CMC Ciptakan Disc dengan 100 Layer

Para pengguna komputer yang menggunakan Compact Disc dan Digital Versatile Disc biasanya akan mengetahui siapa itu CMC Magnetics. CMC Magnetics dari dulu merupakan salah satu pemain besar dalam memproduksi CD-R dan DVD-R. Banyak keping disc yang dijual dengan harga terjangkau, membuatnya menjadi cukup dikenal dikalangan para “pembakar” CD dan DVD.

Setelah lama namanya tidak terdengar, ternyata kini CMC mengumumkan bahwa mereka sedang mengembangkan sebuah disc holografis yang bisa memuat sampai 100 lapisan atau layer. Jika melihat sebuah Bluray saja, satu disc hanya bisa memuat sampai empat lapisan saja. Tentunya satu keping disc bisa memuat banyak data melebihi Bluray dari Sony.

dvd-1791_640

Seperti yang dikutip dari Myce.com, Robert Wong, pemimpin dari CMC Magnetic mengatakan bahwa teknologi ini akan siap dalam kurun waktu lima tahun. Sayangnya, beliau tidak memberitahukan berapa besar data yang dapat ditampung per lapisan. Namun yang pasti, beliau menekankan bahwa satu keping disc akan bisa memuat 100 layer.

Sebenarnya penyimpanan holografis bukanlah hal yang baru. Pada tahun 2005, InPhase Technology pernah menemukan teknologi tersebut. Pada saat itu, InPhase berhasil membuat ruang sekitar 300 GB sampai 400 GB per disc. Sayangnya, perusahaan InPhase bangkrut sehingga teknologi ini tidak lagi dikembangkan. Maxell sendiri merupakan salah satu pelanggan dari InPhase yang bakal meluncurkan disc berbasis holografis ini.

Bluray disc

CMC akan memasarkan teknologi ini untuk permintaan pada data center. Hal tersebut dikarenakan perusahaan internet biasanya membutuhkan banyak ruang untuk menyimpan data. Ritek, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang penyimpanan data, dikabarkan juga bakal ikut memproduksi teknologi yang sama.

Selama ini, teknologi keping disc bisa dibilang sudah dikalahkan oleh USB flash disk. hal tersebut dikarenakan sebuah keping disc lebih rentan terhadap hilangnya data, seperti saat tergores. Oleh karena itu, semoga saja CMC dapat membuat keping disc tersebut lebih tahan terhadap goresan dan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.

Sumber: Myce. Ilustrasi: Pixabay.

[Review] Synology DS218+: NAS Lengkap untuk Usaha Kecil dan Rumahan

Beberapa dari para pembaca DS bisa jadi masih asing atau tidak mengenal lebih dalam dengan istilah NAS. NAS merupakan kependekan dari Network Attached Storage. NAS memiliki fungsi sebagai sebuah media penyimpanan eksternal yang terhubung dengan kabel jaringan RJ45. Nantinya, jika dihubungkan dengan sebuah router, perangkat penyimpan ini bisa diakses melalui WiFi dan oleh beberapa pengguna sekaligus.

Synology DSM218+

Perkembangan NAS tidak berhenti sampai disitu saja. Saat ini, NAS sudah dilengkapi dengan fasilitas cloud, sehingga pengguna dapat mengakses data mereka dari mana pun, asal ada koneksi internet. NAS pun sudah mampu menggantikan sebuah server. Contohnya adalah NAS buatan Synology yang bernama DS218+.

DailySocial kedatangan Synology DS218+. Tidak seperti kebanyakan NAS, DS218+ sudah tertanam sistem operasi buatan mereka sendiri yang memudahkan pengguna untuk melakukan setting NAS mereka. Synology pun juga memiliki sebuah toko aplikasi sendiri yang dapat melakukan instalasi aplikasi buatan mereka sendiri. Aplikasi yang umum digunakan bisa diunduh secara gratis.

