang mengajak teman SMA hingga teman kuliah untuk menjadi bagian dari startup. Jika Anda ingin memiliki orang yang bisa dipercaya, adik atau kakak kandung juga bisa diajak untuk mendirikan startup bersama.

Lokasi yang strategis

Idealnya jika Anda berniat untuk mendirikan startup carilah lokasi yang paling strategis untuk bisnis Anda. Tentunya pusat kota menjadi lokasi yang paling ideal untuk mulai menjalankan startup. Selain lebih efektif, pusat kota juga memberikan akses lebih mudah dan kesempatan untuk bertemu serta menawarkan produk atau layanan langsung kepada target pasar. Jika di awal startup Anda berlokasi di perumahan atau lokasi yang jauh dari pusat kota, ada baiknya untuk memindahkan lokasi tersebut ke pusat kota.

Promosi yang masif

Ketika produk telah siap diluncurkan langkah selanjutnya adalah melakukan kegiatan pemasaran yang masif dan tentunya tepat sasaran. Cara-cara berikut tentunya wajib dilakukan, seperti melakukan pendekatan dengan media, media sosial, iklan berbayar hingga email marketing. Jangan lupakan juga SEO untuk mempercepat proses pemasaran.

Jika Anda mempunyai cukup uang untuk memperluas kegiatan pemasaran tidak ada salahnya dengan memanfaatkan tenaga agensi kehumasan, yang selama ini sudah banyak digunakan oleh perusahaan rintisan.

Faktor Bisnis dan Manajerial, Isu Utama Startup Tahap Awal

Istilah startup kini tak asing lagi di kalangan millennials di Indonesia. Bekerja di startup atau membuat startup sendiri menjadi jalan karier dambaan banyak orang. Sejak tahun 2014, saya mencoba mengamati tentang dinamika startup di tahap awal atau sering disebut dengan istilah early-stage startup. Umumnya startup di fase ini masih dijalankan dengan bootstrapping alias modal sendiri, dengan keyakinan akan produk yang dikembangkan dan komposisi tim yang terikat kesamaan visi.

Banyak yang hadir menyajikan layanan baru, namun tak sedikit yang ambruk mengakhiri apa yang telah dimulainya, walaupun beberapa ada yang memilih untuk pivot dan mencoba pendekatan lain. Mulai dari startup yang mencoba menghadirkan kanal media sosial untuk kategori aktivitas tertentu, pengembang aplikasi akuntansi berbasis SaaS (Software as a Service), hingga penyedia layanan on-demand pernah menghiasi tag “ Startup News” di DailySocial.

Menyimpulkan beberapa tulisan tips dari para pakar yang pernah disadur oleh DailySocial, saya mencoba memetakan beberapa kendala yang mengakibatkan early-stage startup sulit untuk melanjutkan debutnya dalam atmosfer bisnis. Permasalahan tersebut terbagi menjadi dua faktor, yakni faktor bisnis dan faktor manajerial.

Faktor Bisnis

Permasalahan ini berkaitan langsung dengan apa yang mereka suguhkan, baik dalam strategi ataupun pengembangan produk.

(1) Salah sasaran

Ada beberapa penafsiran terkait dengan poin pertama ini. Sebuah startup bisa dibilang salah sasaran karena memang produk yang dikembangkan tidak cocok dengan pangsa pasar yang ditargetkan atau karena pangsa pasar yang ditargetkan masih jauh dari kata siap untuk penerapan solusi terkait.

Kami pernah meliput tentang startup yang mencoba menyajikan solusi berbasis big data untuk sektor pendidikan dan kesehatan pada awal tahun 2015. Akselerasinya tidak begitu terlihat sampai sekarang, bahkan bisa dibilang stagnan. Terbukti dengan website yang saat ini tidak dikembangkan, bahkan salah satu portofolionya tidak jalan lagi.

Di sektor pendidikan dan kesehatan, proses masih sangat terpaku dengan model konvensional –sebuah fakta yang tidak bisa dielakkan. Kalaupun komputerisasi digunakan, masih sebatas operasional dasar. Kalangan digital immigrant masih sangat mendominasi di sektor tersebut. Konsep seperti big data, artificial intelligence dan banyak terobosan teknologi lain sifatnya masih berupa riset (untuk dua sektor tersebut).

Terlalu dini menyiapkan produk dengan teknologi canggih seperti bertaruh: adaptasi cepat atau tidak tersentuh sama sekali.

(2) Produk yang bermasalah

Beberapa pakar pemasaran selalu mengutarakan bahwa memperkenalkan produk ke calon konsumen harus dilakukan secara cepat. Salah satunya sering dilakukan dengan meluncurkan versi beta dari aplikasi. Namun ini akan menjadi buruk jika kualitas produk belum benar-benar siap. Apalagi untuk varian produk yang memiliki banyak pilihan. Konsumen digital unik, kadang mereka langsung memberikan cap buruk (underestimate) kepada sebuah apps jika first impression yang mereka dapat buruk –menemui bugs di aplikasi.

Tidak hanya masalah pada aplikasi saja, namun termasuk pelayanan. Hilangnya layanan on-demand pesaing Go-Jek menjadi salah satu contohnya. Pernah tahu ke mana Blue-Jek, LadyJek, dan produk sejenis lain yang pernah berusaha mencoba meramaikan persaingan di ibukota? Transportasi dibutuhkan pengguna kapan saja ketika mereka butuh, maka layanan harus menyesuaikan. Jika tidak, maka tetap sama saja, akan dianggap bermasalah dari sisi pelayanan.

