Lima Alasan Perlunya Pengusaha Startup Memulai Sedini Mungkin

Kewirausahaan itu bukan sekadar karier, ini adalah profesi yang harus Anda tekuni sampai akhir hayat. Entah Anda mulai berbisnis dengan cara aman, atau menciptakan bisnis yang kekal meski Anda sudah tidak ada lagi.

Kutipan dari Mark Twain mungkin bisa menjadi referensi:

“20 tahun lagi dari sekarang, Anda akan lebih kecewa dengan hal-hal yang tidak Anda lakukan daripada yang sudah terlanjur dilakukan. Maka dari itu berlayarlah, jauhi zona aman, dan ambil kesempatan yang ada di depan mata.”

Artikel ini akan membahas mengapa memulai bisnis startup sedini mungkin adalah cara terbaik untuk menjadi pengusaha sukses. Berikut rangkumannya:

1. Minim tekanan keluarga

Ketika Anda berusia di awal 20-an, tidak ada yang mengharapkan Anda untuk membiayai pengeluaran rumah tangga atau cicilan KPR. Jika Anda memulai startup di umur tersebut, tidak peduli seberapa kecil atau besarnya volume bisnis, Anda dapat tetap fokus pada gagasan pengembangan bisnis.

Perlu dipahami, pada tahun pertama memulai usaha adalah masa tersulit bagi startup. Jika Anda mengambil jalan ini ketika orang lain masih menganggap Anda naif, tidak dewasa dan rentan putus asa, justru bisa dijadikan keberanian untuk mengambil risiko. Malah risiko tersebut bisa dibilang tidak terlalu besar untuk ditangani dibandingkan ketika Anda sudah menikah dan berkeluarga.

2. Minim komitmen finansial

Ketika seseorang mulai berkeluarga, dia bakal menghadapi banyak biaya yang tidak pernah terjadi, seperti biaya sekolah, cicilan KPR, kartu kredit, pinjaman pribadi, dan lainnya. Tanggung jawab tersebut membuat beban finansial seseorang jadi lebih besar. Masa tersebut adalah periode seseorang tidak bisa mengambil risiko tinggi karena adanya pengeluaran dana yang besar.

Saat Anda mulai merintis bisnis startup sejak usia dini, Anda tidak perlu khawatir dengan seluruh tanggung jawab tersebut. Bahkan jika Anda gagal, Anda bisa pulang ke rumah, menangis sepanjang malam, kemudian mulai lagi dari awal esok harinya.

3. Waktu tepat untuk mengadopsi teknologi baru

Di era informasi ini, teknologi memainkan peran penting dalam kehidupan hajat orang. Meski demikian, antusiasme perubahan teknologi tidak akan terjadi begitu saja bagi seorang profesor berusia 55 tahun untuk mengunduh aplikasi baru dan menggunakan berbagai aplikasi dalam ponselnya. Antusiasme tidak akan sama dengan orang-orang yang masih berusia 17 tahun.

Jika Anda pernah membayangkan diri Anda menjalankan bisnis bernilai jutaan dolar 15-20 tahun ke depan, maka bersiaplah untuk mengeksplorasi teknologi terbaru. Momentumnya pun akan lebih tepat bila dilakukan saat masih berumur 20-an. Sebab masa itu adalah kesempatan emas untuk belajar sebanyak-banyaknya.

4. Berani mengambil risiko

Ketika seorang anak belajar jalan, meski jatuh berkali-kali dia tetap terus melakukannya hingga benar-benar bisa jalan. Sama halnya dengan pebisnis berusia 25 tahun yang tidak mau menyerah, meski usahanya rugi dan hampir bangkrut. Usia adalah hal penting bagi seseorang dalam mengukur kemampuannya mengambil risiko.

Ketika Anda masih muda, Anda harus mampu mengambil risiko, gagal berbisnis, dan mampu bangkit lagi untuk mulai dari awal kembali. Akan tetapi ketika sudah berkeluarga, kapasitas risiko yang berani Anda lepaskan jadi mengecil.

Maka dari itu tidak ada salahnya untuk mencoba, apakah menjadi pengusaha startup adalah panggilan jiwa Anda atau tidak. Bila gagal, Anda bisa mencoba sekali lagi, atau akhirnya beralih menjadi karyawan di perusahaan.

5. Masih penuh energi

Bisa jadi karena alasan sudah menua atau lainnya, generasi muda memiliki lebih banyak energi, antusiasme, dan motivasi dibandingkan Baby Boomers dan generasi X. Generasi X mungkin lebih banyak pengalaman dan bijaksana dalam mengambil keputusan. Namun mereka tidak dapat mengalahkan anak muda ketika berbicara pada energi.

Dengan energi yang masih banyak, menjadi adalah masa terbaik Anda untuk membuat kesalahan, kehabisan uang, bangkrut, dan mengerjakan berbagai proyek demi melihat mana yang berhasil atau tidak. Ketika sudah memasuki usia 30-an, fokuslah menciptakan pendapatan berkelanjutan untuk menghidupi keluarga Anda.

Penuaan adalah proses yang tidak bisa terelakkan bagi setiap orang. Cepat atau lambat, Anda akan menyadari stamina tidak lagi sebaik dulu, tidak bisa Anda paksakan lagi untuk bekerja hingga larut malam. Maka dari itu, jangan buang-buang waktu Anda di masa usia 20 hingga 30-an membuat orang lain jadi kaya raya.

Anda perlu ingat, bahwa gaji adalah sogokan yang diberikan orang kaya untuk melupakan impian Anda dan menuntaskan suatu pekerjaan untuk mereka. Jangan biarkan ilusi ini merusak hidup Anda. Mulailah dari awal dan beri waktu yang cukup untuk mengubah ide menjadi bisnis yang sukses.