Synology DSM218+ - Spec

NAS yang satu ini menggunakan prosesor Intel Celeron J3355 dengan kecepatan 2 GHz dan memiliki kecepatan Turbo 2.5 GHz. RAM DDR 3 yang terpasang memiliki kapasitas 2 GB dan dapat ditingkatkan sampai 6 GB. Ruang yang tersedia untuk memasang hard disk ada dua buah. Untuk tambahannya, DS218+ juga menyediakan tiga buah port USB 3.0 dan sebuah eSATA.

Unboxing

Seperti inilah isi dari paket penjualan Synology DS218+:

Synology DSM218+ - Unboxing

Desain

NAS Synology DS218+ ini menggunakan casing dengan bahan plastik berwarna hitam. Namun, rangka dalamnya menggunakan bahan metal sehingga mampu menahan dua hard disk secara bersamaan. Di sisi depannya pun tersedia penutup dengan bahan plastik pula.

Synology DSM218+ - Bay

Pada bagian belakangnya terdapat sebuah kipas dengan dimensi 92 x 92 mm yang dapat membuat dua hard disk yang berada di dalam NAS ini tidak kepanasan. Bunyi dari kipasnya sendiri juga tidak mengganggu dan cukup sunyi. Pada bagian bawahnya terdapat kaki-kaki yang terbuat dari bahan karet yang membuat tidak licin saat NAS ini ditaruh di atas meja.

Synology DSM218+ - Port Belakang

Pada bagian depannya, terdapat tombol power untuk menyalakan NAS, tombol Copy untuk menyalin isi flash disk ke NAS, sebuah port USB 3.0, dan empat buah lampu indikator LED. Pada bagian belakangnya terdapat dua port USB 3.0, sebuah slot eSATA, tombol resetport LAN RJ45, dan port daya.

Software

Tidak lengkap rasanya jika kami tidak membahas mengenai software yang ada didalam DS218+ ini. Setiap NAS yang dikeluarkan oleh Synology sudah dilengkapi dengan OS dan desktop buatan sendiri yang dinamakan DiskStation Manager. Sistem operasi ini pun berbasis Linux yang saat ini sudah dipakai di semua perangkat, termasuk smartphone dan tablet.

Synology DSM218+ - Desktop

Sistem operasi ini pun juga sudah dilengkapi menu-menu yang dapat membantu pengguna awam untuk mengatur DS218+nya. Selain itu, ada Control Panel yang mampu melakukan setting apa pun yang ada pada NAS ini. Akan tetapi, mari kita tuju pada Package Center, sebuah toko aplikasi yang ada untuk Synology.

Synology DSM218+ - Package Center

Sama seperti Google Play atau Apple App Store, Package Center membutuhkan sebuah koneksi internet untuk melakukan pengunduhan paket untuk dipasang pada NAS. Jadi tanpa internet, pengguna pun tidak bisa mendapatkan aplikasi-aplikasi yang ada pada NAS ini.

Dengan aplikasi yang ada, NAS ini pun akan memiliki fungsi lebih dari sebuah perangkat penyimpan data. Misalnya saja jika pengguna melakukan instalasi Office pada NAS ini. Dengan begitu, semua perangkat yang menggunakan NAS ini tidak lagi harus menginstall aplikasi sejenis seperti Microsoft Office atau WPS lagi pada perangkatnya.

Synology DSM218+ - Office

Selain itu, Anda yang memiliki koneksi internet kencang juga bisa menggunakan fasilitas dari NAS ini untuk membuat server email pribadi, sehingga lebih aman dan lebih mudah saat diakses. Semua email akan disimpan pada hard disk yang terpasang pada NAS ini.

Pengguna yang sering melakukan download juga bisa melakukan instalasi aplikasi untuk mengunduh otomatis. Dan masih banyak lagi aplikasi yang bisa diinstal pada NAS ini. Akan tetapi, beberapa aplikasi memang masih ada yang berbayar, namun tidak semua orang membutuhkannya.

Performa

Menguji kinerja sebuah NAS memang selalu akan terbatas pada koneksi yang digunakan. Pada saat terhubung langsung ke PC, tentu saja kinerjanya akan semakin baik karena keduanya menggunakan 1 Gbit LAN. Namun saat terhubung pada router WiFi, akan sangat tergantung pada tipe jaringan yang digunakan.

