Pelanggan Spotify Premium Kini Dapat Menyembunyikan Lagu yang Tak Disukai dari Playlist

Berbagi playlist merupakan salah satu fitur yang ditawarkan Spotify sejak lama. Dipadukan dengan segudang playlist racikan tim kurator internal Spotify, pengguna pada dasarnya tidak akan kehabisan stok playlist di sepanjang hidupnya.

Yang menjadi masalah adalah, selera setiap orang berbeda-beda. Yang saya suka belum tentu Anda suka. Perbedaan selera inilah yang menjadi alasan mengapa kita sulit menemukan playlist yang benar-benar sempurna, yang seluruh isinya benar-benar bisa kita nikmati tanpa terkecuali.

Kabar baiknya, Spotify baru saja menerapkan perubahan yang terbilang minor tapi tetap menarik. Khusus para pelanggan Spotify Premium, mereka sekarang bisa menyembunyikan lagu-lagu yang tidak mereka sukai dalam suatu playlist. Fitur ini dapat diakses melalui aplikasi Spotify versi Android maupun iOS.

Ini jelas jauh lebih praktis ketimbang harus menghapus secara manual lagu-lagu tersebut dari daftar lagu yang sedang diputar (queue) setiap kali kita memutar playlist. Lagu-lagu yang sudah disembunyikan tidak akan hilang dari playlist begitu saja, melainkan bisa kita unhide kapan saja seandainya kita berubah pikiran.

Anggap saja fitur ini sebagai kebalikan dari tombol Like. Sayang sampai artikel ini ditulis, saya belum menemukan opsi untuk menyembunyikan lagunya di aplikasi Spotify versi iOS – yang semestinya tersedia di context menu (tombol “…”) di samping setiap lagu. Kemungkinan update-nya akan meluncur secara bertahap.

Sumber: Engadget.

Lebih dari Sepertiga Pelanggan Layanan Streaming Musik Adalah Pelanggan Spotify

Tahun demi tahun, industri streaming musik terus bertumbuh secara pesat. Jumlah penggunanya terus bertambah, tapi yang lebih penting adalah jumlah pengguna berbayarnya (subscriber) yang juga naik cukup signifikan.

Hasil riset Counterpoint menunjukkan bahwa di tahun 2019, jumlah pelanggan layanan streaming musik secara global naik 32% menjadi 358 juta orang. Ini penting mengingat paket berlangganan alias subscription merupakan sumber pendapatan terbesar platform streaming musik – lebih dari 80% total pendapatan kalau kata Counterpoint.

Lebih dari sepertiga total subscriber itu berasal dari Spotify (35%), disusul oleh Apple Music di peringkat kedua (19%). Di bawahnya lagi, ada Amazon Music (15%), Tencent Music (11%) dan YouTube Music (6%).

Menariknya, 14% sisanya berasal dari layanan yang skala beroperasinya masih dalam tahap regional. Menurut Counterpoint, fokus pada konten lokal menjadikan Gaana (India), Yandex Music (Rusia), dan Anghami (Timur Tengah) sebagai layanan streaming musik paling top di negaranya masing-masing.

Music streaming subscriptions market share

Namun seperti yang kita tahu, konten di Spotify sekarang bukan cuma sebatas musik, melainkan juga podcast. Sebagian dari katalog podcast-nya juga bersifat eksklusif, dan konten eksklusif inilah yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan jumlah subscription. Bukan cuma untuk Spotify, tren yang sama juga berlaku untuk platform yang bersifat regional kalau kata Counterpoint.

Kehadiran podcast juga penting di tengah masa pandemi COVID-19 ini. Pasalnya, berhubung konsumen berada di rumah terus, mereka akan lebih sering menonton TV atau mendengarkan radio untuk mengikuti berita-berita terbaru. Ketimbang musik, podcast jelas lebih cocok menjadi alternatif dari konten berita.

Terlepas dari itu, Counterpoint masih memprediksi pertumbuhan subscription layanan streaming musik secara global bakal melebihi 25% di akhir 2020 nanti, dengan jumlah pelanggan melebihi angka 450 juta.

Sumber: Counterpoint via Engadget. Gambar header: Fixelgraphy via Unsplash.