Lima Pertanyaan Startup Seputar Penggalangan Dana

Jika proof-of-concept produk sudah sangat matang dan diujicobakan, atau bahkan sudah mencapai MVP-nya, kadang startup membutuhkan dukungan lebih untuk memperbesar traksi dan memperluas pangsa pasar. Di sini investasi sangat dibutuhkan untuk menambah nilai modal operasional. Pada kenyataannya proses tersebut tidak mudah dilalui, pun tatkala startup sudah menemukan investornya.

Terlepas dari cerita hingar-bingar tentang “prestasi pendanaan” dari banyak startup di luar sana, nyatanya banyak founder yang masih merasa gelisah dan ragu ketika akan menghadapi proses pendanaan. Karena implikasinya ada beberapa hal yang akan dikorbankan, misalnya valuasi kepemilikan dan struktur tim inti dalam startup.

Untuk memberikan gambaran lebih gamblang terkait prosesi pendanaan, berikut jawaban dari beberapa pertanyaan seputar pendanaan yang sering ditanyakan.

(1) Kapan startup perlu mencari pendanaan dan berapa?

Paling ideal startup mencari pendanaan untuk meningkatkan modal pada saat benar-benar siap memproses sebuah eksekusi baru. Menilai kesiapan ini sangat bergantung pada keputusan tim co-founder di dalamnya. Menariknya banyak startup sukses melakukan penggalangan dana saat mereka sebenarnya masih memiliki dana modal yang besar. Dikatakan kondisi tersebut akan memberikan fleksibilitas dalam proses penggalangan dana, terutama dalam proses negosiasi.

Terkait dengan besaran investasi juga perlu perencanaan matang. Dalam jargon investor ada istilah “tweener”, yakni cara sopan untuk untuk mengatakan bahwa ekspektasi valuasi terlalu tingi untuk traksi finansial atau operasional yang dicapai startup sejauh ini. Pengukuran di sini harus benar-benar masuk akal. Beberapa startup kadang memilih melakukan dua hal, menurunkan ekspektasi dan/atau memperbaiki eksekusi untuk pertumbuhan bisnis.

(2) Investor mana yang perlu ditargetkan startup?

Yang paling penting untuk diperhatikan di sini adalah menemukan investor sesuai dengan tahapan startup saat ini. Misalnya startup masih berada di tahap awal, maka carilah investor yang memang menawarkan pendanaan untuk startup di tahap tersebut. Misal lagi startup masih berada dalam proses “corporate building mode”, maka fokuslah pada penargetan investor yang dapat membantu pada pembangun perusahaan.

Walaupun mungkin ada beberapa venture capital atau angel investor yang tertarik dengan kualitas produk dan capaian, founder perlu menyeimbangkan antara efisiensi dan optimasi yang bertujuan pada keberhasilan penggalangan dana. Apalagi penggalangan dana tersebut bertujuan untuk meningkatkan modal dan menumbuhkan bisnis. Untuk memaksimalkan probabilitas kesuksesan, upayakan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan proses yang harus dilalui.

(3) Informasi tentang startup apa saja yang boleh dibagikan? Kapan informasi sangat penting perlu dibeberkan ke investor?

Hampir semua venture capital dan komunitas angel investor menyatakan diri dibangun dengan kepercayaan dan reputasi yang baik. Dari situ investor akan menghormati kerahasiaan informasi pribadi startup, walaupun pada beberapa kasus kadang informasi tetap saja bocor. Sebagai langkah antisipasi, startup juga bisa menyimpan berbagai informasi tersebut sebelum proses penandatanganan lembar kerja sama dibubuhkan.

(4) Laporan keuangan seperti apa yang perlu diberikan kepada investor?

Untuk pengajuan penggalangan dana, startup perlu menunjukkan semacam laporan keuangan atau proyeksi keuangan. Bahkan jika masih berada di tahap awal, startup harus mengelola beberapa anggaran untuk memahami jumlah kepemilikan dana dan memaksimalkan waktu untuk meningkatkan modal.

Memahami jenis dana yang paling banyak dibutuhkan untuk operasional adalah salah satu komponen terpenting dari model keuangan. Memahami penggerak tingkat unit pendapatan juga penting saat sebuah startup sudah mulai melakukan monetisasi. Ingatlah bahwa ketelitian belum tentu menjadi indikator ketepatan.

(5) Perlukan penunjuk penasihat untuk prosesi penggalangan dana?

Pada dasarnya penasihat dapat membantu merampingkan proses dengan cara memasukkan banyak ketekunan dan persiapan, sehingga startup dapat lebih fokus menjalankan perusahaan. Mereka juga dapat membantu memberikan akses ke investor yang lebih luas. Konon, tidak setiap perusahaan membutuhkan penasihat, dan keputusan untuk menggunakan penasihat harus dibuat dalam konteks situasi spesifik.

Mengembangkan Strategi Pemasaran untuk Bisnis

Pemasaran adalah hal penting bagi setiap bisnis di mana pun posisinya berada, baik di awal maupun yang sudah mapan atau yang berkelanjutan. Pemasaran selain membantu bisnis menjangkau para penggunanya juga berfungsi sebagai salah satu cara untuk membangun sebuah brand, termasuk mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai-nilai yang dibawa produk ke para pelanggannya.

Berikut beberapa catatan untuk bisa tetap mengoptimalkan pemasaran di mana pun posisi bisnis berada.

Yang utama, mengenali pelanggan

Yang pertama dan paling utama dari strategi pemasaran dan mengembangkan bisnis adalah bagaimana mengenali pelanggan. Semua produk atau layanan tidak mungkin bisa sama, segmen pengguna mereka pasti bervariasi, mulai dari usia, lokasi, budaya, selera, hingga nilai yang ditawarkan pasti mengandung unsur pembeda. Tugas dari bisnis untuk mengoptimalkan pemasaran adalah mengenali target pengguna mereka dengan baik.