Kami pun menguji dengan menggunakan NASPT yang sampai saat ini masih belum tergantikan. Walaupun Intel, sang pemilik software sudah menghentikan dukungannya, tetapi saat ini belum ada satu pun yang memiliki fungsi sama. Selain itu, kami juga menggunakan Crystal Disk Mark saat terhubung dengan LAN dan Router agar tergambar dengan baik kinerja dari NAS ini.

Sebagai informasi, dua hard disk yang terpasang pada NAS ini adalah Seagate IronWolf 10 TB yang tergabung pada mode RAID-0. Kami ingin mengetahui seberapa kencang transfer data yang mampu dilakukan oleh NAS ini. Ternyata, terbukti bahwa NAS ini mampu mengirimkan data dengan bandwidth penuh sebuah Gigabit LAN.

Kesimpulan

Dalam memilih sebuah perangkat penyimpanan yang dapat menyala selama 24 jam memang terdapat banyak alternatif. Tentu saja, perangkat seperti ini sangat dibutuhkan untuk sebuah UKM maupun pengguna rumahan yang selalu menyimpan banyak data. Akan tetapi, sebuah NAS yang lengkap dan mampu dibuat sebuah perangkat dengan banyak fungsi tidaklah banyak, seperti Synology DS218+.

Package Center dari Synology merupakan salah satu kunci penjualan dari setiap NAS yang mereka jual. Oleh karena itu, kemudahan pengoperasian memang menjadi sebuah keharusan. Walaupun orang awam harus sedikit belajar, tetapi pengguna mainstream dengan sangat mudah melakukan setting pada NAS ini.

Kinerja yang dimiliki NAS ini memang sangat baik. Namun semua itu tergantung hard disk yang ada pada bay tersebut, apakah mampu menerima perintah dari banyak pengguna. Pada saat menggunakan mode RAID-0, tentu saja kinerjanya akan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pastikan menggunakan hard disk yang khusus ditujukan untuk NAS.

Dengan harga Rp. 4.999.000 tanpa hard disk di dalamnya, tentu saja terlihat cukup mahal. Namun, dengan kemampuan yang dimiliki oleh DS218+, harga tersebut memang terasa pantas. NAS lainnya pun ada yang memiliki harga sama namun tidak memiliki sistem operasi tersendiri dan yang pasti, toko aplikasi gratis.

Sparks

  • Kinerja baik
  • Fasilitas lengkap
  • Pengoperasian mudah
  • Port dan slot ekspansi lengkap
  • Pemasangan mudah tanpa obeng

Slacks

  • Harga memang cukup tinggi
  • Casing masih terbuat dari plastik
  • Beberapa aplikasi masih berbayar

Lini SSD Baru Samsung 860 QVO Tawarkan Kapasitas Besar dalam Harga yang Masuk Akal

Kabar gembira bagi Anda yang sudah sejak lama berencana meng-upgrade HDD lawas di PC menjadi SSD, tapi selalu mengurungkan niat setelah melihat harganya. Samsung baru saja memperkenalkan lini SSD baru yang sengaja dirancang untuk menembus lebih banyak kalangan konsumen.

Produk yang dimaksud adalah Samsung 860 QVO SSD. Bagi yang mengikuti perkembangan SSD, Anda pasti tahu bahwa selama ini penawaran Samsung terbagi menjadi seri EVO dan PRO. QVO kini duduk di kasta paling bawah, menawarkan kapasitas yang berlimpah dalam harga yang masih masuk akal.

860 QVO dibuat dengan arsitektur 4-bit multi-level cell, memungkinkan Samsung untuk menjejalkan kapasitas ekstra tanpa berdampak pada harga yang membengkak. Ada tiga varian kapasitas 860 QVO yang bakal dijual: 1 TB, 2 TB dan 4 TB. Ya, sudah tidak zamannya lagi menggunakan SSD 512 GB, apalagi 128 TB.