Masalah produk atau layanan bisa berkaitan langsung dengan produk yang dikembangkan dan juga unsur lain yang mendukung kegiatan bisnis tersebut.

(3) Bisnis model yang tidak matang

Dijalankan anak-anak muda, semangat menggebu-gebu sering diperlihatkan ketika sebuah startup dimulai. Kadang ada yang terlewatkan jika sebuah model bisnis harus tervalidasi dengan baik sebelum dieksekusi. Untuk model bisnis baru, perlu dipikirkan secara jeli dampak seperti apa yang ingin dihadirkan pada konsumen.

Pun demikian dengan model bisnis yang disalin dari luar. Mencoba peruntungan dengan membawa model bisnis startup Silicon Valley menjadi aplikasi taste lokal. Tak hanya validasi, riset mendalam perlu dilakukan.

Eksekusi adalah kunci, namun perlu memastikan apakah kunci yang digunakan untuk membuka (peluang) itu membawa ke pintu yang benar atau tidak.

Faktor Manajerial

Permasalahan ini menghinggap dalam unsur internal bisnis, sering menyengat dan menghadirkan isu pada komponen penggerak bisnis di ruang operasional.

(1) Manajemen yang tidak jelas

Salah satu yang menyatukan visi sekelompok orang hingga akhirnya membentuk startup salah satunya karena pertemanan, baik karena di kampus yang sama, bertemu di komunitas atau lain sebagainya. Kadang tidak adanya gap karena faktor pertemanan ini yang membuat disiplin manajemen kurang diterapkan. Terdapat banyak aspek dalam manajemen, mulai dari pengelolaan tanggung jawab, pembagian tugas, hingga kepemilikan.

Konflik yang mungkin muncul karena pengelolaan manajemen yang buruk bisa menimpa antar co-founder ataupun karyawan dalam bisnis. Pada akhirnya tidak akan membuat nyaman orang di dalamnya dalam bekerja, dan akselerasi bisnis pun terganggu. Contoh paling sederhana dan sering terjadi: pembagian tugas yang tidak jelas, pembagian kepemilikan yang tidak jelas, hingga mekanisme upah yang tidak transparan.

Sama seperti filosofi pohon, semakin tinggi semakin kencang tiupan angin. Pastikan akarnya kuat agar tidak roboh. Peraturan dan kebijakan yang clear menjadi akar dalam hal ini.

(2) Tidak punya seni pemecahan masalah

Jika diumpamakan, mengelola startup tidak jauh berbeda dengan membina rumah tangga. Masalah kecil hingga masalah besar bisa saja menimpa kapan saja. Mulai dari permasalahan internal antar pegawai, masalah legal, perpajakan, hingga masalah dengan konsumen. Yang diperlukan adalah sebuah seni pemecahan masalah.

Sayangnya tidak ada rumusan baku untuk hal ini, karena yang akan membawa kepada keputusan paling solutif adalah intuisi dan pengalaman. Tak heran jika beberapa startup kini menunjuk mentor untuk mendampinginya bertumbuh. Pengalaman mereka kadang dibutuhkan untuk memberikan insight sebelum memutuskan sesuatu.

Tidak ada teori baku, setiap permasalahan itu unik, pun demikian penyelesaiannya. Pengalaman sangat berperan di sini.

(3) Merekrut orang yang salah

Terdapat banyak justifikasi yang digunakan ketika merekrut seseorang untuk masuk dalam bisnis. Mulai dari kriteria yang sesuai, kenal secara pribadi hingga disarankan oleh orang lain. Merekrut seseorang masuk ke bisnis, artinya menyerahkan satu sandaran bisnis kepada orang tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan: pastikan sesuai dengan apa yang dibutuhkan, pastikan ditempatkan dalam role yang tepat, dan pastikan orang yang tepat.

Kehadiran seseorang dalam sebuah lingkungan sedikit atau besar akan memberikan pengaruh. Kultur bisnis yang sudah kuat terbangun bisa saja berubah dengan hadirnya orang baru, terlebih jika ditempatkan dalam posisi strategis. Mengapa sebegitunya? Sederhana, startup di tahap awal timnya masih sedikit, hadirnya satu orang pun akan memberikan dampak signifikan. Ini yang perlu disiasati dan diamati sejak awal.

Jika kejernihan air bisa ternoda akibat setetes tinta, sebuah tim startup bisa hilang kompaknya akibat hadirnya satu orang. Tapi jika tinta tersebut sudah berbaur pun tetap bisa dihilangkan dengan proses penyulingan yang ketat.

(4) Terlalu boros

Mengapa teknologi komputasi awan sering diunggulkan untuk startup? Karena skalabilitas dan elastisitas yang ditawarkan. Saat pengguna memulai dengan spesifikasi yang kecil, jika di tengah jalan memerlukan sumber daya yang lebih besar maka bisa ditambah kapan saja. Konsep ini sebenarnya juga berlaku untuk kebutuhan lain, termasuk pembiayaan dalam operasional. Sama halnya ketika harus menyewa tempat bekerja, memberikan penggajian dan sebagainya, semua harus pas pada porsinya. Terlebih jika bisnis masih harus “membakar uang” dan belum menghasilkan profit.