Musisi Kini Dapat Menerima Donasi di SoundCloud

SoundCloud terus melancarkan upayanya dalam membantu komunitas musisi selama masa pandemi COVID-19. Belum lama ini, mereka bekerja sama dengan Twitch untuk memudahkan para musisi menghasilkan uang melalui live stream.

Memang tidak semua musisi tertarik ‘memindahkan’ konsernya yang batal ke Twitch, dan lagi SoundCloud tidak bisa menjamin semua pengguna platform-nya bakal tergabung di program Twitch Affiliate sehingga dapat memonetisasi live stream-nya. Untuk itu, mereka menyediakan alternatif yang lebih mudah lagi dalam bentuk tombol donasi.

Ya, para musisi sekarang bisa menerima donasi melalui profil SoundCloud-nya. Usai fitur ini diaktifkan, akan muncul tombol “Support (Nama Musisi)” berwarna biru di sebelah kanan, persis di atas statistik jumlah follower dan jumlah track masing-masing musisi.

Platform donasi yang didukung pun cukup beragam, meliputi Paypal, Bandcamp, Shopify, GoFundMe, Kickstarter, sampai Patreon. Istimewanya, SoundCloud tidak mengambil untung sedikit pun dari sini.

SoundCloud donation

Di samping fitur donasi, SoundCloud turut meresmikan layanan terbarunya, Repost by SoundCloud. Layanan ini pada dasarnya ditujukan untuk memudahkan distribusi musik ke berbagai platform seperti Spotify, Apple Music, TikTok, atau Instagram.

Kemudahan dalam aspek marketing juga menjadi fasilitas yang ditawarkan Repost. Contoh sederhananya, musisi dapat memakai layanan ini untuk mengajukan karyanya supaya bisa diikutkan dalam playlistplaylist rekomendasi masing-masing platform streaming.

Menariknya, Repost by SoundCloud dapat dinikmati para pelanggan SoundCloud Pro Unlimited tanpa biaya tambahan. Repost juga bisa dibeli secara terpisah dengan tarif $30 per tahun. Setelah aktif, SoundCloud akan mengambil 20% keuntungan yang musisi dapatkan dari platform streaming di luar SoundCloud.

Sumber: 1, 2, 3. Gambar header: Rachit Tank via Unsplash.

Tampilan Baru Spotify Permudah Akses ke Konten yang Sudah Familier dengan Pengguna

Spotify rupanya belum rampung mendesain ulang tampilan aplikasinya. Setelah tombol-tombol pengoperasian, kali ini giliran halaman utama alias home screen yang Spotify rombak. Perubahan tampilan ini sudah diterapkan untuk aplikasi Spotify di smartphone ataupun tablet.

Porsi teratas home screen kini dihuni oleh konten yang paling sering konsumen putar. Enam slot tersebut bisa berupa playlist, album, atau malah podcast. Ya, seperti yang kita tahu, Spotify belakangan semakin gencar mempromosikan podcast, dan tampilan baru ini pada dasarnya bisa dilihat sebagai salah satu upayanya untuk itu.

Satu hal yang cukup mencuri perhatian adalah tulisan “Good morning“. Spotify bilang bahwa rekomendasi konten yang disajikan bakal berganti menyesuaikan dengan jadwal. Jadi di siang atau malam hari, enam slot itu bisa diisi oleh konten yang berbeda, sesuai yang dipelajari oleh algoritma Spotify dari riwayat penggunaan tiap-tiap konsumen.

Desain baru ini dibuat supaya pengguna lebih mudah mengakses konten-konten yang sudah sangat familier dengan mereka. Kendati demikian, Spotify tetap tidak melupakan aspek discovery, sebab porsi bawah home screen masih menampilkan sejumlah rekomendasi konten yang baru buat masing-masing pengguna.

Saya pribadi merupakan pelanggan Spotify yang lebih sering memutar musik itu-itu saja, sehingga tampilan baru ini sangat cocok buat orang-orang seperti saya. Andai saya ingin mencari konten baru, Discover Weekly selalu menjadi andalan saya, dan playlist itu rupanya masih ikut bertengger di halaman utama. Good job, Spotify!

Sumber: Spotify.