Besaran kapasitas itu tidak berdampak pada performa 860 QVO, dengan kecepatan baca hingga 550 MB/s dan tulis hingga 520 MB/s, setara dengan 860 EVO dari generasi sebelumnya. Reliabilitasnya pun cukup terjamin: 860 QVO datang bersama garansi selama tiga tahun, atau sampai 1.440 terabytes written (TBW) untuk varian 4 TB, 720 TBW dan 360 TBW untuk varian 2 TB dan 1 TB.

Harganya? $150 saja untuk varian berkapasitas 1 TB, dan Samsung akan mulai memasarkannya secara global pada bulan Desember nanti.

Sumber: Samsung.

[Panduan Pemula] Mengenal Lambang dan Istilah pada Kartu Memori SD

Setiap kali ada teman yang ingin membeli sebuah kartu microSD, pertanyaan yang muncul adalah “yang mana”? Arti kata ini ternyata sangat luas. Yang mana dapat berarti pemilihan kelas performa, jenis kartu microSD, dan lain sebagainya.

SDCard Tips

Memang, seringkali seseorang kesulitan menentukan kartu memori mana yang harusnya dibeli untuk perangkat mereka. Semakin kencang kinerjanya, tentu saja semakin baik saat dipakai. Akan tetapi, kartu memori dengan kinerja tinggi selalu memiliki harga yang mahal.

Kartu memori SD sendiri merupakan kependekan dari Secure Digital. Format kartu memori ini pertama kali diusung oleh SanDisk, Panasonic, dan Toshiba. Standar ini kemudian ternyata digunakan secara luas dibandingkan kartu memori jenis lain.

SDCard Tips 2

Nah, supaya kita tidak disebut gaptek oleh teman-teman kita, ada baiknya kita mempelajari simbol-simbol yang ada pada sebuah kartu microSD.

SDHC

Merupakan kependekan dari Secure Digital High Capacity. Standar ini muncul pada saat kebutuhan akan kapasitas meningkat. Standar ini mendukung hingga 32 GB. File System yang digunakan pada SDHC dan microSDHC adalah FAT 32.

SDCard Tips microSDHC

SDXC

Ternyata, kapasitas 32 GB saat ini sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan banyak orang. Oleh karena itu, SD Association pun meningkatkan spesifikasi dari kartu memori mereka. Hingga lahirlah Secure Digital eXtended Capacity pada tahun 2009 lalu.

SDXC akan memiliki kapasitas hingga 2 TB. Sampai tulisan ini diturunkan, sebuah kartu SD baru memiliki kapasitas 1 TB dan microSD baru sampai 512 GB. Untuk file system yang digunakan adalah exFAT

Standar yang satu ini juga menetapkan bahwa 30MB/s merupakan batasan terendah dalam melakukan transfer data.

microSDXC

SDUC

Pada saat artikel ini diturunkan, belum ada kartu SDUC yang beredar. Standar ini baru dikeluarkan pada pertengahan tahun 2018 untuk menyambung standar SDXC saat kapasitasnya sudah tercapai.

SDUC nantinya bakal memiliki kapasitas hingga 128 TB. Kecepatannya pun juga bakal meningkat sampai sepuluh kali lipat dibandingkan dengan SDXC.

Class (C)

Jika melihat sebuah kartu SD, pasti akan terlihat juga logo bulat dengan angka di dalamnya. Itu merupakan logo dari Class sebuah kartu SD. Angka yang ada merupakan lambang dari kecepatan tulis minimal dari kartu tersebut. Jadi Class 10 membuat penggunanya dapat menulis file besar dengan kecepatan 10 MB/s.

SDCard Tips SDHC

UHS (U)

UHS merupakan kependekan dari Ultra High Speed. Biasanya, kelas UHS ditandai dengan lambang angka Romawi I, II, atau III. Selain itu, kelas ini juga ditandai dengan huruf U dengan angka di dalamnya, seperti U1 dan U3.

Lambang U seringkali dikatakan sebagai pengganti dari lambang class. Secara spesifikasi pun, kecepatan U1 dan Class 10 sama-sama harus memiliki kecepatan tulis data minimal 10 MB/s. Untuk U3, kecepatan tulis datanya minimal 30 MB/s.