Ketika merancang sebuah strategi penasaran, sebelum menentukan kanal dan gimmick lain dalam proses pemasaran pertama dan yang utama adalah menentukan siapa yang menjadi target. Seperti lokasi, usia, dan hobi pengguna harus dipetakan. Selanjutnya cari tahu bagaimana menjangkau mereka, di situ nantinya keputusan kanal pemasaran paling efektif.

Kustomisasi rencana

Pemasaran adalah tentang bagaimana menarik perhatian di keramaian. Mencuri perhatian dengan hal-hal pembeda dari apa yang dilakukan oleh pesaing. Dengan demikian nilai-nilai yang ingin disampaikan dan penawaran-penawaran yang ingin ditunjukkan bisa tepat sasaran.

Untuk bisa memaksimalkan pemasaran ada baiknya untuk membuat beberapa jenis rencana. Mengetahui kanal favorit target pelanggan misalnya. Jika terdapat lebih dari satu kanal yang potensial untuk menjangkau pelanggan usahakan manfaatkan semuanya. Jika bentuk kampanye dirasa monoton, bisa dibuat beberapa variasi. Manfaatkan konten pemasaran, kerja sama, dan hal lain yang bisa menunjang kegiatan promosi.

Berkelanjutan

Pemasaran bukan sebuah hal yang bisa dilakukan sekali dua kali dalam proses menjalankan bisnis. Perlu proses yang berlanjut untuk mengokohkan posisi produk dalam pasar. Biasanya salah satu yang terpengaruh dari proses pemasaran yang berlanjut adalah harga. Harga yang harus dibayarkan oleh bisnis dan harga yang harus dibayarkan oleh pengguna.

Di sisi lain pemasaran tidak bisa berbuat banyak tanpa kualitas dan produk yang solutif. Jadi jauh sebelum merencanakan untuk menyusun strategi pemasaran yang berkelanjutan perlu dipastikan kualitas produk yang terbaik dan bisa memecahkan solusi, sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan.

Memperkenalkan DS Academy

Enggak bisa disangkal, kalau dulu pengen keren itu bikin band, sekarang itu bikin startup. Gengsi yang ditawarkan oleh kalimat ‘halo, saya seorang pendiri startup’ itu sekarang menjadi sebuah kebanggaan tersendirisampai-sampai banyak yang berebut mendirikan sesuatu berdasarkan ide yang mungkin saja belum matang, atau sebenarnya bukan sesuatu yang siap menjadi bisnis.

Untuk orang sudah berpengalaman di dunia korporat sekalipun, seluk-beluk dunia startup seperti menjadi sesuatu yang aneh dan janggal, lengkap dengan bahasanya sendiri. Dengan cara menghitung keuangan yang memerlukan cara pandang fleksibel, tidak menggunakan template standar, dan harus cepat menyesuaikan dengan keperluan. Bahwa, untuk menjalankan startup itu esensinya adalah eksperimen, dan supaya eksperimen dapat berbuah hasil yang memajukan pembelajaran, cara bereksperimennya pun perlu terarah dan terstruktur.

Karena ini saya dan Rama, CEO DailySocial, berdiskusi dan sepakat untuk menjalankan sebuah eksperimen. Mendirikan dan menjalankan sebuah startup umumnya akan mengalami dua titik krusial: bagaimana mewujudkan ide menjadi sebuah proses bisnis, dan bagaimana menumbuhkan proses bisnis itu ke skala yang lebih besar (sebisa mungkin, secara cepat). Kami memilih untuk mencoba memfasilitas perwujudan ide, dan menjalankan program DS Academy.

Perjalanan karir saya sendiri cukup beragam soalnya. Lulus dari Desain, saya sempat berupaya mendirikan sebuah biro desain bersama dengan teman kuliah saya, tapi karena tidak tahu apa-apa soal membuat perusahaan, usaha ini kandas dengan sendirinya dan saya bekerja di dunia korporat selama 10 tahun, dengan mayoritas pengalaman di bidang musik dan digital. Saya terjun ke dunia startup dari tahun 2012, mengerjakan Ohdio.FM dan Wooz.in, lagi-lagi sambil tidak tahu apa-apa, dan baru mempelajari berbagai metode, istilah dan pola setelah menjalankannya sendiri beberapa tahun. Ini berakibat rugi waktu dan uang, dan beberapa kali salah langkah yang bisa dihindari. Meskipun begitu, menjadi founder merupakan pengalaman yang luar biasa dan saya ingin berbagi pengalaman tersebut ke teman-teman yang ingin menjadi founder.

DS Academy adalah program singkat yang akan berlangsung selama 2 minggu, yang akan memberikan peserta yang terpilih mengikuti, cara berpikir dan proses yang diperlukan dalam mengawali sebuah startup. Dalam usaha memastikan metode dan pola yang disampaikan dalam workshop ini mempunyai dampak, umumnya program ini akan dibagi dua sesi: sesi kelas dan sesi bekerja. Karena kalau seseorang ingin belajar main basket, tak cukup menonton pertandingan atau mendengarkan tips dari pemain berpengalaman, tapi harus mencoba sendiri, dan yang terpenting: berlatih secara terukur.

Program ini akan kami buka untuk pendiri startup yang sudah memiliki minimum viable product, supaya paling tidak sudah ada dasar bekerja. Startup yang dikerjakan kalau bisa tahap awal, maksimum baru mendapatkan seed funding, dan peserta yang mengikuti akan diminta membayar biaya komitmen sebesar Rp 250,000; yang akan dikembalikan sepenuhnya kalau peserta hadir dan mengikuti program secara penuh.

