Jumlah Pemain Dota 2 Kembali Naik

Satu tahun belakangan, jumlah pemain Dota 2 terus turun. Namun, satu bulan terakhir, jumlah pemain Dota 2 kembali naik. Pada bulan lalu, jumlah rata-rata pemain Dota 2 akhirnya kembali melebihi 400 ribu orang untuk pertama kalinya sejak November 2019. Sementara selama 30 hari terakhir, jumlah rata-rata pemain game MOBA ini mencapai lebih dari 409 ribu orang. Pada puncaknya, ada 701 ribu orang yang bermain Dota 2 pada saat bersamaan.

Pada Februari 2020, jumlah rata-rata pemain Dota 2 mencapai 405 ribu, naik 7,14 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka pertumbuhan itu adalah yang tertinggi sejak Februari 2019. Ketika itu, pertumbuhan pemain Dota 2 mencapai 18,74 persen. Jika momentum ini terus berlanjut, tidak tertutup kemungkinan, Dota 2 akan kembali memiliki jumlah rata-rata pemain sebanyak 450 ribu orang setiap bulannya, sama seperti pada 2018, menurut laporan Dot Esports.

jumlah pemain dota 2 naik
Jumlah pemain Dota 2 kembali menunjukkan tren naik. | Sumber: Steam Charts

Ada beberapa alasan mengapa jumlah pemain Dota 2 kembali bertambah. Salah satunya adalah karena Valve telah memberlakukan beberapa perubahan pada sistem matchmaking di game tersebut. Selain itu, Dota Pro Circuit juga semakin memanas. Ini bisa membuat para fans Dota 2 kembali tertarik bermain. Mewabahnya virus Corona juga memiliki peran dalam menaikkan jumlah pemain rata-rata Dota 2.

Faktanya, Dota 2 bukan satu-satunya game yang jumlah pemainnya bertambah karena virus Corona. Belum lama ini, Counter-Strike: Global Offensive juga memecahkan rekor jumlah pemain. Untuk pertama kalinya, jumlah concurrent players CS:GO mencapai lebih dari satu juta orang. Pada saat yang sama, Steam juga memecahkan rekor jumlah concurrent players. Pada puncaknya, terdapat lebih dari 20 juta orang yang bermain di Steam. Mengingat virus Corona masih mewabah di sejumlah negara, kemungkinan, jumlah orang yang bermain game masih akan terus naik. Alasannya, karena masyarakat diminta untuk tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah untuk meminimalisir kemungkinan penyebaran virus Corona.

Meskipun begitu, virus Corona juga membawa masalah tersendiri untuk industri game dan esports. Beberapa bulan belakangan, ada banyak turnamen dan liga esports yang ditunda atau dibatalkan. Untungnya, pertandingan esports masih bisa dilakukan secara online. Saat ini, telah ada beberapa liga esports yang kembali mengadakan pertandingan setelah ditunda. Salah satunya adalah League of Legends Pro League (LPL) di Tiongkok.

Sumber: Twitter

Game Horor Eksklusif PSVR The Persistence Akan Hadir di PC dan Console Lain

Eksplorasi di ranah virtual reality gaming mengingatkan saya pada upaya eksperimen para developer di akhir tahun 90-an ketika sejumlah genre game (misalnya first-person shooter) belum memiliki standar baku. Ada cukup banyak permainan menarik yang meluncur pasca tersedianya head-mounted display VR kelas konsumen terjangkau garapan Oculus dan HTC, salah satunya ialah The Persistence kreasi tim Firesprite untuk PSVR.

Meluncur di PlayStation 4 pada tahun 2018, The Persistence menawarkan premis yang tidak biasa: kombinasi antara genre survival horror, stealth dan roguelike, dikemas dalam latar belakang fiksi ilmiah. Dan dua tahun berselang, Firesprite memutuskan untuk menghidangkan The Persistence di lebih banyak platform tanpa mengharuskan gamer memiliki headset virtual reality. Game rencananya akan tersedia di PC via Steam, Switch dan Xbox One (termasuk versi non-VR buat PS4) di pertengahan tahun ini.