Berkat Tampilan Baru, Aplikasi Spotify Jadi Lebih Mudah Digunakan

Spotify baru saja meluncurkan update untuk aplikasi iOS-nya. Update ini menghadirkan tampilan baru yang dapat dinikmati baik oleh pelanggan Spotify Free maupun Premium, dan kabar baiknya, interface anyar ini bukan sekadar lebih manis di mata.

Spotify juga merancang desainnya agar aplikasinya jadi lebih mudah dinavigasikan. Berhubung Spotify memang menyatukan konten musik sekaligus podcast, tidak heran apabila pengguna terkadang bisa merasa tersesat ketika sedang mengulik aplikasinya, dan tampilan baru ini setidaknya bisa sedikit membantu.

Hilang sudah tombol-tombol berlabel teks seperti sebelumnya (kecuali tombol Follow). Tombol “Shuffle Play” misalnya, kini sudah digantikan dengan icon yang jauh lebih mudah dikenali. Cukup tekan tombol berwarna hijau tersebut di mana pun Anda berada dalam aplikasi, maka kontennya akan langsung diputar.

Bagi pelanggan Spotify Premium, perubahan lain yang tak kalah mencolok adalah tombol download untuk mendengarkan konten secara offline. Fungsi tersebut kini bukan lagi berbentuk toggle, melainkan tombol dengan icon familier seperti yang terdapat pada segmen podcast Spotify.

Spotify juga bilang bahwa ada maksud tersendiri mengapa tombol play, download, dan like itu semuanya diposisikan di bagian tengah, yakni supaya pengguna lebih mudah mengaksesnya menggunakan satu tangan. Seiring bertambah besarnya ukuran layar smartphone, developer aplikasi juga harus memikirkan bagaimana menyajikan tampilan yang optimal dan mudah dioperasikan dengan satu tangan.

Aplikasi Spotify kini juga akan menampilkan album art di daftar lagu kecuali pada “Album” view. Deretan thumbnail ini dimaksudkan supaya pengguna bisa lebih mudah menemukan lagu-lagu yang familier dengannya. Lebih lanjut, icon hati juga akan muncul pada lagu yang sudah di-like oleh masing-masing pengguna.

Perubahan tampilannya memang tidak begitu drastis, tapi tetap krusial kalau tujuannya adalah untuk mempermudah penggunaan. Sayang sejauh ini belum ada informasi kapan versi Android-nya juga akan kebagian update tampilan yang sama.

Sumber: Spotify.

Snafu Records Gunakan AI untuk Temukan Musisi-Musisi Berbakat

Suka atau tidak, popularitas platform streaming seperti Spotify telah mengubah kondisi industri musik. Statistik dan data kini jadi semakin berarti, dan software macam Chartmetric eksis untuk membantu label rekaman menemukan artis-artis berbakat.

Masalahnya, kalau menurut Ankit Desai yang pernah bekerja di Universal Music Group, mayoritas label masih menganut cara lama. Cara lama yang dimaksud adalah mencari artis berdasarkan rekomendasi manusia, bukan rekomendasi mesin seperti yang ditawarkan Chartmetric.

Alhasil, seandainya ada musisi berbakat dari Indonesia, kecil kemungkinan dunia bisa mengenalnya karena ia tidak terikat dengan label manapun, demikian Ankit mencontohkan. Dari situ dia memutuskan untuk mendirikan labelnya sendiri, Snafu Records. Apa yang membuat Snafu Records berbeda? Mereka memadukan kecanggihan mesin dan sumber daya manusia sekaligus.

Senjata utama Snafu pada dasarnya merupakan algoritma berbasis AI. Setiap minggunya, algoritma tersebut menganalisis sekitar 150.000 lagu dari artis-artis tak berlabel di platform seperti SoundCloud, YouTube dan Instagram. Lagu-lagu tersebut kemudian dievaluasi berdasarkan engagement dan sentimen para pendengarnya, serta kemiripannya dengan lagu-lagu yang populer di Spotify.

Hasil analisisnya kemudian dikerucutkan lagi menjadi 15 – 20 lagu setiap minggunya. Di titik itu, giliran tim manusia yang turun tangan langsung. Artis-artis yang terpilih pada akhirnya akan dihubungi dan ditawari kontrak yang durasinya lebih singkat ketimbang kontrak label rekaman pada umumnya.