Materi dan metodologinya mengambil sebagian dari pendekatan lean startup, digabungkan dengan pengalaman saya sendiri dan Rama dalam mendirikan dan menjalankan startup masing-masing, maupun pendekatan yang saya gunakan dalam mengajar Music Business di SAE Indonesia. Kami mengundang beberapa fasilitator yang akan membagikan pengalaman praktisnya untuk tiap topik (nama-namanya sedang kami konfirmasi lagi semuanya dan akan diumumkan segera), dan tiap topik akan disertai latihan atau tugas dengan objektif jelas.

Gelombang pertama ini akan kami buka untuk 12 orang pendiri startup, yang akan kami pilih dari pendaftaran yang masuk. Kelas akan dimulai Senin, 5 Juni 2017, dari jam 10 pagi, dan selesai paling sore jam 3 sampai Jumat, 16 Juni 2017 (tidak termasuk akhir pekan). Tidak ada ‘demo day’ karena objektifnya belajar dan latihan, dan setiap peserta akan mendapatkan e-certificate. Tidak ada pembicaraan soal saham karena ini bukan inkubator atau akselerator startup, karena penekanan kami adalah pembelajaran metode. Pada akhir program ini, peserta diharapkan sudah mengerti proses dari awal: pencarian ide, produk, marketing hingga fundraising.

 

 

Lima Cara Membuat Merek Lebih Mudah Dikenal

Citra merek seringkali menjadi acuan dasar bagi suatu perusahaan saat membangun hubungan emosional jangka panjang dengan konsumen loyalnya. Proses pembentukan citra merek pun butuh waktu yang panjang. Pasalnya, perlu cara dalam menjangkau calon konsumen dengan langkah yang paling efektif.

Artikel ini akan membahas lebih jauh langkah-langkah sederhana yang perlu Anda lakukan dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik, mengenai apa yang diinginkan konsumen dan bagaimana melampaui harapan mereka.

1. Fokus pada pengisahan cerita, bukan pada fitur produk

Tanpa cerita yang bagus, produk Anda tidak akan memiliki nilah inheren atau emosional bagi pelanggan. Terkadang, manusia itu lebih cepat memberi respons saat diberi cerita. Bila suatu merek memberi kesan mendalam bagi konsumen, maka hal tersebut akan berdampak pada perilaku belanja konsumen.

Dilaporkan oleh Psychology Today di 2013, ketika mereka mengevaluasi beberapa merek, disimpulkan bahwa konsumen menggunakan emosi perasaan dan pengalaman pribadi saat berbelanja, daripada informasi mengenai merek, fitur, dan faktanya.

Untuk membentuk suatu cerita yang baik, perlu di dukung oleh produk unggulan. Materi iklan yang sangat kreatif pun tidak dapat mengubah persepsi produk yang buruk.

2. Selalu menjadi diri sendiri

Agar suatu merek bisa bertahan lama, pesan yang perlu Anda sampaikan harus sesuai dengan posisi Anda sebagai perusahaan. Jangan selalu terpaku pada apa yang sedang menjadi tren pada saat itu. Sebagai gantinya, fokuskan pada pemecahan masalah untuk konsumen Anda.

Beberapa contoh merek yang terdengar tidak keren, namun memiliki citra yang kuat di antaranya software akuntansi Freshbooks, perusahaan alat rumah tangga General Electric, dan perusahaan tisu toilet Charmin.

Fokuslah pada apa yang bisa Anda lakukan, beri layanan terbaik, dan tawarkan pengalaman otentik bagi konsumen Anda.

3. Beri nilai tambah agar makin disukai konsumen

Ketika membentuk citra merek, sebaiknya konten yang Anda buat harus fokus pada hal yang dapat membangun hubungan dan membantu konsumen membuat keputusan yang tepat dan matang. Dengan begitu, ketika mereka memilih produk Anda itu karena produk Anda yang paling sesuai sesuai dengan kebutuhan. Hal ini akan berdampak pada hubungan yang lebih kuat dan tahan lama.

Tidak semua konten yang Anda buat harus mengenai produk atau menghasilkan penjualan secara langsung. Anda perlu pahami perjalanan pengalaman konsumen Anda dan konten mana yang sesuai. Dengan strategi yang matang, Anda dapat mengembangkan pengalaman merek yang konsisten di semua saluran pemasaran, tentunya ini penting untuk pertumbuhan jangka panjang.

Jika Anda dapat memasarkan strategi pemasaran konten, berarti Anda telah menemukan cara yang hemat dalam rangka meningkatkan branding merek Anda.

4. Ambil sudut pandang konsumen sentris

Fokuslah pada jaringan yang relevan dengan target konsumen Anda dan mulailah lebih sosialis. Tidak peduli seberapa besar atau kecilnya perusahaan Anda, ditemukan bahwa sekitar 67% konsumen di Amerika Serikat berharap dapat menghubungi merek Anda secara sosial.

Pelayanan pelanggan yang baik secara sosial sangat berkaitan dengan pertumbuhan bisnis. Sebuah laporan dari Aberdeen Group, bisnis dengan layanan pelanggan sosial mengalami pertumbuhan sekitar 7,5% dari tahun ke tahun. Dibandingkan dengan yang tidak menerapkan layanan sosial sekitar 2,9%.

Merek seperti Zappos telah membangun seluruh citra dan reputasi mereknya lewat strategi layanan sosial, hasilnya cukup luar biasa. Mereka mengerti bahwa pelanggan loyal 10 kali lebih berharga daripada pembeli pertama.