Permainan menempatkan Anda sebagai satu-satunya kru kapal Persistence yang hidup setelah terjadinya insiden ‘spark gap‘ dan menyebabkannya terjebak di lubang hitam. Misi untuk menghuni planet lain berubah jadi perjuangan bertahan hidup karena kecelakaan tersebut memicu invasi mutan mematikan. Anda tidak diharapkan buat selamat, tapi masih ada kesempatan untuk keluar dari situasi ini.

Layaknya permainan roguelike lain, kematian merupakan bagian dari gameplay The Persistence. Tiap kali Anda melakukan kesalahan yang menyebabkan sang tokoh utama tewas mengenaskan, ia akan dilahirkan (lebih tepatnya ‘dicetak‘) lagi dengan mesin clone. Tugas Anda adalah memperbaiki kapal ini dan membawanya pulang ke Bumi. Namun tiap kali Anda di-clone, layout ruang kapal akan berubah, sehingga tak ada satu sesi permainan yang sama.

IMG_10032020_154143_(1000_x_650_pixel)

Firesprite memoles sejumlah hal di versi anyar ini, terutama aspek visual, user interface dan input kendali – agar kualitas grafisnya tak kalah dari game-game yang dirilis di 2020 serta nyaman dimainkan menggunakan sistem input standar. Tentu saja The Persistence juga dapat dinikmati melalui headset virtual reality lain seperti Oculus Rift, HTC Vive, termasuk pula perangkat Windows Mixed Reality.

Di PlayStation 4 (via PSVR), The Persistence didukung oleh aplikasi companion di perangkat bergerak. Fitur ini memungkinkan disajikannya mode multiplayer kooperatif ‘asimetris’. Ketika Anda sedang fokus mengerjakan misi, kawan Anda bisa membantu menemukan item-item penting, mengidentifikasi posisi lawan, bahkan membuat musuh berhenti bergerak sehingga Anda bisa mudah menumbangkannya.

IMG_10032020_154150_(1000_x_650_pixel)

Sejauh ini Firesprite belum mengonfirmasi apakah dukungan aplikasi turut dihadirkan di edisi baru The Persistence. Lalu developer juga belum menjelaskan secara detail perbedaan gameplay antara versi non-VR dengan The Persistence di PSVR. Saya menduga ada banyak aspek kendali yang dimodifikasi serta disederhanakan.

Via Eurogamer.

18 Tahun Berselang, Halo: Combat Evolved Kembali Meluncur di PC

Ketika pemilik console biasa dimanjakan oleh judul-judul eksklusif, gamer PC tak lagi asing dengan keterlambatan. Versi Windows Red Dead Redemption 2 tersedia setahun lebih setelah permainan mendarat di PS4 dan Xbox One. Kondisi serupa terjadi lagi pada Death Stranding serta Final Fantasy VII remake. Satu dua tahun bukanlah waktu yang lama, karena kadang kami harus menanti sangat lama agar suatu game hadir di PC.

Satu contohnya adalah Halo: Combat Evolved Anniversary sebagai remake dari game Halo pertama yang dilepas 18 tahun silam. Awalnya, edisi Anniversary ini digarap untuk dirilis di Xbox 360 pada tahun 2011, kemudian di-port ke Xbox One di tahun 2014. Dan akhirnya di awal Maret 2020 ini, permainan meluncur di Windows sebagai bagian dari bundel Halo: The Master Chief Collection – menyusul pelepasan Halo: Reach PC Desember kemarin.