Snafu memang baru saja diresmikan, namun mereka sejauh ini sudah mengamankan total pendanaan sebesar $2,9 juta dari sejumlah investor. Snafu juga sudah menggaet 16 musisi; salah satunya Mishcatt, musisi jazz yang salah satu lagunya yang berjudul “Fades Away” telah di-stream sebanyak 5 juta kali hanya dalam kurun waktu lima minggu sejak dirilis.

Sumber: TechCrunch. Gambar header: Fixelgraphy via Unsplash.

YouTube Music Luncurkan Tiga Personalized Playlist Guna Menghadirkan Sajian Segar Setiap Minggunya

Katalog musik yang masif merupakan salah satu alasan mengapa Spotify begitu populer. Namun semua itu kurang berarti apabila yang konsumen putar hanyalah deretan lagu yang sedang hit, dan itulah mengapa Spotify turut menyediakan playlist macam Discover Weekly, Daily Mix, atau Release Radar.

Sebagai pemain baru, wajar apabila YouTube Music akhirnya belajar dari keberhasilan Spotify. Mereka baru saja merilis tiga personalized playlist untuk semua pengguna di seluruh dunia: Discover Mix, New Release Mix, dan Your Mix. Sama seperti di Spotify, ketiganya akan diperbarui secara rutin.

Lewat Discover Mix, YouTube Music bermaksud memperkenalkan kita dengan deretan musisi yang belum pernah kita dengar namanya sekali pun. Playlist ini juga akan menyajikan sejumlah lagu yang kurang begitu dikenal dari musisi-musisi yang cocok dengan selera kita masing-masing. Total ada 50 lagu pada Discover Mix, dan update-nya akan dirilis setiap hari Rabu.

Untuk New Release Mix, yang dijadikan suguhan adalah kumpulan lagu terbaru dari musisi-musisi favorit kita masing-masing, ditambah beberapa dari yang YouTube yakini bakal kita suka juga. Playlist ini juga akan diperbarui setiap minggu, tepatnya pada hari Jumat.

Terakhir, Your Mix dirancang untuk di saat kita hanya sekadar ingin memutar lagu-lagu kesukaan. Mayoritas isinya adalah lagu-lagu favorit masing-masing konsumen, akan tetapi lagi-lagi YouTube juga menyelipkan beberapa yang belum kita kenal, tapi yang dirasa sesuai dengan selera.

Seperti halnya di Spotify, racikan algoritma YouTube Music di ketiga playlist ini akan bertambah bagus seiring penggunaan. Semakin sering kita streaming, semakin pandai pula algoritmanya dalam mengenali selera kita.

Sumber: YouTube.

Fitur Sleep Timer Akhirnya Tersedia di Spotify Versi iOS

Bulan Mei lalu, Spotify merilis fitur Sleep Timer. Sepele namun sangat berguna, Sleep Timer memungkinkan musik untuk berhenti dengan sendirinya sesuai dengan durasi yang ditentukan. Namun sayang yang kebagian kala itu hanyalah pengguna perangkat Android saja.

Beruntung fitur yang sama akhirnya juga hadir di platform iOS lewat update terbaru Spotify. Cara kerjanya sama persis, dan tujuannya adalah supaya pengguna bisa berbaring sembari menikmati lagu-lagu favoritnya tanpa harus bingung untuk mengklik pause sesaat sebelum pengguna benar-benar tertidur.

Mengaktikan fitur ini pun sangat mudah. Setelah memutar lagu atau playlist seperti biasa, buka tampilan Now Playing, lalu klik icon tiga titik di ujung kanan atas. Pilih opsi “Sleep Timer”, lalu tentukan durasi yang diinginkan; antara 5 menit sampai 1 jam, atau sehabis lagu terakhir di album atau playlist yang sedang diputar.

Spotify sendiri punya koleksi playlist teman tidur yang cukup melimpah dan bervariasi, mulai dari musik klasik sampai bermacam suara ambient. Namun saya yakin tidak ada yang suka terbangun di tengah malam akibat musik yang justru menemaninya tidur tadi. Sleep Timer-lah solusinya.

Fitur ini sudah tersedia di versi terbaru aplikasi Spotify di iPhone maupun iPad. Update-nya sendiri mungkin tidak akan langsung muncul di semua perangkat pengguna secara serentak, jadi bagi yang belum mungkin bisa bersabar sedikit menanti versi terbarunya di App Store.