5. Buat jalur offline

Begitu banyak cara branding dengan jalur online, membuat perusahaan melupakan pentingnya menggabungkan pengalaman online dan offline. Untuk itu, sebaiknya Anda perlu datangi acara konferensi, temui orang-orang lokal di industri Anda, dan jadilah pembicara di depan umum. Ketiga kegiatan itu adalah cara terbaik untuk melacak visibilitas merek Anda dengan cepat.

Seperti yang dilakukan Jess Ekstrom, seorang CEO dan pembicara profesional, 90% pendapatannya berasal dari koneksi yang dibuat dari acara konferensi.

Belajar dari Enam Kesalahan Pemilik Startup yang Gagal

Belajar dari kesalahan pemilik startup saat membangun sebuah startup bisa menjadi pelajaran yang cukup membantu Anda calon pemilik startup. Sudah banyak startup yang muncul kemudian dalam waktu satu tahun berjalan, terpaksa harus gulung tikar, karena tidak mampu menjalankan bisnis. Salah satu alasan utama startup tidak bisa bertahan adalah, ide yang cukup ambisius, yaitu ingin menjadi the next big thing, pemilihan nama atau logo yang telalu cepat hingga latar belakang pemilik startup yang bukan seorang coder atau engineer.

Untuk merangkum semua kesalahan tersebut, artikel berikut ini akan memaparkan hal-hal yang wajib dihindari jika Anda berniat untuk membangun startup.

Hubungan dengan co-founder yang tidak harmonis

Saat ini sudah banyak pemilik startup yang memiliki co-founder dari kalangan keluarga terdekat hingga teman kuliah dan SMA. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki latar belakang yang tepat dan sesuai dengan startup yang ingin Anda bangun dan berisiko terjadinya konflik karena hubungan yang terlalu dekat. Idealnya seorang co-founder adalah mereka yang memiliki kemampuan atau skill yang tidak Anda miliki.

Misalnya Anda berasal dari kalangan teknologi (programmer, developer) carilah co-founder dari kalangan manajemen, pemasaran hingga bisnis yang menguasai bidang tersebut. Anda sebagai pemilik dan co-founder bisa saling melengkapi. Intinya pilih Co-founder untuk alasan yang tepat dan hindari dari kalangan teman hingga keluarga.

Terlalu cepat menentukan nama dan logo

Kebanyakan dari startup di masa awal kerap berganti model bisnis, layanan bahkan produk yang ada. Ketika pivot tidak dapat dihindarkan, tentunya akan lebih mudah dilakukan jika startup yang Anda bangun belum mencetak nama dan logo yang permanen. Tentukan dengan jelas terlebih dahulu model bisnis yang ada, rencana monetisasi, target pasar dan hal-hal terkait lainnya, sebelum Anda menentukan nama yang bersifat permanen.

Tidak melakukan validasi pasar

Hal yang satu ini nampaknya wajib dilakukan oleh startup di masa awal, yaitu validasi pasar. Tentunya sebelum Anda melakukan validasi, lakukan riset pasar sambil menentukan dengan tepat siapa target pasar yang diincar. Kemudian lakukan dialog secara langsung dengan target pasar Anda, jelaskan dan tawarkan produk yang ada. Jika memang ada konsumen atau calon pelanggan bersedia membayar produk yang bakal Anda jual, artinya produk atau layanan Anda telah tervalidasi, dan langkah selanjutnya bisa ditentukan.

Terlalu banyak fitur di situs dan aplikasi

Layanan atau produk yang ideal adalah yang berawal dari fitur yang sederhana terlebih dahulu. Ketika feedback telah didapatkan dan terdapat request atau demand tertentu dari target pasar untuk menambah fitur yang dibutuhkan, baru mulai buat fitur tersebut. Jangan hadirkan layanan atau produk yang terlalu banyak dan terkesan sophisticated, namun faktanya tidak terlalu dibutuhkan target pasar.

Terlalu fokus dengan kegiatan penggalangan dana

Kebanyakan pemilik startup terlalu fokus dengan kegiatan penggalangan dana di masa awal, sehingga menghambat proses pengembangan produk dan layanan. Idealnya jika Anda ingin mengawali bisnis yang sehat, manfaatkan uang pribadi terlebih dahulu untuk membuat prototipe dan tahap awal lainnya, sebelum melakukan penggalangan dana kepada investor. Kegiatan panjang dan melelahkan ini akan berisiko tidak jadinya produk atau layanan yang akan Anda hadirkan.

Tidak menghasilkan pendapatan sejak hari pertama

Kesalahan lain yang juga kerap dilakukan oleh pemilik startup adalah kebiasaan untuk memberikan promo gratis, harga diskon dan penawaran lainnya. Jika startup ingin berjalan stabil dan bertahan, Anda sebagai pemilik startup sudah harus bisa memikirkan sejak awal strategi monetisasi. Jangan menunggu terlalu lama kegiatan ‘membakar’ uang yang akan berisiko gagal hingga bangkrutnya startup.

8 Strategi Pemasaran Produk untuk Generasi Z

Penjual yang baik adalah mereka yang mampu menyesuaikan diri dengan konsumennya. Mereka paham apa konsumen inginkan, kapan konsumen menginginkannya, dan bagaimana menyampaikannya.

Untuk mengetahui seluruh hal tersebut, perlu pemahaman tingkat tinggi dengan melakukan berbagai studi. Seperti yang dilakukan oleh banyak brand besar pada akhir-akhir ini, mereka mulai beralih ke generasi Z sekadar untuk mendapatkan nasehat dan masukan.

Dua pemasar dari generasi Z tersohor seperti Connor Blakley (17) dan Deep Patel (18) disebut telah menjadi kontributor untuk perusahaan sekelas Fortune 500 selama bertahun-tahun. Keduanya mengerti bagaimana cara generasi Z berpikir dan bagaimana melibatkan membangun hubungan yang langgeng dengan orang-orang dari generasi tersebut.