Walaupun dua permainan pertama seri ini turut disajikan di Windows, gamer PC tak pernah diberi kesempatan untuk menikmati Halo 3, 4 dan seterusnya. Kabar baiknya, Microsoft memutuskan buat mengubah strategi mereka dalam menyuguhkan konten. Pelan-pelan, tak ada lagi judul eksklusif Xbox. Game-game Xbox mulai berdatangan di PC, bahkan muncul di platform distribusi third-party seperti Steam.

Tentu ada banyak pembaruan yang Xbox Game Studios serta 343 Industries implementasikan pada versi PC Halo: Combat Evolved Anniversary. Game kini siap menyuguhkan resolusi 4K serta frame rate lebih dari 60 per detik, mendukung pemakaian monitor ultra-wide, dan memperkenankan kita buat mengustomisasi setting keyboard serta mouse hingga fitur grafis seperti field of vision. Menariknya lagi, permainan tidak membutuhkan PC high-end agar bisa berjalan lancar.

IMG_04032020_145537_(1000_x_650_pixel)

Dari aspek konten, developer tidak memodifikasi mode single-player maupun multiplayer terlalu jauh. Halo: Combat Evolved Anniversary kembali menyuguhkan 10 misi campaign serta pilihan 19 peta multiplayer. Sistem progres kabarnya turut disempurnakan, dan bagi Anda yang ingin bernostalgia, terdapat fitur buat mengaktifkan grafis lawas ala tahun 2001.

Meski Halo: Reach dirilis sembilan tahun setelah Halo: Combat Evolved, sesuai kronologis cerita, Reach merupakan kisah pembuka seri permainan ini. Baru di Combat Evolved pemain dipertemukan dengan tokoh protagonis Master Chief John-117. Selanjutnya, Xbox Game Studios berencana untuk meluncurkan Halo 2: Anniversary, Halo 3, Halo 3: ODST dan Halo 4 secara berurutan.

Masing-masing permainan Halo edisi remaster ini dapat Anda beli terpisah atau sekaligus via bundel The Master Chief Collection. Game dijajakan di harga yang sangat murah, hanya Rp 70 ribu atau Rp 170 ribu untuk versi koleksinya.

Tiga Gameplay Video Baru Ungkap Fitur-Fitur Unik Half-Life: Alyx

Setelah hampir 13 tahun berlalu, gamer akhirnya bisa kembali bertualang di jagat Half-Life lewat peluncuran permainan terbaru di seri ini. Meski begitu, Half-Life: Alyx memang bukan sekuel yang banyak orang nantikan. Kisah permainan berlangsung sebelum Half-Life 2, dan (sayangnya) ia hanya dapat diakses menggunakan headset virtual reality. Langkah ini kemungkinan besar merupakan upaya Valve mempromosikan VR gaming.

Mendekati hari peluncuran Half-Life: Alyx, tim developer memublikasikan tiga video gameplay baru yang memperlihatkan potongan-potongan kecil permainan. Meski terbilang singkat, ada banyak informasi penting serta detail menarik tersingkap di sana. Kabarnya, Valve tadinya berniat untuk memamerkan video-video ini di ajang The Game Awards 2019, tapi di menit-menit terakhir, mereka memutuskan buat menundanya.

Seperti trailer perdana Half-Life: Alyx, ketiga video kembali mendemonstrasikan level interaksi yang tinggi antara pemain dan dunia game. Permainan mempersilakan kita untuk memanipulasi hampir segala objek. Berbeda dari mayoritas permainan shooter, item-item penting tidak berserakan atau tersimpan rapi. Seringkali mereka tersembunyi dalam wadah atau rak, dan kita perlu menggeledahnya secara cermat demi memastikan tak ada yang terlewat.

Half-Life: Alyx tersaji tanpa UI. Indikator health dan amunisi ditampilkan di sarung tangan kiri dan Anda bisa menyimpan sejumlah item di sarung tangan kanan. Sistem health disuguhkan secara tradisional: Anda hanya dapat mengobati diri di health station. Permainan mempersilakan kita meng-upgrade senjata dengan mengumpulkan ‘resin’, kemudian objek/item bisa diambil langsung atau ‘ditarik’ menggunakan sarung tangan gravitasi.