Video Class (V)

Lambang V pada sebuah SDCard menandakan seberapa kencang sebuah kartu untuk menulis data video. Data video merupakan aliran data besar tanpa henti, sehingga penulisan juga akan dilakukan tanpa henti. Jika terhambat, hasil video bisa jadi lompat-lompat atau terputus.

Lambang V ditandai dengan angka transfer dengan satuan MB/s. Saat ini, SDCard dan microSD yang ada dipasaran sudah memiliki standar V6 yang berarti kecepatan tulisnya minimal 6 MB/s, V10 (10 MB/s), V30 (30 MB/s), V60 (60 MB/s), dan V90 (90 MB/s).

SDCard Tips SDCard

Application Class (A1)

Standar baru ini pertama kali diperkenalkan oleh SanDisk. Hal ini merupakan jawaban atas lambannya penggunaan microSD sebagai penyimpanan internal perangkat Android. Jadi, microSD dengan standar A akan dapat menjalankan aplikasi dengan lebih cepat.

Standar A1 memiliki IOPS (Input Output per Second) minimum 1500 kali baca dan 500 kali penulisan per detik. Untuk standar baru A2, minimum IOPS-nya adalah 4000 kali baca dan 2000 kali penulisan per detik. Untuk kecepatan tulisnya, minimal sebuah kartu harus memiliki 10 MB/s.

Demikian artikel tentang lambang dan istilah pada kartu memori SD, semoga bisa membantu Anda mengenal istilah yang ada dan memberikan gambaran sebelum Anda melakukan pembelian.

Lexar Luncurkan Flash Disk USB 3.0 dengan Sensor Sidik Jari

Di titik ini, fitur keamanan biometrik via sensor sidik jari sudah bukan lagi fitur yang eksklusif untuk smartphone flagship. Bertambah banyaknya jumlah ponsel yang memiliki fitur ini pada dasarnya berdampak pada turunnya ongkos produksi yang dibutuhkan untuk membuat sensor sidik jari.

Imbas lebih lanjutnya, kita bisa melihat pemanfaatan sensor sidik jari di perangkat selain ponsel. Perangkat apa kira-kira yang membutuhkan keamanan ekstra? Salah satunya bisa flash disk, dan itu sudah diwujudkan oleh Lexar.

Produsen storage asal Amerika Serikat itu baru saja memperkenalkan Lexar JumpDrive Fingerprint F35. Seperti yang bisa kita cerna dari namanya, keunikan flash disk ini terletak pada sensor sidik jari yang tertanam di salah satu ujungnya. Jadi untuk bisa mengakses isinya, pengguna harus lebih dulu meletakkan salah satu jarinya di atas sensor tersebut.

Lexar JumpDrive Fingerprint F35 USB 3.0

Sensor tersebut dapat mengenali hingga 10 sidik jari, dan proses pendeteksiannya diklaim kurang dari satu detik. Sebagai proteksi lebih lanjut atas data yang tersimpan, Lexar tak lupa menyematkan fitur enkripsi 256-bit.

Sayangnya untuk urusan performa, ia masih terbatasi oleh standar USB 3.0 yang digunakan, dengan kecepatan transfer data maksimum 150 MB/s secara teoretis. Mungkin akan lebih menarik apabila ke depannya Lexar merilis varian yang sudah menggunakan standar USB-C, meski harganya tentu bakal jauh lebih mahal.

Saat ini Lexar JumpDrive Fingerprint F35 sudah dipasarkan dalam tiga varian: 32 GB ($33), 64 GB ($50), dan 128 GB ($90). Varian 256 GB akan menyusul seharga $170. Keamanan ekstra pada sebuah flash disk memang bukan untuk semua orang, apalagi mengingat harganya tergolong cukup mahal.

Sumber: Lexar via 9to5Mac.