Artikel ini akan membahas lebih jauh strategi promosi seperti apa saja yang perlu dilakukan untuk menyasar generasi Z sebagai konsumen Anda, berikut rangkumannya:

1. Kolaborasi dengan social influencer

Pertumbuhan orang-orang dari generasi Z itu dibantu karena kehadiran smartphone yang selalu ada dalam genggaman mereka. Karena itulah, mereka dapat menjalin hubungan yang sangat baik dengan para influencer di seluruh platform seperti YouTube, Snapchat, dan Instagram.

Pasalnya, para social influencer berhubungan cukup intens dengan para pengikutnya, menciptakan timbulnya hubungan emosional.

Perlu diketahui, social influencer kini dikategorikan sebagai sebuah profesi baru. Banyak brand yang mulai melirik orang-orang yang menekuni profesi tersebut dalam rangka mempromosikan produknya.

2. Jangan mengandalkan situs

Generasi Z itu tidak akan mencari tahu produk Anda lewat mesin pencari Google untuk berselancar di situs Anda. Mereka lebih menyukai berselancar di media sosial.

Perilaku ini mengindikasikan bahwa untuk meraih perhatian dari generasi Z, produk Anda perlu menemukan sebuah saluran di mana konsumen tersebut pergunakan. Kemungkinan besar, saluran informasi tersebut akan berada di tempat lain, di luar situs.

3. Kedepankan unsur visual

Perbedaan besar antara generasi Z dengan generasi sebelumnya adalah rentang perhatian yang lebih pendek. Artinya pemasar dan produk perlu membangun konten yang bisa dicerna konsumen dengan mudah dan cepat.

Visual berformat gif adalah adalah alat yang bagus untuk suatu produk dalam menyampaikan pesan mereka secara ringkat dan meninggalkan kesan yang kuat. Gif itu dapat mengemas kesan yang kuat dan dapat dikirim ke berbagai platform media untuk menemukan audiens mereka. Selain gif, format lainnya yang bisa digunakan adalah klip video berdurasi singkat.

4. Ikuti tren media sosial terbaru

Perilaku generasi Z yang dinamis, maka brand harus senantiasa menyesuaikan strategi dengan tren yang berlaku. Akan tetapi, pada dasarnya generasi Z itu menyukai merek yang dapat melibatkan mereka, memberikan pengalaman yang dapat dikaitkan dan dipersonalisasi lewat media sosial. Kemudian, merek yang menghargai kesetiaan mereka dan menjaga kepatuhan di semua saluran.

5. Tetap mengutamakan kualitas

Meski generasi Z menyukai keringkasan, mereka tetap mencari kualitas. Tak hanya itu, mereka juga sadar dengan biaya dan bakal menghargainya saat melihatnya. Sebab pada akhirnya, generasi Z akan selalu berpihak pada produk dan konten yang berkualitas tinggi daripada sesuatu yang dianggap keren saja.

6. Gabungkan antara unsur offline dan online

Bagi generasi Z, tidak pemisah antara dunia offline dan online. Mereka beranggapan bahwa mereka hanya perlu berinteraksi dan membentuk hubungan secara pribadi dengan orang-orang yang mereka temui di dunia online.

Fenomena ini tidak terjadi pada orang saja, tapi juga brand dan perusahaan. Perusahaan akan selalu berusaha menjadi yang terdepan ketika berbicara membangun koneksi online yang kuat dengan pelanggan mereka. Tujuannya agar perusahaan bisa memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan dengan sebaik-baiknya.

7. Kenali pemicu daya beli

Menurut sebuah studi yang dilakukan Penn Schoen Berland, hampir setengah dari generasi Z mengatakan bahwa biaya adalah faktor penentu sebelum melakukan pembelian. Faktor kedua adalah apakah produk tersebut membantu mereka dalam mencapai tujuan tertentu. Kedua hal ini adalah penyimpangan penting dari standar pemasaran tradisional.

Generasi Z adalah pelanggan yang tangguh, namun akan sangat berharga jika Anda dapat meyakinkan mereka bahwa produk atau layanan Anda memiliki harga yang layak dan bernilai tinggi. Jika Anda dapat menyelesaikan tugas ini, Anda bisa mendapat pelanggan generasi Z dalam jangka panjang.

8. Tetap konsisten

Konsistensi adalah hal terpenting ketika Anda berinteraksi dengan konsumen dari generasi Z. Mereka tangguh dan keras kepala. Mereka juga tergolong pengingat yang baik atas seluruh interaksi yang telah mereka lakukan dengan berbagai brand dan perusahaan.

Bisa dikatakan hal ini baik dan buruk. Generasi Z akan memberi Anda hadiah jika produk Anda itu berharga. Namun mereka tidak akan pernah melupakan interaksi yang buruk, baik secara langsung atau online. Menciptakan interaksi yang berkualitas dan konsisten dengan generasi Z adalah hal penting untuk masuk ke kelompok konsumen yang sangat memberi berpengaruh saat ini.

Lima Tips Membangun Startup dari Y Combinator

Ada banyak cerita-cerita sukses startup yang dibagikan. Dari sana kita yang ingin menjalankan sebuah bisnis bisa mengambil beberapa teori atau mencoba mengulang langkah yang sama untuk mencapai kesuksesan yang sama. Berikut ini rangkuman mengenai kutipan-kutipan Y Combinator yang mungkin bisa memberikan wawasan atau pelengkap rencana Anda yang sedang mencari cara bagai mana memulai sebuah bisnis.