Menariknya lagi, sejumlah objek yang tampak remeh ternyata sangat berguna. Contohnya: helm proyek bisa menyelamatkan nyawa jika Anda secara tak sengaja terperangkap Barnacle (makhluk berlidah panjang yang menempel di langit-langit bangunan). Video juga menampilkan musuh-musuh familier yang akan Anda hadapi: Headcrab, zombie sampai prajurit Combine. Selain aksi baku tembak, Half-Life: Alyx menantang pemain dengan beragam puzzle.

Salah satu elemen paling krusial yang diperlihatkan Valve di tiga video gameplay ini adalah pilihan metode navigasi atau pergerakan. Half-Life: Alyx menyajikan tiga opsi sistem locomotion: berbasis teleportasi, gerakan natural, atau shift/bergeser secara cepat. Kita dibebaskan untuk menggonta-gantinya di tengah permainan melalui menu options.

Metode teleportasi cocok bagi mereka yang masih awam dengan VR gaming. Opsi ini mempersilakan pemain untuk menunjuk ke mana mereka ingin pergi, lalu game segera mematuhinya. Sesaat, permainan akan menampilkan layar hitam, gunanya ialah buat mengurangi disorientasi. Metode shift tersaji mirip teleportasit, tanpa black screen. Kita bisa melihat pergeseran lokasi secara langsung. Saya pribadi lebih memilih continous movement karena navigasi terasa lebih natural.

Half-Life: Alyx rencananya akan meluncur di PC lewat Steam pada tanggal 23 Maret 2020. Selain Valve Index, game juga dapat dinikmati via Oculus Rift, HTC Vive, Oculus Quest dan headset Windows Mixed Reality.

Borderlands 3 Segera Tersedia di Steam

Enam bulan setelah menjadi dagangan eksklusif Epic Games Store, Borderlands 3 akhirnya bakal hadir di Steam tepat tanggal 13 Maret 2020 nanti. Belum diketahui harganya berapa, tapi saya cukup yakin versi Steam-nya lebih terjangkau sehabis penyesuaian – meski sekarang Borderlands 3 juga sedang didiskon besar-besaran di EGS.

Terlepas dari itu, ini merupakan penantian yang cukup panjang bagi para penggemar seri Borderlands yang selama ini menunda memainkan game keempatnya ini (saya salah satunya). Meski demikian, setidaknya saya tidak harus menikmatinya dengan performa yang payah seperti yang dialami rekan saya, Yabes, di awal-awal peluncurannya.

Borderlands 3

Seperti di EGS, Borderlands 3 nantinya bakal dijajakan dalam beberapa edisi di Steam. Edisi termahalnya, Super Deluxe Edition, mencakup sederet konten ekstra, termasuk halnya 4 DLC yang berisikan konten campaign. DLC pertamanya, Moxxi’s Heist of the Handsome Jackpot, sudah dirilis Desember lalu, sedangkan DLC keduanya akan diluncurkan pada 26 Maret mendatang.

DLC keduanya ini berjudul Guns, Love, and Tentacles: The Marriage of Wainwright & Hammerlock. Lagi-lagi ada satu karakter lawas yang kembali dihadirkan, yakni Gaige si Mechromancer, meski bukan lagi sebagai karakter yang playable. DLC ini juga bakal mengajak pemain ke planet baru yang bernama Xylourgos.

Gearbox juga memberikan teaser mengenai DLC ketiganya yang bertemakan “outlaws and dinosaurs“, namun jadwal rilisnya belum diketahui. Untuk DLC keempat dan terakhirnya nanti, Gearbox bilang keputusan mereka belum final, namun salah satu yang mereka pertimbangkan adalah cerita seputar ‘isi kepala’ seorang karakter Psycho favorit.