Lewat Samsung X5, Samsung Kembali Pecahkan Rekor Portable SSD Tercepat

Dominasi Samsung di ranah pengembangan memory dan storage seakan tidak terkejar. Baru setahun yang lalu, mereka meluncurkan Samsung T5, yang diklaim sebagai portable SSD tercepat pada saat itu. Sekarang, mereka sudah punya penerusnya yang bahkan lebih ngebut lagi.

Dinamai Samsung X5, ia merupakan portable SSD pertama Samsung yang mengusung teknologi interface NVMe (non-volatile memory express). Dibandingkan interface SATA, kemampuan transfer data NVMe berkali-kali lipat lebih kencang. Alhasil, X5 pun jauh lebih sigap dibanding T5.

Samsung X5

Memangnya sengebut apa? Dibantu oleh konektivitas USB-C Thunderbolt 3, X5 menawarkan kecepatan baca hingga 2.800 MB/s, bandingkan dengan T5 yang ‘cuma’ 540 MB/s. Kecepatan tulisnya pun mencapai angka 2.300 MB/s. Gambaran lebih jelasnya seperti ini: memindahkan video 4K berukuran 20 GB ke X5 bisa diselesaikan dalam waktu 12 detik saja – saya pastikan tidak ada typo di paragraf ini.

Secara estetika, desain X5 tampak jauh lebih agresif ketimbang T5, mengindikasikan bahwa performanya memang lebih superior. Rangkanya terbuat dari logam dan diklaim tahan benturan meski tidak sengaja terjatuh dari ketinggian 2 meter. Di dalamnya, ada sebuah heat sink untuk menyalurkan panas ke luar secara efisien, mencegah perangkat overheating selama beroperasi.

Samsung X5

Samsung X5 bakal dipasarkan secara global mulai 3 September mendatang. Harganya jelas tidak murah: $400 untuk varian berkapasitas 500 GB, $700 untuk 1 TB, dan $1.400 untuk 2 TB. Di kisaran harga ini, target pasarnya tentu saja adalah kalangan kreator konten yang berkutat dengan filefile besar setiap harinya.

Sumber: Samsung.

Samsung Mulai Produksi Massal SSD Generasi Baru, Harganya Bakal Turun

Dibandingkan lima tahun lalu, harga SSD sekarang jauh lebih rasional. Meski demikian, $1.000 untuk SSD berkapasitas 4 TB tetap terasa sangat mahal jika dibandingkan dengan HDD tradisional yang harganya berkisar di angka $100 untuk kapasitas yang sama persis.

Untungnya produsen-produsen SSD seperti Samsung terus melancarkan sejumlah inovasi guna menekan ongkos produksi sekaligus harga jual SSD di pasaran. Pencapaian terbarunya adalah, Samsung telah mulai memproduksi SSD berdesain 4-bit (atau QLC, quad-level cell nama lainnya) berkapasitas 4 TB secara massal, dan ini untuk konsumen umum, bukan enterprise.

Dibandingkan generasi sebelumnya, 3-bit alias TLC, SSD QLC punya komposisi flash storage yang lebih padat, yang secara langsung berimbas pada ongkos produksi yang lebih murah, sekaligus potensi kapasitas yang lebih besar lagi. Semua ini tanpa mengorbankan atribut terpenting dari sebuah SSD, yakni performa.

Meski lebih padat, Samsung mengklaim bahwa kinerja SSD QLC sama seperti TLC, dengan kecepatan baca 540 MB/s dan tulis 520 MB/s. Samsung patut berbangga sebab secara teori SSD yang komposisinya lebih padat sebenarnya pasti mengalami penurunan performa. Namun ternyata Samsung sudah bisa mengakalinya, dan ini tetap dibarengi oleh reliability yang baik – terbukti dari garansi selama tiga tahun yang Samsung berikan.

Samsung berencana membawa SSD QLC ini ke pasaran tahun ini juga. Nantinya bakal ada tiga varian kapasitas yang ditawarkan: 1 TB, 2 TB dan 4 TB. Sayang sekali informasi terpentingnya belum bisa kita dapatkan sekarang, yaitu seberapa murah harga SSD QLC ini kalau dibandingkan generasi sebelumnya yang berkapasitas sama.