Buat sesuatu yang mudah untuk dibicarakan

Memberikan solusi dan populer. Dua kata yang coba diusahakan startup pada tahap awal. Bagi Anda yang sedang dalam tahap mencari masalah, atau menulis ide untuk bisnis bisa dicoba untuk mencari sesuatu solusi yang mudah menjadi buah bibir, tentu dalam arti yang positif. Sebuah solusi yang memicu semua orang membicarakan solusi Anda karena manfaat dan kemudahan yang ditawarkan.

Dapatkan pengguna secara manual

Banyak layanan pemasaran yang menawarkan solusi mudah untuk menawarkan produk atau solusi Anda kepada masyarakat. Namun jika Anda masih di tahap awal tidak ada salahnya untuk mencari pengguna secara manual dan konvensional. Temui orang yang ada di coffee shop, kedai, atau kerumunan. Perkenalkan aplikasi Anda. Cari tahu apakah apa yang Anda buat bisa diterima oleh mereka. Jika penolakan terjadi karena solusi Anda kurang menarik Anda sudah harus khawatir. Coba pikirkan ulang, coba desain ulang, dan temukan umpan balik jika pengguna pertama Anda menerima produk atau ide Anda.

Pahami apa yang sedang dikerjakan

Sebelum benar-benar mengeksekusi sebuah ide kita selalu punya gambaran besar mengenai ide tersebut. Semacam roadmap yang nantinya menghantarkan ke satu tujuan. Jika Anda sedang memulai ada baiknya  Anda tetap pada roadmap awal. Jika pun ada penyesuaian paling tidak tujuan tidak bergeser terlalu jauh. Hal ini penting untuk memastikan Anda untuk mengerjakan sesuatu yang jelas dan benar-benar dikonsep dari awal. Menghindari dari mengerjakan sesuatu yang tidak pasti.

Investasi untuk membangun tim yang solid

Menjalankan dan mengembangkan startup tidak bisa sendirian. Membangun sebuah tim adalah salah satu cara untuk membagi beban dan tanggung jawab sekaligus mengakselerasi progres untuk segera mencapai tujuan. Untuk hal membangun tim tidak ada salahnya berinvestasi lebih di sana. Mencari orang-orang hebat sesuai keahlian yang dibutuhkan perlu investasi yang tidak sedikit.

Beri kesempatan ide untuk berkembang

Perubahan mungkin salah satu hal yang konstan dalam dunia bisnis. Ide luar biasanya berevolusi. Perpaduan dari ide sederhana yang kemudian berkembang dengan masukan dan solusi lain yang ditemukan dari cerita dan komentar dari pengguna. Atau dari pemikiran dan pendekatan lain yang dilakukan. Yang perlu digarisbawahi adalah berikan ruang ide untuk berkembang menjadi sesuatu yang lebih baik.

Pendekatan dalam Membangun dan Mengembangkan Produk Startup

Membangun dan mengembangkan sebuah produk memiliki cara dan pendekatan masing-masing. Sebuah produk bisa saja lahir dari pengelaman pribadi pendirinya atau dari pengalaman orang lain yang kemudian ditransformasikan menjadi sebuah ide  dan dieksekusi. Siklus pengembangannya bermacam-macam. Demikian juga dengan pengembangan ide menjadi sebuah produk.

Berikut beberapa pendekatan yang bisa dipakai untuk menemukan ide terbaik dan dieksekusi untuk bisa menghasilkan produk yang sesuai.

Membaca situasi

Kebanyakan orang tidak langsung mengungkapkan masalah yang mereka hadapi. Jika ingin mendapatkan masalah dan menghadirkan solusinya berusaha untuk lebih peka dalam membaca situasi dan masalah. Membaurlah dengan teman, keluarga, atau target pasar yang ingin disasar. Pahami apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Jalin komunikasi dan hadirlah di posisi mereka agar bisa merasakan pengalaman langsung.

Ringkas dan validasi

Jika sudah menemukan gambara besar mengenai solusi yang ingin ditawarkan usahakan segera buat validasi. Untuk proses validasi ini, usahakan sediakan versi minimum dari gambaran besar yang didapat. Ini semacam meringkas ide besar menjadi sebuah ide yang lebih sederhana untuk bisa dipastikan bisa diterima pasar atau tidak.

Lemparkan versi beta ke pasaran

Selanjutnya untuk bisa mencari tahu minat terhadap solusi atau produk yang ditawarkan cek ombak bisa dilakukan dengan menghadirkan versi beta ke pasaran. Jika tidak ada yang tertarik pastikan segera mengubah haluan untuk mencari produk yang lebih diterima. Jika mendapat sambutan positif, pastikan untuk meminta umpan balik untuk mendapatkan sudut pandang pasar yang bisa jadi pertimbangan pengembangan selanjutnya.

Evaluasi

Evaluasi adalah bahan pokok untuk menjadikan sebuah produk lebih baik. Terlepas dari itu evaluasi juga dilakukan untuk menentukan apakah produk bisa menghasilkan dari segi pengalaman atau pun finansial bagi bisnis. Produk pada umumnya diputuskan untuk dilanjutkan pengerjaannya jika mendapatkan penerimaan yang bagus dari pasar. Selain mengembangkan produk yang harus dilanjutkan adalah bagaimana menghasilkan pundi-pundi rupiah dari produk tersebut.

Strategi Optimasi di Toko Aplikasi untuk Perbesar Jumlah Unduhan

Sebuah produk aplikasi yang bagus saja tidak menjamin membawa bisnis startup melaju kencang, jika tidak diimbangi dengan strategi distribusi yang baik. Kondisi ini kerap kali terjadi, lantaran terlalu fokus dengan proses pengembangan produk dan terlalu percaya diri bahwa produk yang dihasilkan bagus sehingga pengguna akan datang dengan sendirinya. Nyatanya startup membutuhkan effort lebih untuk memperkenalkan karyanya kepada pengguna.