Semoga saja yang mereka maksud adalah Krieg, salah satu Vault Hunter yang bisa dimainkan di Borderlands 2 (dan salah satu karakter favorit saya selama memainkannya). Apapun jadinya DLC ketiga dan keempat ini, saya rasa Super Deluxe Edition adalah pilihan yang tepat untuk dibeli nanti.

Terkait mode multiplayer, pemain yang sudah terlanjur membelinya di EGS tetap dapat berjumpa dan bermain bersama mereka yang akan membelinya dari Steam. Ke depannya, Gearbox berniat menambahkan sejumlah fitur antar platform, termasuk salah satunya kemudahan bagi para pemain untuk saling bertukar senjata.

Sumber: Polygon dan Gearbox.

Remake Total Half-Life Pertama, Black Mesa, Resmi Dirilis 5 Maret 2020

Setelah lebih dari satu dekade, akhirnya ada game Half-Life baru. 24 Maret nanti, Valve bakal merilis Half-Life: Alyx secara resmi, dan itu berarti kita masih punya waktu sekitar empat minggu untuk menikmati seri shooter legendaris ini secara cuma-cuma.

Di bulan yang sama, kita juga bakal bisa memainkan Black Mesa, remake total dari game Half-Life pertama yang sudah dikerjakan selama 14 tahun. Ya, Black Mesa awalnya hanya sebatas mod untuk Half-Life, namun seiring waktu pengerjaannya jadi semakin ambisius hingga akhirnya mendapat restu dari Valve langsung.

Black Mesa bukan sebatas Half-Life dengan kualitas grafis yang lebih bagus. Tim pengembangnya, Crowbar Collective, juga menyelipkan sejumlah konten baru hasil pemikiran mereka sendiri, khususnya di porsi akhir game yang mengambil tempat di planet alien bernama Xen.

Black Mesa

Xen pada Black Mesa sangatlah berbeda dari di game aslinya. Dalam sebuah wawancara di tahun 2017, Crowbar Collective menyampaikan bahwa mereka harus mengandalkan imajinasinya sendiri dalam mendesain area demi area di Xen. Xen pada Half-Life terkesan tidak utuh dan dibuat secara tergesa-gesa, dan di sinilah ide-ide orisinal Crowbar Collective akhirnya direalisasikan.

Black Mesa sendiri sebenarnya sudah tersedia di Steam Early Access sejak 2015. Lima tahun terakhir ini pada dasarnya dihabiskan pengembangnya untuk menggarap Xen dari nol. Tidak lama lagi, tepatnya pada 5 Maret 2020, versi final Black Mesa akhirnya akan diluncurkan secara resmi.

Selagi menunggu beberapa hari, tidak ada salahnya kita menamatkan dulu Half-Life pertama (mumpung gratis) sehingga kita nantinya dapat lebih menikmati remake signifikannya di Black Mesa.

Sumber: Polygon.

Fitur Search Steam Diperbarui, Kini Mencari Game Jadi Lebih Mudah

Melimpahnya koleksi konten, dukungan beragam fitur serta integrasi membuat Steam jadi platform distribusi digital pertama yang muncul di benak pengguna PC ketika mereka ingin membeli game. Bahkan bagi kalangan non-gamer dan user awam, Steam sama sekali tak sulit digunakan. Untuk mendapatkan aplikasi yang diinginkan, kita hanya tinggal mendaftar, menginstal software client dan log-in, kemudian melakukan pencarian via kotak search di bagian store.

Valve paham bahwa search merupakan salah satu fungsi terpenting di Steam. Sebagai bagian dari eksperimen Steam Labs, developer minggu ini meluncurkan sederet pembaruan esensial pada fitur search di Steam, memastikannnya lebih canggih dan mudah dipakai. Lewat update tersebut, Valve juga bermaksud untuk mengumpulkan masukan pengguna. Mereka tahu, cara user berinteraksi dengan Steam berbeda-beda, jadi sangat penting bagi developer buat menakar manfaatnya.