Sumber: SlashGear. Gambar header: Tyler Lastovich via Unsplash.

Setelah Sonos, Spotify Free Kini Juga Dapat Diakses Langsung Melalui Speaker Bikinan Amazon dan Bose

Baru seminggu yang lalu, konsumen Sonos menerima hadiah dalam bentuk akses langsung ke layanan Spotify Free. Jadi tanpa harus berlangganan Spotify Premium, pemilik speaker Sonos sudah bisa mengakses layanan streaming musik terpopuler tersebut, tapi tentu saja dengan sejumlah batasan yang memang Spotify terapkan untuk paket gratisannya.

Kabar baiknya, dukungan terhadap Spotify Free ini sekarang ikut meluas hingga merambah sejumlah speaker bikinan Bose maupun Amazon. Semuanya cukup dengan mengunduh dan meng-install firmware update terbaru untuk masing-masing speaker.

Di lineup Amazon, yang kebagian jatah bukan cuma keluarga smart speaker Echo saja, melainkan juga perangkat Fire TV. Untuk Bose, opsinya mencakup seri smart speaker beserta soundbar, tidak ketinggalan juga Bose Portable Home Speaker yang dirilis beberapa bulan lalu.

Bose smart speakers and soundbars

Semua perangkat di atas ini mengemas integrasi asisten virtual Alexa, dan kebetulan Spotify juga sudah kompatibel dengan Alexa sejak tahun lalu. Jadi selain menggunakan aplikasi Spotify di ponsel sebagai remote, konsumen juga dapat meminta bantuan Alexa guna mengakses pilihan playlist macam Discover Weekly atau Today’s Top Hits.

Timing peluncurannya boleh dibilang cukup pas. Menjelang musim liburan, konsumen umumnya banyak membeli gadget baru, termasuk halnya smart speaker, dan mereka yang selama ini enggan membeli karena tidak berlangganan Spotify Premium jadi punya pertimbangan baru berkat kehadiran dukungan Spotify Free.

Sumber: Spotify.

Spotify Siap Racikkan Playlist untuk Menemani Perjalanan Masing-Masing Konsumennya

Personalized playlist hasil racikan algoritma merupakan salah satu kekuatan utama Spotify dibandingkan layanan streaming musik lain. Spotify sadar betul akan hal ini, dan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Yang terbaru, mereka meluncurkan playlist berjudul “Soundtrack your Ride” untuk menemani perjalanan konsumennya.

Playlist ini akan diracik berdasarkan sejumlah faktor di samping riwayat lagu-lagu yang pernah kita dengarkan di Spotify. Pertama-tama, konsumen diminta untuk mencantumkan titik berangkat dan titik tujuan di atas interface Google Maps guna mengalkulasikan durasi perjalanan.

Spotify Soundtrack your Ride

Setelahnya, konsumen dipersilakan menjawab lima pertanyaan: dengan siapa mereka berkendara, jenis mobil yang digunakan, seperti apa “drive vibe“-nya, dan dua pertanyaan terakhir seputar musik (genre musik favorit saat berkendara, dan lagu pilihan dari enam opsi yang disediakan).

Dari situ Spotify akan meracikkan playlist dengan durasi yang sesuai seperti lama perjalanan konsumen. Variasi lagunya tentu didasari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, meski saya cukup yakin Spotify telah membatasi katalognya sesuai dengan tema road trip untuk konteks ini.

Spotify Soundtrack your Ride

Meski terdengar menarik, Soundtrack your Ride punya dua kelemahan. Yang pertama, fitur ini sepertinya baru tersedia di Amerika Serikat saja, sebab saat saya mencoba mencantumkan lokasi di tanah air, tidak ada satu pun rekomendasi lokasi yang muncul.

Yang kedua, Soundtrack your Ride harus dibuat via browser, baik melalui perangkat desktop ataupun mobile. Sejauh ini belum ada opsi untuk membuatnya melalui aplikasi Spotify. Semoga saja saat fiturnya sudah merambah negara kita nanti, proses pembuatannya bisa langsung menggunakan aplikasi Spotify.

Sumber: The Verge.