Mendapatkan pengguna memang menjadi tantangan seorang manajer produk pasca peluncuran produk aplikasi. Dari pengalaman beberapa startup pengembang aplikasi, sebanyak 90 persen unduhan berasal dari penelusuran di mobile marketplace. Salah satu solusi yang dapat dilakukan ialah membagi imbang fokus pengembangan dan distribusi produk. Beberapa startup yang memiliki sumber daya lebih dapat membuat tim khusus.

Faktanya 90 persen aplikasi gagal bukan karena produknya tidak bagus, melainkan strategi distribusi yang kurang efektif.

Dalam tulisannya, Chandan Mishra, seorang pemasar digital yang menggunakan strategi Growth Hacking, menuliskan beberapa praktik terbaik untuk mencapai jutaan unduhan pada aplikasi yang dikembangkannya. Menariknya Chandan tidak memilih kanal pemasaran untuk memperluas kanal distribusi, misalnya iklan premium atau media sosial. Yang dilakukan ialah memahami seluk-beluk App Store Optimization.

Optimasi aplikasi di mobile marketplace

Optimasi aplikasi di mobile marketplace tidak bisa terjadi secara instan. Ada proses eksperimen ekstensif yang harus dilakukan. Setiap aplikasi memiliki ragam nilai yang unik, mulai dari karakteristik aplikasi, calon pengguna hingga proses bisnis yang ditawarkan. Dari sini didapat sebuah kata kunci, yakni melakukan percobaan secara terus-menerus hingga mencapai titik optimal dan mempertahankannya.

Setelah memahami kunci pertama, ada hal selanjutnya yang perlu dicamkan, yakni kecepatan dalam melakukan eksekusi. Jika banyak pendiri startup sukses mengatakan: “jika harus gagal, maka segeralah gagal supaya segera beralih ke percobaan berikutnya”, rasanya bukan hanya berlaku untuk eksekusi proses bisnis, namun termasuk proses distribusi aplikasi. Jadi kunci penting kedua ialah tentang seberapa cepat manajer produk bereksperimen dalam proses optimasi aplikasi di kanal mobile marketplace.

Membahas secara teknis, untuk melakukan optimasi aplikasi di mobile marketplace ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama adalah mengetahui bagaimana cara pengguna mencari aplikasi, lalu apa yang mereka cari, dalam hal ini misal aplikasi yang disajikan adalah aplikasi keuangan. Umumnya pengguna melakukan pencarian dengan kata kunci apa dan sebagainya. Menggeneralisasi aplikasi bukan cara yang tepat untuk optimasi. Fokus pada segmentasi pasar akan memberikan dampak pertumbuhan yang lebih cepat.

Memiliki deskripsi dan penyajian yang sesuai

Kedua, pada saat melakukan publikasi perhatikan deskripsi dan gambar yang ditampilkan. Deskripsi harus memiliki porsi yang tepat, terlalu panjang tidak efektif bagi pengguna, terlalu pendek akan berdampak buruk pada crawling di sistem pencarian. Namun dari praktik terbaik beberapa pengembang sukses, tiga baris pertama dalam deskripsi harus sudah mampu memberikan gambaran luas tentang aplikasi kepada pengguna. Deskripsi ini juga harus membubuhkan kata kunci yang tepat, kadang pencarian juga dilakukan pengguna melalui mesin pencari.

Sebanyak 40 persen pengguna mobile sering kali mencari secara “random” aplikasi di marketplace. Mereka secara tidak sengaja akan menemukan aplikasii, walaupun kadang hanya mencoba sesaat lalu menghapusnya. Setidaknya jika aplikasi sudah sampai di titik ini sudah mencapai optimasi yang baik pada mobile marketplace. Di sini kualitas aplikasi akan diuji. Jika aplikasi tersebut bagus dan sesuai kebutuhan pengguna, maka akan dilanjutkan, bahkan direkomendasikan. Pun demikian sebaliknya

Faktor lain yang turut mempengaruhi adalah seputar estetika gambar yang disajikan sebagai gambaran umum dari aplikasi. Beberapa pengembang menilai ini lebih krusial untuk diprioritaskan ketimbang ikon aplikasi. Gambar yang ditampilkan harus berisi pesan yang menyiratkan tujuan aplikasi.

Seberapa berpengaruh rating dan tinjauan pengguna?

Semakin banyak aplikasi diunduh akan membawa aplikasi tersebut merangkak naik ke prioritas mobile marketplace. Jumlah unduhan dikatakan sebagai satu-satunya faktor terpenting untuk mendapatkan peringkat yang lebih tinggi dalam kategori aplikasi. Meskipun demikian, komentar positif terhadap aplikasi juga akan membantu.

Kendati tidak berpengaruh signifikan pada pergerakan peringkat aplikasi, tinjauan pengguna dalam rating dapat mematikan. Jika jumlah bintang kurang dari 4, maka orang akan ragu dengan aplikasi tersebut. Mempertahankan kepuasan pelanggan di sini menjadi kunci. Ulasan sama pentingnya dengan penilaian. Jika aplikasi itu baru, ia akan sangat bergantung pada ulasan untuk pertumbuhan.

Dapat disimpulkan bahwa optimasi aplikasi di marketplace melibatkan banyak komponen, baik komponen aplikasi secara teknis, komponen penyajian, komponen estetika, dan komponen penilaian dari pengguna. Mengkombinasikan penguatan empat hal tersebut adalah faktor yang paling penting untuk retensi aplikasi dan merupakan faktor kunci dalam unduhan aplikasi. Di sini pengembang benar-benar harus melakukan berbagai cara, karena tidak ada rumusan baku untuk setiap aplikasi yang berbeda.