Mulai sekarang, kita bisa menggunakan lebih banyak filter untuk mengerucutkan proses pencarian. User dipersilakan menentukan harga maksimal dari game serta melihat penawaran-penawaran khusus. Itu berarti, menemukan permainan yang sesuai isi dompat jadi lebih gampang. Dan dengan mencentang opsi special offer (penawaran khusus), Steam segera menyuguhkan judul-judul yang sedang mendapatkan potongan harga.

Selanjutnya, Valve turut menyertakan beragam pilihan tag yang dibagi berdasarkan kategori: preferensi, genre, tipe produk, mode permainan, bahasa dan lain-lain. Selain itu, user bisa menyembunyikan judul-judul yang sudah dimiliki, permainan-permainan di wishlist atau game virtual reality (karena mungkin Anda belum mempunyai headset VR). Begitu slide digeser atau ketika tag diaktifkan, Steam secara responsif meng-update list permainan.

Di bagian atas kolom daftar game, Anda bisa menemukan opsi ‘sort by‘. Secara default, Steam memilihkan ‘relevance‘ yang berkaitan erat dengan tag. Sistem memanfaatkan algoritma pintar dalam menampilkan permainan. Tentu saja, kita tetap dapat mengurutkan game berdasarkan harga tertinggi/terendah, ulasan, atau waktu rilis.

Di aspek interface, developer mengganti penyajian hasil search berbasis halaman menjadi infinite scrolling sehingga Anda tak perlu lagi mengklik page secara manual. Penyajian seperti ini membuat navigasi jadi jauh lebih praktis. Tapi jika Anda lebih menyukai tampilan tradisional, silakan ubah via setting Store Preferences.

Di blognya, Valve menjelaskan bahwa pembaruan fitur search Steam bermula dari upaya mereka mengeksplorasi algoritma ranking. Namun karena begitu tingginya permintaan konsumen terhadap pengalaman penggunaan yang lebih baik, developer akhirnya menerapkan teknologi ini di fungsi search.

Via The Verge.

Rainbow Six Siege Pecahkan Rekor Jumlah Pemain di Steam

Ubisoft meluncurkan Rainbow Six Siege pada 2015. Walau sempat mendapatkan kritik dari para pemain pada awal peluncuran, game tersebut kini menjadi salah satu game first-person shooters paling populer. Baru-baru ini, Siege memecahkan rekor baru, yaitu jumlah pemain di Steam. Pada puncaknya, jumlah concurrent player Siege di Steam mencapai 180.463, yang merupakan angka tertinggi sejak game itu diluncurkan. Memang, saat ini, Rainbow Six Siege sedang didiskon di Steam, yang pastinya membuat semakin banyak orang tertarik untuk memainkan game ini.

Menurut data dari Steam, Siege menjadi game dengan jumlah concurrent player tertinggi ke-5 dalam 24 jam belakangan. Empat game lain yang memiliki jumlah concurrent player lebih tinggi antara lain Counter-Strike: Global Offensive (896.092), Dota 2 (647.060), PlayerUnknown’s Battleground (584.139), dan Grand Theft Auto V (228.083). Data dari Steam Charts memang menunjukkan, perlahan tapi pasti, popularitas Siege naik sejak November 2019. Hal ini terlihat dari terus bertambahnya jumlah pemain game itu.

Satu hal yang harus diingat adalah jumlah pemain Siege pasti lebih banyak dari yang terlihat di Steam, karena kebanyakan gamer PC tidak memainkan Siege melalui Steam, tapi melalui Uplay, platform distribusi game milik Ubisoft. Selain itu, data dari Steam juga tidak menghitung pemain yang memainkan Siege di konsol. Menurut Benji-Sales, analis industri game, Rainbow Six Siege merupakan bukti bahwa dukungan jangka panjang dari developer bisa membuat umur game menjadi lebih panjang.