Sumber: Samsung.

Akhirnya Seagate Punya Consumer SSD

Selama ini, kita mengenal Seagate sebagai salah satu penyedia media penyimpanan berbasis piringan, atau sering disebut dengan hard disk. Seagate sendiri merupakan salah satu vendor hard disk yang masih bertahan hingga saat ini.

Sampai saat ini, hard disk masih menjadi pilihan dalam penyimpanan data karena memiliki kapasitas yang jauh lebih besar. Namun, jika menginginkan media penyimpanan data dengan kecepatan yang tinggi, pilihan jatuh kepada SSD atau Solid State Drive.

Seagate sendiri sampai saat ini masih menjadi pemain besar dalam pasar hard disk. Dan untuk media penyimpanan SSD, Seagate selama ini hanya menyediakan untuk pasar enterprise. Namun hal tersebut berubah pada bulan Juli 2018 ini.

Seagate saat ini sudah memiliki SSD untuk pasar consumer dengan nama BarraCuda SATA SSD. BarraCuda SATA SSD memiliki empat buah ukuran kapasitas, yaitu 256 GB, 512 Gb, 1 TB, dan 2 TB. Harga yang ditawarkan mulai dari US$ 69.99.

Seagate Barracuda SSD

Seagate mengklaim bahwa BarraCuda SSD dapat membaca data hingga 540 MB/s dan menulis data hingga 520 MB/s. Hal ini tentu berkaitan dengan kecepatan maksimum dari interface SATA 3 itu sendiri.

Untuk garansinya, Seagate memberikan rentang waktu hingga 5 tahun. Uniknya, spesifikasi yang kami dapatkan ditunjukkan dalam bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa SSD yang satu ini bakal hadir meramaikan pasar storage di Indonesia.

Di Indonesia sendiri sang pesaing Seagate, Western Digital, sudah lebih dahulu menghadirkan SSD untuk konsumen. Untuk urusan harga, sepertinya Seagate dijual sedikit lebih mahal dari para pesaingnya.

Sumber artikel dan gambar: Seagate.

 

Empat Keuntungan UKM Memanfaatkan Teknologi Komputasi Awan

Makin besarnya penggunaan teknologi komputasi awan (cloud computing) secara global saat ini ternyata belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pelaku UKM di Indonesia. Menurut informasi dari Worldwide Semiannual Public Cloud Services Spending Guide yang dipublikasikan International Data Corporation (IDC), belanja dunia untuk layanan public cloud diperkirakan akan mencapai 204 miliar poundsterling pada tahun 2021.

Sementara Tahun 2017, pengeluaran tersebut akan mencapai 98 miliar poundsterling, dengan peningkatan sebesar 25% dari pengeluaran di tahun 2016. Ke depannya sekitar 47% perusahaan berencana untuk memindahkan sistem ERP mereka ke cloud selama lima tahun ke depan.

Di Indonesia sendiri perusahaan besar hingga startup sudah makin banyak memanfaatkan teknologi komputasi awan. Diperkirakan Indonesia sebagai salah satu pusat kekuatan ekonomi digital terbesar di ASEAN di masa depan.

Salah satu perusahaan raksasa yang mulai fokus mengembangkan teknologi cloud di Indonesia adalah Google, yang baru-baru ini menggelar Cloud Summit dan berencana untuk membangun jaringan serat optik “Indigo”.

Artikel berikut akan mengupas 4 hal positif yang bisa dinikmati oleh pelaku UKM jika mulai menggunakan teknologi komputasi awan.

Menyimpan data paling dasar (backup)

Saat ini data merupakan faktor faktor paling penting dalam bisnis. Selain berfungsi untuk mendapatkan informasi terkini, data juga merupakan source yang paling akurat untuk melihat, mencermati consumer behaviour dalam suatu bisnis. Teknologi komputasi awan bisa menyimpan data paling dasar yang dimiliki oleh bisnis, menjadikan data Anda tersimpan aman.