Sejak diluncurkan, Siege memang terus mendapatkan berbagai update, baik berupa operator atau peta baru. Ubisoft juga akan meluncurkan Operation Void Edge dalam waktu dekat, yang akan memberikan pemain dua operator baru untuk dimainkan. Mereka juga meyakinkan bahwa Siege akan bisa dimainkan di konsol generasi berikutnya. Walaupun Siege diluncurkan pada 2015, game itu kini memiliki 50 juta pemain. Esports menjadi salah satu cara Ubisoft untuk meningkatkan jumlah pemain Siege. Ubisoft mengaku, mereka masih akan terus mendukung Siege hingga 10 tahun ke depan.

Sumber: Dot Esports, GameSpot

Baldur’s Gate III Akan Meluncur Tahun Ini di Steam Early Access

Sebagai salah satu seri game role-playing paling legendaris, upaya pengembangan penerus Baldur’s Gate sudah dilakukan sejak dua dekade silam. Saat itu, Interplay selaku pemegang lisensi Dungeons & Dragons menugaskan Black Isle Studios untuk mengerjakannya. Namun karena masalah teknis dan krisis finansial, game yang tadinya akan diberi judul The Black Hound tersebut akhirnya dibatalkan. Sementara itu, hak publikasi game D&D kembali diamankan oleh Wizards of the Coast.

Beberapa belas tahun berlalu, fans dan gamer dikejutkan oleh pengumuman mendadak Baldur’s Gate III dalam presentasi Google Stadia di ajang E3 2019. Berkat kesuksesan Divinity: Original Sin dan sekuelnya, Larian Studios mendapatkan kepercayaan Wizards of the Coast untuk menggarap permainan yang dinanti-nanti ini. Baldur’s Gate III akan dihadirkan di Windows serta platform cloud gaming Google, dan ada kemungkinan versi console-nya meluncur setelah itu. Dan di minggu ini, terungkaplah informasi mengenai kapan game bisa mulai dicicipi.

Dalam acara investor di New York Toy Fair, Hasbro yang merupakan perusahaan induk Wizards of the Coast mengumumkan agenda buat meluncurkan Baldur’s Gate III via Steam Early Access di tahun 2020. Melalui cara ini, Larian mengajak komunitas untuk bersama-sama mengembangkan dan memoles permainan – sama seperti ketika mereka meramu Divinity: Original Sin 1 dan 2. Menariknya lagi, perusahaan juga mengungkap rencana pelepasan tujuh game Dungeons & Dragons hingga tahun 2025. Selain Baldur’s Gate III, sedang digarap pula sekuel spin-off Baldur’s Gate: Dark Alliance.

Setelah trailer sinematik Baldur’s Gate III ditayangkan di E3 2019, Larian berencana untuk memamerkan demo gameplay perdana di acara PAX East di tanggal 27 Februari besok. Lewat channel YouTube resmi, minggu lalu tim developer menyingkap sedikit apa yang sudah mereka kerjakan – seperti proses desain level, perekaman musik dan dialog, serta motion capture. Baldur’s Gate III dibangun berlandaskan ruleset D&D edisi kelima dengan sejumlah penyesuaian agar gameplay-nya lebih berorientasi pada pemain.

Baldur’s Gate III buatan Larian tidak mempunyai keterkaitan dengan Baldur’s Gate III: The Black Hound yang sempat ditangani Black Isle. Permainan di-setting kurang lebih 200 tahun setelah Baldur’s Gate II dan menyajikan jalan cerita orisinal. Berdasarkan trailer-nya, permainan sepertinya mengedepankan insiden atau konflik dengan ras illithid (Mind Flayer).