Perlindungan data

Ketika data sudah disimpan dalam cloud, secara otomatis data tersebut akan dijaga memanfaatkan teknologi yang akan selalu diperbarui agar terhindar dari kegiatan seperti hacking, bocor dan lainnya. Hal tersebut juga berlaku untuk perangkat mobile yang secara otomatis akan terhubung secara real time.

Skalabilitas penyimpanan data

Memanfaatkan cloud artinya memungkinkan data yang ada untuk di integrasi dan mempercepat proses skalabilitas. Gunakan juga tools analytic yang bisa membantu proses tersebut lebih cerdas. Pilih tools yang tepat, sesuai dengan budget untuk membantu bisnis mengolah data tersebut.

Berdaptasi dengan teknologi informasi

Agar sistem bisa bekerja dengan baik manfaatkan semua pendukung bisnis Anda menjadi digital. Mulai dari email untuk bisnis, data perusahaan dan pendukung lainnya. Dengan melakukan proses tersebut, bisnis bisa beradaptasi terhadap perubahan teknologi dan bisa mengamankan data perusahaan dari “ancaman”.

Ilmuwan Berhasil Gunakan DNA Untuk Tempat Menyimpan Data

Dengan makin banyaknya jumlah data yang dihasilkan manusia, upaya penciptaan medium penyimpanan baru selalu dilakukan. Di bulan Februari lalu, peneliti University of Southampton menyingkap koin kaca memori ‘5D’, bisa menampung file sebesar 360TB. Tapi penemuan University of Washington kali ini jauh lebih canggih karena menggunakan ‘elemen organik’.

Ilmuwan dari University of Washington dan Microsoft berkolaborasi demi mengerjakan proyek yang berpotensi mengubah cara manusia menyimpan data selamanya. Tim bersisi computer scientist dan ahli elektro ini menemukan teknik buat mengemas data dalam DNA, dipresentasikan di makalah untuk ACM International Conference on Architectural Support for Programming Languages and Operating Systems.

Melalui prosedur tersebut, besarnya volume yang diperlukan untuk menaruh data menjadi sangat kecil. Ilmuwan University of Washington memberikan sebuah komparasi: data center sebesar Walmart Supercenter bisa diciutkan hingga seukuran kubus gula – terhitung jutaan kali lebih padat dibanding teknologi pengarsipan saat ini. Langkah-langkahnya tentu saja meliputi proses encoding, penyimpanan, dan restorasi dokumen.

Dalam eksperimen, tim berhasil mengodekan data digital berupa empat gambar ke potongan nucleotide DNA sintetis, memanfaatkan metode super-presisi buat mengubahnya jadi adenine, guanine, cytosine dan thymine. Dan tak cuma menempatkan, peneliti sukses membalikkan mekanismenya – mengambil lagi data-data tersebut dari pool DNA yang lebih besar serta mengkonstruksi gambar-gambar itu kembali tanpa kehilangan satupun byte informasi (berkat metode mirip deteksi kode pos).

“Alam telah menciptakan sebuah molekul fantastis bernama DNA yang memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi mengenai gen dan bagaimana sistem tubuh bekerja. Ia sangat padat dan kuat,” jelas salah satu penulis makalah, associate professor UW Luis Ceze. “Pada dasarnya kami mengubah fungsinya buat mengemas gambar, video, dan dokumen; dengan penyampaian yang mudah dikelola bahkan dalam waktu ratusan atau ribuan tahun ke depan.”

Untuk sekarang, kendala terbesar bagi teknik storage berbekal DNA ialah besarnya biaya dan masalah efisiensi yang dibutuhkan buat memproduksi DNA sintetis serta proses penempatan data, terutama di skala besar. Namun peneliti percaya, kesuksesan mereka membuktikan tidak ada penghalang dari segi teknis.

Ceze menyampaikan, “Proyek ini adalah contoh bagaimana kami meminjam sesuatu dari alam – yaitu DNA – buat menempatkan informasi. Kami juga menggunakan ilmu komputer – untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan pada memori – dan mengaplikasikannya ke DNA.”

UW team stores digital images in DNA 01

Sumber: Washinton.edu.