Selain lewat Stadia dan Steam, Baldur’s Gate III juga akan dirilis di platform bebas-DRM GOG.com. Uniknya, ketika banyak developer melangsungkan kesepakatan eksklusif dengan Epic Games Store, Larian malah tidak punya niatan untuk meluncurkan game di platform distribusi yang dimiliki pencipta Fortnite itu. Founder Larian Studios, Swen Vincke menyampaikan bahwa ia ingin agar Baldur’s Gate III tersedia secara luas dan mudah diakses gamer.

Via DualShockers.

Via Update Terkini, Petualangan Anda di The Witcher 3 PC Bisa Dilanjutkan di Switch

Seiring bertambahnya usia, bertambah banyak pula tanggung jawab seseorang. Untuk sebagian gamer, itu berarti waktu bermain jadi semakin berkurang, dan ini alasannya mengapa banyak orang beralih ke Switch. Console berkonsep hybrid ini memberikan kita keleluasaan dalam bermain. Dan tak seperti produk Nintendo sebelumnya, Switch mendapatkan dukungan penuh dari developer third-party ternama.

Ada sejumlah permainan multi-platform baru yang akan mendarat di Switch, misalnya Doom Eternal, The Outer Worlds dan Gods & Monsters. Di antara judul-judul besar itu, The Witcher 3: Wild Hunt sudah tersedia sejak bulan Oktober 2019. Meski visualnya tak sebaik di PC, PS4 atau Xbox One, kehadirannya di Switch dianggap sebagai pencapaian teknis mengesankan. Dibantu tim Saber Interactive, CD Projekt Red berhasil mengemas game berskala raksasa itu sehingga dapat dimainkan secara portable.

Kemarin, CD Projekt Red mengumumkan kabar gembira bagi Anda yang menikmati The Witcher 3 di PC dan Switch. Melalui update terbaru ke versi 3.6, petualangan Anda bersama Geralt of Rivia di komputer bisa dilanjutkan di Switch berkat integrasi file save. Itu berarti, mereka yang baru membeli game versi Switch tak perlu mengulang dari awal (dan tak perlu lagi mati-matian bertempur melawan griffin dan The Toad Prince).

Kini The Witcher 3 Switch mempunyai menu Cloud Save. Menariknya lagi, file save di Switch kabarnya juga bisa diunggah ke Steam cloud, memungkinkan game dinikmati secara bergantian di dua platform itu. Tapi ada beberapa syarat agar fitur ini bekerja optimal: Agar save dapat dibaca, kita tidak boleh mengubah nama file-nya; kemudian pastikan The Witcher 3 yang Anda miliki di PC merupakan versi Complete Edition seperti di Switch. CD Projekt Red turut mengingatkan bahwa pemakaian mod di PC berpeluang memicu eror dan menimbulkan bug.

Selain integrasi file save, update juga menghadirkan dukungan input touch, memperluas opsi bahasa serta setting grafis, memungkinkan kita mengutak-atik aspek visual lebih jauh. Saber Interactive tak lupa memoles performa game lebih jauh, menumpas sejumlah bug serta crash. Transfer file penyimpanan berlaku bagi The Witcher 3 PC yang Anda beli di Steam maupun GOG.

Lewat forum resmi, gamer Switch menyambut antusias kehadiran integrasi file save tersebut. Namun hal ini juga membuat pemain penasaran, mungkinkah kemampuan transfer file penyimpanan berlaku antar-console, misalnya dari PlayStation 4 ke Switch? Melihat dari perspektif pengguna, peluangnya mungkin sangat kecil karena baik Sony dan Microsoft tidak memberikan kesempatan bagi gamer untuk mengunduh ataupun mengunggah data save.

The Witcher 3: Wild Hunt – Complete Edition di Switch telah beredar di Indonesia (walaupun seperti console-nya, belum secara resmi), dijajakan di kisaran harga Rp 720 ribuan. Game bisa Anda temukan di situs eCommerce lokal.

Via PC Gamer.